Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga

dokumen-dokumen yang mirip
Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di

Gambar Lampu kepala

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Maksud Tujuan Studi D. Ruang Lingkup Batasan Studi

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E

BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG KENDARAAN BERMOTOR

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

Standar Keselamatan Angkutan Barang

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 26 TAHUN OOOOOOOOOO TENTANG STANDAR KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LAMPIRAN A Pohon Keputusan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

Sepeda Syarat keselamatan

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP


TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

2 sektoral semata, namun lebih dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana diuraikan di atas. Pemer

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Nomor 25 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 25 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEAMANAN/KELAYAKAN KENDARAAN

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender

SUDAHKAH ANDA MENERIMANYA?

Penempatan marka jalan

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Berlatih Pengoperasian Forklift Oleh Operator

polusi udara kendaraan bermotor

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

PEDOMAN PEMILIK CBR250R

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

CONTOH SOAL FISIKA OSN KE-1 Oleh: Enjang Jaenal Mustopa

B U K U P E T U N J U K S E D E R H A N A

III. METODE PENELITIAN

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

Transkripsi:

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga

Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi.. 1 4. Komponen Keselamatan 2 4.1. Peralatan.. 2 4.2. Sistem Penerangan 4 4.3. Sistem Alat Kemudi 5 4.4. As Dan Suspensi 5 4.5. Ban Dan Pelek 5 4.6. Rangka. 6 4.7. Efisiensi Rem.. 7 4.8. Mesin / Transmisi 7 4.9. Sistem Bahan Bakar.. 7 4.10. Sistem Kelistrikan... 7 4.11. Sepeda Motor Roda Tiga Untuk Angkutan Penumpang dan Barang.7 Lampiran.. 10 Bibliografi.. 14 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga, merupakan standar baru dan dibuat dengan tujuan sebagai acuan dalam pemeriksaan kendaraan yang terkait dengan keselamatan. Standar ini merupakan standar komponen kendaraan yang terkait dengan kelaikan jalan sepeda motor roda dua meliputi peralatan, sistem penerangan, sistem kemudi, as dan suspensi, ban dan pelek, rangka dan bodi, efisiensi rem, mesin/transmisi, sistem bahan bakar, sistem kelistrikan, standar perancangan sepeda motor roda tiga untuk angkutan penumpang dan barang. ii

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga 1. Ruang lingkup Standar keselamatan ini menetapkan standar komponen kendaraan yang terkait dengan kelaikan jalan sepeda motor roda tiga meliputi peralatan, sistem penerangan, sistem kemudi, as dan suspensi, ban dan pelek, rangka dan bodi, efisiensi rem, mesin/transmisi, sistem bahan bakar, sistem kelistrikan serta standar perancangan sepeda motor roda tiga untuk angkutan penumpang dan barang. 2. Acuan normatif SNI 7400: 2008, Cara Pengujian Klakson Untuk Kendaraan Bermotor. SNI 2770.2.2009, Kaca Spion Untuk Kendaraan Bermotor Kategori L. SNI 15-0048-2005, Kaca Pengaman Diperkeras Untuk Kendaraan Bermotor. SNI No 7403 : 2008, Pengujian Tingkat Ketelitian Speedometer. SNI 1811:2007, Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua. SNI 06-0101-2002, Ban Sepeda Motor. SNI 4658:2008, Pelek Kendaraan Bermotor Kategori L. 3. Istilah dan definisi 3.1. Helm standar terbuka (open face) bentuk helm yang menutup kepala sampai dengan bagian leher dan menutup depan telinga. 3.2. Helm standar tertutup (full face) bentuk helm yang menutup kepala atas, bagian leher, dan bagian mulut. 3.3. Konfigurasi Motor Jenis Trike Roda Sepeda konfigurasi roda tiga pada modifikasi sepeda motor roda dua dimana satu roda di depan sebagai kemudi dan dua roda dibelakang simetris sebagai penggerak kendaraan. 3.4. Rumah-rumah bagian dari Kendaraan Bermotor jenis Mobil Penumpang, Mobil Bus, Mobil Barang, atau Sepeda Motor yang berada pada landasan berbentuk ruang muatan, baik untuk orang maupun barang. 3.5. Sepeda Motor kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah. 3.6. Sepeda Motor Kategori L2 kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda simetris atau tidak simetris dan kapasitas silinder mesin tidak lebih dari 50 cm 3 atau dengan desain kecepatan maksimum dari 50 km/jam 3.7. Sepeda Motor Kategori L4 kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda tidak simetris dengan kapasitas silinder mesin lebih dari 50 cm 3 atau dengan desain kecepatan lebih dari 50 km/jam. 1 dari 14

