PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS. memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB III METODE PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA MELALUI TEKNIK BERMAIN DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM ARTIKEL ILMIAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB II LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGIDENTIFIKASI UNSUR - UNSUR DRAMA MELALUI MODEL JIGSAW DI KELAS V SDN II SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : V (lima)/ II (dua) : 1 (satu) / siklus I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bulango Selatan, SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan Irigasi Lamayo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM PEMBELAJARAN TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF PANTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA ARTIKEL

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

Oleh : Wawan Setiawan

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

KEMAMPUAN SISWA MEMBERI TANGGAPAN DARI CERITA TEMAN DI KELAS III SDN 4 BONE KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh

KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Normala Is. Abd.Rahman. (Mahasiswa jurusan S1 PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dulamayo Barat. Pada saat itu sebagai pimpinan sekolah adalah Bapak Usman Harun.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDIALOG TEKS DRAMA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SRIBIT TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 1 KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2013/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN TEKNIK INFO BERANTAI DALAM MENYAMPAIKAN PESAN PADA SISWA KELAS IV SDN 24 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN PERAN DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 MAYONG KABUPATEN JEPARA TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

Transkripsi:

1 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh Hadijah Mohamad Pembimbingv I : Dr. Yusuf Jafar M.Pd Pembimbing II : Dra. Dajani Suleman M.Hum ( Mahasiswa Program Studi S1-PGSD ) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilakukan secara bertahap, dengan alat pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Yang menjadi aspek dalam penelitian ini adalah ekspresi, penghayatan, lafal dan intonasi dalam drama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V dapat diterapkan. Hasil secara keseluruhan siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 4 orang atau 20% dan yang tidak dapat menerapkan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango dapat diterapkan. Kata kunci: Drama, Role Playing.

2 PENDAHULUAN Bahasa merupakan media komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Fungsi utama bahasa yaitu sebagai media komunikasi. Kita menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Selain itu, bahasa juga merupakan suatu keterampilan. Dengan demikian setiap orang dituntut untuk terampil berbahasa. Menurut Santoso (dalam Dani 2013) mengatakan bahwa model Role Playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata lain bahwa model pembelajaran Role Playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar. Menyadari bahwa bermain drama dalam proses belajar mengajar perlu dikembangkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa tersebut unutuk aspek berbicara, maka guru perlu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk dapat memberanikan diri ke depan kelas dengan metode Role Playing. Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango, bahwa dalam bermain drama ada beberapa metode pembelajaran yang menarik bagi siswa yakni, metode Role Playing yang sangat cocok untuk diterapkan di SD. Dari pengalaman guru melaksanakan kegiatan pembelajaran bermain peran sebagian siswa harus diberi petunjuk atau pegangan berupa naskah dalam mengungkapkan kata/kalimat yang harus dibicarakan dan diceritakan barulah siswa tersebut dapat mengungkapkan kata ataupun kalimat yang diharapkan. Karena sebagian siswa masih kurang rasa percaya diri ataupun adanya perasaan takut pada diri siswa. Berdasarkan pengalaman tersebut, guru perlu mengubah metode selama ini digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan metode Role Playing.

3 Dari uraian yang telah dikemukakan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan metode Role Playing dalam bermain Drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. PEMBAHASAN 2.1 Hakekat Metode Role Playing 2.1.1 Pengertian Metode Role Playing Menurut Santosa (2010 : 18) bahwa bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antarmanusia. Dengan metode Role Playing (bermain peran) siswa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu. Senada dengan itu, menurut Maufur (2009 : 57) metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Menurut Wahab (2009 : 109) bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Bermain peran dapat menciptakan situasi belajar yang berdasarkan pada pengalaman dan menekankan dimensi tempat dan waktu sebagai bagian dari materi pelajaran. Bermain peran memberikan kemungkinan kepada para murid untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Melalui bermain peran, emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. 2.1.2 Tujuan Metode Role Playing Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia. Menurut Santosa (2010 : 18) tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat: (a) memahami perasaan orang lain, (b) menempatkan diri dari situasi orang lain, (c) mengerti dan menghargai perbedaan pendapat. Dengan demikian peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan,

4 mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa tersebut juga bisa belajar watak dari orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya sendiri. 2.1.2 Langkah-Langkah Metode Role Playing Metode Role Playing (bermain peran) merupakan cara terbaik untuk memperkuat kecenderungan perilaku berulang termasuk dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Menurut Maufur (2009 : 58-59) langkah-langkah metode Role Playing (bermain peran) adalah sebagai berikut : 1. Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar. 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. 6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan. 7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas. 8. Guru memberikan kesimpulannya secara umum. 9. Evaluasi. 10. Penutup 2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing Dalam penggunaan metode bermain peran, pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Maufur (2009 : 57-58) Kelebihan metode Role Playing (bermain peran) yaitu : 1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. 2) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

