PELATIHAN TENTANG MODEL PENDIDIKAN ANAK YANG BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN PADA IBU-IBU PKK DI DESA PURWOMARTANI KALASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PROPOSAL PPM PELATIHAN TENTANG STRATEGI PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN KE DALAM PEMBELAJARAN DI SMK N ROTA BAYAT - KABUPATEN KLATEN

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

PENGEMBANGAN MODEL BUKU PANDUAN PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PEMBELAJARAN DI SMK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan dan partisipasi usaha kecil dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PROPOSAL PPM INSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

LAPORAN PENELITIAN INSTITUSI

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

PELATIHAN PENYUSUNAN RENSTRA SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROGRAM UNGGULAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BANTUL *

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

Lab. Penyuluhan dan Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha mikro, kecil dan menengah selalu digambarkan sebagai sektor yang

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TATAP MUKA KE : 1

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

PENYUSUNAN MANUAL LAYANAN PENGEMBANGAN BISNIS UKMK SEKTOR NON AGRIBIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

BABI PENDAHULUAN. Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI ADVERTISING AND MARKETING COMMUNICATIONS FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

SILABUS. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR a. Power Point b. Buku Teks c. White board d. Spidol KOMPETENSI DASAR PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU INDIKATOR

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah

I. PENDAHULUAN. makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. pertanian. Perkembangan suatu usaha tani dipengaruhi ketersediaan modal. Modal

I. PENDAHULUAN. UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan (Unit)

(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta)

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN USAHA PELAKU USAHA MIKRO Di SEKITAR UNPAR dengan PEMBERIAN PELATIHAN dan MEMBANGUN JEJARING

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I.PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

Jakarta, Desember 2006 Direktur Pangan dan Pertanian BAPPENAS. Endah Murniningtyas

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DALAM DIRI MAHASISWA

Transkripsi:

PELATIHAN TENTANG MODEL PENDIDIKAN ANAK YANG BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN PADA IBU-IBU PKK DI DESA PURWOMARTANI KALASAN PENDAHULUAN Oleh: Endang Mulyani, Daru Wahyuni Indonesia mempunyai banyak potensi, seperti aneka sumber daya alam, posisi Indonesia yang sangat strategi, jumlah penduduk yang besar, dan beragam kelebihan lainnya. Selama ini yang terjadi justru Indonesia belum mampu memanfaatkan keunggulan untuk mendongkrak daya saing. Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah salah satu elemen bangsa Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang termasuk tenaga kerja kerah biru (informal) sekitar 70,2 juta jiwa atau 74 persen (BPS, 2005). Sisanya adalah tenaga kerja kerah putih (formal), yaitu sekitar 24,7 juta jiwa atau 26 persen. Sebagian besar tenaga kerja berada di sektor pertanian (44 persen), diikuti perdagangan, perumahan dan perhotelan (20 persen), industri pengolahan (12 persen) dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (11 persen). Besarnya tenaga kerja pada sektor UKM tidak diikuti dengan produktivitas yang tinggi. Pada tahun 2008, jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku sebesar 1230,9 trilyun. Striktur PDB 2008 didominasi oleh sektor industri pengolahan, pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masing masing memberikan kontribusi sebesar 27,3%, 14,7% dan 14,3%. Sayang yang dihasilkan sektor industri kecil dan menengah hanya 199 triliun rupiah dengan jumlah unit usaha sebanyak 3,02 juta dan jumlah tenaga kerja sebanyak 8,09 juta jiwa. Bandingkan dengan industri besar yang menghasilkan PDB sebesar 312 triliun rupiah dengan jumlah unit usaha hanya 7.593 buah dan tenaga kerja sebesar 4,39 juta jiwa. Perbandingan tersebut menunjukkan ketimpangan yang sangat besar antara sektor UKM (dalam hal ini dapat diwakili dengan industri kecil 1