3.8. Sepeda Motor Kategori L5 Kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda simetris dengan kapasitas silinder mesin lebih dari 50 cm3 atau dengan desain kecepatan lebih dari 50 km/jam. 3.9. Sepeda Motor Roda Tiga Jenis Delta Trike konfigurasi roda sepeda motor roda tiga dimana satu roda di depan sebagai kemudi dan dua roda dibelakang simetris sebagai penggerak kendaraan. 3.10. Sepeda Motor Roda Tiga Jenis Tad Pole konfigurasi roda sepeda motor roda tiga dimana dua roda di depan, satu roda di belakang simetris sebagai penggerak kendaraan. 4. KOMPONEN KESELAMATAN 4.1. PERALATAN 4.1.1. KLAKSON 1. Persyaratan klakson: a. Klakson harus mengeluarkan bunyi dan dapat digunakan tanpa mengganggu konsentrasi pengemudi. b. Suara klakson paling rendah 83 (delapan puluh tiga) desibel atau db (A) dan paling tinggi 118 (seratus delapan belas) desibel atau db (A). 2. Ambang batas suara klakson diukur pada jarak 2 meter di depan kendaraan. 4.1.2. KACA SPION 1. Kaca spion yang dipasang pada sepeda motor diletakkan di sebelah kiri dan kanan stang dan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: a. Terpasang kokoh pada kendaraan bermotor. b. Dapat diatur secara vertikal dan horizontal sesuai keinginan pengemudi. c. Bebas dari tepian yang tajam sehingga tidak membahayakan. 2. Persyaratan kaca spion: a. Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih. b. Dibuat dari kaca atau bahan lain yang dipasang pada posisi yang dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat. Forward view with peripheral vision Killing Zone Killing Zone Rear view with Mirrors Gambar 1 - Kaca Spion Harus Dapat Melihat Obyek di Samping dan Belakang 2 dari 14

