PERBANDINGAN ANTARA ALGORITMA DEKOMPOSISI STANDAR HAAR DAN ALGORITMA DEKOMPOSISI STANDAR RIYAD UNTUK PEMAMPATAN DATA CITRA

dokumen-dokumen yang mirip
Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATEMATIKA DI BALIK CITRA DIGITAL

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Kata kunci: Fourier, Wavelet, Citra

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN

Pengenalan Citra Porno Berbasis Kandungan Informasi Citra (Image Content)

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KLASIFIKASI TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PAKET WAVELET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENGOLAHAN DATA

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL

KOMPRESI IMAGE DALAM SOURCE CODING MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian terkait Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Berbagai metode digunakan untuk

ANALISIS UCAPAN VOKAL BAHASA INDONESIA DENGAN ALIHRAGAM PAKET GELOMBANG SINGKAT

Pertemuan 2 Representasi Citra

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pencocokan Citra Digital

BAB IV ANALISIS. Tabel IV-1 Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet pada Daerah Homogen. Wavelet

BAB 2 LANDASAN TEORI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Multiwavelet untuk Kompresi Suara

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL BERDASARKAN CIRI TEKSTUR MENGGUNAKAN WAVELET

Analisis Perbandingan Transformasi Wavelet pada Pengenalan Citra Wajah

IMPLEMENTASI METODE HISTOGRAM EQUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS CITRA DIGITAL

BAB III PENGOLAHAN DATA

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM

PENGENALAN AHKAMUL HURUF MENGGUNAKAN METODE LPC DAN TRANSFORMASI SLANT. Abstract

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION

BAB 2 LANDASAN TEORI. variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Peramalan Merupakan

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

PENERAPAN DISCRETE DAUBECHIS WAVELET TRANSFORM D A L A M W A T E R M A R K I N G C I T R A D I G I T A L

NASKAH PUBLIKASI KOMPRESI CITRA DENGAN METODE ARITHMETIC CODING DALAM KAWASAN ENTROPY CODING

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005

IDENTIFIKASI SIDIK JARI MENGGUNAKAN TEKNIK PENCOCOKAN TEMPLATE TAPIS GABOR

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar,

KOMPRESI DATA CITRA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DIDUKUNG KUANTISASI ADAPTIF DAN HUFFMAN CODING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT )

TRANSFORMASI MP-WAVELET TIPE B DAN APLIKASINYA PADA PEMAMPATAN CITRA

BAB II CITRA DIGITAL

DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 7 Transformasi Fourier. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

One picture is worth more than ten thousand words

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

Gambar IV-1. Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet Pada Daerah Homogen Untuk Level Dekomposisi Pertama

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Teknik Watermarking dalam Domain Wavelet untuk Proteksi Kepemilikan pada Data Citra Medis

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PEMANFAATAN K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) PADA PENGENALAN WAJAH DENGAN PRAPROSES TRANSFORMASI WAVELET. Sufiatul Maryana, Lita Karlitasari, Arie Qur ania

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam:

Pamampatan dan Rekonstruksi Citra Menggunakan Analisis Komponen Utama.

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

IMPLEMENTASI SANDI HILL UNTUK PENYANDIAN CITRA

APLIKASI WAVELET COIFLET MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN PADA SISTEM PRESENSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul

TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT PADA SINTETIK PEMBANGKIT SINYAL ELEKTROKARDIOGRAM

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Operasi Piksel dan Histogram

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM (DHT)

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 8 Transformasi Fourier. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam:

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENGENALAN POLA DENGAN TINGKAT VARIASI POLA : STUDI KASUS PENGENALAN POLA KARAKTER HURUF DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN)

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

Pemampatan Intraframe pada Citra Sekuensial Menggunakan Gelombang Singkat Biorthogonal

BAB II Tinjauan Pustaka

ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perangkat-keras dalam penelitian ini menggunakan seperangkat PC yaitu

BAB I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Pengenalan Citra Sidik Jari Berbasis Transformasi Wavelet dan Jaringan Syaraf Tiruan

MATHunesa (Volume 3: No 2) 2014

Transkripsi:

ISSN: 1693-6930 3 PERBANDINGAN ANTARA ALGORITMA DEKOMPOSISI STANDAR HAAR DAN ALGORITMA DEKOMPOSISI STANDAR RIYAD UNTUK PEMAMPATAN DATA CITRA Riyad Mubarak Abdullah Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Dalam naskah ini ditampilkan perbandingan antara dua algoritma dekomposisi standar yang digunakan untuk pemampatan data citra. Dua algoritma dekomposisi standar yang dimaksud adalah yang dimiliki Haar dan Riyad. Dalam naskah ini, diperkenalkan suatu algoritma baru yang akan digunakan untuk memampatkan data citra. Algoritma ini pada hakikatnya adalah modifikasi atas algoritma dekomposisi standar yang dibuat oleh Haar. Algoritma dekomposisi standar Haar memiliki kelemahan yang hanya dapat digunakan untuk citra-citra yang berukuran n (dengan n = 1,,3, ), yang berarti citra-citra tersebut harus berukuran genap. Algoritma baru yang disebut dengan dkriyad00 (singkatan untuk dekomposisi standar Riyad tahun 00) dapat mengatasi kelemahan tersebut. Algoritma baru ini dapat digunakan untuk citra berukuran genap dan gasal. Dari hasil ui coba didapatkan bahwa algoritma baru ini dalam prosesnya lebih hemat flops (floating point operations), sehingga waktu proses dekomposisinya menadi lebih singkat. Kata kunci : Algoritma Dekomposisi Standar Haar, Algoritma Dekomposisi Standar Riyad00 1. PENGANTAR Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optis berupa foto, bersifat analog berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada pita magnetis. Menurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik-titik koordinat pada domain spasial atau bidang dan untuk menyatakan nilai keabuan atau warna suatu citra, maka secara teoretis citra dapat dikelompokan menadi empat kelas citra, yaitu citra kontinu-kontinu, kontinu-diskret, diskret-kontinu, dan diskret-diskret; dengan label pertama menyatakan presisi titik-titik koordinat pada bidang citra sedangkan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan atau warna. Kontinu dinyatakan dengan presisi angka tidak terhingga, sedangkan diskret dinyatakan dengan presisi angka terhingga. Komputer digital bekera dengan angka-angka presisi terhingga, dengan demikian hanya citra dari kelas diskretdiskret yang dapat diolah dengan komputer. Citra dari kelas tersebut lebih dikenal sebagai citra digital. Citra digital merupakan larikan dua-dimensi atau matriks yang unsur-unsurnya menyatakan tingkat keabuan unsur gambar, adi informasi yang terkandung bersifat diskret. Citra digital tidak selalu merupakan hasil langsung data rekaman sistem. Kadang-kadang hasil rekaman data bersifat kontinu seperti gambar pada monitor televisi, foto sinar-x, dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk mendapatkan citra digital diperlukan suatu proses konversi, sehingga citra tersebut selanutnya dapat diproses dengan komputer [4].. GELOMBANG-SINGKAT (GS) GS adalah fungsi matematika yang memungkinkan pembagian data menadi komponen-komponen yang frekuensinya berbeda, kemudian mempelaari setiap komponen dengan resolusi yang cocok untuk setiap ukuran (scale). GS dikembangkan secara luas di bidang matematika, fisika kuantum, teknik elektro, dan geologi seismik. Kemauan pada bidang ini selama sepuluh tahun terakhir menghasilkan banyak aplikasi GS baru seperti untuk Perbandingan Antara Algoritma Dekomposisi Standar Haar..(Riyad Mubarak A)

