PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik adalah ilmu untuk menetapkan identitas seseorang berdasarkan ciri fisik, kimia, ataupun tingkah laku dari orang tersebut. Dewasa ini, biometrik telah menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan, terutama dalam bidang sistem manajemen identitas yang bertujuan untuk mengenali identitas seseorang dalam beberapa aplikasi. Beberapa ciri fisik atau tingkah laku yang sering digunakan dalam aplikasi biometrik, seperti wajah, sidik jari, DNA, telinga, gaya berjalan, bentuk geometri tangan, iris, retina, tanda tangan, dan suara (Jain et al. 2008). Penelitian mengenai pengenalan tanda tangan merupakan penelitian yang cukup penting. Ini disebabkan banyaknya aplikasi atau sistem yang menggunakan tanda tangan sebagai penciri identitas seseorang, seperti perbankan ataupun kependudukan. Selain itu, tanda tangan juga merupakan objek biometrik yang mudah diperoleh, baik melalui kertas maupun alat elektronik, seperti pen tablets, PDA, Tablet PC, ataupun touch screens. Walau demikian, pengenalan tanda tangan masih memiliki beberapa masalah yang menarik untuk diteliti. Hal ini berkaitan dengan besarnya variasi kelas, tingkat universality dan permanence yang rendah, serta masih tingginya kemungkinan serangan melalui pemalsuan tanda tangan (Jain et al. 2008). Berdasarkan informasi input tanda tangan, metode verifikasi tanda tangan terdiri atas dua kategori, yaitu metode on-line dan off-line. Metode on-line merujuk pada penggunaan fungsi waktu pada proses penandatanganan secara dinamis, seperti alur posisi atau penekanan. Metode off-line merujuk pada penggunaan citra statis pada tanda tangan (Jain et al. 2008). Aplikasi pengenalan tanda tangan pada dunia nyata, misalnya pada sistem perbankan, pada umumnya menggunakan citra tunggal sebagai data latih. Salah satu faktor penggunaan satu citra sebagai data latih terkait dengan banyaknya ruang yang diperlukan untuk menyimpan citra yang digunakan sebagai data latih. Faktor lainnya adalah usaha yang harus dikeluarkan oleh pengguna untuk menyediakan data latih lebih dari satu akan lebih banyak dibandingkan jika menggunakan satu data latih. Penelitian menggunakan algoritme VFI5 untuk pengenalan citra sebelumnya telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Musyaffa (2009), yaitu mengenai pengenalan tanda tangan menggunakan VFI5 dengan praproses wavelet. Penelitian tersebut menghasilkan akurasi sebesar 97,5% pada dekomposisi wavelet level 1 dan 95% pada dekomposisi wavelet level 2. Penelitian pengenalan wajah dengan citra pelatihan tunggal menggunakan VFI5 berbasis histogram juga telah dilakukan oleh Purwaningrum (2009). Akurasi yang dihasilkan pada penelitian tersebut adalah 87,78% pada percobaan menggunakan sepuluh kelas dan 96,3% pada percobaan menggunakan sembilan kelas. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengenalan tanda tangan dengan citra pelatihan tunggal menggunakan algoritme VFI5 berbasis histogram. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah pengenalan citra tanda tangan berdasarkan tingkat keabuan. Data citra yang digunakan adalah citra grayscale. Citra yang digunakan diperoleh dari data skripsi Setia (2007) yang merupakan tanda tangan dari 10 orang yang berbeda dan tanda tangan tiap orang berjumlah 10 citra dengan ukuran seragam, yaitu 60 x 40 piksel. Penelitian ini juga hanya dibatasi pada analisis pengaruh pembagian citra terhadap akurasi tanpa mencari tahu jumlah dan ukuran pembagian citra yang optimum. Biometrik TINJAUAN PUSTAKA Biometrik adalah ilmu untuk menetapkan identitas seseorang berdasarkan ciri fisik, kimia, ataupun tingkah laku dari orang tersebut. Dewasa ini, biometrik telah menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan, terutama dalam bidang sistem manajemen identitas yang bertujuan untuk mengenali identitas seseorang dalam beberapa aplikasi (Jain et al. 2008). Terdapat beberapa kriteria agar sebuah objek biometrik dapat diterapkan pada sebuah aplikasi biometrik. Kriteria tersebut antara lain adalah universality (dimiliki oleh semua individu), uniqueness (setiap individu memiliki ciri yang berbeda), permanence (tidak mudah berubah dalam jangka waktu yang lama), measurability (mudah diperoleh dan diproses), performance (memiliki akurasi pengenalan yang cukup baik), acceptability (diterima oleh masyarakat), dan circumvention (sulit ditiru oleh orang lain) (Jain et al. 2008). 1