3. Untuk sepeda motor roda tiga jenis trike dan tad pole, spion juga diletakkan dibagian kiri dan kanan stang kemudi agak melebar diharapkan titik buta (blind spot) seminimal mungkin. 4. Persyaratan kaca spion : a. Dimensi kaca spion sepeda motor untuk minimum permukaan pantul kaca spion adalah sebagai berikut: 1. Luas area tidak boleh kurang 6900 mm2, 2. Untuk kaca spion bulat, diameter minimum 94 mm. 3. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa memuat lingkaran dengan diameter 78 mm. 4. Radius permukaan pantul minimum 1000 mm dan maksimum 1500 mm. 5. Untuk kaca spion bulat, diameter maksimum 150 mm. 6. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa masuk ke dalam segi empat dengan ukuran sisi 120 mm x 200 mm. b. Kaca spion sepeda motor harus bisa diatur oleh pengemudi dalam posisi mengemudi normal dengan arah kaca spion kendaraan bermotor harus mudah diatur dan dapat tetap bertahan pada posisi tertentu. c. Konstruksi penyangga harus sedemikian rupa sehingga bila kaca spion kendaraan bermotor dipasang dapat berfungsi sesuai keperluan, jika diperlukan dapat ditambahkan peralatan mekanik peredam gerak kejut. d. Kaca spion kendaraan bermotor harus dapat berfungsi dengan baik pada siang dan malam hari. 4.1.3. ALAT-ALAT PENGENDALIAN 1. Alat-alat pengendalian sepeda motor diletakkan pada stang kemudi bagian kiri dan kanan dan sebagian lainnya pada kaki sehingga mudah untuk dioperasikan. Alat pengendalian pada sepeda motor terdiri dari tombol, tuas atau saklar berbentuk ergonomik, bulat pada tepiannya dan tidak tajam. 2. Alat alat pengendalian sepeda motor meliputi : a. Tombol starter mesin, saklar mematikan mesin dan tuas choke, b. Tuas aksererasi mesin (throttle), c. Tuas kopling transmisi manual, d. Saklar lampu utama baik lampu jauh atau lampu dekat, e. Tombol klakson, f. Tuas rem depan dan tuas rem parkir pada sepeda motor tertentu, g. Pengendalian rem belakang terletak pada bagian kaki kanan, h. Tuas pemindah gigi terletak pada bagian kaki sebelah kiri, i. Kunci kontak dan kunci pengaman 3. Sepeda motor jenis transmisi otomatis harus dilengkapi dengan pengaman ganda agar pada saat menghidupkan mesin tidak membahayakan. Pengaman tersebut secara elektronik terhubung dengan tuas rem depan sehingga saat menghidupkan mesin, sepeda motor pada posisi pengereman roda depan. 4.1.4. LAMPU INDIKASI 1. Lampu indikasi sepeda motor terletak menjadi satu dengan speedometer sehingga mudah dimonitor oleh pengemudi. Lampu indikasi berfungsi membantu pengemudi untuk mengetahui operasi lampu-lampu penerangan dan kondisi kendaraan. 2. Lampu indikasi pada panel speedometer terdiri dari lampu lampu kecil berwarna biru, hijau, merah dan kuning. Lampu indikator terdiri dari : - Lampu indikasi lampu utama jauh (high beam) - Lampu arah - Lampu darurat /hazzard (pada sepeda motor tertentu) - Lampu indikator level bahan bakar 3 dari 14

- Lampu indikator tekanan oli mesin (pada sepeda motor tertentu) - Lampu indikator temperatur mesin (pada sepeda motor tertentu) - Lampu speedometer, tachometer dan odometer 4.1.5. SPEEDOMETER 1. Speedometer sepeda motor terletak pada stang kemudi sehingga mudah terlihat oleh pengemudi. Speedometer untuk motor ada dua jenis yaitu mekanik dan elektronik. Speedometer jenis elektronik lebih akurat dan mudah dibaca. Speedometer mekanik digerakkan oleh kabel putar fleksibel yang terhubung oleh roda depan sedangkan jenis elektronik adalah dengan adanya alat sensor pembaca putaran pada roda yang juga akan terbaca pada speedometer kecepatan dari kendaraan. 2. Akurasi alat penunjuk kecepatan diukur menggunakan alat pengukur kecepatan pada kecepatan tertentu yang memberikan hasil pengukuran yang sama antara alat uji dengan alat penunjuk kecepatan. Dalam hal hasil pengukuran tidak sama dengan alat penunjuk kecepatan dapat diberikan batas toleransi. 3. Keakurasian speedometer diukur pada kecepatan 40 Km/jam dengan nilai penyimpangan -10% hingga +15% atau 36 Km/jam hingga 46 Km/jam pada penunjuk pengukuran. 4.1.6. PERLENGKAPAN 1. Perlengkapan bagi Sepeda Motor adalah helm yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.. 2. Helm pelindung yang digunakan oleh pengendara dan penumpang kendaraan bermotor roda dua, meliputi helm standar terbuka (open face) dan helm standar tertutup (full face). 3. Perlengkapan tambahan bagi Sepeda Motor adalah jaket dan sepatu. 4.2. SISTEM PENERANGAN 4.2.1. LAMPU UTAMA 1. Lampu utama sepeda motor tidak dilengkapi alat penyetelan arah sinar ke kiri atau kanan tetapi hanya arah atas dan bawah agar tidak menyilaukan pengguna jalan lain. 2. Sepeda motor harus dilengkapi dengan lampu utama dekat dan lampu utama jauh paling banyak dua buah berwarna putih atau kuning muda. 3. Lampu utama Sepeda Motor harus dapat memancarkan cahaya paling sedikit 40 (empat puluh) meter ke arah depan untuk lampu utama dekat dan 100 (seratus) meter ke arah depan untuk lampu utama jauh. 4. Apabila Sepeda Motor dilengkapi lebih dari 1 (satu) lampu uta ma dekat maka lampu utama dekat harus dipasang berdekatan. Gambar 2 - Arah Pancar Lampu Sepeda Motor 4 dari 14

