KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Normala Is. Abd.Rahman. (Mahasiswa jurusan S1 PGSD)
|
|
- Yulia Hartanti Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO Normala Is. Abd.Rahman (Mahasiswa jurusan S1 PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, dengan tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini dimaksud untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, engan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Dari hasil penelitian guru sudah melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng, baik dalam penggunaan media, model dan metode pembelajaran, melibatkan siswa dalam pembelajaran, memberikan fasilitas serta memberikan tugas-tugas dan evaluasi tentang memerankan isi dongeng itu semua sudah dilakukan seoptimal mungkin. Sehingga disimpulkan bahwa guru telah melakukan upaya meningkatkan kemempuan siswa dalam memerankan isi dongeng pada siswa kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Kata kunci : Kemampuan, memerankan, dongeng BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat membina siswa mengembangkan kemampuan mereka agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pembinaan dan pengembangan itu terdiri atas empat macam yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemampuan tersebut harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat berkomunikasi dengan baik. Kurangnya kemampuan pada salah satu keterampilan tersebut akan menyebabkan kurang efektifnya kegiatan komunikasi yang terjadi.
2 2 Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan berbicara. Berbicara sebagai kegiatan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berbahasa lainnya. Hal yang sangat berharga untuk kegiatan berbicara dapat diperoleh melalui keterampilan menyimak, membaca dan menulis. Semakin banyak kegiatan untuk menyimak, membaca dan menulis akan mempermudah seseorang berbicara. Sebab dengan kegiatan tersebut akan memperbanyak kosakata yang dimiliki. Semakin banyak kosakata yang dimilki semakin mempermudah dan memperlancar seseorang untuk berbicara. Menurut Suherli Kusmana (2009:51) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Salah satu keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain yakni mendongeng. Mendongeng merupakan hal yang menyenangkan dan sangat penting untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbicara seseorang. A. Aditya (2010:1) mengemukakan dongeng adalah karya sastra berbentuk prosa atau karangan yang isinya melukiskan suatu kejadian atau peristiwa. Selanjutnya menurut Yudi Irawan (2010:2) yaitu pada saat baik mendongeng dihadapan pendengar maupun secara tidak langsung tidak lepas dari pihak pendengar. Oleh karena itu, dalam mendongeng harus beranggapan bahwa ketika mendongeng sesungguhnya sedang berkomunikasi dengan pendengar. Jadi dongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang menyenangkan yang isinya melukiskan suatu kejadian atau peristiwa. Ketika di sekolah dasar, mendongeng merupakan bagian dari kegiatan belajar yang diikuti siswa. Oleh karena siswa itu diharapkan memiliki kemampuan dalam mendongeng. Mendongeng sebagai salah satu sarana mengungkapkan pikiran, perasaan, gagasan kepada pihak lain dalam bentuk berbahasa lisan. Dalam hal ini siswa dilatih memerankan dongeng dengan kata-katanya sendiri secara singkat. Menurut Muhammad Noor (2010:54) bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
3 3 dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankannya. Kegiatan bermain peran merupakan permainan yang mengasah kemampuan mengingat dan bereksplorasi dengan dunia hayal siswa-siswa. selain melatih daya serap dan pemahaman siswa, aktivitas bermain peran juga membuat siswa menjadi lebih terlatih untuk mengenal lingkungan sekitar, serta siswa akan dibiasakan untuk menghilangkan perbedaan dan sekat antara proses pelatihan saat bermain dengan realitas sebenarnnnya. Dalam bermain peran siswa meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang dikaguminya atau ditakutinya dari orang-orang yang berada disekitarnya, yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari maupun dari tokoh yang ditonton sehingga melibatkan penggunaan bahasa. Melalui kegiatan memerankan dongeng guru dapat melihat kemampuan siswa dalam penggunaan bahasa lisan yang baik dan benar. Bertolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: Kemampuan Memerankan Isi Dongeng Pada Siswa Kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bonebolango BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakikat Memerankan 1. Pengertian Memerankan Menurut Muhammad Noor (2010:54) bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Menurut Hafiz Muthoharoh, 2009 bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Permainan simulasi (simulation
4 4 games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, (2) Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, dan (3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok. Selanjutnya menurut Eko Budi Santoso, 2011 bermain peran atau role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Jadi bermain peran atau role playing adalah sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Siswa dapat berperan sebagai dan perilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat memeperngaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk didalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya.