2 Citra Digital Sebuah citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan amplitudo dari f merupakan pasangan dari koordinat (x,y) yang disebut intensity atau gray level sebuah citra. Ketika x, y dan nilai amplitudo f bernilai diskret dan terbatas, maka citra tersebut disebut citra digital (Gonzalez & Woods 2002). Citra digital dibentuk oleh sejumlah elemen yang terbatas, dimana setiap elemen telah memiliki lokasi dan nilai yang khusus. Elemenelemen ini sering disebut sebagai picture elements, image elements, pels, atau pixels. Dari beberapa istilah tersebut, pixels merupakan istilah yang paling sering digunakan untuk menunjukkan elemen citra digital (Gonzalez & Woods 2002). Tanda Tangan Tanda tangan merupakan salah satu bentuk biometrik yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang. Bentuk tanda tangan seseorang dapat berubah-ubah dan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional seseorang. Walaupun penggunaan tanda tangan memerlukan alat, seperti pulpen dan kertas, serta usaha dari sisi pengguna, tanda tangan banyak digunakan pada instansi pemerintahan, hukum, dan berbagai transaksi keuangan sebagai salah satu bentuk autentikasi. Dengan semakin berkembangnya alat tulis elektronik, seperti PDA dan Tablet PC, tanda tangan online dapat dikembangkan sebagai salah satu bentuk biometrik yang dapat digunakan pada alat-alat tersebut (Jain et al. 2008). Pemrosesan Citra Digital Pemrosesan citra digital merupakan proses yang masukan dan keluarannya adalah citra dan meliputi proses pengekstrakan atribut dari citra dan pengenalan citra. Selain itu, yang dimaksud dengan pemrosesan citra digital biasanya adalah pemrosesan citra menggunakan komputer digital (Gonzalez & Woods 2002). Histogram Histogram derajat keabuan sebuah citra digital pada selang [0, L-1] merupakan sebuah fungsi diskret, dimana adalah derajat keabuan yang ke-k dan adalah jumlah piksel pada citra yang memiliki tingkat keabuan dengan. Untuk menormalisasi histogram, hal yang biasa dilakukan adalah dengan membagi setiap nilai total jumlah piksel pada citra. Histogram merupakan dasar dari berbagai teknik pemrosesan domain spasial pada citra. Manipulasi histogram juga sangat bermanfaat dalam perbaikan, kompresi, dan segmentasi citra (Gonzalez & Woods 2002). Secara sederhana McAndrew (2004) mengemukakan bahwa histogram sebuah citra grayscale merupakan sebuah grafik yang menunjukkan jumlah kemunculan tiap tingkat keabuan pada sebuah citra. Karena histogram hanya menunjukkan jumlah kemunculan tiap derajat keabuan pada sebuah citra, maka ada kemungkinan terdapat dua buah citra berbeda yang memiliki histogram yang sama. Contoh citra dan histogramnya tersaji pada Gambar 1. Gambar 1 Citra tanda tangan yang berbeda beserta histogramnya. Klasifikasi Klasifikasi adalah salah satu bentuk analisis data yang digunakan untuk mengekstrak modelmodel yang mendeskripsikan kelas data yang penting. Tujuannya adalah untuk memprediksi kecenderungan kelas data pada masa yang akan datang. Beberapa contoh metode klasifikasi antara lain: jaringan saraf tiruan, nearest neighbor, decision tree, dan neural network (Han & Kamber 2006). Algoritme klasifikasi pada dasarnya terdiri atas dua komponen, yaitu pelatihan (training) dan klasifikasi (classification/prediction). Pada tahapan pelatihan dibentuk sebuah model domain dari contoh yang ada. Selanjutnya pada tahapan klasifikasi, model yang telah dibentuk pada tahap pelatihan digunakan untuk memprediksi kelas dari suatu instance yang baru (Guvenir et al. 1998). Citra Pelatihan Tunggal (Single Training Image) Dewasa ini, banyak sekali penelitian yang menggunakan algoritme pengenalan citra 2

