II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan

I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

I. PENDAHULUAN. Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data

TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat. Dapat dikatakan lebih lanjut

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila Merah Oreochromis sp.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

H. Arfah dan O. Carman. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata Peters)

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

Akhmad Taufiq Mukti. Laboratorium Pendidikan Perikanan - Program Studi Budidaya Perairan, FKH Universitas Airlangga Surabaya ABSTRACT ABSTRAK

Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PERENDAMAN LARVA TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila ( Oreochromis niloticus

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

The Effect of Sex Reversal Using 17 α-metiltestosteron Hormones Toward The Color Intensity of Male XX and Male XY of Figting Fish (Betta sp.

HASIL DAN BAHASAN. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai akhir tahap pendederan.

Lama Waktu Perendaman Larva Ikan Cupang (Betta splendens) yang Berumur 5 Hari dengan Hormon 17α-Metiltestosteron terhadap Keberhasilan Monosex Jantan

TINJAUAN PUSTAKA Sex Reversal dan Diferensiasi Kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004

Pengaruh Pemberian 17α Metiltestosteron Secara Oral Terhadap Maskulinisasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Menggunakan Jantan Fungsional

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu

PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL KEPADA LARVA IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP NISBAH KELAMINNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

S. Purwati, O. Carman & M. Zairin Jr.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi atau klasifikasi ikan cupang menurut Sugandy (2001), yaitu : : Actinopterygii. : Perciformes.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN ABALON (HALIOTIS SQUAMATA) HASIL DOMESTIKASI

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lobster Air Tawar / Red Claw (Cherax quadricarinatus) Menurut Lukito dan Prayugo (2007), lobster air tawar dapat

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR (BBAT) SUKABUMI ABSTRAK

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

EFEKTIFITAS MADU LEBAH TERHADAP JANTANISASI (SEX REVERSAL) LARVA IKAN CUPANG (Betta splendens, Blkr)

7. PEMBAHASAN UMUM. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des. Gambar 21 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

III. METODE PENELITIAN

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

MANAJER UTAMA MANAJER PEMASARAN MANAJER SDM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PENGARUH PENAMBAHAN MADU DALAM PAKAN INDUK JANTAN LOBSTER AIR TAWAR RED CLAW (Cherax quadricarinatus) TERHADAP RASIO JENIS KELAMIN LARVA

3.KUALITAS TELUR IKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS EKSTRAK TEPUNG TESTIS SAPI DALAM ALIH KELAMIN IKAN NILA, Oreochromis niloticus L. MELALUI TEKNIK PERENDAMAN ANDRI ISKANDAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

PENDAHULUAN Latar belakang

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

Briefing Gender Male Guppy Fish (Poecilia reticulata) Through Immersion Parent in Coconut Water Solution with Different Doses and Time.

EFEKTIFITAS EKSTRAK TERIPANG PASIR YANG TELAH DIFORMULASIKAN TERHADAP MASKULINISASI UDANG GALAH HARYO TRIAJIE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS EKSTRAK STEROID TERIPANG UNTUK MEMANIPULASI KELAMIN UDANG GALAH APRI ARISANDI

SEKS REVERSAL PADA IKAN TETRA KONGO STADIA LARVA Sex Reversal on Congo Tetra Fish (Micraleptus intterruptus ) Larvae

PEMBERIAN 17α -METILTESTOSTERON MELALUI PAKAN MENINGKATKAN PERSENTASE KELAMIN JANTAN LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus

M. Zairin Jr., A. Yunianti, R.R.S.P.S. Dewi, dan K. Sumantadinata

BAB III BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Seksualitas Lobster Air Tawar Pada umumnya lobster air tawar matang gonad pada umur 6 sampai 7 bulan. Setelah mencapai umur tersebut, induk jantan dan betina akan melakukan perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi dan berlangsung sekitar 0,5 sampai 1 jam. Sekitar 10 sampai 15 hari setelah perkawinan, telur akan mulai tampak dibagian bawah badan lobster betina (Wiyanto dan Hartono, 2003). Menurut Susanto dan Charmantier (2000), selama masa pengeraman (inkubasi) telur-telur mengalami perubahan warna berturutturut : warna hijau kuning - coklat/maron - orange. Berikutnya tahapan embryogenesis dimulai dengan adanya warna transparan dalam telur sampai munculnya bintik mata hingga menetas menjadi larva. Lobster air tawar merupakan spesies dimorfis, yakni terdiri dari jenis kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara pasti jika telah mencapai 2 bulan dengan panjang total rata- rata 5 s/d 7cm. Ciriciri primer pembeda jenis kelamin calon induk lobster air tawar adalah bentuk tertentu yang terletak ditangkai kaki jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciri- ciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya. Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-5 jika penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut. Ciri lobster air tawar betina 9

adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3. Berdasarkan capitnya, calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar buku pertama (tangkai capit) dan calon induk betina memiliki ukuran capit yang sama atau 1,5 kali buku pertama (Wiyanto dan Hartono, 2003) Petashma Thelycum Gambar 1. Letak organ reproduksi lobster air tawar Keterangan: Gambar sebelah kiri menunjukan bahwa lobster berkelamin jantan dan gambar sebelah kanan menunjukan lobster berkelamin betina. Dilihat dari ciri-ciri sekunder, warna tubuh calon induk jantan lebih cerah dibandingkan dengan warna dasar tubuh calon induk betina, jika wadah dan perlakuan yang diberikan dalam pemeliharaannnya sama. Jika perbandingan ini dilakukan dalam lingkungan pemeliharaan yang berbeda, kecerahan dan tingkat ketajaman dari warna dasar itu akan berbeda pula. Warna pigmen dalam cangkang tubuh sangat dipengaruhi oleh warna air, jenis pakan, dan kandungan dasar pigmen yang dimiliki oleh setiap lobster air tawar. 10

B. Determinasi dan Diferensiasi Kelamin Determinasi seks adalah penentu jenis kelamin suatu organisme yang ditentukan oleh kromosom seks (gonosom). Secara genetik, jenis kelamin suatu individu sudah ditetapkan pada waktu pembuahan (Matty, 1985). Namun pada saat embrio, gonad atau organ kelamin primer masih berada dalam keadaan indiferen, yaitu keadaan peluang untuk menjadi jantan atau betina dalam bentuk rudimeter yang semua kelengkapan struktur-struktur jantan dan betina sudah ada, hanya menunggu perintah diferensiasi dan penekanan ke arah sifat jantan atau betina (Toelihere, 1985). Menurut Strussman dan Patino (1995), determinasi kelamin pada beberapa spesies dipengaruhi oleh gen, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor kondisi perubahan lingkungan. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap rasio kelamin baik bersifat sementara maupun permanen. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi Enviromental Sex Determination yaitu temperatur, tingkah laku ikan, salinitas, cahaya, kualitas air, ph, dan nutrisi. Proses diferensiasi merupakan proses perkembangan gonad ikan menjadi jaringan yang definitif. Proses ini terdiri dari serangkaian kejadian yang memungkinkan seks genotipe terekspresi menjadi seks fenotipe (Zairin, 2002). Diferensiasi pada ikan lebih labil dibandingkan pada vertebrata yang lebih tinggi (Hunter dan Donaldson, 1983). Pengarahan diferensiasi kelamin adalah suatu teknik untuk mengubah jenis kelamin secara buatan dari ikan betina secara genetik menjadi jantan atau sebaliknya. Pengarahan ini disebut teknik seks reversal, secara buatan dimungkinkan karena pada awal perkembangan embrio atau larva belum terjadi 11

diferensiasi kelamin (Carman dan Alimuddin, 1998). Yamazaki (1983) menyatakan, diferensiasi kelamin pada ikan dapat terjadi sebelum telur menetas, maupun setelah telur menetas baik sebelum atau sesudah ikan mulai makan. Dengan teknik sex reversal, fenotip ikan dapat berubah, tetapi genotipnya tidak dapat berubah. Tujuan utama dari penerapan sex reversal adalah menghasilkan populasi monoseks (Zairin 2002). Jenis kelamin berpengaruh penting dalam budidaya perikanan karena, antara jantan dan betina terdapat perbedaan laju pertumbuhan, pola tingkah laku dan ukuran maksimum yang bisa dicapai. Jenis kelamin ditentukan bersama oleh faktor genetis dan lingkungan, yang bekerja secara sinergis menentukan ekspresi fenotipe suatu karakter (Purdom, 1993). Sumantadinata dan Carman (1988) mengatakan, benih monoseks dapat diperoleh melelui manipulasi hormonal dan manipulasi kromosom atau kombinasi keduanya. Keberhasilan penggunaan hormon pada ikan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jenis dan umur ikan, dosis hormon, lama waktu dan cara pemberian hormon, serta faktor lingkungan (Naggy et al., 1981). Menurut Arfah (1997), hormon merupakan suatu zat kimia organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan berdifusi langsung masuk ke dalam peredaran darah dengan jumlah sangat kecil yang dapat merangsang sel-sel tetentu untuk berfungsi. Pada penerapan sex reversal secara langsung dapat menggunakan hormon steroid. Hormon steroid merupakan hormon yang mempengaruhi reproduksi hewan, merangsang pertumbuhan dan diferensiasi kelamin serta mempengaruhi tingkah laku ikan (Donaldson et al., 1979). Hormon steroid dihasilkan oleh jaringan steroidogenik anatara lain di anak ginjal dan gonad primordial. Jaringan steroidogenik di anak ginjal menghasilkan beberapa glukortikosoid contohnya kortisol, korteron dan kortison, serta beberapa mineralokortikosoid seperti aldosteron. Jaringan steroidogenik pada gonad menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari androgen untuk maskulinisasi, 12