5 5 2. Kelebihan Dan Kelemahan Memerankan Seperti halnya metode pembelajaran pada umumnya, metode bermain peran memiliki kelebihan disamping kelemahan-kelemahannya. Menurut Muhammad Noor (2010:54) kelebihan dan kelemahan metode bermain peran yaitu sebagai berikut: a. Kelebihan Memerankan 1) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama 2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh 3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda 4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan b. Kelemahan Memerankan 1) Sosiodrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang 2) Melakukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun siswa didik, dan ini tidak semua guru maupun siswa yang memilikinya 3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk melakukan suatu adegan tertentu 4) Apabila pelaksanaan metode bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai 5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode bermain peran.
6 6 B. Hakikat Dongeng 1. Pengertian Dongeng Mendongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang menyenangkan. Mendongeng sangat penting bagi penumbuhkembangan keterampilan berbicara, bukan hanya sebagai keterampilan komunikasi, melainkan juga sebagai seni. Menurut Yudi Irawan (2010:1) mendongeng adalah menceritakan dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi (fiksi), terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh kepada pendengar. Selanjutnya menurut D.A Aditya (2010:38) dongeng adalah cerita khayalan atau cerita fantasi yang tidak masuk akal. Cerita yang disampaikan dalam dongeng merupakan cerita yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi. Dongeng termasuk jenis prosa lama. Jadi dongeng adalah cerita khayalan yang tidak benar-benar terjadi atau cerita fantasi yang tidak masuk akal. Menyampaikan dongeng yang menarik memang membutuhkan keterampilan khusus. Mulai dari cara menyampaikan cerita, kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan suara maupun perilaku tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu diperhatikan. Dongeng dapat menjadi cara yang sangat efektif dalam berkomunikasi dan memasukan informasi pada pendengar selain itu juga dengan mendongeng dapat meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor bagi. Tentu mendongeng sebelum tidur dan mendongeng di kelas jelas berbeda. Memasukan informasi haruslah melalui suatu hal yang disenangi, pembelajaran yang menyenangkan akan memudahkan dalam menyerap informasi dan salah satunya yaitu dengan dongeng, pada fase ini, siswa mampu berimajinasi atau berfantasi berbagai hal. Mereka memainkan kursi sebagai mobil, kereta atau kuda, bermain peran dan lain-lain. Kemampuan anak yang berimajinasi ini perlu difasilitasi untuk meningkatkan daya imajinasinya yang kemudian akan mampu mengembangkan kognitif dan daya ingat.
