BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk paragraf deduktif dan induktif belum ada. Penelitian yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas kemampuan menulis seseorang, termasuk dalam menyusun paragraf

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. PARAGRAF

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau bahasa tulis (Tarigan, 1979:7). Membaca pada hakikatnya adalah suatu

Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 2) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

PARAGRAF. 1. Pengertian Paragraf 2. Unsur Paragraf 3. Struktur Paragraf 4. Fungsi Paragraf 5. Syarat Paragraf yang Baik 6. Pengembangan Paragraf

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta ( ) peran adalah sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

KEMAMPUAN MENYUSUN KARYA ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. Oleh Selvianingsih Salilama Fatmah AR Umar Supriyadi

BAB I PENDAHULUAN. diri (Chaer dan Agustina, 2010:11). Bahasa sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS NARASI DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI VII.2 SMP NEGERI 21 BATANGHARI OLEH ANDEPI GJA II B III 003

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SDS WINDU PUTRA. Wiwin Widianti

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT MENJADI PARAGRAF SISWA KELAS V SD NEGERI2 LAMPASEH KABUPATEN ACEH BESAR. Dina Rizkina, Adnan, M. Yamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. sampai ke perguruan tinggi, oleh karena itu semestinya diadakan penelitian dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa Indonesia dibutuhkan adanya komunikasi antara guru dan

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAHASA INDONESIA UMB Tata Paragraf

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS VIIᴬ SMP NEGERI 3 PAGUYAMAN, KECAMATAN PAGUYAMAN, KABUPATEN BOALEMO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

Jamilah, Ahadi Sulissusiawan, Endang Susilowati Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

ii MATEMATIKA EKONOMI: Fungsi dan Aplikasi

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

Oleh Nirmala Sari Siregar Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS III SD N 181/VII GURUH BARU II.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Program Studi Teknik Mesin S1

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang menulis paragraf telah dilakukan sebelumnya. Namun untuk paragraf deduktif dan induktif belum ada. Penelitian yang digunakan sebagai penelitian yang relevan berkaitan dengan menulis paragraf yaitu penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Mahadin yaitu Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Argumentasi (Suatu Penelitian di SMA Negeri 3 Gorontalo). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi kelas X SMA Negeri 3 Gorontalo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi SMA Negeri 3 Gorontalo tahun pelajaran 2008/2009 khususnya kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi pada siswa kelas X sudah cukup baik. Artinya sudah sebagian besar siswa sudah mampu menulis paragraf. Namun pangkal kesulitan siswa dalam menulis paragraf argumentasi berada pada aspek pertama yakni aspek pembuktian kebenaran dan fakta. Penelitian mengenai paragraf dilakukan kembali oleh Sri Meliyati S. Radjiman pada tahun 2010 yang formulasi judulnya yaitu Kemampuan Siswa Menyusun Paragraf Deskriptif berdasarkan Pengamatan (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Paguyaman). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa menyusun paragraf deskriptif berdasarkan pengamatan pada siswa kelas X A di SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo. Sesuai hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa menyusun paragraf deskriptif berdasarkan pengamatan lingkungan sekitar siswa,

yang memperoleh kualifikasi baik terdapat dua indikator pengamatan yakni kualitas dan ruang lingkup isi dan ketepatan ide atau gagasan/topik. Sementara pada indikator ketepatan ejaan berada pada kulifikasi cukup dan kualifikasi kurang terdapat pada indikator ketepatan pemaparan dan struktur kalimat paragraf. Persamaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada permasalahan yang menitikberatkan kemampuan peserta didik dalam menulis paragraf. Sementara perbedaannya terdapat pada jenis paragraf yang akan disusun. Kedua penelitian di atas mengkaji tentang paragraf argumentasi dan paragraf deskriptif yang penyusunan paragrafnya menurut teknik pemaparannya, sedangkan penelitian yang dilakukan yaitu tentang paragraf deduktif dan induktif yang penyusunan paragrafnya menurut letak gagasan utamanya. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Menulis Kegiatan menulis adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sering dilakukan orang. Banyak alasan yang diungkapkan ketika seseorang melakukan pekerjaan tersebut. Dalam Kamus Terbaru Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa menulis adalah mencoretkan huruf dengan pena di atas kertas. Hal ini senada dengan pendapat Alek dan Achmad (2010: 106) bahwa menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara yang dilakukan pada kertas dengan menggunakan pena.

Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, ada empat tujuan menulis yakni sebagai berikut. 1. Menyampaikan pokok pikiran atau gagasan kepada para pembaca. 2. Memberi informasi tentang suatu naskah kepada pembaca. 3. Memberi hiburan kepada pembaca. 4. Mempengaruhi pembaca atas argumentasi (pendapat) yang diungkapkan melalui tulisan. 2.2.2 Pengertian Paragraf Dalam suatu karangan, terdapat beberapa kalimat yang membentuk alinea atau paragraf. Paragraf adalah rangkaian kalimat yang utuh dan koheren yang berisi ide, gagasan, konsep atau pokok pikiran yang mendukung atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Bagian dari suatu karangan/tulisan disebut dengan paragraf. Sebuah paragraf ditandai adanya suatu gagasan yang lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, pada umumnya paragraf terdiri atas sejumlah kalimat yang saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. Pandangan Alek dan Achmad (2010: 207) mengenai paragraf, mengandung beberapa pengertian yaitu: (1) paragraf ialah karangan mini; (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; dan (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.

2.2.3 Syarat-syarat Paragraf Sebuah paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut Arifin & Tasai (2009: 116) ada dua ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis paragraf yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. 1. Kesatuan Paragraf Berbicara tentang paragraf, berarti mengarah pada kesatuan paragraf yang menyatakan suatu hal tertentu. Dalam sebuah paragraf, terdapat satu pokok pikiran atau ide pokok. Jadi, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut ditata secara cermat, berpautan, dan utuh. Paragraf yang kalimat-kalimatnya bertalian atau saling berhubungan ini dikenal dengan paragraf yang koheren. Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya penyimpangan dari ide pokok yang ada. 2. Kepaduan paragraf Kepaduan paragraf mencakup diksi atau pemilihan kata, keefektifan kalimat, dan ketepatan ejaan. Kepaduan paragraf dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara logis serta melalui ungkapan, kata pengait antarkalimat, kata penghubung, dan kata ganti. Struktur kalimat yang baik dan teratur turut mendukung penyampaian informasi secara jelas kepada pembaca. Kalimat yang digunakan adalah kalimat yang efektif, kalimat yang bentuknya padat atau tidak panjang. Keefektifan kalimat tidak dipandang dari banyaknya kalimat yang dirangkai. Kalimat tersebut dikatakan efektif apabila dapat memberikan kejelasan dan bersifat komunikatif.

Kefektifan kalimat dapat menjamin bahwa paragraf yang disusun mempunyai subjek dan predikat serta hemat dalam pemakaian kata-kata. Sehingga kalimat yang dihasilkan mencerminkan cara berpikir yang sistematis dan tidak menimbulkan tafsiran atau makna ganda. Demikian pula dengan penggunaan ejaan untuk menggambarkan bunyi dalam bentuk lambang atau tulisan serta pemakaian tanda baca. Penulisan huruf atau kata yang baik dapat mempengaruhi kualitas sebuah tulisan. Oleh karena itu, penggunaan ejaan yang tepat akan memberikan kemudahan terhadap pembaca dalam memahami maksud yang dituliskan. 2.2.4 Jenis-jenis Paragraf berdasarkan Letak Gagasan Utama Dilihat dari letak gagasan utamanya, paragraf dibagi menjadi empat yaitu paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif atau paragraf campuran, dan paragraf ineratif (http://wardoyost09.blogspot.com). Tetapi, paragraf yang akan dibahas hanya dua paragraf yaitu paragraf deduktif dan paragraf induktif. 2.2.4.1 Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu, ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Dalam paragraf ini, ide-ide yang telah dirumuskan dalam kalimat diatur dengan ide yang bersifat umum dan diletakkan pada kalimat pertama dan diikuti ide yang lebih khusus. Paragraf deduktif disebut juga paragraf pengembangan umum-khusus yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu lalu menyusul uraian atau rincian permasalahan.