menengah) dan usaha besar. Rendahnya daya saing sektor UKM tentu saja berpengaruh terhadap daya saing bangsa Indonesia. Hal ini tidak lain karena sektor UKM merupakan penyerap terbesar tenaga kerja Indonesia. Secara umum, permasalahan yang sering terjadi pada UKM adalah permodalan, pemasaran, kurangnya pengetahuan dan SDM yang kurang berkualitas. Dalam konteks peningkatan daya saing, penguasaan pengetahuan adalah faktor penting untuk mendongkrak daya saing. Di sinilah kelemahan terbesar UKM. Rendahnya penguasaan pengetahuan pada UKM dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah (1) kurangnya kesadaran dan kemauan untuk menerapkan pengetahuan yang tepat guna, (2) keterbatasan modal untuk meningkatkan penguasaan teknologi, (3) kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan dunia usaha dan (4) kurangnya akses terhadap sumber teknologi dan pengetahuan. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah (1) hasil penelitian dan pengembangan yang belum tepat untuk pengembangan UKM, (2) proses alih teknologi pada UKM belum maksimal, (3) keterbatasan publikasi hasil penelitian dan pengembangan dan (4) skim pembiayaan yang masih terbatas dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok usaha Lafifa merupakan kelompok usaha yang bergerak di bidang usaha kecil menjahit. Kelompok usaha ini dibentuk pada Januari 2007. awal berdirinya diawali dengan adanya pelatihan menjahit bagi perempuan yang diikuti 11 orang. Dari awal yaitu kursus menjahit dan magang. Anggota penjahit Lafifa berasal dari Kulonprogo, Bantul dan Yogyakarta. Anggotanya terdiri dari remaja putri dan ibu-ibu muda.namun setelah sekitar satu tahun berjalan masih banyak kendala yang dihadapi 1) kurangnya kesadaran dan kemauan untuk menerapkan pengetahuan tentang kewirausahaan, (2) keterbatasan modal untuk meningkatkan penguasaan teknologi, (3) kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan dunia usaha karena keraguan UKM untuk meningkatkan usaha (4) kurangnya akses terhadap sumber teknologi dan pengetahuan. Melihat berbagai hambatan tersebut perlu kiranya pelatihan kewirausahaan bagi kelompok usaha Lafifa. 2

TUJUAN DAN MANFAAT PENGABDIAN A. Tujuan Pengabdian Pada Masyarakat Tujuan Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk: 1. Tujuan Umum Setelah selesai pelatihan ini peserta pelatihan diharapakan mampu mengembangkan usaha yang telah dilakukan dengan baik. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada kelompok usaha Lafifa. b. Untuk mengembangkan usaha anggota Lafifa. c. Membantu membuat laporan keuangan yang memadai untuk UKM. B. Manfaat Pengabdian Pada masyarakat 1. Bagi kelompok sasaran Dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi para UKM dalam mengembangkan usahanya. 2. Bagi kelompok pengabdi Pengabdian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam bidang kewirausahaan yang terkait dengan pengembangan usaha UKM 3. Bagi UNY Sebagai wujud nyata pengabdian lembaga perguruan tinggi kepada masyarakat dalam rangka memecahkan permasalahan di bidang UKMK dan permasalahan yang dihadapinya. Disamping itu juga sebagai media kerja sama antara UNY dengan lembaga sekolah, khususnya kelompok Usaha Lafifa dan FISE UNY. 3

PELAKSANAAN KEGIATAN A. Realisasi Penyelesaian Masalah Permasalahan bahwa sebagaian besar penjahit belum belum mampu mengembangkan jiwa wirausahanya dengan pelatihan. Pertemuan dirancang 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk mendiagnosis kendalakendala mereka dalam menjalankan usaha serta untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi pengrajin diadakan tanya jawab dan penugasan. Dalam pelatihan para penjahit membuat laporan keungan sederhana. Pertemuan kedua diadakan pelatihan untuk mengembangkan kemampuan usaha mereka dengan cara diskusi dan Tanya jawab. Serta memberi pelatihan cara menyusun pembukuan sederhana. B. Sasaran Antara Strategis Khalayak sasaran adalah anggota usaha mikro menjahit Lafifa rata-rata belum mempunyai keberanian untuk mengembangkan usaha mereka. Jumlah peserta 13 orang yang terdiri dari para penjahit yang telah mengikuti kursus menjahit tingkat dasar 5 orang dan sisanya belum pernah mengikuti kursus menjahit. C. Metode Kegiatan Kegiatan pengabdian ini menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pelatihan. Dalam memberikan materi mengenai pengembangkan jiwa wirausaha, kiat mengembangkan usaha dan menerapkan pembukuan sederhana pengabdi menggunakan metode ceramah. Kemudian untuk memperdalam materi diberikan contoh dan dibuka kesempatan untuk tanya jawab bagi peserta pelatihan. Untuk mengetahui apakah peserta sudah mampu mengembangkan jiwa wira usaha maka diberikan pelatihan, tentu saja metode yang digunakan adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi efektif untuk digunakan dalam membentuk keterampilan tertentu. 4

Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut: Langkah ke-1 Peserta diidentifikasi masalah mereka dalam mengembangkan jiwa wirausaha, pengembangan usaha dan pembukuan sederhana Langkah ke-2 Peserta diberi motivasi untuk mengembangkan usaha Langkah ke-3 Peserta diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas berkaitan mengembangkan jiwa wirausaha, pengembangan usaha dan pembukuan sederhana Langkah ke-4 Peserta diberikan pelatihan untuk mengembangkan jiwa wirausaha, pengembangan usaha dan pembukuan sederhana Langkah ke-5 Hasil rumusan dievalusi untuk diberikan masukan Pelaksanaan untuk Langkah ke-1 sampai langkah 4 dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2008. Langkah ke 5 dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2008. HASIL KEGIATAN A. Evaluasi Hasil Kegiatan Hasil kegiatan yang telah dicapai dari kegiatan pengabdian ini adalah sebagai berikut: 5

1. Materi pelatihan pada umumnya dapat diterima dan dapat dipahami, serta mendapat respon dari peserta, yang ditandai dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang muncul. 2. Berdasarkan sikap dan pernyataan yang diajukan dapat diketahui bahwa materi pelatihan sangat membantu dalam mengembangkan jiwa wirausaha, pengembangan usaha dan pembukuan sederhana 3. Dari hasil pelatihan diharapkan nantinya pelatihan ini dapat ditindaklanjuti dengan meningkatnya kemampuan mengembangkan jiwa wirausaha, pengembangan usaha dan pembukuan sederhana 4. Berdasarkan evaluasi dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta pelatihan telah mampu mengembangkan jiwa wirausaha, pengembangan usaha dan pembukuan sederhana B. Faktor Pendukung Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan pengabdian di Kelompok Usaha Lafifa adalah: 1. Adanya dukungan yang sangat positif dari kelompok usaha Lafifa 2. Sikap antusiasme dari pengusaha mikro Lafifa C.Faktor Penghambat Factor-faktor yang menghambat pelaksanan pengabdian adalah: 1. Kurangnya motivasi untuk mengembangkan usaha karena kurangnya modal 2. Kebutuhan waktu yang relative lama untuk mengetahui secara pasti peningkatan jiwa wirausaha, dan pengembangan usaha 6

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Adanya kesesuaian antara materi pelatihan dengan kebutuhan anggota usaha Mikro Menjahit Lafifa 2. Adanya respon yang positif dari peserta 3. Sebagian besar peserta (85%) peserta telah mampu mengembangkan usaha mandiri 4. Sebagian besar peserta (85%) peserta telah mampu mengembangkan pembukuan secara mandiri. B. Saran Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengabdian pada masyarakat yang berupa kegiatan pelatihan dan penerapan praktik berusaha dengan produk seprei dajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Agar usaha UKM dapat berlanjut perlu dilanjutkan PPM selanjutnya untuk pendampingan. 2. Untuk mengembangkan usaha perlu ada pinjaman modal kerja. 3. Agar kemampuan diasah terus dan dikembangkan dengan berlatih terus mengembangkan usaha serta meltih pembukuan sederhana. Dengan berlatih secara terus menerus maka keterampilan perserta akan meningkat. 7

DAFTAR PUSTAKA ElIchsan S. Puta & Ariyanti Pratiwi (2005). Sukses Dengan Soft Skill. Bandung: ITB http://www.geocities.com/agus_lecturer/kewirausahaan/definsi_kewirausahaan.htm. http://www.bappekab.sidoarjokab.go.id/?file=04-doc-hsl-kajian/rip-ukm.htm) Bygrave, Enterpreneurship (terjemahan). Jakarta : Binarupa Aksara, 1996. Crowther, Frank dan Brian Caldwell, The Entrepreneurial School. London : Ashton Scholastic. Drucker, Peter F, Inovasi dan Kewiraswastaan :Praktek dan Dasar-Dasar (terjemahan). Jakarta : Erlangga, 1996. Gede Raka Beberapa Pandangan Mengenai Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. Sahid Susanto. Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Penelitian di Perguruan Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. Suprodjo Pusposutardjo Pengembangan Budaya Kewirausahaan Melalui Matakuliah Keahlian. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. Suyanto. Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Kegiatan Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. Pembelajaran yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.Pranowo. 2007. 8