7 7 Dongeng biasanya menceritakan hal-hal yang fantastis dan tidak masuk akal serta berlatar belakang atau dunia binatang. Isi cerita dongeng biasanya mencerminkan kehidupan bermasyarakat disuatu daerah tertentu. 2. Jenis-Jenis Dongeng Menurut Suryati terdapat banyak jenis jenis dongeng. Secara umum dongeng dibedakan menjadi enam jenis, yaitu: 1) Dongeng Fabel Cerita fabel atau cerita binatang adalah cerita yang tokoh-tokohnya adalah binatang-binatang. Dalam cerita fabel, binatang-binatang tersebut memiliki sifat dan perilaku seperti manusia, misalnya bersifat baik, rendah hati, bisa tertawa, bisa menangis, dan mampu berkata-kata. 2) Dongeng Biasa Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Misalnya dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang, serta Bawang Putih dan Bawang Merah 3) Dongeng Legenda Dongeng legenda yaitu dongeng yang mengisahkan tentang terjadinya nama, antara lain : nama tempat, gunung, danau atau sungai. Dongeng yang berasal dari legenda dapat diadopsi dan disesuaikan dengan karakteristik anak. 4) Dongeng Mithe atau Mitos Mitos adalah cerita yang menceritakan tentang dewa-dewa, mahluk halus, dan hal-hal lain yang bersifat gaib yang berkaitan dengan kepercyaan masyarakat tempat cerita tersebut tumbuh dan berkembang. Menurut Dendy Sugono (2007:128) mitos bermula dari pemikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap dengan akal dan panca indranya. Karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu yang dianggap lebih konkret daripada kenyataan duniawi. Namun, dalam usaha menemukan yang lebih nyata dan lebih kekal itu, seseorang atau sekelompok
8 8 masyarakat tertentu cenderung membayangkan sesuatu dengan dunia angannya sendiri. Dongeng mithe biasanya berkenaan dengan dongeng dongeng aneh, tentang mahluk mahluk halus, seperti jin, setan, siluman, roh halus dan sejenisnya yang tidak ada di alam nyata dan tidak dapat dijangkau oleh logika. 5) Dongeng Hikayat Dongeng hikayat yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Kadang kadang didongengkan secara berlebihan, sehingga tidak masuk akal. 6) Dongeng Lelucon Dongeng lelucon adalah dongeng yang menceritakan tentang kelucuan seorang tokoh, sehingga mengundang tawa pada para pembaca atau pendengar. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar penelitian Penelitian ini dilaksnakan di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango yang merupakan tempat peneliti melaksanakan praktek pengalaman lapangan II (PPL II). Di SDN 6 Bulango Selatan terletak di jalan Irigasi Lomaya Tapa Desa Mekar kecamatan Bolango Selatan, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Atas petimbangan lokasi tersebut mudah dijangkau dan peneliti sudah mengetahui sebagian kecil dari berbagai hal terkait lokasi penelitian. 3.2 Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatifdengan maksud untuk menjelaskan secara naratif tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kleas II Sdn 6 Bulango Selatan Kabupten Bone Bolango. Dengan jenis penelitian adalah penelitian deskriptif.
9 9 3.3 Kehadiran Peneliti Penelitian pertama diawali dengan pengumpulan data berdasarkan pelaksanaan observasi pada hari kamis tanggal 25 April 2013, terhadap proses belajar mengajar dengan memerankan isi dongeng, dengan mengamati kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada kunjungan selanjutnya, tepatnya hari kamis tanggal 27 April, peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan juga siswa. wawancara tersebut dilakukan untuk melengkapi data-data yang ada. 3.4 Data dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang berupa kata-kata berbentuk informasi dari wawancara dan hasil angket guru kelas dan siswa kelas IV SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango tentang upaya-upaya guru meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurang bilangan bulat serta dokumen hasil belajar siswa kelas IV. Sumber data terdiri dari guru dan siswa sebagai informan yang diwawancarai. 3.5 Prosedur Pengumpulan Data 1) Observasi 2) Wawancara 3) Tes 4) Dokumentasi 3.6 Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengadakan pengecekan terhadap keabsahan data dapat dilakukan dengan hal-hal seperti berikut: a) Perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan b) Observasi yang mendalam c) Pembahasan sejawat d) Melacak kesesuaian hasil e) Pengecekan anggota 3.7 Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Tetapi, dalam penelitian ini