Paragraf jenis ini kalimat topiknya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan dalam paragraf tersebut diletakkan pada kalimat pertama. Selanjutnya, diikuti oleh kalimat pendukung terhadap gagasan utama tersebut. Arifin dan Tasai (2009: 124) menegaskan pula hal yang sama bahwa paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf dinamakan paragraf deduktif. 2.2.4.2 Paragraf Induktif Menurut Arifin dan Tasai (2009: 124) paragraf induktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat topik di akhir paragraf. Paragraf ini dimulai dengan menyusun ide-ide khusus dan diikuti dengan ide yang bersifat umum dan biasanya berupa kalimat simpulan beserta pernyataan pembenarannya. Kesimpulan merupakan hal yang bersifat umum. Paragraf induktif disebut juga paragraf pengembangan khusus-umum. Dalam artian, paragraf induktif yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok permasalahan. Biasanya, kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, atau oleh karena itu. Akan tetapi, hal ini bukan hal yang mutlak sebab ada juga kalimat utama dalam paragraf induktif yang tidak perlu didahului konjungsi. 2.2.5 Model Pembelajaran Examples Non Examples 2.2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples Dalam proses pembelajaran, peserta didik adalah manusia yang menjalani perubahan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang individu yang mempunyai kepribadian dan kemampuan tertentu. Proses pembelajaran pun akan berlangsung

dengan baik tentu didukung oleh pengelolaannya yang tidak lepas dari model pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang disajikan untuk mengoptimalkan hasil belajar. Akan tetapi, tidak semua model pembelajaran tersebut cocok untuk setiap mata pelajaran. Penggunaan model pembelajaran dalam mata pelajaran bergantung pada materi dan khususnya pada tujuan yang ingin dicapai. Salah satu mata pelajaran yang menggunakan model pembelajaran yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran examples non examples. Model pembelajaran examples non examples sebenarnya sering dipergunakan dalam proses pembelajaran. Namun, nama model pembelajaran ini masih sangat awam diketahui. Model pembelajaran examples non examples biasa juga disebut examples and non examples. Model pembelajaran examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai medianya (dalam Sudrajat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar peserta didik dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar. Dalam model pembelajaran examples non examples, gambar dijadikan sebagai media untuk menyampaikan suatu maksud. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Media adalah sumber belajar, maka secara luas media diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Hal ini erat kaitannya dengan pendapat Djamarah (2006: 120) bahwa media merupakan alat bantu yang dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat dari jenisnya, media dibagi atas tiga jenis yaitu: 1. Media auditif, media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio, cassete recorder. 2. Media visual, media yang hanya mengandalkan indera penglihatan seperti slides (film bingkai), gambar atau lukisan. 3. Media audiovisual, media yang mempunyai unsur suara dan gambar seperti televisi. Berdasarkan jenis media di atas, maka model pembelajaran examples non examples termasuk dalam model pembelajaran yang menggunakan media visual. Media gambar digunakan untuk menarik perhatian peserta didik terhadap penemuan informasi. Dengan media gambar, peserta didik lebih senang dan langsung tahu apa yang dimaksudkan oleh gambar tersebut. Media gambar berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai konsep yang abstrak menjadi bentuk sederhana atau bersifat kongkrit. Penggunaan media gambar menekankan pada konteks analisis peserta didik. Gambar yang ditampilkan dapat melalui OHP, proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar tersebut harus jelas dan kelihatan dari

jarak jauh. Sehingga peserta didik yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas gambar yang disajikan. Penyampaian materi dengan model pembelajaran ini bertujuan mendorong peserta didik untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples dan non examples, yaitu: a. Examples, memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas. Contoh: 1) Paragraf Deduktif Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar lalu lintas. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com) 2) Paragraf Induktif Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan Jenderal Sudirman. Seminggu kemudian seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil John. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di jalan Jenderal Sudirman di dalam kantung celana John. Dengan demikian, John adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya tiga anak itu. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com)

b. Non examples, memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Contoh: 1) Paragraf Deduktif Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar dadakan. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah mulai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com) 2) Paragraf Induktif Sederet properti terpajang di panggung. Sepasang kursi demang, tenda, dan gapura dengan tongkat-tongkat ramping, juga lampu-lampu yang tak menyorot secara datar seperti dalam pertunjukan ketoprak. Dekorasi panggung itu lebih lumrah untuk pentas teater modern daripada ketoprak. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com) 2.2.5.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples Setiap model pembelajaran yang digunakan, dijelaskan langkah-langkah pembelajarannya. Tanpa adanya langkah-langkah pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Hal serupa berlaku pula pada model pembelajaran examples non examples. Seperti yang dikemukakan oleh Sudrajat (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) pada sebuah artikelnya yang diakses dari salah satu alamat internet, ada tujuh langkah-langkah model pembelajaran examples non examples.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan.