BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB I PENDAHULUAN I.1.

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit

collectors water heater menggunakan

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE SINUSOIDAL DENGAN PENAMBAHAN HONEYCOMB OLEH : YANUAR RIZAL EKA SB

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

BAB II LANDASAN TEORI

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR. Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER

ANALISA PENGARUH VARIASI DIAMETER RECEIVER DAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP EFISIENSI TERMAL MODEL KOLEKTOR SURYA TIPE LINEAR PARABOLIC CONCENTRATING

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan di dalamnya dari hubungan energi dengan musim, pemenuhan

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

Eddy Elfiano 1, M. Natsir Darin 2, M. Nizar 3

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK PENUTUP DAN SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR

PENGARUH LAJU ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA KOLEKTOR PANAS MATAHARI JENIS PLAT DATAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

PENGUJIAN DAN ANALISIS HEAT REMOVAL FACTOR DAN HEAT LOSS COEFFICIENT PADA KOMBINASI FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR DAN PARABOLIC SOLAR CONCENTRATOR

ANALISA PERFORMASI KOLEKTOR SURYA TERKONSENTRASI DENGAN VARIASI JUMLAH PIPA ABSORBER BERBENTUK SPIRAL

KAJIAN EXPERIMENTAL KOLEKTOR SURYA PRISMATIK DENGAN VARIASI JARAK KACA TERHADAP PLAT ABSORBER MENGGUNAKAN SISTEM TERTUTUP UNTUK PEMANAS AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam

Studi Eksperimental Pemanas Air Tenaga Surya Pelat Absorber Type Sinusoidal dengan Variasi Terhadap Derajat Kevacuman dan Aspect Ratio

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-575

PEMODELAN DAN SIMULASI PERPINDAHAN PANAS PADAKOLEKTOR SURYA PELAT DATAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUSUNAN PIPA LALUAN TERHADAP PEMANFAATAN KALOR PADA KOLEKTOR SURYA PELAT DATAR ABSORBER GRANITE

Analisa Kinerja Alat Destilasi Penghasil Air Tawar dengan Sistem Evaporasi Uap Tenaga Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) G-184

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK (KAJIAN PUSTAKA)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Energi Matahari Matahari merupakan sebuah bola yang sangat panas dengan diameter 1.39 x 10 9 meter atau 1.39 juta kilometer. Kalau matahari dianggap benda hitam sempurna, maka energi yang dipancarkan akan sama dengan sebuah benda hitam sempurna yang mempunyai temperatur efektif sebesar 5763 Kelvin, dan temperatur ini sering dianggap sama dengan 6000 Kelvin. (Maridjo, 1995) Radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh bola matahari mempunyai panjang gelombang antara 0.3 sampai dengan 3 mikrometer. Jika bumi tidak mempunyai atmosfer, maka radiasi surya yang mempunyai panjang gelombang seperti disebutkan di atas, akan sampai ke permukaan bumi seluruhnya. Radiasi yang sampai pada bagian luar atmosfer disebut radiasi ekstraterrestrial. (Maridjo, 1995) Radiasi matahari yang dipancarkan oleh permukaan matahari adalah sama dengan perkalian konstanta Stefan-Boltzman pangkat empat temperatur permukaan absolute dan luas permukaan. Dengan garis tengah matahari 1,39 x 10 9 m, temperatur permukaan matahari 5762 K, dan jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1,5 x 10 11 m, maka fluks radiasi persatuan luas dalam arah yang tegak lurus pada radiasi tepat diluar atmosfer bumi adalah: G =,. (, ) (, ) (, ) = 1353 W/m2 Radiasi surya yang diterima pada satuan luasan di luar atmosfir tegak lurus permukaan matahari pada jarak rata-rata antara matahari dengan bumi disebut konstanta surya adalah 1353 W/m 2 dikurangi intesitasnya oleh penyerapan dan pemantulan atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi. Energi surya memiliki potensi yang sangat besar untuk penggunaannya di bangunan perumahan yaitu mendekati 30000 kali lebih banyak energi matahari yang sampai ke bumi dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh manusia (Weider, S., 1982). Energi surya juga merupakan sumber energi yang bersih yang tidak menghasilkan CO2 dan sepenuhnya dapat diperbarui. Laporan Tugas Akhir 5

Akan tetapi, masih terdapat beberapa permasalahan dalam memanfaatkan energi surya yaitu ketersediaannya yang tidak dapat diprediksikan, intermiten dan seringkali terganggu akibat adanya perubahan cuaca. 2.2 Kolektor Surya Kolektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai sumber energi utama. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai aplikasi (Duffie John A., dan William A. Beckman, 1991). Kolektor surya yang pada umumnya memiliki komponen-komponen utama, yaitu: 1. Cover, berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju lingkungan 2. Absorber, berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari. Pipa fluida, berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja. Isolator, berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari absorber menuju lingkungan Frame, berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor 2.2.1 Klasifikasi Kolektor Surya Terdapat tiga jenis kolektor surya yang diklasifikasikan ke dalam Solar Thermal Collector System dan juga memiliki korelasi dengan pengklasifikasian kolektor surya berdasarkan dimensi dan geometri dari receiver yang dimilikinya. 2.2.1.1 Flat-Plate Collectors Dalam aplikasinya kolektor plat datar digunakan untuk memanaskan udara dan air (Goswami, 1999). Tipe ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada temperatur di bawah 100 C. Spesifikasi tipe ini dapat dilihat dari absorber-nya yang berupa plat datar yang terbuat dari material dengan konduktivitas termal tinggi, dan dilapisi dengan cat berwarna hitam. Laporan Tugas Akhir 6

Gambar 2.1 Diagram skematik untuk liquid flat-plate collector Kolektor pelat datar memanfaatkan radiasi matahari langsung dan terpencar, tidak membutuhkan pelacak matahari, hanya membutuhkan sedikit perawatan, dan biaya pembuatan yang murah. Aplikasi umum kolektor tipe ini antara lain digunakan untuk pemanas air, pemanas gedung, pengkondisian udara, dan proses panas industri. Komponen penunjang yang terdapat pada kolektor pelat datar antara lain; transparent cover, absorber, insulasi, dan kerangka. Gambar 2.2 Penampang melintang kolektor surya pelat datar sederhana 2.2.1.2 Concentrating Collectors Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada temperature antara 100 400 C. Kolektor surya jenis ini mampu memfokuskan energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga Laporan Tugas Akhir 7

dapat meningkatkan kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Spesifikasi jenis ini dapat dikenali dari adanya komponenn konsentrator yang terbuat dari material dengan transmisivitas tinggi. Berdasarkan komponen absorber-nyaa jenis ini dikelompokan menjadi dua jenis yaitu Line Focus dan Point Focus. Gambar 2.3 Konsentrator Agar cahaya matahari selalu dapat difokuskan terhadap tabung absorber, concentrator harus dirotasi. Pergerakan ini disebut dengan tracking. Temperatur fluida melebihi 4000 o C dapat dicapai pada sistem kolektor ini seperti terlihat pada gambar diatas. 2.2.1.3 Evacuated Tube Collector Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaannya terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan panasnya yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak diantara absorber dan cover-nya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari permukaan luar absorber menuju lingkungan. Laporan Tugas Akhir 8

Gambar 2.4 Penampang pengumpul surya jenis Evacuated-vacuum-bottle Gambar 2.5 Evacuated Tube Collector 2.2.2 Pipa Fluida kolektor surya. Terdapat dua jenis bentuk pipa fluida yang dikenal dalam penggunaan 2.2.2.1 Pipa Paralel Gambar 2.6 Pipa paralel Laporan Tugas Akhir 9

Kolektor Surya yang memiliki pipa fluida berbentuk paralel di design untuk memindahkan fluida dari bagian bottom kolektor ke bagian top kolektor melewati jajaran paralel pipa vertikal. Pada bentuk ini, besar diameter pipa yang terdapat pada bagian bottom dan top dibuat lebih besar daripada pipa vertikal. Sifat mekanika fluida yang menyokong laju aliran pada pipa terakhir membuat tekanan fluida pada bagian bawah pipa pertama paling besar dan bagian atas pipa terakhir paling kecil. Dengan pembesaran diameter bagian bottom dan top, tekanan fluida akan lebih menyesuaikan dan laju aliran fluida pada setiap pipa vertikal lebih mendekati keseragaman. Tapi disayangkan bahwa bagian tengah pipa vertikal akan memiliki nilai laju aliran fluida yang lebih rendah, padahal bagian tengah merupakan bagian dimana banyak energi panas yang terkonsentrasi disana. Pada proses pembuatannya, yang perlu diperhatikan adalah saat pengelasan di bagian T setiap pipa vertikal. Karena sedikit bocor pada bagian ini akan mengganggu seluruh proses pemanasan di dalam kolektor surya. 2.2.2.2 Pipa Seri Berkelok (Serpentine) Gambar 2.7 Pipa berkelok Kolektor Surya yang memiliki pipa fluida seri berkelok ini memiliki satu aliran fluida pada pipa panjang yang dibentuk fleksibel. Pada bentuk ini tidak ada permasalahan dalam perbedaan laju aliran fluida. Masalah utama pada kolektor ini adalah aliran pembatasan laju aliran fluida. Dengan pipa yang lebih besar, maka pembatasan laju aliran akan semakin besar dan akan memberikan beban yang tidak perlu pada Laporan Tugas Akhir 10

pompa sirkulasi. Dengan membuat dua kolektor seri berkelok dan menghubungkannya secara paralel akan menghilangkan masalah tersebut. Pada proses pembuatannya, yang perlu diperhatikan adalah saat menekuk (bending) bagian pipa agar jangan sampai material menjadi rusak. 2.3 Isolasi Isolasi adalah perlindungan atau penyekatan terhadap suhu, suara, atau tegangan listrik. Isolasi suhu atau termal adalah material yang berguna untuk mengurangi laju perpindahan panas, atau metode untuk mengurangi laju perpindahan panas. Material isolasi yang berguna untuk mengurangi perpindahan panas harus memiliki resistansi tinggi. Sifat-sifat yang sangat penting dari isoloasi adalah sifat termal. Selain itu juga material isolasi harus memiliki nilai ekonomis yang tinggi agar dapat menekan biaya dalam penggunaannya. Konduktivitas termal adalah suatu besaran yang menunjukkan kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan panas. Semakin kecil nilai kondutivitas termal dari suatu bahan, maka semakin baik bahan tersebut untuk tidak menghantarkan panas. Tabel 2.1 Nilai kondutivitas termal bahan Thermal conductivity Thermal conductivity Material (cal/sec)/(cm 2 C/cm) (W/m K)* Diamond 1000 Silver 1.01 406.0 Copper 0.99 385.0 Gold 314 Brass 109.0 Aluminum 0.50 205.0 Iron 0.163 79.5 Steel 50.2 Lead 0.083 34.7 Mercury 8.3 Glass,ordinar y 0.0025 0.8 Concrete 0.002 0.8 Water at 20 C 0.0014 0.6 Asbestos 0.0004 0.08 Laporan Tugas Akhir 11

Fiberglass 0.00015 0.04 Brick,insulati ng 0.15 Brick, red 0.6 Cork board 0.00011 0.04 Hair felt / palm fiber (ijuk) 0.0001 0.04 Rock wool 0.04 Polystyrene (styrofoam) 0.033 Polyurethane 0.02 Wood 0.0001 0.12-0.04 Silica aerogel 0.003 (sumber: Young, Hugh D., University Physics, 7th Ed. Table 15-5) 2.4 Menentukan Karakteristik dan Parameter Kolektor Teoritis Plat Datar Untuk mendapatkan karakteristik teoritis dari kolektor dan menghitung performansi dapat menggunakan persamaan-persamaan berikut: 2.4.1 Menghitung Koefisien Kerugian Kalor Kerugian kalor terjadi pada bagian atas dan bagian bawah dari kolektor, masing-masing disebut dengan kerugian kalor atas dan kerugian kalor bawah. Kalor yang hilang dari bagian atas plat penyerap disebabkan konveksi alam dan radiasi ke permukaan dalam dari plat penutup kaca. Panas ini dikonduksikan oleh plat kaca ke permukaan luarnya untuk selanjutnya dipindahkan ke atmosfir secara konveksi dan radiasi. 2.4.1.1 Kerugian Kalor Atas [U t ] Mekanisme kerugian panas dari plat penyerap ke bagian atas dikarenakan konveksi alam dan karena radiasi ke permukaan dalam dari plat penutup kaca (Sebagian dari radiasi tersebut akan hilang melaluli kaca penutup, namun dalam hal ini hal tersebut diabaikan) plat konduksi ini akan di konduksikan oleh plat kaca ke permukaan luarnya, kerugian panas ini dinamakan kerugian panas atas (top loss) dan dinyatakan dengan: Laporan Tugas Akhir 12

= + ( ) + (2.1) = koefisien rugi-rugi atas [Watt/m 2.K] h h t k h h = koefisien konveksi antara plat dengan kaca [Watt/m 2.K] = koefisien radiasi dari plat ke kaca [Watt/m 2.K] = ketebalan kaca [m] = konduktansi kaca [Watt/m.K] = koefisien konveksi angin [Watt/m 2.K] = koefisien radiasi dari kaca ke lingkungan [Watt/m 2.K] Koefisien konveksi antara plat dengan kaca, dengan: hi dinyatakan h = ɸ ɸ.... (2.2) h = koefisien konveksi antara plat dengan kaca [Watt/m 2.K] ɸ = ( ) /. (2.3) ɸ = (2.4) ɸ = ( ) / (2.9) Laporan Tugas Akhir 13

Koefisien konveksi angin, ho dinyatakan sebagai: h = 5.7 + 3.8 h V = koefisien konveksi angin [Watt/m 2.K] = kecepatan angin [m/s] Koefisien radiasi dari plat ke kaca dinyatakan dengan: h = ( ) (2.5) h = koefisien radiasi dari plat ke kaca [Watt/m2.K] = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 10 ) [ = temperatur plat [K] = temperatur kaca [K] = emisivitas kaca = emisivitas plat. ] Koefisien radiasi dari kaca ke lingkungan (langit): h = ( ) (2.6) h = koefisien radiasi dari kaca ke lingkungan [Watt/m 2.K] = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 10 ) [. ] Laporan Tugas Akhir 14

= temperatur lingkungan (langit) [K] = temperatur kaca [K] = emisivitas kaca = emisivitas plat Menurut Swinbank, suhu langit dinyatakan dengan: = 0.0552. (2.7) 2.4.1.2 Kerugian Kalor Bawah [U b ] Kerugian kalor bagian bawah adalah rugi-rugi panas yang hilang dari plat penyerap ke arah bawah dimana terdapat isolasi yang berada di bagian bawah dari plat penyerap. Kreugian kalor bagian bawah Ub dinyatakan dengan =. (2.8) = koefisien rugi-rugi bawah [Watt/m 2.K] = konduktivitas isolator [Watt/m.K] = tebal isolator [m] 2.4.1.3 Kerugian Kalor Total [U L ] Kerugian kalor total merupakan jumlah dari kerugian kalor bagian atas dan bawah, dinyatakan dengan = + (2.9) 2.4.2 Efisiensi Sirip [F] Efisiensi sirip adalah parameter desain yang berhubungan dengan ketebalan plat penyerap, konduktivitas termal dan jarak antar pipa. Dinyatakan dengan Laporan Tugas Akhir 15

=.. (2.10) Dimana: tanh = (2.11) = efisiensi sirip = koefisien rugi-rugi total [Watt/m 2.K] = konduktivitas isolator [Watt/m.K] = tebal plat [m] = jarak antar pipa [m] = diameter luar pipa [m] 2.4.3 Faktor Efisiensi [F ] Faktor efisiensi adalah Faktor untuk menentukan karakteristik efisiensi teoritis dari desain solar kolektor. Beberapa parameter yang dilibatkan dalam perhitungan faktor efisiensi adalah Aliran panas pada sirip, Aliran panas pada sambungan, Aliran panas antara pipa dan fluida dinyatakan dengan: = { } (2.12) Karena kecilnya nilai aliran panas sambungan, maka persamaan ini dapat diabaikan, menjadi Laporan Tugas Akhir 16

= [( ) ] (2.13) = faktor efisiensi F = efisiensi sirip = koefisien rugi-rugi total [Watt/m 2.K] = jarak antar pipa [m] = diameter luar pipa [m] h = = diameter dalam pipa [m] Bilangan Nusselt didapatkan melalui grafik Average Nusselt Number dengan mencari nilai bilangan Bilangan Reynolds : = (2.14) Bilangan Prandtl : =. (2.15) = bilangan Reynolds = laju aliran massa per pipa [kg/s] = viskositas [kg/m.s] = diameter dalam pipa [m] Laporan Tugas Akhir 17

= bilangan Prandtl = panas spesifik air [J/kg.K] = konduktivitas panas air [Watt/m 2.K] 2.4.4 Faktor Panas Penghapusan [F R ] Tingkat energi yang berguna diambil oleh kolektor, dinyatakan sebagai laju dalam kondisi steady state, sebanding dengan tingkat energi yang berguna diserap oleh kolektor, dikurangi jumlah rugi-rugi oleh kolektor ke lingkungan sekitarnya. Persamaan yang berhubungan dengan keuntungan energi aktual yang berguna dari kolektor jika permukaan kolektor keseluruhan berada di suhu masuk fluida. Persamaan tersebut dikenal sebagai "faktor kolektor panas penghapusan (FR)" dan dinyatakan sebagai = 1 (2.16) atau = 1 ( ).. (2.17) = faktor efisiensi = faktor efisiensi F = efisiensi sirip = koefisien rugi-rugi total [Watt/m 2.K] = jarak antar pipa [m] = diameter luar pipa [m] h = = diameter dalam pipa [m] Laporan Tugas Akhir 18

= panas spesifik air [J/kg.K] dan G adalah laju alir massa per satuan luas kolektor =.. (2.18) 2.4.5 Efisiensi Teoritis Kolektor Energi maksimum yang mungkin berguna dalam kolektor surya terjadi ketika kolektor keseluruhan berada pada temperatur fluida masuk. Keuntungan energi aktual yang berguna, ditemukan dengan mengalikan faktor panas kolektor penghapusan (FR) oleh keuntungan energi maksimum yang mungkin berguna. Ukuran kinerja kolektor pelat datar adalah efisiensi kolektor (η) didefinisikan sebagai berikut: ɳ = ( ) (2.19) ɳ = efisiensi = faktor efisiensi = koefisien rugi-rugi total [Watt/m 2.K] = jarak antar pipa [K] = diameter luar pipa [K] = = transmisivitas - absorbsivitas (0.84, dari Ted Jansen, hal. 59) 2.5 Menentukan Efisiensi Teoritis Plat Datar 2.5.1 Efisiensi Kolektor Efisiensi dari kolektor dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara panas yang berguna dari kolektor ke air dengan energi yang diterima kolektor. Prinsip dasar untuk menghitung efisiensi kolektor adalah dengan membandingkan Laporan Tugas Akhir 19

besar kenaikan temperature fluida yang mengalir di dalam kolektor dengan intensitas cahaya matahari yang diterima kolektor. 2.5.1.1 Energi yang diberikan kolektor ke air [ ] Energi panas yang diserap oleh air dari kolektor dapat diketahui dari persamaan dibawah ini : = m x C p x (T fo - T fi )...(2.20) = panas yang diserap air [j/s] atau [W] m C p T fo T fi = laju aliran massa air [kg/s] = panas spesifik air [J/kg.K] = temperatur fluida output [K] = temperatur fluida input [K] Laju aliran massa dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut : = x ρ....(2.21) dimana : = Laju aliran massa [kg/s] = debit aliran air [m 3 /s] ρ = massa jenis air [kg/m 3 ] dengan debit aliran air dapat didapatkan menggunakan persamaan berikut : = (2.22) dimana : = volume [l] s = waktu [s] Laporan Tugas Akhir 20

2.5.1.2 Energi yang diterima kolektor [Q in ] Energi panas yang diterima kolektor dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Q in = A k x I g..(2.23) Q in = panas yang diterima kolektor [J/s] atau [Watt] A k = luas penampang kolektor [m 2 ] I g = pancaran radiasi matahari kumulatif [kwh/m 2 ] 2.5.1.3 Efisiensi kolektor Efisiensi dari kolektor dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara panas yang berguna dari kolektor dengan intensitas dari radiasi surya. η = Qin.. (2.24) atau η =....... (2.25) Laporan Tugas Akhir 21