5 3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda. 4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan. 5) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Walalupun metode ini banyak memberi kelebihan dalam penggunaannya tetapi metode ini juga mengandung kelemahannya. Menurut Wahab (2009 : 111) kelemahan metode bermain peran yaitu : 1) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh. 2) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasanan kelas tidak mendukung. 3) Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkannya. 4) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya. 5) Bermain memakan waktu yang banyak. 6) Untuk berjalan baiknya sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerjasama dengan baik. 2.1.4 Penerapan Metode Role Playing dalam Bermain Drama Guru menerapkan metode Role Playing dalam bermain drama kepada siswa dengan tiga aspek penilaian yang harus diterapkan dalam drama yaitu ekspresi, penghayatan, dan lafal/intonasi. Ketiga aspek ini yang harus siswa kuasai saat bermain drama didepan kelas dengan menggunakan metode Role Playing. Penerapan metode Role Playing dapat diterapkan dengan langkahlangkah sebagai berikut. Menurut Maufur (2009 : 58-59) langkah-langkah

6 metode Role Playing (bermain peran) yaitu (1). Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. (2). Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar. (3). Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. (4). Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. (5). Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. (6). Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan. (7). Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas. (8) Guru memberikan kesimpulannya secara umum. (9). Evaluasi. (10). Penutup. 2.2 Hakekat Drama 2.2.1 Pengertian Drama Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama, Wiyanto (Dalam Ewink 2012). Senada dengan itu, menurut Hermawan (dalam Faisal 2009 : 15) drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton. 2.2.2 Unsur-Unsur Drama Menurut kosasih (2012 : 135-137) Drama meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Plot Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi. a. Eksposisi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan

7 konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu. b. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dan mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menaggulangi rintangan-rintangan ini. c. Resolusi hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya didalam komlikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks. Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. 2. Penokohan Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut: a. Tokoh gagal atau tokoh badut. Tokoh ini mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu. b. Tokoh idaman. Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan atau terpuji. c. Tokoh statis. Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita. d. Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan selama cerita itu berlangsung. 3. Dialog Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi, dua tuntutan yaitu: a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi diluar panggung selama cerita itu berlangsung, dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan diatas pentas. b. Dialog yang diharapkan diatas pentas lebih tajam dan terbit daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu sajah, para tokoh harus

8 berbicara jelas dan tetap tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah. 4. Latar Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama. a. Latar tempat, yaitu menggambarkan tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di meja makan. b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945. c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelatangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama misalnya dalam budaya masyarakat Betawi, Melayu, Sunda. 3.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 6 Bulango Selatan. SDN 6 Bulango Selatan merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Bulango Selatan,yang dipimpin oleh Ibu. Rislayanti Ishak S.Pd M.M. SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan. Irigasi Lomaya Tapa Desa Mekar jaya yang merupakan pemekaran dari Desa Huntu Utara, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Sekolah ini didirikan pada tahun 1975 dengan nama SD 1 Huntu Utara, Kemudian Pada tahun 2006 sekolah ini berubah nama menjadi SD Inpres Huntu Utara dan akhirnya pada tahun 2010 sekolah ini berganti nama menjadi SDN 6 Bulango Selatan, yang terletak di desa Mekar Jaya, Huntu Barat. Di dasarkan pada Surat Keputusan Pemerindah Daerah No.011674 pada tanggal 15 Desember 2007. pada masa kepemimpinan Kepala Sekolah yang hingga sekarang ini masih menjabat yaitu Ibu Rislayanti Ishak, S.Pd M.M. Gedung sekolah SDN 6 Bulango Selatan dapat di kategorikan gedung permanen, yang mmiliki halaman terbatas. Sekolah SDN 6 Bulango Selatan memiliki 12 guru, 9 PNS, 3 Honorer dan jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas VI berjumlah 131 siswa. Sekolah SDN 6 Bulango Selatan memiliki 6 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang dewan guru, 1 ruang