3 dengan mekanisme pembelajaran. Sayangnya, mekanisme tersebut memerlukan data latih yang cukup banyak. Menurut Than et al. (2006), penggunaan satu citra sebagai data latih akan menyebabkan penurunan akurasi rata-rata sebesar 30% dibandingkan penggunaan citra lebih dari satu atau bahkan sama sekali gagal dalam melakukan pengenalan. Beberapa contoh metode klasifikasi tersebut antara lain: Linear Discriminative Analysis (LDA), Support Vector Machine (SVM), dan laplacianfaces. Beberapa kelebihan yang diharapkan jika menggunakan satu citra sebagai data latih, yaitu lebih mudah mengambil sampel, menghemat tempat penyimpanan data, serta menghemat waktu komputasi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode yang dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan akurasi yang tetap tinggi walau hanya dengan citra pelatihan tunggal. VFI5 (Voting Feature Intervals) Menurut Guvenir et al. (1998), VFI5 merupakan algoritme klasifikasi yang memberikan deskripsi melalui sekumpulan interval. Pengklasifikasian dari sebuah instance baru didasarkan pada vote di antara klasifikasi yang dibuat oleh nilai dari tiap fitur secara terpisah. VFI5 merupakan algoritme klasifikasi yang bersifat supervised learning dan nonincremental sehingga semua data training dapat diproses dalam satu waktu. Tiap-tiap sampel training direpresentasikan sebagai nilai-nilai fitur sebuah vektor nominal (diskret) atau linear (kontinu) disertai sebuah label yang merepresentasikan kelas sampel. Dari data training, algoritme VFI5 membentuk interval untuk tiap fitur. Sebuah interval dapat berupa interval titik ataupun selang (range). Interval selang didefinisikan sebagai suatu kumpulan nilai yang berurutan dari sebuah fitur yang diberikan, sedangkan interval titik didefinisikan sebagai fitur bernilai tunggal. Untuk interval titik, hanya sebuah nilai yang digunakan untuk mendefinisikan sebuah interval. Untuk tiap interval, diambil sebuah nilai tunggal yang merupakan votes dari tiaptiap kelas pada interval tersebut. Oleh karena itu, sebuah interval dapat merepresentasikan beberapa kelas dengan menyimpan vote dari tiap kelas. Keunggulan algoritme VFI5 adalah algoritme ini cukup kokoh (robust) terhadap fitur yang tidak relevan namun mampu memberikan hasil yang baik pada real-world datasets yang ada. VFI5 mampu menghilangkan pengaruh yang kurang menguntungkan dari fitur yang tidak relevan dengan mekanisme votingnya sehingga akurasinya tetap terjaga (Güvenir 1998). Algoritme VFI5 terdiri atas dua tahap, yaitu pelatihan dan klasifikasi. 1 Pelatihan Hal pertama yang harus dilakukan dalam tahap pelatihan adalah menemukan titik-titik akhir (end points) dari tiap kelas c pada tiap fitur f. Titik akhir dari kelas c yang diberikan merupakan nilai yang terkecil dan terbesar pada dimensi fitur linear (kontinu) f untuk beberapa instance pelatihan dari kelas c yang sedang diamati. Sedangkan titik akhir dari dimensi fitur nominal (diskret) f, merupakan nilai-nilai yang berbeda satu sama lain, untuk beberapa instance pelatihan dari kelas c yang sedang diamati. Titik akhir dari fitur f kemudian disimpan dalam array EndPoints[f]. Batas bawah pada interval selang adalah - sedangkan batas atas interval selang adalah +. List dari titik akhir pada tiap dimensi fitur linear diurutkan. Jika fitur tersebut merupakan fitur linear, terdapat dua jenis interval, interval titik dan interval selang. Jika fitur tersebut merupakan fitur nominal, hanya ada satu jenis interval, yaitu interval titik. Selanjutnya, banyaknya instance pelatihan setiap kelas c dengan fitur f untuk setiap interval i dihitung dan direpresentasikan sebagai interval_class_count[f,i,c]. Pada setiap instance pelatihan, dicari interval i, yang merupakan interval nilai fitur f dari instance pelatihan e (e f ) tersebut berada. Apabila interval i adalah interval titik dan e f sama dengan batas bawah interval tersebut (yang sama dengan batas atas untuk interval titik), jumlah kelas instance tersebut (e f ) pada interval i ditambah 1. Apabila interval i merupakan interval selang dan e f berada pada interval tersebut maka jumlah kelas instance e f pada interval i ditambah 1. Proses inilah yang menjadi vote pelatihan untuk kelas c pada interval i. Agar tidak mengalami efek perbedaan distribusi setiap kelas, vote kelas c untuk fitur f pada interval i harus dinormalisasi dengan membagi vote tersebut dengan hasil penjumlahan tiap-tiap instance kelas c yang direpresentasikan dengan class_count[c]. Hasil normalisasi ini dinotasikan sebagai interval_class_vote[f,i,c]. Selanjutnya, nilainilai interval_class_vote[f,i,c] dinormalisasi sehingga hasil penjumlaham vote beberapa kelas di setiap fitur sama dengan 1. Tujuan normalisasi ini adalah agar setiap fitur 3