4 ISSN: 1693-6930 pemampatan citra, masalah turbulens, tiruan penglihatan manusia, sistem radar, dan prediksi gempa bumi []. 3. TRANSFORM Transform merupakan salah satu proses yang bersifat pemetaan baku untuk kemudahan dan keefektifan sesuai dengan tuuan pemampatan data yang bersifat merugi. Transform citra bekera terhadap blok-blok piksel. Blok piksel biasanya berukuran kecil, misalnya dapat dipilih 4 X 4, 8 X 8, atau 16 X 16 maupun yang lain, dan bukan pada keseluruhan citra sekaligus. Terdapat dua alasan pemilihan blok-blok yang berukuran kecil, yaitu : a. Transform blok berukuran kecil atas citra tertentu lebih mudah dihitung dan diproses daripada transform citra dengan ukuran penuh. b. Korelasi antara piksel-piksel berauhan yang lebih kecil daripada piksel-piksel yang berdekatan akan mempermudah proses transform itu sendiri. 4. GELOMBANG SINGKAT HAAR 4.1 Haar: Basis Gelombang-Singkat Paling Sederhana Basis Haar merupakan basis GS paling sederhana, telaahnya akan dimulai dengan mengui bagaimana fungsi dimensi tunggal dapat disusun menggunakan GS Haar. Akan dilihat fungsi basis Haar secara rinci dan bagaimana penyusunan GS Haar dapat digunakan untuk pemampatan. Selanutnya akan dicari beberapa aplikasi basis Haar yang meliputi pemampatan citra, pengeditan citra, dan pencarian (query) citra. 4. Transform Gelombang-Singkat (TGS) Haar Dimensi Tunggal Untuk dapat mengerti bagaimana GS bekera, dimulai dengan contoh sederhana. Terdapat citra dimensi tunggal dengan resolusi 4 piksel, yang mempunyai nilai piksel berikut [9 7 3 5]. Citra ini dapat disaikan menggunakan basis Haar, dengan menghitung TGS sebagai berikut. Dimulai dengan mereratakan piksel berpasangan untuk mendapatkan citra dengan resolusi lebih rendah, dengan nilai piksel [8 4]. Jelaslah bahwa beberapa informasi hilang dalam proses rerata dan pencuplikan turun. Untuk dapat memperoleh keempat nilai piksel semula dari kedua piksel rerata, perlu disimpan beberapa koefisien rinci (detail coefficient) yang menangkap informasi yang hilang. Dalam contoh ini akan dipilih 1 untuk koefisien rinci pertama, pada saat rerata yang dihitung adalah 1 kurangnya dari 9 dan 1 lebihnya dari 7. Jumlah tunggal ini memungkinkan piksel pertama dari citra 4 piksel semula diperoleh kembali. Hal yang sama dilakukan dalam penentuan koefisien rinci kedua, yaitu 1, karena 4+(1)=3 dan 4(1) = 5. Secara ringkas, akan disusun kembali citra ke dalam versi resolusi yang lebih rendah ( piksel) dan koefisien rinci seperti berikut : Resolusi Rerata Koefisien Rinci 4 [9 7 3 5 ] [8 4] [1 1] penuh: Proses tersebut diulangi pada rerata rekursif yang memberikan dekomposisi secara Resolusi Rerata Koefisien Rinci 4 [9 7 3 5] [8 4] [1 1] 1 [6] [] Akhirnya akan didefinisikan TGS (uga disebut dekomposisi GS) citra asli 4 piksel menadi koefisien tunggal yang mewakili rerata keseluruhan citra asli, yang diikuti dengan koefisien rinci dalam urutan resolusi yang bertambah. Jadi untuk basis Haar dimensi tunggal, TGS citra piksel asli 4 diberikan oleh [6 1 1]. TELKOMNIKA Vol., No. 1, April 004 : 3-30

TELKOMNIKA ISSN: 1693-6930 5 Bank tapis adalah suatu cara untuk menghitung TGS dengan mereratakan secara rekursif (berulang) dan memperkurangkan koefisiennya. Perlu diingat bahwa tidak ada informasi yang diperoleh atau hilang karena proses ini. Citra asli mempunyai 4 koefisien, demikian uga dengan transformnya. Dengan diberikan transform, dapat disusun kembali citra menadi sembarang resolusi dengan menambahkan secara rekursif dan mengurangi koefisien rinci dari versi resolusi yang lebih rendah. Penyimpanan TGS suatu citra akan lebih menguntungkan daripada melakukan penyimpanan citra asli. Salah satu keuntungan TGS adalah bahwa sering seumlah besar k pemotongan koefisien rinci mempunyai magnitude sangat kecil. Dengan memangkas (truncating) atau penghapusan koefisien kecil ini pada citra yang disaikan, hanya terdapat sedikit kesalahan dalam citra yang disusun kembali, memberikan bentuk pemampatan citra yang hilang. Pertama kali akan disaikan fungsi basis Haar dimensi tunggal. GS yang berhubungan dengan basis kotak dikenal dengan GS Haar, yang diberikan oleh: dengan i = x x i, i 0,, 1 1, 1, 0, untuk 0 x < 1/ untuk 1/ x < 1 di luarnya 4.3 Persyaratan Fungsi Gelombang-Singkat Haar 4.3.1 Ortogonalitas dan Normalisasi Basis Haar memberikan sifat penting yang dikenal dengan ortogonalitas yang tidak selalu diberikan pada basis GS lain. Suatu basis ortogonal merupakan satu dari semua fungsi 0 0 0 1 basis pertama dalam hal ini 0, 0, 1, 1,, yang bersifat saling ortogonal. Ortogonalitas lebih kuat daripada yang diperlukan dalam definisi GS, bahwa i hanya menadi ortogonal untuk semua fungsi skala pada aras yang secara hierarkis sama. Sifat lain GS adalah penormalan. Suatu fungsi basis u(x) dinormalkan ika uu 1. Dapat dinormalkannya basis Haar dilakukan melalui penggantian definisi sebelumnya: i x = x i i x = x i dengan faktor konstanta dipilih agar dipenuhi uu 1 untuk hasilkali-dalam standar (standard inner product). Dengan definisi yang diubah ini, koefisien normalisasi baru diperoleh dengan membagi masing-masing koefisien lama berpangkat dengan. Jadi contoh dari bagian sebelumnya, koefisien yang tidak dinormalkan [6 1 1] menadi koefisien ternormalkan. 6 1 1 Sebagai suatu alternatif untuk menghitung koefisien pertama yang tidak dinormalkan dan kemudian proses menormalkannya, dapat dimasukkan penormalan dalam susunan algoritma. Dua prosedur sandi tersamar (pseudocode) berikut menunukkan dekomposisi yang dinormalkan ini dan meneruskan penyusunan koefisien dalam tempatnya: Perbandingan Antara Algoritma Dekomposisi Standar Haar..(Riyad Mubarak A)

