Pengaruh Brain Gym terhadap Fungsi Kognitif pada Usia Lanjut. Effect of Brain Gym Practice to Cognitive Function of The Elderly

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK. PENGARUH INFUSA HERBA PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn) DALAM MENURUNKAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA PEREMPUAN DEWASA

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

GAMBARAN PELAKSANAAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA YOGYAKARTA

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

Kata kunci: Berjalan santai selama 30 menit, kewaspadaan, laki-laki dewasa muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

PENGARUH LATIHAN SENAM OTAK DAN ART THERAPY TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA DENGAN DEMENSIA DI PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR DAN ABIYOSO

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB III KERANGKA KONSEP. Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dibawah rata-rata, ketidakmampuan menyesuaikan perilaku, serta

GAMBARAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN PADA WANITA LANJUT USIA

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) pada usia. Menurut Noor (2006) kemampuan membaca, menulis, dan berhitung

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM (TANDEM STANCE) TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

ABSTRAK EFEK AKUT HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI

PERMAINAN STIMULASI OTAK MENINGKATKAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN DI PANTI WERDHA

Hubungan antara Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

SKRIPSI PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG MENDAPATKAN BRAIN GYM DI PSTW PUSPAKARMA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

ABSTRAK PENGARUH MENDENGARKAN MUSIK KLASIK DAN JAZZ TERHADAP READING COMPREHENSION PADA WANITA DEWASA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN SWISS BALL

ABSTRAK PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK

GAMBARAN SKOR MMSE, CDT, TMT A DAN TMT B PADA LANSIA DI PANTI WERDHA AGAPE TONDANO

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

EFEK TERTAWA TERHADAP KEWASPADAAN PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata kunci: kepercayaan diri, perawatan ortodontik cekat, remaja, PIDAQ.

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

Hubungan antara Status Ekonomi, Status Pendidikan dan Keharmonisan Keluarga dengan Kesadaran Adanya Demensia dalam Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan komplementer beberapa penyakit. 1 Selain itu, beberapa

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DADU AKSARA JAWA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA KELAS IV

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

GAMBARAN STATUS MENTAL KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA ANAK- ANAK SD DI WILAYAH HIPOTIROID

ABSTRAK PENGARUH RASIO PROTEIN DAN KARBOHIDRAT DALAM SARAPAN TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK

Pengaruh senam bugar lansia terhadap kebugaran jantung paru di Panti Werdha Bethania Lembean

SKRIPSI. Oleh : Luh Putu Ayu Wulandari Nim

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUN BUDI AGUNG KOTA KUPANG

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

PENGARUH PELATIHAN BERFIKIR POSITIF TERHADAP TINGKAT EFIKASI DIRI MAHASISWA. Suryani STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

PERAN LATIHAN FISIK TERHADAP NAFSU MAKAN PADA INDIVIDU OVERWEIGHT ATAU OBESITAS YANG MENDAPATKAN KONSELING GIZI TENTANG LOW CALORIE DIET

PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajad Magister Psikologi

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA. Oleh : NELDA NILAM SARI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

ABSTRAK PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK LANSIA DENGAN PERMAINAN PUZZLE DI POSYANDU LANSIA DESA SEPANDE SIDOARJO

Transkripsi:

Pengaruh Brain Gym terhadap Fungsi Kognitif pada Usia Lanjut Effect of Brain Gym Practice to Cognitive Function of The Elderly Muhammad Faham Sangundo 1, Sagiran 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract Cognitive function has a very important role in livelong human life. Elderly is a population that commonly has cognitive disorder. Brain gym has some certain movements that able to increase human body and brain functional quality. The aim of this study is to determine brain gym practice effect to cognitive function on the elderly population. The research is quasi experimental using the elderly home PENGHUNI Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur, Kasongan, Yogyakarta as the subjects. Thirty respondents were divided into treatment and control group in the same number. The treatment group do the 8 brain gym movements which are cross crawl, positive point, thinking cap, balance buttons, earth buttons, space buttons, neck rolls and hooks up part. Control group do the routine elderly gymnastics. Both of them were do the exercise for 5 times a week in three weeks. Pretest and post-test by Mini Mental State Examination () was performed to all respondents before and after intervention. The difference of score between post-test and pre-test was analyzed by independent t-test. Both of treatment and control group have normal data distribution. score s mean in control group is decrease about,33 point and treatment group s mean is increase about 1,40 point. Independent t-test gives significance level 0,001 (p < 0,05) in 95% of confidence interval. The conclution is that brain gym practice gives significance effect to elderly cognitive function with score. Key words : brain gym, cognitive function, elderly Abstrak Fungsi kognitif mempunyai peran yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Usia lanjut (usila) adalah populasi yang sering mengalami gangguan fungsi kognitif. Brain gym memiliki beberapa gerakan tertentu yang dapat meningkatkan kualitas fungsional otak dan tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan brain gym terhadap fungsi kognitif usia lanjut. Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimental yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (panti jompo) Budi Luhur, Yogyakarta. Tiga puluh responden dibagi ke dalam kelompok perlakuan dan kontrol dengan jumlah yang sama. Kelompok perlakuan mendapatkan 8 gerakan brain gym yaitu gerakan silang, titik positif, pasang telinga, tombol imbang, tombol bumi, tombol angkasa, putaran leher dan kait rileks. Kelompok kontrol mendapatkan senam rutin usila. Kedua 86

Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. : 86-94, Oktober 009 kelompok menjalankan brain gym dan senam usila sebanyak 5 kali seminggu selama 3 pekan. Pretest dan post-test dengan menggunakan Mini Mental State Examination () dilakukan pada seluruh reponden sebelum dan sesudah intervensi. Selisih nilai saat post-test dan pre-test digunakan sebagai data yang diuji dengan independent t-test. Kelompok perlakuan dan kontrol mempunyai distribusi data yang normal. Rerata nilai pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebanyak,33 poin dan kelompok perlakuan mengalami peningkatan sebanyak 1,40 poin. Independent t-test menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05) pada tingkat kepercayaan 95%. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pelaksanaan brain gym dengan fungsi kognitif usila. Kata kunci : brain gym, fungsi kognitif, usia lanjut Pendahuluan Fungsi kognitif sangat dibutuhkan di sepanjang kehidupan manusia. Fungsi ini bertanggung jawab terhadap kemampuan bahasa, memori, berhitung, orientasi dan berbagai proses berpikir lainnya. Kualitas fungsi kognitif juga akan mempengaruhi setiap orang dalam menjalankan perannya di dalam berbagai bidang kehidupan. Kelompok usia lanjut (usila) adalah populasi yang sering mengalami gangguan fungsi kognitif. Uinarni pada tahun 007 melaporkan adanya perubahan morfologi parenkim otak usila yang diikuti dengan penurunan fungsi kognitif. Usila mengalami disabilitas fungsional sebagai bagian dari respon tubuh sejalan dengan bertambahnya umur seseorang. 1 Gangguan fungsi kognitif adalah salah satu fenomena yang akan mengikuti proses ini. Hasil penelitian Kurniawan dan Lembar pada tahun 004 mengenai gambaran status kesehatan usila menyebutkan bahwa mudah lupa adalah keluhan usila yang paling banyak didapatkan. Keluhan ini terdapat pada 76,1% usila yang diteliti. 3 Instrumen penilaian terhadap fungsi kognitif yang cukup digemari para neurolog adalah Mini Mental State Examination (). 4 Beberapa penelitian lapangan membuktikan sangat sesuai digunakan pada populasi usila. memiliki sensitivitas 87% dan spesitifitas 8% untuk mendeteksi demensia dengan penemuan CT Scan otak dan EEG. 5 Wrobleski, et.al., pada tahun 007 mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifitas yang baik (80%) dalam mengidentifikasi demensia pada usila di atas 90 tahun. 6 Penelitian terhadap 165 pasien usila menunjukkan perubahan fungsi kognitif jangka pendek pada pasien usila dapat diketahui dengan. serial juga diketahui dapat membantu dalam pemantauan perkembangan dan penyembuhan delirium pada usila. 7 Demuth telah merekomendasikan beberapa gerakan khusus untuk menunjang kemampuan berpikir. Gerakan gajah, pasang telinga dan burung hantu dapat membantu kemampuan membaca. Kemampuan matematika dapat ditingkatkan dengan gerakan putaran leher, gajah, burung hantu, pompa betis dan luncuran gravitasi. Beberapa gerakan yang dapat membantu dalam menghafal dan mengingat antara lain tombol imbang, titik positif, putaran leher dan gerakan silang. Gerakan tombol bumi, kait rileks, 8 tidur, tombol angkasa, gerakan silang dan minum air dapat membantu kegiatan belajar mandiri. Gerakan-gerakan lainnya yang berperan dalam kemampuan berpikir yaitu tombol imbang, tombol bumi dan tombol angkasa. 8 Berbagai referensi mengenai manfaat brain gym terhadap fungsi kognitif telah mengarahkan penulis pada beberapa gerakan tertentu yang dapat dilakukan dalam penelitian ini. Pertimbangan antara berbagai gerakan tersebut dengan kemampuan rata-rata pada populasi usila akhirnya menghasilkan 8 gerakan brain gym 87