4.2.2. LAMPU POSISI 1. Lampu posisi depan Sepeda Motor berwarna putih atau kuning muda dan lampu posisi belakang berwarna merah. 2. Apabila sepeda motor mempunyai 2 (dua) lampu posisi depan, harus dipasang berdekatan. 3. Lampu posisi belakang untuk Sepeda Motor berjumlah paling banyak 2 (dua) buah. 4.2.3. LAMPU PENUNJUK ARAH 1. Lampu penunjuk arah berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip. 2. Lampu penunjuk arah, terletak di depan dan belakang, berwarna kuning berfungsi sebagai lampu sebagai petunjuk arah berbelok dan berkedip kedip saat dioperasikan. 3. Lampu penunjuk arah untuk Sepeda Motor dipasang secara berpasangan di bagian depan dan bagian belakang Sepeda Motor, sejajar di sisi kiri dan kanan. 4.2.4. LAMPU REM 1. Warna lampu rem Sepeda Motor adalah merah. 2. Lampu rem Sepeda Motor harus dipasang paling banyak 2 (dua) buah pada bagian belakang. 4.2.5. ALAT PEMANTUL CAHAYA 1. Alat pemantul cahaya harus dapat dilihat oleh pengemudi kendaraan lain yang berada di belakang kendaraan pada malam hari dari jarak paling sedikit 100 (seratus) meter apabila pemantul cahaya tersebut disinari oleh lampu utama kendaraan di belakangnya. 2. Dilarang menggunakan alat pemantul cahaya berbentuk segitiga. 4.3. SISTEM ALAT KEMUDI 1. Sistem kemudi terdiri dari roda kemudi atau stang kemudi (sepeda motor) dan batang kemudi. Adapun persyaratan sistem kemudi, yaitu: a. Dapat digerakkan. b. Roda kemudi atau stang kemudi dirancang dan dipasang yang tidak membahayakan pengemudi. 2. Cara pemeriksaan sistem kemudi dapat dilakukan secara visual yaitu: a. Pemeriksaan kerapatan / speling pada bantalan poros stang dan kepala kemudi. b. Pemeriksaan kelurusan dan kesejajaran antara stang dan garpu depan. 4.4. AS DAN SUSPENSI 1. Suspensi pada sepeda motor dirancang untuk menahan getaran akibat benturan roda dengan permukaan jalan yang terdiri dari dari beberapa komponen yaitu pegas/ per yang berupa pegas keong dan peredam kejut (shock absorber). 2. Pemeriksaan sistem suspensi dilakukan secara visual dengan pemeriksaan keadaan pegas, kebocoran oli peredam kejut serta bantalan bantalan karet penopang suspensi. 4.5. BAN DAN PELEK Ban sepeda motor terdiri dari 2 jenis yaitu menggunakan ban dalam dan tanpa ban dalam (tubeless). 5 dari 14

