Sulis Diana. Poltekkes Majapahit Mojokerto. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KADAR ph SALIVA DI BPM NY E DS. JAPANAN KEC. KEMLAGI MOJOKERTO DEVITA CANDRARIN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

STUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR PIL KB KOMBINASI

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Gambaran status gingiva, kebersihan mulut, PH, dan volume saliva pada pemakai kontrasepsi hormonal di Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

GAMBARAN KENAIKAN BERAT BADAN AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN Aibah 1, Tyasning Yuni Astuti Anggraini 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

Kata Kunci: Akseptor KB suntik 1 bulan, Akseptor KB suntik 3 bulan, pemenuhan kebutuhan seksual.

GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSTU BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN AMENORHEA

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

PERBANDINGAN STATUS KESEHATAN GINGIVA PADA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK DI KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL, SUNTIK DAN IMPLAN TERHADAP KEPARAHAN GINGIVITIS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Selfi Elisabeth Kansil Rina Kundre Yolanda Bataha

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB IMPLAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOSARI 02 KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

itu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN PENURUNAN LIBIDO DI BPS NY M DESA TOSARI KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN GALUH SUKMAWATI

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK SATU BULANAN DENGAN TIGA BULANAN DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rahim. Tidak ada metode kontrasepsi yang efektif secara menyeluruh, namun ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOMEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

Universitas Muhammadiyah Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

PENGETAHUAN MEMPENGARUHI PEMILIHAN KB SUNTIK PADA AKSEPTOR YANG MEMERIKSAKAN DIRI BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI TANGERANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATOH TAHUN 2012

Lutfia Kherani Nurhayatun J

Baurlina Ritonga, SST (Akademi Kebidanan Sentral Padangsidimpuan) Abstract

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN PLAK DAN STATUS KESEHATAN GINGIVA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PATUK

PENILAIAN RISIKO KARIES MELALUI PEMERIKSAAN ALIRAN DAN KEKENTALAN SALIVA PADA PENGGUNA KONTRASEPSI SUNTIK DI KELURAHAN BANJER KECAMATAN TIKALA

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMPLANT DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA AKSEPTOR DI BPS NY. HJ. FAROHAH DESA DUKUN GRESIK

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI CEMANI SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KONTRASEPSI DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI

Fatimah Sari, M., Studi Komparasi Kadar...

Oleh: Dewi Murdiyanti PP dan Inda Meilaning Putri 1 ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENETEKI MEMPENGARUHI PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSTU KANGENAN PAMEKASAN. Nurul Kamariyah

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIKAN PROGESTIN (DEPOPROVERA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DEPO PROVERA TERHADAP ph DAN VOLUME SALIVA SERTA ANGKA LEUKOSIT CAIRAN SULKUS GINGIVA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KETEPATAN KUNJUNGAN ULANG AKSEPTOR KB SUNTIK. Suyati

PENGETAHUAN AKSEPTOR KB DENGAN KEMANTAPAN DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

STATUS KESEHATAN PERIODONTAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL, SUNTIK DAN IMPLAN (Tinjauan Pada Akseptor KB di Puskesmas Kebonarum Kabupaten Klaten)

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL KB KOMBINASI DENGAN HIPERTENSI PADA AKSEPTOR PIL KB DI PUSKESMAS ENEMAWIRA KABUPATEN SANGIHE

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM ZUNIAWATI PALEMBANG

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN. Diah Eko Martini ABSTRAK.

PENGARUH KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP PENGELUARAN ASI EKSKLUSIF DI BPS TRIPARYATI KEMALANG KEMALANG KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KEPUTUSAN IBU DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR. Arisna Kadir

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI BPS INSULAMI DESA NGUWOK KEC

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15%

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Rtibhuwana Tunggadewi Malang 2), 3)

PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE DI DESA KEMBANGRINGGIT KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO ULFATUT THOYIBAH

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

Transkripsi:

Pengaruh Pemakaian KB Hormonal (oral, suntik, Implan) terhadap Peningkatan PH saliva di Rumah Bersalin Muslimat desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang Sulis Diana Poltekkes Majapahit Mojokerto Diana.sulis6@gmail.com. ABSTRAK Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai oleh para peserta keluarga berencana (KB). 20% terjadi penambahan eksudat gingiva yang disebabkan pemakaian obat yang mengandung hormonal salah satu dari pemakain pil KB. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal pil, suntik, implant terhadap kadar ph saliva. Jenis penelitian ini analitik observasional, menggunakan rancang bangun cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 342 akseptor kontrasepsi hormonal, dengan sampel 180 akseptor kontrasepsi hormonal, pengumpulan data dikumpulkan dengan menggunakan ph indikator. Teknik analisa data melalui tahap editing, coding. Teknik pengumpulan data ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2 Juni 2014. Analisa data menggunakan uji korelasi pearson.variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontrasepsi hormonal dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar ph saliva. Ada pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar ph saliva di RB Muslimat Desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang. nilai asymp.sigh 0,014 < α = 0,0.5 ph saliva pada pengguna kontrasepsi pil lebih tinggi dibandingkan pada pengguna kontrasepsi suntik dan implant. Hal ini diduga akibat efek dari kandungan hormone progesterone dan estrogen dalam bentuk estradol yang terdapat pada kontreasepsi pil teriutama pil kombinasi akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kortisol jika dibandingkan dengan kandungan hormone pada kontrasepsi suntik dan implant yang hanya mengandung hormone progesterone saja, sehingga akan memberikan hasil yang berbeda dalam peningkatan status ph. Kata kunci: KB Hormonal, peningkatan, ph Saliva Hormonal contraception is a type of contraception that is most preferred by the participants of family planning (KB). 20% occurred due to the addition of gingival exudate use of drugs that contain any of the hormonal birth control pill usage. The purpose of this study was to determine the Effects of the use of hormonal contraception pill, injection, implant the ph level of saliva. This type of observational analytic study, using cross sectional design. The population in this study was 342 acceptors of hormonal contraception, with a sample of 180 acceptors of hormonal contraception, the collection of data collected by using a ph indicator. Data analysis techniques through the stages of editing, coding. This data collection techniques using primary data. The research was conducted on 13 May - 2 June 2014. Data were analyzed using correlation test free pearson.independent variabel in this study is the hormonal contraceptives and the dependent variable in this study is the ph levels of saliva. This is hormonal contraceptive use with saliva ph levels in the village's Women RB Selorejo district. Mojowarno Kab. Jombang. asymp.sigh value 0,014 <α = 0,0.5 ph of saliva on the contraceptive pill is higher than in users of contraceptive injections and implants.

This is presumably due to the effect of the content of the hormone progesterone and estrogen in the form estradol contained in kontreasepsi pill teriutama combination pills would give greater leverage to cortisol when compared with the content of hormones in contraceptive injections and implants that contain only the hormone progesterone alone, so it will give Different results in an increase in ph status. Key word: Hormonal contraception, improvement, ph Saliva 1. Pendahuluan A. Latar Belakang. Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan oleh pasangan suami istri yang ingin menunda atau mengatur kehamilan. Alat kontrasepsi ada dua jenis yaitu kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Kontrasepsi hormonal contohnya pil KB, suntik, dan implant. Kontrasepsi pil mengandung estrogen dan progesterone. Kontrasepsi suntik yaitu kontrasepsi yang mengandung hormone progesterone. Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai oleh para peserta keluarga berencana (KB). Berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Februari 2012, Peserta KB Baru secara nasional sampai dengan bulan Februari 2012 sebanyak 1.256.250 peserta Implant (7,13%), 637.379 peserta Suntikan (50,74%), dan 346.197 peserta Pil (27,56%). Penggunaan kontrasepsi hormonal mengalami inflamasi ginggiva yang lebih tinggi khususnya pada wanita yang memakai kontrasepsi oral. Adanya estrogen dan progesterone dapat merusak respon jaringan ginggiva terhadap iritasi local, karena adanya kerusakan sel mastosit ginggiva, derajat keparahan inflamasi dipengaruhi oleh kadar hormone estrogen dan progesterone dalam plasma darah. estrogenik dan progestational dari pil oral kombinasi mempunyai pengaruh pada organ organ dan jaringan tubuh dan pil oral yang diberikan dapat menyebabkan rangsangan yang lebih atau kurang, ketidakstabilan homon yang diproduksi berdampak pada kadar ph saliva karena bila kadar ph mengalami penurunan dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat, sedangkan pada kenaikan kadar ph dapat terbentuk kolonisasi bakteri dan juga meningkatkan pembentukan kalkulus (Amalia, 2013). b. Rumusan Masalah.