yang diberikan dalam penelitian. Gerakangerakan tersebut adalah gerakan silang, titik positif, pasang telinga, tombol imbang, tombol bumi, tombol angkasa, putaran leher, dan kait rileks bagian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan brain gym terhadap fungsi kognitif usia lanjut. Bahan dan Cara Penelitian ini menggunakan metode analitik numerik tidak berpasangan dengan menggunakan pendekatan kohort. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Luhur, Kasongan, Bantul Yogyakarta. Penelitian berlangsung selama 3 pekan dari tanggal 30 Desember 007 sampai dengan 10 Februari 008. Sampel penelitian adalah usila anggota Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur yang direkomendasikan oleh petugas panti, bersedia dan mampu menjadi responden serta tidak mengalami gangguan kesehatan pada saat pengambilan data. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lembar Mini Mental State Examination () Folstein yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, lembar kesediaan responden, pamflet berisi gambar 8 gerakan brain gym dan kaset lagu pengiring brain gym. Usila yang telah memenuhi kriteria inklusi kemudian diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur penelitian dan kerahasiaan dalam penelitian. Setelah itu, semua responden mengisi lembar persetujuan menjadi responden. Tiga puluh orang responden yang telah diperoleh dibagi ke dalam kelompok perlakuan dan kontrol dengan bantuan petugas panti. Pemeriksaan dilakukan kepada seluruh responden sebelum dan sesudah intervensi. Kelompok perlakuan melakukan 8 gerakan brain gym selama 15 menit setiap pelaksanaannya. Kelompok kontrol melakukan senam rutin usila. Pelaksanaan brain gym dan senam usila dilakukan sebanyak 5 kali seminggu selama 3 minggu. Data yang dikumpulkan pada penelitian meliputi data umum dan data khusus. Data umum berupa karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan usila yang akan ditabulasi dalam bentuk tabel dan diagram. Data khusus adalah hasil pengukuran yang akan ditampilkan dalam bentuk diagram berdasarkan distribusi jenis kelamin dan kategori hasil yang diperoleh (meningkat, menurun, tetap). Data khusus tersebut juga akan digunakan dalam perhitungan statistik. Data yang diperoleh berupa selisih nilai saat post-test dan pre-test digunakan sebagai data yang dianalisis dengan independent t-test pada program SPSS 15.0 untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif usila. Hasil Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada kedua kelompok sebanyak 10 orang (33,33 %) berjenis kelamin laki-laki dan 0 orang (66,67 %) berjenis kelamin perempuan. Kelompok usia terbanyak pada kelompok perlakuan terdapat pada rentang usia 61 65 tahun dan 66 70 tahun yaitu masingmasing sebanyak 6,67 %. Kelompok kontrol memiliki kelompok usia terbanyak pada rentang usia 71 75 tahun yaitu sebanyak 33,33 %. 88

Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. : 86-94, Oktober 009 10 8 6 4 0 Perlakuan Kontrol Laki-laki Perempuan Gambar 1. Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 1. Distribusi jumlah responden berdasarkan usia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Kelompok Usia (Tahun) Kelompok Perlakuan Jumlah (Orang) Persentase ( % ) 61 65 4 6,67 66 70 4 6,67 71 75 3 0,00 76 80 - - 81 85 13,33 > 85 13,33 Kelompok Kontrol Jumlah (Orang) Persentase ( % ) - - 13,33 5 33,33 13,33 13,33 4 6,67 Tingkat pendidikan kelompok perlakuan kebanyakan (53,33%) tidak sekolah, 6,67% tidak lulus SD, dan sebanyak 40% lulus SD, SLTP dan SLTA. Sedangkan tingkat pendidikan kelompok kontrol 73,33 % tidak sekolah, 13,33 % tidak lulus SD dan hanya 13,34% yang lulus SD, SLTP dan SLTA. Tabel Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Kelompok Perlakuan Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentasi ( % ) Tidak Sekolah 8 53,33 Tidak Lulus 1 SD 6,67 SD / SR 3 0,00 SLTP 13,33 SLTA / SMEA 1 6,67 Kelompok Kontrol Jumlah (Orang) Persentasi ( % ) 11 73,33 13,33 1 6,67 - - 1 6,67 89