4 mempunyai kekuatan voting yang sepadan pada proses klasifikasi dan tidak dipengaruhi oleh ukuran fitur tersebut. Pseudocode algoritme pelatihan dapat dilihat pada Gambar 2. 2 Klasifikasi Tahap klasifikasi dimulai dengan inisialisasi vote dengan nilai nol pada tiap-tiap kelas. Pada tiap-tiap fitur f, dicari interval i yang sesuai dengan nilai e f, dimana e f merupakan nilai fitur f dari instance tes e. Jika e f hilang atau tidak diketahui, fitur tersebut tidak diikutsertakan dalam voting dengan memberikan vote nol pada setiap kelas yang hilang. Tiap-tiap fitur f mengumpulkan vote-votenya dalam sebuah vektor feature_vote[f,c 1 ],..., feature_vote[f,c j ],..., feature_vote[f,c k ], dimana feature_vote[f,c j ] adalah vote fitur f untuk kelas C j dan k adalah banyak kelas. Sebanyak d vektor feature vote dijumlahkan sesuai dengan fitur dan kelasnya masing-masing untuk memperoleh total vektor vote vote[c 1 ],..., vote[c k ]. Kelas dari instance tes e adalah Kelas yang memiliki jumlah vote terbesar. Pseudocode algoritme prediksi (klasifikasi) VFI5 dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 2 Algoritme pelatihan (training) VFI5 (Demiröz 1997). Gambar 3 Algoritme prediksi (klasifikasi) VFI5 (Güvenir 1998). 4

5 Penerapan VFI5 Berbasis Histogram Menurut Purwaningrum (2009), penerapan VFI5 berbasis histogram adalah penggunaan nilai dari histogram sebagai fitur pada algoritme VFI5. Pada penerapan VFI5 berbasis histogram, selang histogram yang memiliki nilai akan dibagi ke dalam beberapa interval. Jumlah piksel yang memiliki nilai derajat keabuan pada interval tertentu kemudian dijumlahkan. Jumlah piksel pada interval-interval tersebutlah yang akan digunakan sebagai fitur pada algoritme VFI5. Pada tahap pelatihan, dilakukan normalisasi dengan cara merasiokan jumlah piksel setiap citra data latih dengan jumlah piksel citra seluruh data latih pada tiap intervalnya. Nilai hasil perhitungan inilah yang disebut sebagai vote untuk citra pada masing-masing kelas (Purwaningrum 2009). Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Jumlah piksel pada setiap interval data latih kelas 1 kelas 2 interval 1 a c interval 2 b d Pada tahap klasifikasi, seluruh vote dari tiap interval akan dikalikan dengan fitur dari interval yang sama. Misalkan fitur citra uji pada interval 1 dan 2 adalah f dan g. Maka hasil perkalian vote dengan fitur citra uji tersaji pada Tabel 3. Hasil perkalian tersebut kemudian dijumlahkan pada sesuai dengan kelasnya masing-masing. Kelas dari citra uji tersebut adalah kelas dengan jumlah vote terbesar. Tabel 2 Vote yang diperoleh interval 1 interval 2 Tabel 3 Klasifikasi data uji interval 1 interval 2 kelas 1 kelas 2 kelas 1 kelas 2 Penelitian-Penelitian Sebelumnya Setia (2007) Setia (2007) melakukan sebuah penelitian pengenalan tanda tangan menggunakan Hidden Markov Model (HMM). Tahapan pertama pada penelitian ini adalah pengambilan data tanda tangan. Data tanda tangan yang digunakan berjumlah 200 buah yang berasal dari 10 orang yang berbeda. Tanda tangan dilakukan pada sebuah kertas yang dibatasi dengan kotak berukuran 1,7 x 1,2 cm. Tanda tangan tersebut kemudian dikonversi menjadi citra digital 300 dpi berformat BMP dan mode RGB dengan menggunakan scanner. Tanda tangan dari tiap orang kemudian dibagi menjadi dua, yaitu 10 citra untuk data latih dan 10 citra untuk data uji. Semua citra yang dihasilkan pada tahap sebelumnya kemudian dikonversi ke dalam citra 8 bit berformat PCX berukuran 60 x 40 piksel. Setelah itu, posisi tanda tangan yang sebelumnya tidak teratur mengalami pengeditan sehingga semua tanda tangan berada pada posisi yang sama. Tahap selanjutnya adalah proses cropping dan resizing. Bagian yang dianggap kurang penting dibuang dan kemudian di-resize sehingga mengalami perubahan ukuran menjadi 30 x 45 piksel. Setelah pemrosesan data selesai, maka dilakukan normalisasi yang dilanjutkan dengan pelatihan dan pengujian. Rata-rata akurasi pada penilitian ini adalah 75% pada pelatihan 8 state, 73% pada pelatihan 6 state, dan 53% pada pelatihan 4 state. Purwaningrum (2009) Purwaningrum (2009) membuat sebuah penelitian baru mengenai pengenalan wajah dengan citra latih tunggal menggunakan algoritme VFI5. Penelitian yang dilakukan ini berbasis histogram. Data yang digunakan merupakan citra wajah dari sepuluh orang dengan sepuluh ekspresi berbeda. Dari penelitian ini didapatkan nilai akurasi tertinggi sebesar 87,78% dengan jumlah kelas sebanyak sepuluh serta 96,3% dengan jumlah kelas sebanyak sembilan. Pada penelitian tersebut juga didapatkan pula bahwa 256, 128, 64, 32, 16, dan 8 merupakan enam variasi jumlah interval yang menghasilkan nilai akurasi tertinggi. Jika dibandingkan dengan metode pengenalan yang menjadikan nilai piksel sebagai masukannya, maka penelitian ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu: tidak terpengaruh oleh rotasi terhadap citra. Hal ini terjadi karena histogram suatu citra tidak tergantung pada posisi dari suatu piksel, namun hanya pada nilai derajat keabuannya; penambahan ukuran citra tidak menambah jumlah fitur yang dijadikan sebagai masukan 5

6 pada algoritme VFI5. Alasannya adalah banyaknya interval yang digunakan bukan banyaknya jumlah piksel. Musyaffa (2009) Dengan menggunakan data penelitian yang dilakukan oleh Setia, Musyaffa (2009) melakukan penelitian pengenalan tanda tangan menggunakan algoritme VFI5 setelah sebelumnya dilakukan praproses menggunakan wavelet. Pada penelitian ini Musyaffa tidak melakukan pengeditan, cropping, serta resizing pada data citra sehingga data yang digunakan adalah citra berformat PCX berukuran 60 x 40 piksel. Jumlah yang digunakan pada penelitian ini pun hanya berjumlah sepuluh buah dengan rasio data latih dan data uji sebesar 3:2 atau dengan kata lain 6 buah citra untuk data latih dan 4 buah citra untuk data uji. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah akurasi sebesar 97,5% dan 95% pada dekomposisi wavelet menggunakan level 1 dan 2. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa metode yang dilakukan oleh Musyaffa lebih baik dibandingkan yang dilakukan oleh Setia. Di samping itu, Musyaffa (2009) juga mengemukakan bahwa akurasi akan mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya level dekomposisi wavelet. Hal tersebut disebabkan berkurang jumlah fitur yang digunakan pada proses klasifikasi. Analisis Ragam Analisis ragam adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman total data menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber keragaman. Tujuannya adalah untuk menguji kesamaan beberapa nilai tengah secara sekaligus (Walpole 1992). METODE PENELITIAN Metodologi yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Data Data pada penelitian ini merupakan data yang sama dengan yang digunakan pada penelitian Setia (2007). Bentuk awal data pada penelitian ini adalah citra 8 bit berformat PCX dengan ukuran 60 x 40 piksel. Citra yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 10 kelas dengan masing-masing kelas terdiri atas 10 citra. Semua citra yang ada kemudian diubah menjadi citra berformat JPG dengan ukuran 60 x 40 piksel. Pengubahan format ini bertujuan agar data lebih mudah dibaca pada bahasa pemrograman C#. Data tanda tangan yang digunakan pada penelitian ini tersaji pada Lampiran 1dan Lampiran 2. VFI5 mulai Citra Tanda Tangan Partisi Citra Ekstraksi Fitur Data Latih Pelatihan Klasifikasi Perhitungan Akurasi Akurasi selesai Data Uji Gambar 4 Tahapan proses klasifikasi. Partisi Citra Data yang telah mengalami perubahan format selanjutnya akan dibagi ke dalam beberapa bagian dengan cara dipotong menjadi beberapa partisi. Ukuran partisi citra pada penelitian ini untuk setiap percobaan adalah seragam. Penelitian ini akan mencoba beberapa bentuk dan ukuran partisi citra. Adapun cara pembagian atau pemotongan citra adalah panjang dan lebar dibagi dengan suatu bilangan m dan n sedemikian sehingga menghasilkan partisi citra dengan ukuran yang sama. Bilangan m dan n merupakan bilangan yang habis membagi panjang dan lebar citra dengan m = 1, 2, 3, 4, 5 dan n = 1, 2, 4. Dengan menggunakan pembagi berupa bilangan m dan n, maka akan dihasilkan partisi sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 16, dan 20 dengan total variasi bentuk sebanyak 15 macam. Bentuk partisi yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. Baris pertama merupakan partisi dengan jumlah partisi horizontal (n) = 1 dan berturut-turut hingga baris ketiga adalah 2 6

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian mengenai pengenalan wajah termotivasi oleh banyaknya aplikasi praktis yang diperlukan dalam identifikasi wajah. Pengenalan wajah sebagai salah satu dari teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik merupakan ilmu pengetahuan yang membangun identitas seseorang berdasarkan sifat-sifat fisik, kimiawi, ataupun kebiasaan seseorang. Sistem biometrik dapat menggunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Klasifikasi merupakan salah satu bidang kajian pada machine learning. Klasifikasi adalah proses menemukan sekumpulan model atau fungsi yang menggambarkan dan membedakan konsep

Lebih terperinci

dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =.

dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =. dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. Gambar 5 Macam-macam bentuk partisi citra. Ekstraksi Fitur Pada tahap ini semua partisi dari citra dihitung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk bisa mendukung sistem secara utuh dibutuhkan teori-teori yang mendukung dalam pengembangan aplikasi ini. Teori-teori yang dibutuhkan meliputi pengenalan tanda tangan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang secara tidak disadari diikuti oleh perkembangan teknologi sangat banyak memberi pengaruh terhadap perkembangan ilmu

Lebih terperinci

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi.

