BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat dari sekitar 6.5 milyar di tahun Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas; antara tahun 1970 sampai tahun 2025, jumlah mereka diperkirakan akan meningkat 223% atau bertambah sekitar 694 juta jiwa. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050, 80% di antaranya tinggal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (WHO, 2002). Jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia diperkirakan jiwa, angka tersebut sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk yang diperkirakan sebesar jiwa (BPS, 2009). Proporsi populasi lanjut usia tersebut akan terus meningkat mencapai 11.34% di tahun 2020 (Komnas Lansia, 2010). Jika penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia berjumlah 7% dari seluruh penduduk, maka keluhan mudah lupa tersebut diderita oleh setidaknya 3% populasi di Indonesia (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003). Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) yaitu bentuk gangguan kognitif yang paling ringan, gangguan ini diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia berusia tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun dan menjadi salah satu masalah utama para lanjut usia (Kusumoputro dan 1

2 2 Sidiarto, 2001). Kemunduran fungsi kognitif tersebut selanjutnya mempengaruhi pola interaksi mereka dengan lingkungan tempat tinggal, dengan anggota keluarga lain, juga pola aktivitas sosialnya, sehingga akan menambah beban keluarga, lingkungan dan masyarakat. Sebelum terjadi gangguan kognitif berupa demensia, terdapat suatu kondisi transisi antara usia lanjut sehat dengan penyakit otak yang menyebabkan demensia. Stadium transisi ini disebut gangguan kognitif ringan. Stadium ini dapat terjadi karena proses degeneratif yang disebut Mild Cognitive Impairment (MCI) atau disebabkan faktor vaskular yang disebut Vascular Cognitive Impairment (VCI) (Purba, 2002). Gangguan kognitif ringan atau MCI merupakan suatu keadaan prodormal demensia yang bersifat menetap (stable) maupun reversibel. Kriteria MCI yaitu terdapat keluhan gangguan memori secara subjektif, gangguan tersebut terbukti secara tes memori {misalnya dengan penilaian Mini Mental State Examination (MMSE)}, penampilan kognitif secara global normal, aktifitas hidup sehari-hari masih normal dan belum termasuk kriteria demensia (Soetedjo, 2006). Gangguan kognitif ringan yang tidak mendapatkan penanganan yang optimal untuk jangka waktu panjang akan meningkatkan insidensi demensia (Desmond, 1996). Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian seseorang (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003). Sebagian besar MCI berkembang menjadi demensia dalam waktu 5 6 tahun. Di Amerika Serikat, MCI diperkirakan mengenai 10 17% populasi usia

3 3 lanjut. MCI saat ini dipercaya sebagai kognitif kontinum ke arah demensia, seperti dinyatakan oleh Petersen bahwa 80% subjek dengan MCI akan berkonversi menjadi demensia dalam 6 tahun sementara subjek yang normal yang berkonversi menjadi demensia hanya sebesar 1 2% (Purba, 2002). Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam mengevaluasi kesehatan lanjut usia, banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan mental kognitif seringkali tidak dikenali profesional kesehatan karena sering tidak dilakukan pengujian status mental secara rutin. Diperkirakan 30% sampai 80% lanjut usia yang mengalami demensia tidak terdiagnosis oleh dokter, melainkan teridentifikasi melalui pemeriksaan status mini mental (Turana et al., 2004). Status kognitif seorang lansia diukur untuk tujuan skrining dan monitoring. Skrining dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penurunan pada status kognitif seseorang. Deteksi dini sangat penting untuk dilakukan karena terbukti dapat mencegah dan menghambat terjadinya penurunan status kognitif. Sedangkan monitoring diukur dengan tujuan untuk mengamati perjalanan fungsi kognitif apakah mengalami perbaikan atau kemunduran. Monitoring status kognitif sangat berkaitan erat dengan evaluasi pengobatan (Chow & Maclean, 2001). Ketika telah ditemukan terapi yang efektif pada Alzheimer maka dibutuhkan tes yang lebih sensitif dan cepat serta bisa digunakan pada lembaga pelayanan kesehatan oleh bukan dokter. Banyak tes kognitif tersedia tetapi kebanyakan tidak memenuhi 3 kriteria penting yang bisa digunakan, yaitu membutuhkan waktu yang minimal, menilai fungsi-fungsi kognitif dengan benar dan sensitif untuk mendeteksi penyakit Alzheimer ringan (Brown et al., 2009).