4.5.1. UKURAN DAN JENIS BAN Ukuran ban dan pelek haruslah sesuai. Cara mengetahui kesesuaian adalah dengan memperhatikan informasi penting yang tercetak pada dinding-samping sebuah ban, yaitu kode-kode ban berupa huruf dan angka yang memiliki arti sebagai berikut : 4.5.2. KEADAAN BAN Gambar 3 - Kode Ban Sepeda Motor Pemeriksaan keadaan ban perlu dilakukan terhadap: 1. Tekanan angin Pelek dan ban bertekanan digunakan pada Kendaraan Bermotor harus memiliki ukuran dan kemampuan yang disesuaikan dengan berat yang diijinkan. 2. Kondisi permukaan ban Kondisi permukaan ban yang baik adalah tidak retak, memiliki permukaan rata (tidak ada benjolan atau gelembung). Permukaan ban yang menempel pada pelek harus menempel dengan rapat. 4.5.3. KEADAAN PELEK Gambar 4 - Informasi Tekanan Ban 1. Pelek sepeda motor/casting wheel (CW) merupakan pelek yang diproduksi menggunakan logam ringan ( alumunium alloy) atau carbon yang dituang dan dicetak dengan menggunakan pressure / tekanan tinggi dan pelek konvensional menggunakan jari jari sebagai penghubung antara pelek dan poros roda atau sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. 2. Pemeriksaan pelek dilakukan secara visual yaitu pemeriksaan kelurusannya saat berputar. 4.6. RANGKA 1. Fungsi utama rangka sepeda motor adalah sebagai tempat menopang komponen komponen sepeda motor dan sebagai penguat dasar sepeda motor. 2. Pemeriksaan dilakukan secara visual untuk mengetahui kelurusan roda depan dan belakang. 6 dari 14

4.7. EFISIENSI REM 1. Efisiensi pengereman kendaraan bermotor adalah minimum 5 m/dt2. 2. Efisiensi rem tidak diwajibkan untuk roda kereta samping yang dipasang pada sepeda motor. 3. Sepeda motor roda tiga harus dilengkapi dengan rem parkir. 4.8. MESIN / TRANSMISI Mesin pada sepeda motor dikenal 2 sistem kerja mesin yang terdiri yaitu: a. Mesin 4 langkah, adalah jenis mesin yang bekerja 4 langkah dalam siklusnya, yaitu langkah hisap, langkah kompresi, langkah usaha dan langkah buang. b. Mesin 2 langkah, pada prinsipnya motor bakar 2 langkah (2 tak) melakukan siklus hanya dalam dua langkah piston pada satu putaran poros engkol. Emisi gas buang diukur berdasarkan kandungan polutan yang dikeluarkan Kendaraan Bermotor. Kandungan polutan tidak boleh melebihi ambang batas. Tabel 1- Ambang Batas Emisi Gas Buang Buang Sepeda Motor Lama Tahun Parameter Kategori Pembuat an CO (%) HC (ppm) Metode uji Sepeda motor 2 langkah < 2010 4.5 12000 Idle Sepeda motor 4 langkah < 2010 5.5 2400 Idle Sepeda motor (2 langkah dan 4 langkah) > 2010 4.5 2000 Idle 4.9. SISTEM BAHAN BAKAR 1. Komponen sistem bahan bakar pada sepeda motor sama dengan sistem bahan bakar pada kendaraan bermotor lainnya yaitu terdiri dari tangki bahan bakar, pipa / selang bahan bakar, tutup tangki bahan bakar, pompa bahan bakar, filter bahan bakar dan alat ukur bahan bakar. 2. Sistem bahan bakar harus terlindungi dengan baik dan tidak terdapat kebocoran. 4.10. SISTEM KELISTRIKAN 1. Sistem kelistrikan meliputi baterai, kunci kontak, saklar, sekring, pengedip (flaser), relay, kabel penghubung, altenator dan starter. 2. Sistem kelistrikan sepeda motor harus dalam kondisi baik dan tidak terdapat kabel dalam kondisi terbuka yang dapat menyebabkan korsleting. 4.11. SEPEDA MOTOR RODA TIGA UNTUK ANGKUTAN PENUMPANG DAN BARANG Untuk memenuhi aspek keselamatan sebagai angkutan penumpang dan barang, sepeda motor roda tiga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Jenis sepeda motor yang diijinkan adalah jenis L5 (> 50 cm3 susunan roda simetris) dengan model delta trike. 2. Titik berat motor roda tiga atau biasa disebut Cg (center of grafity), posisinya diusahakan terletak sedekat mungkin dengan roda belakang atau paling tidak 1/3 ~ 1/2 dari jarak sumbu roda di depan sumbu roda belakang. Contoh : jika jarak sumbu roda 2000 mm, posisi Cg terletak sekitar 666 ~ 1000 mm di depan sumbu roda belakang. 7 dari 14