9 perpustakaan, 1 ruang UKS, Selain memiliki ruangan tersebut, SDN 6 Bulango Selatan, memiliki WC dan kamar mandi yang lengkap, serta kantin sekolah. 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, karena peneliti ingin mengetahui dan menggambarkan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Pada kegiatan penelitian jenis ini dilakukan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk dapat mengumpulkan data-data yang valid, sehingga akan diketahui penerapan metode Role Playing dalam bermain drama. 3.2 Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peran peneliti sangat penting karena peneliti sebagai pengamat penuh atau partisipan aktif dalam pelaksanaan penelitian. Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh subjek penelitian, yaitu untuk mengamati bagaimana penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. 3.3 Data dan Sumber Data Data yang dibutuhkan adalah semua komponen yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu data yang diambil langsung dari lokasi penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dengan guru kelas V dan siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango mengenai penerapan metode Role Playing dalam bermain drama. 3.4 Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu : 3.4.1 Observasi 3.4.2 Wawancara 3.4.3 Dokumentasi

10 3.6 Pengecekan Keabsahan Data Tujuan dilakukan pengecekan keabsahan data adalah untuk mengetahui keabsahan data yang terkumpul. Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data, maksudnya untuk mengetahui tingkat kebenaran data yang diperoleh dari sumber data. 3.7 Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan informasi lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Peneliti menggunakan data dari hasil observasi dan wawancara di SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango yaitu dengan mengamati segala sesuatu yang ada di SD tersebut seperti, siswa dan guru. 3.8 Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan tahap-tahap penelitian yaitu: 3.8.1 Penelitian Pendahuluan 3.8.2 Pengembangan desain 3.8.3 Penelitian Sebenarnya 3.8.4 Penulisan Laporan Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh siswa dari masing-masing aspek penilaian yaitu ekspresi, penghayatan dan lafal/intonasi. Pada aspek ekspresi yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 11 orang atau 55%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 8 orang atau 40%, dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 1 orang atau 5%. Kemudian pada aspek penghayatan siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 9 orang atau 45 %, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 10 orang atau 50% dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 1 orang atau 5%. Dan pada aspek lafal/intonasi siswa yang dapat bermain drama melalui

11 penerapan metode Role Playing bejumlah 12 orang atau 60%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 6 orang atau 30% dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 2 orang atau 10%. Sesuai dengan hasil diatas kemampuan siswa dalam bermain drama dengan metode Role Playing secara keseluruhan pada ketiga aspek yaitu ekspresi, penghayatan dan lafal/intonasi pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan yaitu siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 4 orang atau 20 %, dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%. PENUTUP Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V mengalami peningkatan. Dari hasil secara keseluruhan pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 4 orang atau 20% dan tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango sudah mampu bermain drama. Saran 1. Kepada Guru Sebaiknya guru menjelaskan materi kepada siswa harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai akan berhasil. Karena kemampuan siswa berbeda-beda hendaknya guru memperhatikan setiap siswa dan melakukan pendekatan secara individual.

12 2. Kepada Siswa Sebaiknya siswa memperhatikan apa yang telah dijelaskan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Agar siswa dapat memahami dengan baik apa yang telah dijelaskan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi Drama Pendek. DAFTAR PUSTAKA Faisal, Muhammad. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra.bandung: Yrama Widya. Maufur, Hasan Fauzi. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang: PT.Sindu Press. Markhumah, Siti. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Metode Bermain Peran. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Mokodongan, Debie. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Teknik Role Playing pada Siswa Kelas I. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Rosdiana, Yusi. 2007. Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Santosa, Puji. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Wahab, Abdul Aziz. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alvabeta. Aladzaniart. 2012. Jenis-Jenis Drama. (online), http://aladzaniart.blogspot.com/2012/04/drama.html, Diakses19 Maret 2013. Patria, Bekti. 2012. Teknik Bermain Drama. (online), http://bektipatria.wordpress.com/materi/ Diakses 9 Juni 2013. Ewink. 2012. Pengertian Drama. (online), http://ewinksuarahati.blogspot.com/2012/03/pengertian-drama-menurutpara ahli.html.diakses19 Maret 2013. Dani. 2013. Role Playing Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Inovatif Bahasa Dan Sastra. Artikel. (online),

13 http://pojokpakdani.wordpress.com/2013/01/14/role-playing-sebagai-salah-satumodel-pembelajaran-inovatif-bahasa-dan-sastra/ Diakses 9 Juni 2013. Qitri. 2011. Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif. (online). http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/09/triangulasi-dalampenelitian-kualitatif.html. Diakses 9 Juni 2013. Khusnul, Asma. 2011. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data. (online). http://salimafarma.blogspot.com/2011/05/metode-dan-teknik-pengumpulandata.html. Diakses 9 Juni 2013. Buyungchem. 2006. Efektivitas Pengajaran Drama Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas Xi Smu Negeri 07 Makassar. (online). http://buyungchem.wordpress.com/about/efektivitas-pengajaran-drama-dengan- meng-gunakan-metode-bermain-peran-pada-siswa-kelas-xi-smu-negeri-07- makassar/. Diakses 9 Juni 2013.