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi. Fitur yang digunakan untuk pelatihan pada algoritme VFI5 diperoleh dari tiap-tiap piksel pada citra tanda tangan. Fitur pada pelatihan yang semula berupa matriks berukuran 3 4 piksel disusun menjadi matriks

Lebih terperinci

Pengenalan Tanda Tangan Menggunakan Algoritme VFI5 Melalui Praproses Wavelet

Pengenalan Tanda Tangan Menggunakan Algoritme VFI5 Melalui Praproses Wavelet Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php.jika Volume 1 Nomor 1 halaman 7-12 ISSN: 2089-6026 Pengenalan Tanda Tangan Menggunakan Algoritme VFI5 Melalui Praproses Wavelet Hand-Written

Lebih terperinci

PENGARUH INCOMPLETE DATA TERHADAP AKURASI VOTING FEATURE INTERVALS-5 (VFI5) ABSTRAK

PENGARUH INCOMPLETE DATA TERHADAP AKURASI VOTING FEATURE INTERVALS-5 (VFI5) ABSTRAK PENGARUH INCOMPLETE DATA TERHADAP AKURASI VOTING FEATURE INTERVALS-5 (VFI5) Atik Pawestri Sulistyo 1, Aziz Kustiyo 1, Agus Buono 2 1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan IPA Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Percobaan 1 Percobaan 2

Percobaan 1 Percobaan 2 direpresentasikan dengan histogram. Perlakuan pertama terhadap data-data penelitian ini adalah menghitung histogramnya. Kemudian dari interval antara 0-255 akan dibagi menjadi interval-interval bagian

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

EKSPLORASI METODE PENENTUAN NILAI END POINT PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 SETA BAEHERA

EKSPLORASI METODE PENENTUAN NILAI END POINT PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 SETA BAEHERA EKSPLORASI METODE PENENTUAN NILAI END POINT PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 SETA BAEHERA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 EKSPLORASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

Akurasi. Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0

Akurasi. Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0 Tabel 1 Dimensi citra di tiap level Level transformasi Dimensi citra 1 46 56 2 23 28 3 12 14 4 6 7 5 3 4 6 2 2 Pada Gambar 5 disajikan visualisasi transformasi wavelet hingga level 3. Deskripsi citra dekomposisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Beberapa sampel tanda tangan setiap orang pada umumnya identik namun tidak

Beberapa sampel tanda tangan setiap orang pada umumnya identik namun tidak Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Manhattan Distance dan Sum Square Error dengan Ekstraksi Ciri Dimensi Fraktal Aismika Aigustin1, Sri Setyaningsih1 dan Aries Maesya1 1. Program Studi Ilmu Komputer

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Keamanan data pribadi merupakan salah satu hal terpenting bagi setiap orang yang hidup di era dimana Teknologi Informasi (TI) berkembang dengan sangat pesat. Setiap orang

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan adalah paradigma pengolahan informasi yang terinspirasi oleh sistem saraf secara biologis, seperti proses informasi pada otak manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori pendukung dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ekstraksi fitur, serta metode klasifikasi Support Vector Machine dalam

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Wajah Pengenalan wajah adalah salah satu teknologi biometrik yang telah banyak diaplikasikan dalam sistem keamanan selain pengenalan retina mata, pengenalan sidik jari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi berisi tahapan-tahapan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Dosen Pembimbing : 1) Prof.Dr.Ir. Mauridhi Hery Purnomo M.Eng. 2) Dr. I Ketut Eddy Purnama ST., MT. Oleh : ATIK MARDIYANI (2207100529)

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN Herfina 1) 1) Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Pakuan Jl. Pakuan PO BOX 452, Ciheuleut Bogora email : herfinario@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari- hari seringkali ditemukan uang palsu pada berbagai transaksi ekonomi. Tingginya tingkat uang kertas palsu yang beredar di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Digital [3] Citra atau gambar didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y), di mana x dan y adalah koordinat bidang datar, dan harga fungsi f di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi senantiasa membawa dampak secara langsung maupun tidak langsung, baik itu berdampak positif maupun negatif dan akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, kebutuhan akan informasi dan sistem yang dapat membantu kebutuhan manusia dalam berbagai aspek sangatlah penting.