4 4 Tes kognitif yang cepat penggunannya semakin meningkat pada klinik dan penelitian. Tes kognitif ini digunakan untuk mendiagnosis demensia dan merupakan bagian yang penting pada manajemen medis dan sosial dan pada penilaian kapasitas kognitif pasien. Tes ini tidak hanya digunakan untuk mendeteksi defisit awal kognitif dan demensia, tetapi juga untuk menilai perbedaan fungsi kognitif pada pasien, penilaian efek dari terapi dan deteksi gangguan kognitif sepanjang waktu. Untuk tujuan ini tes yang digunakan tidak hanya membedakan antara demensia dan fungsi kognitif normal tetapi juga harus bisa mengukur berbagai variasi dari penurunan fungsi kognitif (Koekkoek et al., 2013). Instrumen yang paling direkomendasikan untuk mengukur status kognitif adalah MMSE yang dipublikasikan oleh Folstein pada tahun Instrumen ini telah digunakan di seluruh penjuru dunia, sebagai standard pengukuran status kognitif pasien geriatri. Instrumen tambahan yang terbaru adalah tes Test Your Memory (TYM). Para ahli telah menciptakan TYM untuk memenuhi kriteriakriteria penting yang bisa digunakan. Hal yang paling penting untuk pemeriksaan TYM ini adalah waktu yang minimal untuk pasien mengerjakannya dan dapat dilakukan oleh bukan dokter. Tes ini bisa dikerjakan sendiri oleh pasien, memakan waktu 5 menit untuk mengerjakannya, dan dapat mengukur domaindomain kognitif yang lebih banyak (Koekkoek et al., 2013). Pada klinik memori TYM menunjukkan nilai diagnostik yang lebih baik dibanding MMSE. Oleh karena itu, TYM merupakan instrumen yang lebih bagus

5 5 digunakan pada saat waktu yang dibutuhkan sedikit (Hancock & Larner, 2011; Hanyu et al., 2011). Walaupun instrumen TYM telah terbukti validitas dan reliabilitasnya untuk mendeteksi demensia dan MCI di suatu negara belum tentu akan valid dan reliabel jika dipergunakan di negara lain yang budayanya berbeda. Untuk mengatasi problem transcultural itu maka diperlukan validitas budaya (cross cultural validity). Proses validasi transcultural instrumen TYM melalui tahapan translater konsep, bahasa dan sistematika dari bentuk dasarnya yang berbahsa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya dilakukan uji validitas transcultural menurut WHO (World Health Organization), validitas konstruk dan uji reliabilitas. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Prevalensi lanjut usia semakin tinggi 2. Gangguan kognitif menjadi masalah utama pada lanjut usia dan belum mendapatkan penanganan yang baik 3. Diperlukan tes kognitif yang singkat, cepat dan mudah digunakan untuk skrining gangguan kognitif yang menjangkau populasi umum lanjut usia 4. TYM berasal dari negeri dan budaya yang berbeda dengan negara Indonesia, maka sebelum digunakan pada masyarakat luas harus dilakukan

6 6 pengujian validitas sesuai kaidah transcultural WHO terlebih dahulu dan pengujian reliabilitas C. Pertanyaan Penelitian Apakah TYM versi Indonesia valid dan reliabel setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sesuai kaidah transcultural WHO? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen TYM dalam bahasa Indonesia yang sudah divalidasi dan mempunyai reliabilitas yang teruji sehingga dapat digunakan untuk skrining gangguan kognitif pada populasi umum lanjut usia. E. Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan suatu alat ukur baru untuk mengukur gangguan kognitif pada lanjut usia yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. 2. Memberikan alat ukur baru yang akurat dan cepat dalam mendiagnosis dini gangguan kognitif pada lanjut usia baik oleh dokter ahli saraf maupun dokter umum. F. Keaslian Penelitian Penelusuran kepustakaan terkait penelitian-penelitian sebelumnya dengan Test Your Memory Versi Indonesia (TYM-Ina) untuk skrining awal gangguan