3. Posisi titik berat sebaiknya terletak serendah mungkin, karena semakin tinggi titik berat kendaraan akan mudah terguling. Sebaiknya tinggi titik berat (Cg) terhadap permukaan tanah sebesar 1/2 dari lebar sumbu roda. Contoh : jika lebar kendaraan 1300 mm maka tinggi Cg dari permukaan jalan adalah 650 mm. 4. Harus dilengkapi dengan gigi mundur agar dapat bergerak lebih baik. 5. Dilengkapi rem parkir pada roda bagian belakang. 6. Kaca spion dapat melihat ke belakang dengan jelas, diletakkan sedemikaian rupa sehingga didapat titik buta seminimal mungkin dan kaca spion kiri dan kanan diletakkan pada stang kemudi. 7. Lampu posisi, lampu rem di belakang berjumlah 2 (dua) buah kiri dan kanan serta lampu mundur minimum satu buah. Lampu posisi juga diletakkan pada bagian depan kendaraan sebanyak 2 buah. 8. Peralatan sistem kendali, harus mudah dioperasikan. 9. Karoseri rumah-rumah kendaraan harus dibuat model terbuka dengan atap yang ringan terbuat dari kanvas/ terpal dan pengemudi harus dapat melihat langsung keadaan penumpang dan sekitarnya. 10. Lebar maksimum 1300 mm dan jarak antara ban terluar dengan bodi kendaraan maksimum 50 mm. 11. Tinggi maksimum adalah 1,7 kali lebar atau 2200 mm. 12. Panjang rumah-rumah untuk angkutan penumpang maksimum 1400 mm dan untuk angkutan barang maksimum 1600 mm. 13. Untuk angkutan penumpang dilengkapi tempat duduk penumpang berhadapan masing masing untuk 3 penumpang jika pintu masuk berada di belakang, untuk pintu yang berada di samping maka tempat duduk penumpang menjadi 2 penumpang dan 3 penumpang yang duduk berhadapan. 14. JBB kendaraan 1000 Kg, dengan daya angkut 400 Kg atau 6 penumpang. 15. Kecepatan maksimum 50 Km/jam dan mampu berjalan pada tanjakan bersudut 8 derajat pada kecepatan 20 Km/jam. Gambar 5 - Sepeda Motor Roda Tiga Dengan Rumah-rumah Untuk Angkutan Penumpang 8 dari 14

Gambar 6 - Sepeda Motor Roda Tiga Dengan Rumah-rumah Untuk Angkutan Barang 9 dari 14