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN CITRA PELATIHAN TUNGGAL MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 BERBASIS HISTOGRAM ESTI ARYANI PURWANINGRUM

PENGENALAN WAJAH DENGAN CITRA PELATIHAN TUNGGAL MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 BERBASIS HISTOGRAM ESTI ARYANI PURWANINGRUM PENGENALAN WAJAH DENGAN CITRA PELATIHAN TUNGGAL MENGGUNAKAN ALGORITME VFI5 BERBASIS HISTOGRAM ESTI ARYANI PURWANINGRUM DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, antrean (queing) merupakan hal yang sering sekali kita jumpai, misalnya ketika membeli karcis, membayar tol, menaiki kendaraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM).

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Di dalam desain penelitian ini akan menggambarkan proses pengenalan tulisan tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM). Praproses Input

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Digital Gambar atau citra merupakan informasi yang berbentuk visual. Menurut kamus Webster citra adalah suatu representasi, kemiripan atau imitasi dari suatu objek atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini pemanfaatan teknologi pengolaan citra untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu sudah banyak diterapkan, khususnya dibidang Identifikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang !! "(!

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang !! (! "( BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda tangan (signature) adalah sebuah tanda (sign) atau symbol yang merupakan versi miniatur dari pemiliknya. Tanda tangan bukanlah sembarang tanda atau symbol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem yaitu dengan melakukan pengambilan data berupa foto fisik dari permukaan buah manggis kemudian melakukan sampling data

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Bab III ANALISIS&PERANCANGAN Pada penelitian sebelumnya yaitu ANALISIS CBIR TERHADAP TEKSTUR CITRA BATIK BERDASARKAN KEMIRIPAN CIRI BENTUK DAN TEKSTUR (A.Harris Rangkuti, Harjoko Agus;

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi = 6 Kelas Target Sidik jari individu 5 0000100000 Sidik jari individu 6 0000010000 Sidik jari individu 7 0000001000 Sidik jari individu 8 0000000100 Sidik jari individu 9 0000000010 Sidik jari individu 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kontribusi penelitian. Masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Batasan Masalah... 2 1.4 Tujuan... 3 1.5 Manfaat...

Lebih terperinci

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) ISSN : 1693 1173 Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) Abstrak Mean, standard deviasi dan skewness dari citra domain spasial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Jamur merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di alam, sehingga sejak dahulu jamur dijadikan sebagai bahan konsumsi utama. Seiring dengan berkembangnya waktu,

Lebih terperinci

PEMILIHAN DATA TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA VOTING FEATURE INTERVAL 5 (VFI 5) DAVID AULIA AKBAR ADHIEPUTRA

PEMILIHAN DATA TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA VOTING FEATURE INTERVAL 5 (VFI 5) DAVID AULIA AKBAR ADHIEPUTRA PEMILIHAN DATA TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA VOTING FEATURE INTERVAL 5 (VFI 5) DAVID AULIA AKBAR ADHIEPUTRA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian maupun pembuatan aplikasi mengenai pengenalan karakter / pengenalan pola ataupun yang berhubungan dengan Jaringan Syaraf Tiruan terlebih dengan metode Backpropagation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan semakin luasnya pemanfaatan teknologi komputer di berbagai bidang kehidupan, kebutuhan akan efisiensi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para

Lebih terperinci

SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 ABSTRAK

SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 ABSTRAK 1 SELEKSI FITUR MENGGUNAKAN FAST CORRELATION BASED FILTER PADA ALGORITMA VOTING FEATURE INTERVALS 5 Hida Nur Firqiani, Aziz Kustiyo, Endang Purnama Giri 1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA)

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA) 46 Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA) Iwan Setiawan setiawanise@yahoo.com, Welly Iskand welly.iskand@gmail.com, Fauzi Nur Iman

Lebih terperinci

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. 6 2.Landasan Teori 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. Informasi Multi Media pada database diproses untuk mengekstraksi fitur dan gambar.pada proses pengambilan, fitur dan juga atribut atribut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dibidang transportasi darat khususnya kendaraan bermotor, semakin membantu masyarakat penggunanya, sehingga menjadikan kendaraan bermotor sebagai

Lebih terperinci

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Dasar Citra Digital. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 2 Dasar Citra Digital. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 2 Dasar Citra Digital Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman tentang konsep-konsep dasar dalam pengolahan citra digital, a.l.: Apakah pengolahan citra digital? Sampling dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor Tabel 1 Operator descriptor Operator (P, R) Ukuran Blok (piksel) Kuantisasi Sudut (8, 1) 3 x 3 45 derajat (8, 2) 5 x 5 45 derajat (16, 2) 5 x 5 22.5 derajat (24, 3) 7 x 7 15 derajat Penentuan ukuran blok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Universal (universality), dimana karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. a. Universal (universality), dimana karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasar dari ciri atau tanda dari seseorang maka identitas seseorang itu dapat diketahui. Permasalahan yang menyangkut identitas seseorang tersebut dapat dikategorikan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PASIEN SUSPECT PARVO DAN DISTEMPER PADA DATA REKAM MEDIK RUMAH SAKIT HEWAN IPB MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS ABSTRAK