7 7 kognitif pada lanjut usia belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Metode Hasil 1. Brown et al., Hanyu et al., Arias & Rojo, Koekkoek, et al., Neira et al., Penelitian ini, 2015 Self administered cognitive screening test (TYM) for detection of Alzheimer s disease (AD) Japanese version of the Test Your Memory as a screening test in Japanese memory clinic Validation of a Spanish version of the Test Your Memory The Test Your Memory test performs better than the MMSE in a population without known cognitive disfunction Test Your Memory Spanish Version (TYM-S) validation of a selfadministered cognitive screening test Test Your Memory Versi Indonesia (TYM-INA) untuk skrining gangguan kognitif pada populasi umum lanjut usia TYM can be completed quickly and accurately by normal controls. It is powerful and valid screening test for the detection of Alzheimer s disease The TYM-J is useful for the diagnosis of AD and MCI, and can be applied as a screening test in a Japanese memory clinic. The TYM is a selfadministered global cognitive test, possessing excellent psychometric properties and good predictive validity. It can be used as a cognitive screening testing subjects with 4 years or more of formal education. TYM show good correlation with neuropsychological assesment, performed better in discriminating between variations of cognition and showed more agreement with a neuropsychological than the MMSE The TYM-S showed acceptable psychometric properties, becoming a valid and reliabel instrument to assess cognitive impairment. Its diagnostic utility to detect dementia and MCI patients also works very well.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan segala aspek seperti perekonomian, teknologi dan kesehatan memberikan dampak pada usia harapan hidup yang makin meningkat. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada hakikatnya selalu bertumbuh dan berkembang. Manusia memiliki tahapan-tahapan dalam kehidupannya, yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, dan lanjut usia. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif 20 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif pada penduduk dunia. Diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk yang cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga mengalami peningkatan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia saat ini jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua adalah proses dimana menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan (Darmojo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan penurunan pada fungsi kognitif. Meskipun sebenarnya proses ini sudah mulai terjadi pada pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif, dimana akan dijumpai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Jumlah penduduk saat ini diperkirakan 220 juta jiwa. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang: Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan serta meningkatnya sosial ekonomi dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Demensia akan mengganggu kegiatan sehari-hari lansia maupun hubungan sosial lansia dengan lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup seseorang. Tiap tahunnya terdapat 795.000 orang yang terserang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibrilasi atrium (FA) telah menjadi masalah kesehatan utama pada skala global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok penduduk lanjut usia, terutama

Lebih terperinci

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan. 1-3 Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang lemah atau mengalami kemunduran dalam aspek fisik dan mental yang di sebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang memiliki minimal salah satu anggota didalam rumah tangganya

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang memiliki minimal salah satu anggota didalam rumah tangganya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proporsi jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah seiring dengan perkembangan zaman. Rumah tangga lanjut usia adalah rumah tangga yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Insomnia merupakan suatu kesulitan kronis dalam. memulai tidur, mempertahankan tidur / sering terbangun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Insomnia merupakan suatu kesulitan kronis dalam. memulai tidur, mempertahankan tidur / sering terbangun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Insomnia merupakan suatu kesulitan kronis dalam memulai tidur, mempertahankan tidur / sering terbangun dari tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan / tidur singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat pertambahan usia yang progresif pada populasi penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya menimbulkan beban medis, tetapi juga sosial, dan ekonomi bagi pasien

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar

Lebih terperinci

Hubungan antara Status Ekonomi, Status Pendidikan dan Keharmonisan Keluarga dengan Kesadaran Adanya Demensia dalam Keluarga

Hubungan antara Status Ekonomi, Status Pendidikan dan Keharmonisan Keluarga dengan Kesadaran Adanya Demensia dalam Keluarga Hubungan antara Status Ekonomi, Status Pendidikan dan Keharmonisan Keluarga dengan Kesadaran Adanya Demensia dalam Keluarga The Relation Between Economic Status, Educational Status and Family Harmony to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola

Lebih terperinci

PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN Pinky Pradika Shandy 1 ABSTRAK

PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN Pinky Pradika Shandy 1 ABSTRAK PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN 2015 Pinky Pradika Shandy 1 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penyandang diabetes meningkat disebabkan karena pertumbuhan penduduk, penuaan, urbanisasi, dan meningkatnya prevalensi obesitas dan kurangnya aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat, BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat, dan juga di berbagai negara di dunia (Mokdad,dkk, 2000; WHO 2000).Telah diketahui bahwa obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai suatu proses patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih menjadi permasalahan serius di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memori kerja dikonsepkan sebagai sistem memori. aktif yang bertanggung jawab untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memori kerja dikonsepkan sebagai sistem memori. aktif yang bertanggung jawab untuk menjaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memori kerja dikonsepkan sebagai sistem memori aktif yang bertanggung jawab untuk menjaga dan memeroses informasi sementara dan simultan (Dehn, 2008). Secara umum memori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia ARTIKEL PENELITIAN Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia The Correlation between Level of Education with Kognitif Decline in Elderly Abstrak Novia Khasanah¹,