Lampiran Daftar Pemeriksaan Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga No Komponen 10 dari 14 Standar 1 Peralatan Klakson 1. Klakson harus berbunyi pada rentang 83 DB -118 db. 2. Diukur pada jarak 2 meter di depan kendaraan. Kaca Spion 1. Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih. 2. Dibuat dari kaca dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat. 3. Dapat diatur secara vertikal dan horizontal. 4. Luas area tidak boleh kurang 6900 mm 2. 5. Untuk kaca spion bulat, diameter minimum 94 mm. 6. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa memuat lingkaran dengan diameter 78 mm. 7. Radius permukaan pantul minimum 1000 mm dan maksimum 1500 mm. 8. Untuk kaca spion bulat, diameter maksimum 150 mm. 9. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa masuk ke dalam segi empat dengan ukuran sisi 120 mm x 200 mm. 2 Sistem Penerangan Alat-alat Pengendalian Lampu Indikasi Speedometer Ergonomik, bulat dan tidak tajam pada bagian tepinya serta harus mudah dijangkau. Mudah dilihat oleh pengemudi, diberi warna tertentu dan dilengkapi dengan simbol simbol tertentu. Keakurasian -10% hingga +15% diukur pada kecepatan 40 km/jam. Perlengkapan 1. Helm. 2. Perlengkapan tambahan berupa jaket dan sepatu. Lampu Utama 1. Berwarna putih atau kuning muda. 2. Memancarkan cahaya min 40 m ke arah depan untuk lampu utama dekat dan 100 m ke arah depan untuk lampu utama jauh. 3. Dilengkapi alat penyetelan arah sinar ke atas dan ke bawah. 4. Dipasang berdekatan bila lebih dari 1 lampu utama. Lampu Posisi 1. Lampu posisi depan berwarna putih atau kuning muda dan lampu posisi belakang berwarna merah. 2. Apabila mempunyai 2 lampu posisi depan, harus dipasang berdekatan. 3. Berjumlah paling banyak 2 buah. Lampu Arah 1. Berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip. 2. Terletak di depan dan belakang. Kesesuaian Dengan Standart Tidak Sesuai Sesuai Ket. (Berfungsi/ Tidak Berfungsi)

No 3 Sistem Alat Kemudi 4 As Dan Suspensi Komponen 11 dari 14 Standar 3. Dipasang berpasangan di bagian depan dan bagian belakang, sejajar di sisi kiri dan kanan. Lampu Rem 1. Berwarna merah. 2. Dipasang paling banyak 2 buah pada bagian belakang. Reflektor Merah 5 Ban Dan Pelek Ukuran dan Jenis Ban 1. Dapat dilihat pada malam hari dari jarak paling sedikit 100 m oleh pengemudi kendaraan di belakangnya apabila pemantul cahaya tersebut disinari oleh lampu utama kendaraan di belakangnya. 2. Dilarang menggunakan alat pemantul cahaya berbentuk segitiga. 1. Dapat digerakkan. 2. Tidak membahayakan pengemudi. 3. Kerapatan / speling pada bantalan poros stang dan kepala kemudi. 4. Stang dan garpu depan harus lurus dan sejajar. 1. Mampu menahan getaran akibat benturan roda dengan permukaan jalan. 2. Pegas lurus, tidak ada kebocoran oli peredam kejut dan bantalan bantalan karet penopang suspensi tidak retak. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. Keadaan Ban 1. Harus memiliki ukuran dan kemampuan yang disesuaikan dengan berat yang diijinkan 2. Kondisi permukaan ban tidak retak, memiliki permukaan rata (tidak ada benjolan atau gelembung) 3. Permukaan ban yang menempel pada pelek harus menempel dengan rapat Kedalaman Alur Ban Ukuran dan Jenis Pelek Tidak boleh kurang dari 1 mm 1. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. 2. Ukuran dan jenis pelek harus mengikuti spefisikasi kendaraan yang ditetapkan oleh masing-masing pabrikan. Lurus pada saat berputar. Keadaan Pelek 6 Rangka Dan Rangka Roda dedan dan belakang harus lurus. Bodi Penopang 7 Efisiensi Rem Rem Utama Efisiensi pengereman minimum 5 m/dt 2. 8 Mesin/Transmisi Emisi CO/HC 2 langkah < 2010 CO = 4,5% ; HC = 12000 ppm 4 langkah < 2010 CO =5,5% ; HC = 2400 ppm 2&4 langkah >2010 CO=4,5%;HC= 2000 ppm 9 Sistem Bahan Bakar Tidak ada kebocoran pada tangki, pipa, pompa dan karburator atau injector. 10 Sistem Tidak ada kabel yang terkelupas. Kelistrikan 11 Sepeda Motor Roda Tiga Dengan Rumah-rumah Untuk Angkutan 1. Jenis sepeda motor yang diijinkan adalah jenis L5 (> 50 cm3 susunan roda simetris) model delta trike. 2. Titik berat motor roda tiga (Cg) terletak paling tidak 1/3 ~ 1/2 dari jarak sumbu roda di depan sumbu roda belakang. Kesesuaian Dengan Standart Tidak Sesuai Sesuai Ket. (Berfungsi/ Tidak Berfungsi)