Adakah pengaruh Pemakaian KB Hormonal (oral, suntik, Implan) terhadap Peningkatan PH saliva pada akseptor KB Hormonal di Rumah Bersalin Muslimat desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang?. c. Tujuan Penelitian. Mengetahui pengaruh Pemakaian KB Hormonal (oral, suntik, Implan) terhadap Peningkatan PH saliva pada akseptor KB Hormonal di Rumah Bersalin Muslimat desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang?. 2. Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang menggunakan Kontrasepsi Hormonal minimal 1 tahun sebanyak 362 orang. Kreteria ekslusinya adalah akseptor hormonal dalam perawatan ortodensi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Sampel sebanyak 180 orang. Tempat penelitian RB Muslimat Ds. Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang. Pada bulan maret-juni 2014. Variable independen adalah kontrasepsi hormonal (oral, suntik, implant). Variable dependen adalah PH Saliva pengukuran menggunakan PH Indikator kertas lakmus menggunakan warna Dengan kreteria normal: 6,7-7,3, basa: < 6,7, basa: > 7,3. Dan mengunakan patokan warna PH indicator. Uji statistic menggunakan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%. 3. Hasil Karekteristik Responden. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan di RB Muslimat Ds. Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang tanggal 13 Mei 2 Juni 2014 Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%) Bekerja 32 17,8 Tidak Bekerja 148 82,2 Total 180 100 Berdasarkan pada tabel 4.1 di atas diperoleh data bahwa hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 82,2%

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan di RB Muslimat Ds. Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang tanggal 13 Mei 2 Juni 2014 Pendidikan Frekuensi Prosentase (%) Perguruan Tinggi 0 0 Menengah 110 61,1 Dasar 70 38,9 Tidak Sekolah 0 0 Total 180 100 a. Kontrasepsi Hormonal Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan penggunaan kontrasepsi hormonal di RB Muslimat Ds. Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang tanggal 13 Mei 2 Juni 2014 Kontrasepsi Hormonal Frekuensi Prosentase (%) Pil 60 33,3 Suntik 97 53,9 Implan 23 12,8 Total 180 100 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 97 orang (53,9). b. Kadar ph Saliva Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan ph Saliva di RB Muslimat Ds. Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang tanggal 13 Mei 2 Juni 2014 ph Saliva Frekuensi Prosentase (%) <6,7 120 66,7 6,7-7,0 60 33,3 >7,0 0 0

ph Saliva Frekuensi Prosentase (%) <6,7 120 66,7 6,7-7,0 60 33,3 >7,0 0 0 Total 180 100 Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kadar ph saliva <6,7 sebanyak 120 orang (66,7%). c. Pengaruh KB Hormonal terhadap PH Saliva Tabel 4.7 Tabulasi silang Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kadar ph saliva di RB Muslimat Ds. Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang tanggal 13 Mei 2 Juni 2014. Kontrasepsi ph Saliva Hormonal <6,7 6,7-7,0 >7,0 Total f % f % f % f % Kontrasepsi pil 0 0 60 33,3 0 0 60 33,3 Kontrasepsi suntik 97 53,9 0 0 0 0 97 53,9 Kontrasepsi implan 23 12,8 0 0 0 0 23 12,8 Jumlah 120 66,7 60 33,3 0 0 180 100 Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar 97 responden (53,9) kontrasepsi hormonal suntik didapatkan ph saliva cenderung asam. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson dengan tingkat signifikan α = 0,05 yang mana didapatkan nilai asymp.sigh 0,014 < α = 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar ph saliva di RB Muslimat Desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang.