10 10 analisis data dilakukan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. 1) Reduksi Data 2) Penyajian Data 3) Penarikan Kesimpulan 3.8 Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Penutup BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango pada siswa kelas II dengan jumlah siswa 20 orang. Adapun penelitian ini mengenai kemampuan siswa memerankan isi dongeng. Pelaksanaan penelitian dengan mengamati, mengobservasi, dan wawancara yang dilakukan sebanyak dua kali. Penelitian pertama diawali dengan pengumpulan data berdasarkan pelaksanaan observasi pada hari kamis tanggal 25 April 2013, terhadap proses belajar mengajar dengan memerankan isi dongeng, dengan mengamati kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada saat pelaksnaan pembelajaran siswa masih ada yang berceritadengan teman sebangkunya, dan juga masih banyak pula siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan sesudah jam istirahat sehingga siswa malas belajar. Pada kunjungan selanjutnya, tepatnya hari kamis tanggal 27 April, peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan juga siswa. wawancara tersebut dilakukan untuk melengkapi data-data yang ada. Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa dengan menanyakan apakah memerankan isi dongeng itu sulit, dan apa yang harus diperhatikan dalam memerankan isi dongeng. Sebagian besar siswa mengatakan dalam bermain peran ataupun memerankan isi dongeng tidak terlalu sulit, karena menurut mereka menyenangkan jika harus berperan sebagai tokoh-
11 11 tokoh dalam dongeng, dan yang harus mereka perhatikan pada saat memerankan dongeng tersebut yaitu watak atau karakter tokoh, sesuai pengamatan siswa juga masih kurang mampu memerankan watak atau karakter tokoh dalam dongeng. Sedangkan hambatan yang dialami siswa ketika memerankan isi dongeng yaitu kosakata. Kegiatan berikutnya peneliti mewawancarai Guru kelas II yaitu Ibu Yusnita T. Belu, S.Pd mengenai pembelajaran siswa dalam memerankan isi dongeng. Dalam wawancara ditemukan bahwa guru mengajarkan materi kepada siswa secara runtut sesuai dengan kurikulum yang ada, dan dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya menjelaskan atau membacakan dongeng tersebut kemudian siswa memerankannya didepan kelas. Selain itu guru mengatakan sebagian siswa masih ada yang mengalami kesulitan dalam memerankan isi dongeng. Hal ini disebabkan siswa kurang memperhatikan rangkaian dongeng yang dibacakan guru. 4.2 Temuan Umum Secara umum, peneliti memperoleh gambaran bahwa siswa sangat menyukai pelajran khususnya bahasa indonesia. Selain itu dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari keberadaan siswa dalam proses pembelajaran, memperhatikan guru menyampaikan materi, bertanya jika ada hal-hal yang kurang dipahami dalm belajar. Namun masih terdapat juga hambatan dalam pembelajaran yaitu masih terdapat siswa yang tidak menyukai kegiatan bermain peran atau memerankan isi dongeng, gugup dalam mengikuti pelajaran, banyak bermain dalam proses pembelajran dan masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilihat dari kurangnya motivasi siswa terhadap materi pembelajaran. 4.3 Temuan khusus Adapun temuan khusus yang diperoleh peneliti dari 20 orang siswa kelas II SDN 6 Bulango Selatan dalam kemampuan memerankan dongeng masih terdapat siswa yang mampu maupun siswa yang tidak mampu, hal ini dapat dilihat dari persentasi yang diperoleh siswa, dari aspek yang dinilai.