No Komponen Standar Penumpang 3. Tinggi titik berat (Cg) terhadap permukaan tanah sebesar 1/2 dari lebar sumbu roda. 4. Dilengkapi dengan gigi mundur. 5. Dilengkapi rem parkir pada roda bagian belakang. 6. Kaca spion dapat melihat ke belakang dengan jelas, 7. Lampu posisi, lampu rem di belakang berjumlah 2 buah kiri dan kanan serta lampu mundur minimum satu buah. Lampu posisi juga diletakkan pada bagian depan kendaraan sebanyak 2 buah. 8. Peralatan sistem kendali mudah dioperasikan. 9. Karoseri rumah-rumah kendaraan harus dibuat model terbuka dengan atap yang ringan terbuat dari kanvas/ terpal 10. Lebar maks 1300 mm dan jarak antara ban terluar dengan bodi kendaraan maks 50 mm. 11. Tinggi maksimum adalah 1,7 kali lebar atau 2200 mm. 12. Panjang rumah-rumah maksimum 1400 mm. 13. Terdapat tempat duduk penumpang berhadapan 14. JBB kendaraan 1000 Kg, dengan daya angkut 400 Kg atau 6 penumpang. 15. Kecepatan maks 50 Km/jam dan mampu berjalan pada tanjakan bersudut 8 derajat pada kecepatan 20 Km/jam 12 Sepeda Motor 1. Jenis sepeda motor yang diijinkan Roda Tiga adalah jenis L5 (> 50 cm3 susunan Dengan roda simetris) model delta trike. Rumah-rumah 2. Titik berat motor roda tiga (Cg) terletak Untuk paling tidak 1/3 ~ 1/2 dari jarak sumbu Angkutan roda di depan sumbu roda belakang. Barang 3. Tinggi titik berat (Cg) terhadap permukaan tanah sebesar 1/2 dari lebar sumbu roda. 4. Dilengkapi dengan gigi mundur. 5. Dilengkapi rem parkir pada roda bagian belakang. 6. Kaca spion dapat melihat ke belakang dengan jelas, 7. Lampu posisi, lampu rem di belakang berjumlah 2 buah kiri dan kanan serta lampu mundur minimum satu buah. Lampu posisi juga diletakkan pada bagian depan kendaraan sebanyak 2 buah. 8. Peralatan sistem kendali mudah dioperasikan. 9. Karoseri rumah-rumah kendaraan harus dibuat model terbuka dengan atap yang ringan terbuat dari kanvas/ terpal 10. Lebar maks 1300 mm dan jarak antara 12 dari 14 Kesesuaian Dengan Standart Tidak Sesuai Sesuai Ket. (Berfungsi/ Tidak Berfungsi)

No Komponen Standar ban terluar dengan bodi kendaraan maks 50 mm. 11. Tinggi maksimum adalah 1,7 kali lebar atau 2200 mm. 12. Panjang rumah-rumah maksimum 1600 mm. 13. JBB kendaraan 1000 Kg, dengan daya angkut 400 Kg.. 14. Kecepatan maks 50 Km/jam dan mampu berjalan pada tanjakan bersudut 8 derajat pada kecepatan 20 Km/jam Kesesuaian Dengan Standart Tidak Sesuai Sesuai Ket. (Berfungsi/ Tidak Berfungsi) 13 dari 14

Bibliografi UU No 22 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2012, Tentang Kendaraan. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan 14 dari 14