d. Pembahasan. 1. Pengguna Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 97 orang (53,9). Kontreasepsi hormonal merupakan salah satu cara Untuk mencegah terjadinya kehamilan. Ada tiga metode dalam pemberian kontrasepsi hormonal yang sering digunakan yaitu Kontrasepsi pil, kontrasepsi suntik. Dan kontrasepsi implant. Pil KB mengandung preparat hormone estrogen dan atau hormone progesterone. Kontrasepsi hormonal suntik (injection) merupakan suatu kontrasepsi progrestin yang mekanisme kerjanya bertujuan mengahmbat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH. Apabila suntikan dimulai dalam lima hari sejak awal menstruasi, maka efek kontrasepsi akan muncul dengan cepat karena ovulasi tidak akan terjadi pada bulan pertama. Apabila suntikan mulai diberikan lebih dari lima hari setelah menstruasi, maka klien harus menggunakan metode kontrasepsi penunjang selama beberapa minggu karena kemungkinan ovulasi tidak dapat dicegah pada bulan pertama tersebut. Suntikan DMPA akan efektif selama 14 minggu, dengan 2 minggu periode kelonggaran bila suntikan berikutnya tidak dapat diberikan tepat 12 minggu (atau tiga bulan lunar) kemudian. Depo Provera merupakan salah satu kontrasepsi yang efektif. Pada metode ini tidak ada perbedaan antara penggunaan terbaik dan penggunaan umum karena selama klien menepati kunjungan untuk mendapat suntikannya, maka tidak ada masalah yang terkait dengan kepatuhan klien. DMPA merupakan alternatif yang sangat baik bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif (Hartanto, 2013) Berdasarkan penelitian sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi hormonal suntik karena jangka waktu yang panjang sehingga responden lebih bisa mengontrol cara berkb dan responden lebih bisa mengontrol kehamilan. Kontrasepsi hormonal suntik tidak mengganggu hubungan suami istri karena hanya melalui suntikan, dan biayanya terjangkau sehingga resonden lebih memilih suntik. 2. Mengidentifikasi ph Saliva Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kadar ph saliva <6,7 sebanyak 120 orang (66,7%). Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva menentukan ph dan kapasitas buffer saliva. ph saliva normal berkisar antara 6,7-7,0. Derajat keasaman

(ph) dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, kapasitas buffer saliva dan hormonal. Penurunan ph dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat, sedangkan pada kenaikan ph dapat terbentuk kolonisasi bakteri dan juga meningkatkan pembentukan kalkulus (MARASABESSY, 2013). Hasil pengamatan dan pengukuran ph saliva memberikan hasil yang cukup signifikan dimana terdapat perbedaan status ph, sebagian besar responden memiliki ph <6,7. Sebagian besar responden mengalami peningktan bufer saliva, dapat dikatakan bahwa keseluruhan sampel ph-nya asam. Sebagian besar, responden mengalami gangguan gigi yang berupa gigi berlubang, hal ini dikarenakan ph saliva yang asam sehingga menyebabkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat. Secara umum hasil yang cukup tinggi pada pengguna kontrasepsi pil dimana-mana rata-rata PH 6,7 dan diikuti suntik dan implant rata-rata 6,4 dan 6,2. 3. Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Hormonal terhadap Kadar ph Saliva Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson dengan tingkat signifikan α = 0,05 yang mana didapatkan nilai asymp.sigh 0,014 < α = 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar ph saliva. Sauer 2006, mengemukakan bahwa peningkatan ph saliva dapat terjadi bila ada kenaikan sekresi saliva karena adanya peningkatan jumlah ion bikarbonat yang berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva terutama dari kelenjar parotis. Kondisi fisiologis tubuh manusia khususnya wanita yang dapat menyebabkan perubahan pada jaringan periodontal terhadap plak bakteri karena terdapat adanya perubahan hormone pada tuhun terutama pada estrogen dan progesterone dari kandungan kontrasepsi hormonal. Kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi hormonal akan mempengaruhi peningkatan jumlah kortisol dalam saliva. Kortisol akan mempengaruhi sistem saraf simpatis melalui reseptor α dan β adrenergic sehingga menyebabkan peningkatan sekresi saliva yang berujung pada peningkatan volume saliva. Peningkatan kecepatan sekresi saliva akan berakibat pada peningkatan jumlah bikarbonat yang pada akhirnya juga meningkatkan ph saliva (Sauer JR, 2006). Selain pengaruh hormone progesterone dan estrogen pada pat berpengaruh kontrasepsi hormonal. Factor lain seperti makanan, minuman, obat-obatan dan juga pola stress dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Jenis makanan minuman tertentu