KLASIFIKASI PASIEN SUSPECT PARVO DAN DISTEMPER PADA DATA REKAM MEDIK RUMAH SAKIT HEWAN IPB MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS ABSTRAK 1 KLASIFIKASI PASIEN SUSPECT PARVO DAN DISTEMPER PADA DATA REKAM MEDIK RUMAH SAKIT HEWAN IPB MENGGUNAKAN VOTING FEATURE INTERVALS Muhammad Iqbal 1, Aziz Kustiyo 1, Ekowati Handharyani 2 1 Departemen Ilmu

Lebih terperinci

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun tumbuhan obat dan citra pohon tanaman hias di Indonesia. 2. Dalam penelitian ini operator MBLBP yang

Lebih terperinci

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Oleh: DHANY NUGRAHA RAMDHANY G

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Oleh: DHANY NUGRAHA RAMDHANY G DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5 Oleh: DHANY NUGRAHA RAMDHANY G64353 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi digital pada era ini berkembang sangat pesat. Hampir setiap tahun telah ditemukan ataupun dikembangkan sebuah inovasi teknologi baru.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INTERPOLASI LINIER DAN METODE SUPER RESOLUSI PADA PEMBESARAN CITRA

PENERAPAN METODE INTERPOLASI LINIER DAN METODE SUPER RESOLUSI PADA PEMBESARAN CITRA Jurnal INFOTEK, Vol, No, Juni 6 ISSN 5-668 (Media Cetak) PENERAPAN METODE INTERPOLASI LINIER DAN METODE SUPER RESOLUSI PADA PEMBESARAN CITRA Rini Astuti (5) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6 Intan Nur Lestari Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina, Depok

Lebih terperinci

PENGENALAN GENDER MEMANFAATKAN WAJAH MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI NEAREST NEIGHBOR

PENGENALAN GENDER MEMANFAATKAN WAJAH MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI NEAREST NEIGHBOR PENGENALAN GENDER MEMANFAATKAN WAJAH MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI NEAREST NEIGHBOR Ardilla Ayu Dewanti Ridwan, Ivanna K. Timotius, Iwan Setyawan PENGENALAN GENDER MEMANFAATKAN WAJAH MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN

BAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN BAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN Pengenalan suatu objek tentu saja tidak bisa dilakukan tanpa persiapan sama sekali. Ada beberapa proses yang perlu dilakukan sebelum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu lain. Karakteristik ini perlu diidentifikasikan agar dapat digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. individu lain. Karakteristik ini perlu diidentifikasikan agar dapat digunakan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang unik dan berbeda satu satu sama lain. Ia memiliki berbagai karakteristik yang dapat digunakan untuk membedakan dirinya dengan individu

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menempatkan telepon selular menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Keberadaan telepon selular telah

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION 1 Andrian Rakhmatsyah 2 Sayful Hakam 3 Adiwijaya 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup biometrik, Pengenalan pola, verifikasi tanda tangan, Image Processing,

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup biometrik, Pengenalan pola, verifikasi tanda tangan, Image Processing, BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa landasan teori dan konsep-konsep yang mencakup biometrik, Pengenalan pola, verifikasi tanda tangan, Image Processing, Preprocessing, Hidden Markov Model,

Lebih terperinci

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Abstrak

DIAGNOSIS GANGGUAN SISTEM URINARI PADA ANJING DAN KUCING MENGGUNAKAN VFI 5. Abstrak DIAOSIS AUA SISTEM URIARI PADA AJI DA KUCI MEUAKA VFI 5 Dhany ugraha Ramdhany 1, Aziz Kustiyo 2, Ekowati Handharyani 3, dan Agus Buono 4 1, 2, 4 Departemen Ilmu Komputer, FMIPA, IPB, Kampus IPB Darmaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan syaraf tiruan merupakan bidang ilmu yang banyak digunakan dalam melakukan pengenalan pola suatu obyek. Banyak obyek yang dapat digunakan untuk pengenalan pola

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 23 BAB II Tinjauan Pustaka II.1. Pengolahan Citra Digital Citra yang diperoleh dari lingkungan masih terdiri dari warna yang sangat komplek sehingga masih diperlukan proses lebih lanjut agar image tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Citra Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue)

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Recurrent Neural Network untuk mengidentifikasi jenis tulisan Jepang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA METODE KOHONEN NEURAL NETWORK DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION PADA SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN SECARA REAL TIME

PERBANDINGAN ANTARA METODE KOHONEN NEURAL NETWORK DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION PADA SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN SECARA REAL TIME PERBANDINGAN ANTARA METODE KOHONEN NEURAL NETWORK DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION PADA SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN SECARA REAL TIME Nama Mahasiswa : Asworo NRP : 205 00 077 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS

Lebih terperinci