6 ISSN: 1693-6930 procedure Dekomposisi (c: array [1.. ] of reals) c c/ (Penormalan koefisien-koefisien masukan) g while g do Langkah Dekomposisi (c [1..g] ) g g/ end while end procedure procedure Langkah Dekomposisi (c: array [1.. ] of reals) for i 1 to / do c c i ci 1 ci/ / i c i 1 c i / end for c c end procedure Setelah didapat dekomposisi nol, perlu disusun kembali data awal menggunakan prosedur sandi tersamar berikut. procedure Rekonstruksi (c:array [1.. ] of reals) g while g Langkah Rekonstruksi (c [1..g] ) g g end while c c (pengembalian terhadap penormalan) end procedure procedure Langkah Rekonstruksi (c: array [1.. ] of reals) for i1 to / do / / c i 1 c i c / i / c i c i c i end for c c end procedure Prosedur sandi tersamar di atas memungkinkan untuk pengeraan basis ortonormal, yaitu pengortogonalan dan penormalan. Penggunaan basis ortonormal dihilangkan dengan cepat ketika memampatkan suatu fungsi atau citra [5]. TELKOMNIKA Vol., No. 1, April 004 : 3-30

TELKOMNIKA ISSN: 1693-6930 7 Mulai Baca Citra, c c / g g Ya i = 1, / Tidak c c i ci 1 ci / / i c i 1 c i / c c g =g/ Selesai Gambar 1. Diagram alir algoritma dekomposisi standar Haar 5. HASIL UJI ALGORITMA BARU Diagram alir algoritma Riyad seperti yang diperlihatkan pada Gambar. Dalam bagian ini, digunakan beberapa contoh untuk penguian algoritma dkriyad00 dan hasilnya dibandingkan dengan hasil algoritma Haar. Sebagai catatan, citra-citra yang digunakan akan digambarkan sebagai citra yang bersifat penuh, berpusat di tengah (tegak atau mendatar), dan tersebar diseluruh bidang pandang. Dengan mengingat kembali bagian ilustrasi yang telah dibahas sebelumnya, di mana suatu citra akan diubah menadi suatu matriks berorde n X n. Untuk memudahkan penggunaan algoritma baru ini, digunakan rumus matematika yang membuktikan kemampuan algoritma baru dalam memampatkan citra berukuran genap maupun gasal. Matriks dengan mudah dapat dipahami sebagai suatu penataan baris per baris atau kolom per kolom dengan tanda-tanda tertentu, sehingga matriks tersebut dapat digunakan untuk menyaikan transformasi dan analisisnya. Jika operasi semacam itu dilakukan pada persamaan Ax = b, setelah ditransformkan akan diperoleh persamaan WAx = Wb. Dari sini, dapat ditulis (WAW -1 )(Wx) = Wb. Sebagai contoh, untuk transformasi ortogonal W, dengan W -1 = W T didapat hubungan (WAW T )Wx = Wb atau A W b [3]. Sifat umum yang menarik pada metode ini adalah bahwa suatu TGS atas matriks rapat akan menghasilkan matriks arang [1]. Perbandingan Antara Algoritma Dekomposisi Standar Haar..(Riyad Mubarak A)