dapat meningkatkan dan menurunkan status PH. Lamanya waktu makan dan minum sebelum maupun baru beraktivitas dapat mempengaruhi PH saliva. Pada penelitian ini ph saliva pada pengguna kontrasepsi pil lebih tinggi dibandingkan pada pengguna kontrasepsi suntik dan implant. Hal ini diduga akibat efek dari kandungan hormone progesterone dan estrogen dalam bentuk estradol yang terdapat pada kontreasepsi pil teriutama pil kombinasi akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kortisol jika dibandingkan dengan kandungan hormone pada kontrasepsi suntik dan implant yang hanya mengandung hormone progesterone saja, sehingga akan memberikan hasil yang berbeda dalam peningkatan status ph. Kandungan yang terdapat pada pil adalah estrogen Ethinyl estradiol (EE) dan Mestranol (diubah di hepar menjadi EE yang aktif), progesteron dari kelompok Norethindron bervariasi antara 0,4 2 mg. Dosis progestin dari kelompok Norgestrel bervariasi anatar 0,05 0,15 mg. Progestin dari kelompok Norgestrel lebih baik dalam mengontrol perdarahan ireguler dibandingkan dengan Progestin dari kelompo Norethindrone. Dari penelitian yang saya lakukan pada penggunaan kontrasepsi pil kadar phnya lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi hormonal suntik dan implan hal ini diakibatkan efek dari kandungan hormon progesteron dan estrogen dalam bentuk estradiol yang terdapat pada kontrasepsi pil akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kortisol, jika dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal suntik dan implan yang hanya mengandung hormon progesteron saja. Pada responden yang mengalami keasaman ph saliva akan mempengaruhi kesehatan mulut terutama gigi, sehingga responden harus menjaga kesehatan mulut dan gigi. Karena keasaman kadar ph saliva mengakibatkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat yang nantinya akan berupa pengeroposan gigi. Kesimpulan. Ada pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar ph saliva di RB Muslimat Desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang. nilai asymp.sigh 0,014 < α = 0,0. Daftar Pustaka Amalia, R. (2013). Gambaran Status Ph dan Volume Saliva Pada Pengguna kontraepsi Hormonal. 13.

anna glasier, a. g. (2006). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (4 ed.). (S. Ns. Yuyun Yuningsih, Penyunt.) jakarta: EGC. Ariani. (2008). Makanan Pendamping ASI (MP ASI). Dipetik Maret 4, 2014, dari www.parentingislami.wordpress.com. BKKBN. (2012, februari). Hasil pelaksanaan subsistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi. Dipetik maret 2014, dari www.bkkbn.go.id Diana Soesilo, R. E. (2005). Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan ph saliva. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, 1-2. guncu GN, T. T. (2005). Effect of endogenous sex hormones on the periodontium-review of literature. Australian dental journal, 138-145. Hartanto, d. H. (2013). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi (6 ed.). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. halen, v., jan M, K., & Carolyn L, G. (2007). buku ajar asuhan kebidanan (4 ed., Vol. 1). (w. Esty, k. renata, y. yuyun, m. eny, Penyunt., l. ana, m. laily, t. gita, & e. wilda, Penerj.) jakarta: EGC. Handajani, J. M. (2010). Contraceptive pill and injection increase ph and volume of saliva. Dentika Dental Journal, 1-5. Hidayat, A. A. (2010). Riset Keperawatan &Teknik Penulisan Ilmiah. janet medfort, s. b. (2012). Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. (W. Praptiani, Penyunt., & D. Yulianti, Penerj.) jakarta: EGC. Kartiningrum, e. d. (2013). Modul Pengantar Biostatistik. Mojokerto. Marasabessy, f. a. (2013, november). Hubungan Volume Dan Ph Saliva Pada Lansia. 25. Notoatmodjo, S. (2010). metodologi penelitian kesehatan. jakarta: PT.Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Parvasani, A. (2012). pengaruh radioterapi area kepala dan leher terhadap ph Saliva. 27-29. prawirohardjo, s. (2006). ilmu kandungan. jakarta: bina pustaka sarwono prawirohardjo. Primada. (2004). The effect of hormonal contraception usage on gingivitis. 76-82. Prof.Dr.Sugiono. (2008). statistika untuk penelitian. bandung: CV Alfabeta. Prof. Dr. dr. Biran Affandi, S. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rahayu, F. s. (2010). Mengonsumsi minuman beralkohol dapat menurunkan derajat keasaman dan volume saliva. Dentika Dental Journal, 15-19. Rose F, L. M. (2004). Periodontics Medicine surgery and implants. Sauer JR, E. R. (2006). Salivary gland in ixodid ticks: control and mechanism of secretion. Journal of Insect Physiologi. sibue M, H. I. (2010). The gingivl of oral contraceptives users at desa Hergarmanah, kec.jatinangor. Padjajaran Journal Of Dentistry, 58-62. Simatupang dedy, (2006). Metode Pengukuran Saliva dan Pemeriksaan kelenjar Saliva (Skripsi). Medan Universitas Sumatera Utara. Sibue M, hendiani I, Rusyanti Y., 2010. The Ginggiva of oral contrasepsi user at desa Hergamanah kec. Padjajaran journal of density 20110: 22 (1): 58-62. Simatupang, D. (2006). Metode pengukuran saliva dan pemeriksaan iva of saliva. Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Wiknjosastro, H. (2005). Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.