Lebih terperinci

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia. dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia. dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti kardiovaskular, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru kronik obstruktif di banyak negara, terutama di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan banyak komplikasi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian berdampak kepada peningkatan proporsi lanjut. adalah suatu proses menghilangnya secara

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian berdampak kepada peningkatan proporsi lanjut. adalah suatu proses menghilangnya secara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lanjut Usia (lansia) merupakan kelompok umur yang cukup unik karena jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Data Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2013

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Risiko dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang

Hubungan Faktor Risiko dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang 49 Artikel Penelitian Hubungan Faktor Risiko dengan pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang Iqbal Al Rasyid 1, Yuliarni Syafrita 2, Susila Sastri 3 Abstrak Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN FIBRILASI ATRIUM TERHADAP PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Strata-1 Kedokteran Umum ROFAT ASKORO BIMANDOKO

Lebih terperinci

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG Tria Coresa 1, Dwi Ngestiningsih 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia menyatakan bahwa lansia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA HIPERTENSI TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL

PERBANDINGAN FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA HIPERTENSI TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL PERBANDINGAN FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA HIPERTENSI TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di negara dengan pendapatan tinggi sampai rendah. 1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Begitu juga lansia yang diperkirakan lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Begitu juga lansia yang diperkirakan lebih tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya tahun, jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat. Begitu juga lansia yang diperkirakan lebih tinggi peningkatannya dibandingkan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG Moch. Riskie Aditya Putra, 2008, Pembimbing I: Dr.dr. Felix

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi demografi sedang terjadi di seluruh dunia, sehingga terjadi penambahan proporsi penduduk lanjut usia, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau berkurang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Dengan prevalensi 15% di negara berkembang, dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Gangguan psikiatri pada masa muda dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Prevalensi DM meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami peningkat yang substansial. Hampir seluruh negara di dunia mengalami pertumbuhan populasi usia lanjut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia diseluruh dunia saat ini diperkirakan lebih dari 629 juta dan pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Setengah dari jumlah lansia didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cedera kepala atau yang sering disebut sebagai. traumatic brain injury (TBI) adalah kejadian yang sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cedera kepala atau yang sering disebut sebagai. traumatic brain injury (TBI) adalah kejadian yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera kepala atau yang sering disebut sebagai traumatic brain injury (TBI) adalah kejadian yang sering terjadi (NINDS). TBI adalah penyebab terbanyak kematian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang memiliki karakteristik khusus ditandai oleh adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua (= menjadi tua = aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta

Lebih terperinci

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 PPDGJ I (1973) : disamakan dgn SOO PPDGJ II (1983) : dibedakan dgn SOO PPDGJ III (1993) : hanya dipakai nama GMO

Lebih terperinci

Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia

Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia Pembimbing : dr. Siti Badriyah, Sp.KJ, M.Kes Sinta Tri Ciptarini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, yang memberikan kontribusi 7.1 juta kematian per tahun. 1

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, yang memberikan kontribusi 7.1 juta kematian per tahun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pola gaya hidup masa kini yang semakin berkembang telah menyebabkan meningkatnya angka kejadian hipertensi pada banyak orang. Diperkirakan sekitar 20% populasi orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mencapai 71 tahun dan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mencapai 71 tahun dan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan telah meningkatkan usia harapan hidup. Usia harapan hidup di Indonesia tahun 2000 mencapai 67 tahun 1. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki siklus hidup yang terus berjalan dari waktu ke waktu dan usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus tersebut yang merupakan kenyataan nyata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang

Lebih terperinci

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Gerontologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan setiap orang tua. Namun kebahagiaan dan harapan tersebut

Lebih terperinci

Problem kesehatan mental saat ini semakin memerlukan perhatian di. tingkat global, nasional, maupun lokal. World Health Organization (WHO)

Problem kesehatan mental saat ini semakin memerlukan perhatian di. tingkat global, nasional, maupun lokal. World Health Organization (WHO) Problem kesehatan mental saat ini semakin memerlukan perhatian di tingkat global, nasional, maupun lokal. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa gangguan mental, neurologis, dan penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia atau biasa disingkat lansia merupakan tahapan terakhir dalam daur kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 yang termasuk lansia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah atau gula darah. Kondisi kesehatan dari penderita diabetes akan

Lebih terperinci

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang cukup banyak dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan dengan begitu

Lebih terperinci

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan salah satu keluhan muskuloskeletal yang sering ditemui, dengan progresifitas yang lambat, bersifat

Lebih terperinci