Tabel 3. Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif pada Kelompok Kontrol No Responden Pre Test Post Test Selisih Nilai 1. Kontrol 1 30 30 0. Kontrol 0 3. Kontrol 3 4-4. Kontrol 4 17 16-1 5. Kontrol 5 8 8 0 6. Kontrol 6 1 1 0 7. Kontrol 7 1 14-7 8. Kontrol 8 0 15-5 9. Kontrol 9 18 17-1 10. Kontrol 10 4-11. Kontrol 11 11 13 + 1. Kontrol 1 5 0-5 13. Kontrol 13 18 10-8 14. Kontrol 14 9 8-1 15. Kontrol 15 0 15-5 Tabel 4. Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif pada Kelompok Perlakuan No Responden Pre Test Post Test Selisih Nilai 1. Brain Gym 1 30 30 0. Brain Gym 11 16 + 5 3. Brain Gym 3 7 8 + 1 4. Brain Gym 4 30 9-1 5. Brain Gym 5 9 9 0 6. Brain Gym 6 15 13-7. Brain Gym 7 19 6 + 7 8. Brain Gym 8 6 7 + 1 9. Brain Gym 9 0 17-3 10. Brain Gym 10 6 8 + 11. Brain Gym 11 9 30 + 1 1. Brain Gym 1 15 0 + 5 13. Brain Gym 13 14 16 + 14. Brain Gym 14 7 7 0 15. Brain Gym 15 11 14 + 3 90

Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. : 86-94, Oktober 009 10 8 6 4 0 Perlakuan Kontrol Tetap Peningkatan Penurunan Gambar. Gambaran hasil nilai pada kedua kelompok 3 8 1 0 Perlakuan Tetap Peningkatan Penurunan 6 4 0 Perlakuan Tetap Peningkatan Penurunan Gambar 3. Gambaran hasil pada jenis kelamin laki-laki di kedua kelompok Gambar 4. Gambaran hasil pada jenis kelamin wanita di kedua kelompok Gambar 1. menunjukkan hasil nilai pada kelompok perlakuan yaitu peningkatan sebanyak 9 orang (60%), penurunan sebanyak 3 orang (0%) dan nilai yang tetap sebanyak 3 orang (0%). Hasil pada kelompok kontrol antara lain peningkatan sebanyak 1 orang (6,67%), penurunan sebanyak 10 orang (66,67%) dan nilai yang tetap sebanyak 4 orang (6,67%). Gambar. dan 3 menunjukkan gambaran umum peningkatan fungsi kognitif pada kelompok perlakuan baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Gambaran umum berupa penurunan fungsi kognitif terlihat pada kelompok kontrol baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Diskusi Hasil analisis uji distribusi data dengan Kolmogorof-Smirnov menunjukkan distribusi data yang normal pada kedua kelompok penelitian. Rerata selisih nilai kelompok perlakuan adalah sebesar 1,40 dan kelompok kontrol sebesar -,33. Data ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata nilai yang menurun pada saat post-test sebanyak,33 poin lebih rendah dari pada saat pre-test, sedangkan pada kelompok perlakuan terlihat rata-rata nilai yang meningkat pada saat post-test sebanyak 1,40 poin lebih tinggi dari pada saat pretest. 91