12 12 Rekapitulasi Hasil Analisis Kemampuan Siswa Memerankan Isi Dongeng No Aspek Yang Dinilai Persentasi M 5 25 % 1. Mimik/Ekspresi KM TM 12 60% 3 15% 2. Koherensi/kesesuaian isi dongeng M 14 70% KM 5 25% TM 1 5% M 4 20% 3. Watak/Karakter KM 13 65% TM 3 15% 4.4 Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, Peneliti menempatkan bahwa dalam kegiatan memerankan isi dongeng sebenarnya tidak lepas dari peran guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan pembelajran yang menarik, khususnya dalam hal berbicara. Pemilihan media dan metode pembelajran yang tepat, efektif dan aktif menjadi salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru. Dengan memberikan kesempatan siswa bermain peran atau memerankan tokoh dalam dongeng, siswa menjadi aktif serta dan dapat berfikir kreatif terhadap tokoh yang akan diperankanya. Namun dalam pembelajaran memerankan isi dongeng ini masih terdapat kelebihan dan kekurangannya
13 13 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango masih perlu mendapatkan bimbing serta latihan secara terus-menerus dari guru kelas. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 20 orang siswa diperoleh 11 orang siswa atau 55% siswa yang mampu memerankan isi dongeng sedangkan 9 orang siswa atau 45% belum mampu memerankan isi dongeng dengan baik. 5.2 Saran Melihat hasil simpulan di atas maka disarankan. 1. Kepada Semua guru untuk sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas mengajarnya. 2. Bagi Siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam berbahasa serta dapat menemukan cara belajar yang efektif terutama dalam hal kemampuan memerankan isi dongeng. 3. Bagi Sekolah yaitu, sebagai bahan masukkan dalam peningkatan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng serta memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. 4. Bagi penulis untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone
14 14 Bolango dan menjadi bahan bagi calon peneliti lainnya untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil penelitian ini pada penelitian selanjutnya. Daftar Pustaka Abdilah Nur Rahayu, Kajian Teori Dongeng: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Aditya. D.A, Ensiklopediaku Tentang Cerita. Bogor: Adhi Aksara Indonesia. Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta.Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo Hartika Tika, Pembelajaran dan Penilaian Bahasa Indonesia Referensi untuk Guru Bahasa Indonesia. Jakarta.Leuser Cita Pustaka. Irawan Yudi, Mendongeng Itu Menyenangkan. Bandung. Trans Mandiri Abadi Kusmana Suherli, Guru Bahasa Indonesia Profesional. Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya. Noor Muhammad, PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif Inofatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot.) Jakarta Alisa dikin, Metode Pembelajaran diakses tanggal 30 Mey 2013 Anti Aarne dan Stith Thompson, Kajian Dongeng, definisi dongeng. diakses tanggal 10 Juni 2013 Eko Budi Santoso, Metode Pembelajaran Bermain Peran diakses tanggal 30 Mey 2013 Hafiz Muthoharoh, Metode Bermain Peran Role Playing dpress.com diakses tanggal 1 Maret 2013 Nuriati Burhan,2013.Pengertian Kemampuan
15 15 Subyantoro, Jenis-jenis cerita diakses tanggal 4 Maret 2013 Suryati, Jenis-jenis Dongeng diakses tanggal 30 Mey 2013 Godam, Kegunaan, fungsi, manfaat dongeng untuk anak-anak di akses tanggal 10 Juni 2013
BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (dalam Nasrianti Burhan:
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1 Pengertian Kemampuan Menurut Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (dalam Nasrianti Burhan: 2001) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bagian penting untuk ditanamkan dan diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya tidak akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu materi pelajaran yang sangat penting di Sekolah. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang membelajarkan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang sangat kompleks dan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan secara rinci. Akan tetapi, secara sederhana pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfikir, menalar, menghayati, kehidupan dan alat komunikasi. suara atau tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting terutama dalam pengungkapan pikiran seseorang atau merupakan sarana untuk berfikir, menalar,
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail
PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Rukmana Ismail Pembimbing I : Dra.Ratnarti Pahrun, M.Pd Pembimbing II: Dra.Hawa Pattiiha,
Lebih terperinciMonolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng
Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5 > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Definisi Dongeng Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, salah satunya keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mengungkapkan pikiran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Dongeng Menurut Priyono (2006 : 9) dongeng sering diidentikan sebagai suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada yang menganggap
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO
PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO Lisliarty Pantolay Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Pembimbing
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar
8 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan anak taman kanak-kanak (TK) mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Dalam hal ini inti kegiatan belajar
Lebih terperinciPengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak
Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak Tri Wahyono Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstrak Penulisan makalah ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah menyimak cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh
1 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh Hadijah Mohamad Pembimbingv I : Dr. Yusuf Jafar M.Pd Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak dimasa depannya sangat ditentukan
Lebih terperincibelajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik serta mampu menggunakannya sebagai alat komunikasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sasaran pendidikan adalah manusia, pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan dapat diartikan sebagai pewarisan ilmu dari satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu komponen dalam sistem masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi cukup besar untuk mempersiapkan sumber daya manusia handal dimasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Dalam UU No.20 tahun 2003 dalam pasal 33 disebutkan bahwa Bahasa Indonesia sebagai
Lebih terperinciBahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting yakni sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang diemban oleh Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia kini telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pengertian
Lebih terperinciMENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa
MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya lapisan
Lebih terperinciBAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA. 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP
207 BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP Dalam pelaksanaan pembelajaran novel yang digunakan sebagai materi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik, manusia yang berbudaya dan berkepribadian baik. Pendidikan yang baik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya pilar utama dalam pembentukan mental/ karakter seorang siswa. Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang baik,
Lebih terperincimemperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teoritis Sosiodrama adalah: Drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun sering menjadi momok bagi peserta didik, bahkan banyak yang menganggap bahwa Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Terampil berbahasa sangat penting dikuasai.
