BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan hasil analisis mean masing-masing instansi/pengelola. 3,50 sampai kurang dari 4,50. Penilaian ini menyimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan konstruksi telah dikenal sejak lama dan terus berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil. kesimpulan sebagai berikut :

ORGANISASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai dasar untuk memberikan saran bagi pihak perusahaan konstruksi. bangunan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB V PENUTUP. tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. menilai bahwa pemeliharaan bangunan Perpustakaan Universitas Atma Jaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata, Bagian Pemeliharaan Hotel

1. Untuk membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan setiap ruangan dalam gedung klien kami

Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYELENGARAAN PELAYANAN BAGI KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan jasa atau pelayanan di sektor kesehatan. merupakan sektor ekonomi terbesar dalam masyarakat maju (Heizer, 2011).

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK

BAB III ELABORASI TEMA

MENGHITUNG VOLUME PEKERJAAN RUMAH 2 LANTAI

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

RUMAH SAKIT SWASTA TIPE C DI KABUPATEN WONOGIRI

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA

PEDOMAN KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK PUSKESMAS KREBET BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

RENCANA ANGGARAN BIAYA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

STANDAR USAHA KELAB MALAM. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Ruang Bersantai dan Melantai

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BILL OF QUANTITY ( BQ )

STANDAR USAHA DISKOTIK. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK. A. Ruang Bersantai dan Melantai

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB V HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Perusahaan dan Hasil Pembangunan Gedung

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

PEDOMAN PELAYANAN TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT LAVALETTE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI


BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta. 2. Kualitas bangunan puskesmas di Yogyakarta

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2014

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

Perbedaan jenis pelayanan pada:

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

STANDAR USAHA KARAOKE

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KELAB MALAM

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

PROGRAM KERJA RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUNYANG KUTE REDELONG TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku)

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kecenderungan menuntut kualitas pelayanan yang lebih baik.

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, rumah sakit juga berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KARAOKE

BUPATI KUDUS T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB II KEMAMPUAN PELAYANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN I 1

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Rumah Sakit Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu: 1. Berdasarkan Jenis Pelayanannya a. Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah

6 sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya. b. Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain 2. Berdasarkan Kepemilikan a. Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah sakit umum Kelas A, B, C, dan D. b. Rumah Sakit Umum Swasta i. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D. ii. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta

7 yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C. iii. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialitik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B. 3. Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur a. Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur. b. Rumah Sakit Kelas B, terdiri atas: i. Rumah Sakit B1 yaitu rumah sakit yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11 spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur. ii. Rumah Sakit B2 yaitu rumah sakit yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan subspealistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur. c. Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat tidur. d. Rumah Sakit Kelas D, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.

8 2.2. Pemeliharaan Pemeliharaan dapat diartikan sebagai preventive effort, yaitu upaya pencegahan terhadap terjadinya kerusakan material atau peralatan. Dalam hal ini, pemeliharaan meliputi kegiatan untuk memelihara dan menjaga kondisi fisik bangunan serta peralatan pendukung lainnya agar tetap berada dalam kondisi yang baik. Klasifikasi pemeliharaan menurut Donny Kurniawan dan Andy Kristanto (2001) yang berjudul pemeliharaan terencana bangunan rumah sakit kelas A, B, dan C di Surabaya terdiri atas: 1. Pemeliharaan Terencana adalah pemeliharaan terorganisir dan terencana. Adanya pengendalian dan pencatatan rencana pemeliharaan. 2. Pemeliharaan tidak terencana adalah pemeliharaan yang dilaksanakan tanpa perencanaan awal. 3. Pemeliharaan untuk pencegahan adalah pemeliharaan yang direncakan dalam jangka waktu tertentu atau kriteria yang sudah ditentukan guna mengurangi kemungkinan kegagalan atu penurunan kualitas barang 4. Pemeliharaan untuk pengkoreksian adalah pemeliharaan yang dilaksanakan setelah kerusakan terjadi. Tujuan dari pemeliharaan ini adalah untuk memperbaiki barang seperti keadaan semula sehingga dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan. 5. Pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang harus segera dilaksakan untuk menghindari akibat yang serius. Seringkali pemeliharaan ini berupa

9 pemeliharaan sehari-hari akibat kecelakaan, misalnya kebocoran gas atau kerusakan akibat badai. 6. Pemeliharaan berdasarkan keadaan adalah pemeliharaan pencegahan sebagai hasil dari pengawasan kondisi barang secara rutin. 7. Pemeliharaan terjadwal adalah pemeliharaan pencegahan yang dilakukan berdasarkan penentuan jangka waktu sebelumnya, jumlah operasi, jarak, dan sebagainya. Dalam penelitian mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/ 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. Lingkup pemeliharaan yang diamati meliputi arsitektural, mekanikal, tata ruang luar, dan tata graha. Namun, tidak semua komponen gedung diamati pemeliharaannya karena terbatasnya waktu penelitian serta lebih berfokus pada jadwal pemeliharaan komponen gedung saja. Standar pelaksanaan pemeliharaan komponen-komponen gedung mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung yang disajikan dalam Tabel 2.1.

10 Tabel 2.1 Standar Pemeliharaan Bangunan Gedung No. Kegiatan Pemeliharaan Standar 1 Perawatan dinding kaca bagian luar gedung 1 tahun 2 Pembersihan kaca dan jendela termasuk pembatas ruangan 1 minggu 3 Dinding keramik pada WC 2 X sehari 4 Pembesihan kotoran yang melekat pada plafon a. Plafon tripleks 3 bulan b. Plafon akustik 2 bulan c. Plafon kayu 2 bulan 5 Pemberian pelumasan pada kunci, engsel,grendel 2 bulan 6 Pembersihan kusen setiap hari 7 Pembersihan saluran terbuka air kotor 1 bulan 8 Pembersihan sanitair (washtafel, bath tub, toilet duduk, toilet jongkok, urinoir) setiap hari 9 Pemeriksaan kran air 2 bulan 10 Pemeriksaan bak kontrol bila tangki septik penuh 6 bulan 11 Pemeriksaan talang datar atap bangunan 1 tahun 12 Pengecatan talang tegak 4 tahun 13 Pemeriksaan saringan air pada kamar mandi setiap hari 14 Pengecatan ulang tembok luar gedung 3 tahun 15 Pembersihan gayung atau ember 1 minggu 16 Permukaan lantai keramik setiap hari 17 Pembersihan tirai atau gordyn 2 bulan 18 pembersihan meja dan kursi 1 hari 19 Penggunaan disinfektan pada lantai WC 2 bulan 20 Pembersihan tangga 1 hari 21 pembersihan ventilasi 1 bulan 22 Perawatan tanaman 1 hari Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Departemen Pekerjaan Umum

11 2.2.1. Kerumahtanggaan Keselamatan Kebakaran Pencegahan kebakaran dimulai dengan tidak memberikan kebakaran tempat dengan cara menggunakan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Kebiasaan merokok juga harus dikontrol, pengaturan merokok harus spesifik tentang tempat, dan kalau dapat, waktuntya. Daerah dimana merokok diperbolehkan, juga daerah dimana merokok dibatasi atau sama sekali dilarang, harus ditandai dengan jelas. 2.2.2. Sarana Jalan Keluar (means of egress). Sarana jalan keluar meliputi eksit, eksit ke akses dan exit pelepasan, tanda jalan ke luar, penerangan darurat dan fan presurisasi tangga kebakaran. Inspeksi harus dilakukan secara berkala setiap bulan.