estrogen untuk feminisasi dan progestin yang berhubungan dengan proses kehamilan (Hadley, 1992). Hormon androgen dapat digunakan untuk menghasilkan jantan fungsional (Hunter dan Donaldson, 1983). Kelenjar androgenik sangat penting untuk perkembangan dan regenerasi karakter sekunder dari udang jantan (Nagamine et al., 2000). Hormon androgen yang umum digunakan pada proses maskulinisasi adalah 17α-metiltestosteron, testosteron propionat dan sebagainya. Pemberiannya dapat dilakukan secara oral, perendaman embrio ataupun larva (Pifferer., 1994). Selanjutnya Aplikasi monoseks dengan penggunaan hormon secara oral dengan dosis tertentu mudah dikerjakan oleh para pembudidaya ikan, sampai saat ini teknik penghormonan melelui oral paling banyak digunakan para pembudidaya ikan karena hasil yang diperoleh lebih dari 95 sampai 100% bila dibandingkan dengan perendaman yang menghasilkan 70 sampai 80%. Namun kelemahan dalam metode oral ini adalah pada awal pemberian pakan, larva perlu menyesuaikan jenis pakan buatan sehingga apabila pakan tidak segera dimakan maka kemungkinan besar hormon akan tercuci kedalam media budidaya aplikasi monoseks dengan penggunaan hormon secara oral dengan dosis tertentu mudahdikerjakan oleh para pembudidaya ikan (Guerrero dan Gerrero, 2004).. Keberhasilan pengubahan kelamin dengan penggunaan hormon tergantung pada beberapa faktor seperti dosis hormon, jenis hormon, lama perlakuan dan umur ikan atau udang waktu perlakuan (Yamazaki, 1983). Hasil penelitian Studivianto (2007) diketahui bahwa umur terbaik perendaman larva lobster air tawar dalam 17α-metiltestosteron dicapai pada umur larva 10 hari setelah penetasan dengan tingkat keberhasilan 76,77%. 13

Penelitian sebelumnya oleh Hakim (2008) menghasilkan persentase pembentukan monoseks jantan tertinggi sebesar 61,13% yaitu pada dosis 2 ppm 17α-metiltestosteron. Selain itu penggunaan dosis (2 ppm) pada umur larva 10 hari menghasilkan lobster air tawar jantan tertinggi sebesar 76,77% (Satyantini dan Mukti, 2006). Sedangkan penelitian Carman dan M. Alimuddin (2008) dengan lobster air tawar yang berumur dua minggu diberi pakan dengan dosis 50 mg/kg pakan efektif untuk meningkatkan persentase jantan C. quadricarinatus dari 24,93% (kontrol) menjadi 59,96%, sedangkan untuk perlakuan pemberian dosis yang berbeda belum diketahui hasilnya. Penelitian ini akan difokuskan pada perlakuan menggunakan ekstrak testis sapi yang kaya akan hormon testosteron sehingga menghasilkan metiltestosteron (MT) alami. C. Ekstrak Testis Sapi Testis sapi merupakan organ kelamin primer sapi yang mengandung hormon androgen (hormon kelamin jantan) terutama testosteron dan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa (Toelihere, 1985). Hal ini dimanfaatkan oleh BATAN, sebuah perusahaan nuklir dengan teknologi radioimmunoassay dan isotop yodium-125 yang mereka miliki yang dapat mengukur kadar hormon pada testis dengan jumlah sekitar 30% lebih tinggi daripada domba dan kambing. Konsentrasi testosteron yang tinggi tersebut memperlihatkan bahwa ekstrak testis sapi memiliki hormon androgen sebagai penghasil sel jantan dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai hormon steroid androgen alami pada sex reversal ikan menjadi jantan (Batan,2010) karena kadar testosteron 14

tidak hanya didapat dari hasil biosintesis steroid (steroidogenik) di tubuh lobster saja. Karena keterbatasan informasi tentang ekstrak testis sapi ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut manfaat ekstrak testis sapi ini. Pada penelitian Sagita (2011) perendaman larva lobster air tawar dengan dosis ekstrak testis sapi 2 ppm dan lama perendaman 24 jam menghasilkan sebesar 74,15% dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 83,33%. Sedangkan pada penelitian Elisdiana (2011) pada dosis ekstrak tetis sapi (ETS) dan suhu yang terbaik dalam produksi ikan guppy jantan adalah pada interaksi (ETSxT) 30 o C dan 5 ppm sebesar 63,10% dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 70,13%. 15