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan membahas latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat dari penelitian dan sistematika penulisan. A. Latar Belakang Terampil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rifki Arif Nugraha, 2015
BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media alam dilingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskriptif terhadap siswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab
Lebih terperinciMENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK
MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com
Lebih terperinciKEMAMPUAN SISWA MEMBERI TANGGAPAN DARI CERITA TEMAN DI KELAS III SDN 4 BONE KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh
KEMAMPUAN SISWA MEMBERI TANGGAPAN DARI CERITA TEMAN DI KELAS III SDN 4 BONE KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh Pebriyanti Madjadi 1. Pembimbing I Dra. Dajani Suleman, M.Hum 2. Pembimbing II Dr.Hj. Rusmin Husain,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal
2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa sangat penting, karena belajar bahasa berarti belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bahasa sangat penting, karena belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi yang mana kegiatan berkomunikasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitan Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan kelas melalui pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 0 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR Guru TK 0 Permataku Merangin Kabuapten Kampar email: gustimarni@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN 2010-2011 Jenep Hanapiah Suwadi Abstrak: Salah satu tujuan Mata Pelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Lebih terperinciKEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA
KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA JURUSAN PENDIDIKAN GUTU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada
Lebih terperinciDidaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN NAGRAK LEMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Yudi Eka Suprapriyadi, M.Pd 1 Arip Ariyanto Purnomo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa verbal atau lisan, baik dalam menyampaikan atau menerima informasi. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting
Lebih terperinciIndikator/ Materi Soal.
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Bentuk Jml Bobot STI 100 10 10 100 1 3. Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah. 3.1 Menjelaskan hak anak untuk bermain belajar dengan gembira dan didengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran IPS sangat penting bagi siswa, karena mata pelajaran IPS berperan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan siswa pada tingkat sekolah dasar. Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut
Lebih terperinciMETODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )
METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan
Lebih terperinciNama Sekolah : Kelas / Semester : 2 / 2 : Lingkungan Waktu : 4 minggu
Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 / 2 Tema : Lingkungan Waktu : 4 minggu Standar Kompetensi B. Indonesia Berbicara RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Mengungkapkan secara lisan beberapa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab IV ini akan dikemukakan tentang: (1) Deskrispi kondisi awal (prasiklus), (2) Pelaksanaan tindakan (siklus I-II), (3) Hasil penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Untuk memenuhi fungsi kemasyarakatan digunakan bahasa sebagai alat komunikasi utama. Bahasa adalah sekumpulan bunyi yang diucapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu gambaran untuk kemampuan yang ada pada diri seseorang. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda, dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Dalam masa tumbuh
Lebih terperinciSILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH
SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami
Lebih terperinciBAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di
9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014
PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Agil Mirdiyanto¹, Joharman 2, Kartika Chrysti S 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia yang berbentuk lisan, tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam suatu komunitas masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, hlm.1. 1 Syaiful Bahri Jamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harapan seorang guru untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang diinginkan adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulisan merupakan hasil karya yang bertujuan untuk menyampaikan ide dan informasi, serta mengekspresikan perasaan penulisnya sehingga pembacanya dapat merasakan ekspresi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan
Lebih terperinci