Interpretasi hasil statistik dengan Independent t test menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05) adalah terdapat perbedaan rerata selisih nilai yang bermakna antara usila yang memperoleh brain gym dengan usila yang berada di kelompok kontrol, dimana selisish nilai bernilai positif lebih besar terdapat pada kelompok perlakuan atau rerata selisih nilai usila pada kelompok perlakuan lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Interpretasi IK 95% antara lain diperoleh kepercayaan sebesar 95% bahwa jika pengukuran dilakukan pada populasi, maka perbedaan selisih nilai antara kelompok usila yang mendapatkan brain gym dengan usila yang tidak mendapat brain gym adalah sebesar -1,61 sampai dengan -5,85. Hasil analisis statistik yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh pelaksanaan brain gym terhadap fungsi kognitif usila. Hasil ini diperoleh dengan memasukkan data selisih nilai pada saat post-test dan pre-test di kedua kelompok usila. Rerata selisih nilai fungsi kognitif pada pemeriksaan akhir menunjukkan nilai yang meningkat pada 60% usila kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 66,67% memiliki nilai yang menurun. Fungsi kognitif usila yang diukur dengan nilai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat stroke dan kebiasaan merokok. Sebuah studi cross sectional mengenai gambaran pada usila ditinjau dari beberapa faktor tertentu menunjukkan bahwa nilai pada usila cenderung menurun seiring bertambahnya usia, tingkat pendidikan rendah, adanya riwayat stroke dan jenis kelamin wanita. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa usila perokok memiliki nilai yang lebih tinggi dari usila yang tidak merokok. 9 Otak memerlukan stimulasi tertentu untuk mempertahankan fungsinya. Kusumoputro (TT) cit. Wibisono, et al. mengatakan stimulasi yang dapat diberikan untuk melatih otak adalah dengan kegiatan belajar dan beraktifitas. Aktifitas yang dimaksud antara lain berupa latihan atau permainan yang prosedurnya membutuhkan konsentrasi atau perhatian, orientasi, memori visual, dan sebagainya. Gerakan atau latihan fisik yang juga dianjurkan untuk mempertahankan fungsi otak usila adalah brain gym. 10 Rangkaian gerakan brain gym dapat memberikan stimulasi kepada otak melalui dimensi lateral, pemusatan dan fokus. 11 Hasil penelitian Susanti pada tahun 007 menunjukkan brain gym memberi manfaat terhadap proses belajar anak 1 dan meningkatkan kemampuan memori pada pasien Alzheimer. 13 Peningkatan konsentrasi, kemampuan membaca, keseimbangan dan berbagai manfaat lainnya dapat dicapai dengan Brain Gym. 11 Berbagai aspek yang terkandung dalam fungsi kognitif pun dapat ditingkatkan dengan Brain Gym. Brain gym memiliki serangkaian gerakan yang dapat mengkoordinasikan seluruh dimensi otak dengan baik. 11 Beberapa gerakannya ada yang difokuskan untuk memacu fungsi-fungsi tertentu dari otak. Gerakan silang, tombol imbang, titik positif dan putaran kepala dalam brain gym dapat meningkatkan kemampuan ingatan dan pemikiran abstrak. 8 Keterampilan berpikir dapat ditingkatkan dengan beberapa gerakan seperti tombol bumi, tombol angkasa dan tombol imbang. Gerakangerakan yang dilakukan dalam brain gym dapat memberikan rangsangan yang adekuat untuk memacu fungsi otak. Gerakan silang dan putaran leher bekerja pada dimensi lateralitas yang dapat meningkatkan komunikasi antara kedua belahan otak. Gerakan silang dapat merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan juga bagian yang mengungkapkannya (expressive), sehingga mempermudah proses belajar yang terintegrasi. 11 Gerakan putaran leher dapat menunjang kemampuan akademik khususnya dalam belajar mandiri dan kemampuan bicara serta bahasa. 8 Rangsangan yang diberikan pada dimensi lateralitas akan mengoptimalkan fungsifungsi hemisfer otak yang berhubungan erat dengan fungsi kognitif. 9

Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. : 86-94, Oktober 009 Titik positif, pasang telinga, tombol imbang, tombol bumi, tombol angkasa dan kait rileks merupakan gerakan-gerakan yang bekerja pada dimensi pemusatan. Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberang garis pemisah antara tubuh bagian bawah dan atas sesuai dengan fungsi-fungsi otak bagian bawah dan atas, yaitu sistem limbik dan serebrum. 8 Dimensi pemusatan dapat mengoptimalkan komunikasi antara sistem limbik yang berperan dalam informasi emosional dengan serebrum yang berfungsi dalam pemikiran abstrak. Gerakan-gerakan tersebut dapat mengaktifkan ingatan dan daya pikir yang melibatkan sistem limbis dan serebrum. 8 Gerakan-gerakan pada dimensi pemusatan juga dapat mengaktifkan hubungan elektromagnetis sehingga penyampaian informasi antara tubuh dengan otak dapat berjalan dengan baik. 8 Hubungan elektromagnetis saraf mempengaruhi kemampuan dalam berpikir dan menjalankan berbagai komponen fungsi kognitif. Rangsangan yang ditimbulkan pada dimensi pemusatan dapat meningkatkan hubungan antar neuron sehingga dapat membantu usila pada kelompok perlakuan menghindari kemunduran fungsi kognitif. Peningkatan fungsi kognitif yang disebabkan brain gym dapat pula ditimbulkan melalui mekanisme psikologis. American Psychological Association (006) 14 menyebutkan penurunan kecemasan akan membantu seseorang untuk belajar dan mengingat dengan lebih efisien. Para peneliti juga menemukan bahwa pemberian sugesti positif terhadap diri sendiri dapat memberikan penampilan fungsi yang lebih baik. Mekanisme yang ditimbulkan brain gym dalam meningkatkan fungsi kognitif tidak hanya bersifat fisik biologis. Suasana nyaman dan gembira yang ditimbulkan selama pelaksanaan brain gym dapat memberikan pengaruh langsung terhadap perbaikan kondisi psikologis usila. Kondisi psikologis yang baik dapat meningkatkan kualitas fungsi otak. Hal itu akan bekerja sinergis dengan peningkatan aliran darah ke otak yang mungkin ditimbulkan aktifitas aerobik. 14 Rerata selisih nilai pada kelompok kontrol yang menurun sebanyak,33 lebih kecil pada saat post test sangat berbeda dengan rerata pada kelompok perlakuan yang mengalami peningkatan. Perhitungan statistik dengan menguji data selisih nilai di kedua kelompok memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa brain gym dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan nilai di antara kedua kelompok usila. Kesimpulan Terjadi peningkatan fungsi kognitif pada usila kelompok perlakuan setelah melakukan brain gym yang terlihat dari selisih nilai sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan brain gym dengan fungsi kognitif usila. Daftar Pustaka 1. Uinarni, H. (007). Morfologi Anatomi Parenkim Otak pada Usia Lanjut. Majalah Kedokteran Damianus, 6 (), 141-146.. Palestin, B., Elly, N., Ariawan, I., dan Wiarsih, W. (006). Pengaruh Umur, Depresi dan Demensia terhadap Disabilitas Fungsional Lansia di PSTW Abiyoso dan PSTW Budi Dharma Yogyakarta. PPNI - Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Diakses 11 April 007. Dari website http://inna-ppni.or.id/ html 3. Kurniawan, F. & Lembar, S. (004). Gambaran Status Kesehatan Lansia Studi Kasus di Wilayah Paroki Kristoforus, Jakarta Barat. Majalah Kedokteran Atma Jaya, 3 (3), 159-165. 4. Lumbantobing, S. M. (001). Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 93

5. Setyopranoto dan Ismail. (000). Peranan Stroke Iskhemik Akut terhadap Timbulnya Gangguan Fungsi Kognitif di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Tesis Derajat Dokter Spesialis. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UGM. 6. Wrobleski, K. K., Corrada, M. M., Li, B. & Kawas, C. H. (007). Sensitivity and Specificity of The Mini-Mental State Examination for Identifying Dementia in The Oldest-old: The 90+ Study [Abstrak]. J Am Geriatr Soc, 55() : 84-9 7. O Keeffe, S. T., Mulkerrin, E. C., Nayeem, K., Varughese, M. & Pillay, I. (005). Use of Serial Mini-Mental State Examinations to Diagnose and Monitor Delirium in Elderly Hospital Patients [Abstrak]. Journal of the American Geriatrics Society, 53 (5), 867. 8. Demuth, E., (005). Brain Gym Pedoman Senam Otak bagi Guru dan Peminat. Sulawesi Utara : Yayasan Kinesiologi Indonesia. 9. Sanyoto, D. D., Fachir, H., & Margareta, Y. (006). Gambaran Mini Mental State Examination () pada Manula di Panti Sosial Budi Sejahtera Banjarbaru. Berkala Kedokteran., 5 (), 155-161. 10. Wibisono, L., Teviningrum, S., dan Selamihardja, N. (1999). Jangan Biarkan Ortu Cepat Pikun. Diakses 18 April 007. Dari http://www. intisari. Com 11. Dennison, P. E. & Dennison, G. E. (00). Buku Panduan Lengkap Brain Gym (Senam Otak) (Morris, R. & Ruslan, penerjemah). Jakarta : PT Grasindo. (Buku asli diterbitkan 1994). 1. Susanti, I., (007, 14 April). Brain Gym Bantu Akses Potensi Otak. Koran Sindo. 13. Drabben-Thiemann, D. Hedwig, M. Kenklies, A. Von Blomberg, G. Marahrens, dan K. Hager (00). The Effect of Brain Gym on the Cognitive Performance of Alzheimer s Patients. Brain Gym Journal, XVI, No. 1. 14. American Psychological Association (006). Memory Changes in Older Adults. Diakses tanggal 1 Maret 008. Dari website : http:// www.psychologymatters.org 94