8 ISSN: 1693-6930 Mulai Baca Citra n = max(size(citra)) step = log(n)/log() z = 1,n a = citra (z, :) k = 1, step i = 0, n/(*k) - 1 b (i +1) = (a(1 + i *) + a(1+i * + 1))/ = 0, n/(*k) - 1 b ((n/k) / + + 1 ) = a(1 + *) - b( + 1) a1 (k,: ) =b a = b Hasil(z,: ) = a Selesai Gambar. Diagram alir algoritma Riyad. Contoh 1: Untuk citra yang bersifat penuh. Tabel 1. Perbandingan antara gelombang-singkat Haar dan dkriyad 00 untuk beberapa ukuran citra yang bersifat penuh GELOMBANG-SINGKAT Ukuran Citra dkriyad00 Haar 8 X 8 4 X 4 3 X 3 Flops 4870 5766 Waktu 0.1600 0.1700 Flops 99474 NA Waktu 0.3800 NA Flops 730 38788 Waktu 1.3900 1.4900 TELKOMNIKA Vol., No. 1, April 004 : 3-30

TELKOMNIKA ISSN: 1693-6930 9 Hasil proses dekomposisi untuk citra berukuran 3 X 3 di atas dapat dilihat pada Gambar 3. dkriyad00 Haar Gambar 3. Perbandingan hasil dekomposisis citra yang bersifat penuh yang berukuran 3 X 3 Contoh : Citra dengan sifat berpusat di tengah (tegak atau mendatar). Tabel. Perbandingan antara gelombang-singkat Haar dan dkriyad00 untuk beberapa ukuran citra dengan sifat berpusat di tengah GELOMBANG- Ukuran SINGKAT Citra dkriyad00 Haar Flops 4958 585 8 X 8 Waktu 0.1600 0.1700 Flops 14460 Gagal 1 X 1 Waktu 0.300 NA 4 X 4 3 X 3 64 X 64 Flops 96738 NA Waktu 0.4400 NA Flops 14430 3947 Waktu 1.300 1.600 Flops 15734 1739964 Waktu 5.1400 5.1700 Contoh 3: Citra yang tersebar di keseluruhan bidang pandang. Tabel 3. Perbandingan antara gelombang-singkat Haar dan dkriyad00 untuk beberapa ukuran citra yang tersebar di keseluruhan bidang pandang GELOMBANG- Ukuran SINGKAT Citra dkriyad00 Haar Flops 4896 579 8 X 8 Waktu 0.1600 0.1700 Flops 9953 NA 4 X 4 Waktu 0.3300 NA Flops 400590 NA 7 X 7 Waktu 5.3600 NA Flops 18578088 1864048 144 X 144 Waktu 19.1400 19.1700 Perbandingan Antara Algoritma Dekomposisi Standar Haar..(Riyad Mubarak A)

30 ISSN: 1693-6930 Hasil dari proses dekomposisi untuk citra berukuran 3 X 3 di atas dapat dilihat pada Gambar 4. dkriyad00 Haar Gambar 4. Perbandingan hasil dekomposisis citra yang tersebar di keseluruhan bidang pandang yang berukuran 3 X 3 6. KESIMPULAN Dari ui dua algoritma tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa algoritma baru yang disebut dkriyad00 yang dapat mengatasi kelemahan algoritma sebelumnya yang dimiliki oleh Haar, yaitu prosesnya lebih hemat flops (floating point operations) sehingga waktu proses dekomposisinya menadi lebih singkat DAFTAR PUSTAKA [ 1] Bond, D. M. and S. A. Vavasis, Fast Wavelet Transforms for Matrices Arising from Boundary Element Methods Center for Applied Mathematics, Engineering, and Theory Center, Cornell University, Ithaca, NY 14853, March 4, 1994. [ ] [Graps, A., An Introduction to Wavelets IEEE Computational Science and Engineering, USA, 1-5 and 7-8, 1995. [ 3] [Morton, P. and Petersen A., Image Compression Using the Haar Wavelet Transform Math 45, College of the Redwoods, December 19, 1-9, 1997. [ 4] [Murni, M., Pengantar Pengolahan Citra Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 5, 199. [ 5] Stollnitz, E. J., T.D. DeRose, and D.H. Salesin, Wavelet for Computer Graphics Theory and Application Morgan Kaufmann Publishers, Inc., San Francisco, California, 9-5, 89-90, and 97-98, 1996. TELKOMNIKA Vol., No. 1, April 004 : 3-30