Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. minat dan semangat keluarga untuk berwirausaha. oleh pemerintah yang dimotori oleh BKKBN. Kegiatan kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irma Susanti, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan

VISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. optimal. Sedangkan kualitas keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang (11,22 %) dari jumlah

Analisis Isu-Isu Strategis

Pengertian keluarga sebagaimana yang didefinisikan oleh Sekretariat. Menteri Negara Kependudukan BKKBN Jakarta (1994:5) adalah unit terkecil dari

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

Latar Belakang Semua Keluarga Ikut KB

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang berkepanjangan banyak menimbulkan masalah,

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

I. PENDAHULUAN. tahun 1970, Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat luas dan

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO

KREDIT TANPA JAMINAN

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Pembinaan Kelompok UPPKS Maju Bersama Deli Serdang. Sulaiman Lubis (Dosen Jurusan Manajemen Universitas Negeri Medan)

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

Aspek Daya Saing Daerah

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PRESENTASI PROGRAM TAHUN 2007 SEKTOR PENGUATAN KELUARGA SEJAHTERA DIREKTORAT PERAN PEREMPUAN DAN ANAK BRR NAD NIAS

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perluasan Lapangan Kerja

Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB?

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah yang meningkat, menjadi alasan tingginya eskalasi persaingan antar bank.

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

BAB IV EFEKTIVITAS KERJA SAMA KOPERASI SYARIAH BEN IMAN DENGAN YAYASAN YATIM MANDIRI DALAM PROGRAM BUNDA YATIM SEJAHTERA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.

PENTINGNYA ASPEK MENCIPTAKAN DAN MENINGKATKAN LAPANGAN PEKERJAAN MANDIRI BERBASIS UPPKS

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP)

Transkripsi:

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: 2407-3881 EVALUASI PROGRAM USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS) DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA Oleh Noorhayati MT dan Ika Sari Rahayu Program Studi Administrasi Negara FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ABSTRAK Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan maksud menggambarkan penelitian yang sebenarnya dengan cara mengumpulkan data semaksimal mungkin mengenai pelaksanaan program UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan perlu adanya Evaluasi Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Baik dari segi input, process, output dan outcomes, agar kelompok UPPKS dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan awal dibentuknya kelompok UPPKS yaitu meningkatkan pendapatan keluarga dan juga membantu mengentaskan kemiskinan. Karena dengan adanya kelompok UPPKS akan semakin banyak anggota yang mempunyai keterampilan. Kata Kunci : Evaluasi, UPPKS, Kecamatan PENDAHULUAN Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyatakan bahwa pembangunan Keluarga Sejahtera diarahkan pada upaya pengembangan kualitas keluarga, yang bercirikan kemandirian dan ketahanan melalui upaya Keluarga Berencana dalam melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Upaya tersebut dilaksanakan dengan meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera dilaksanakan melalui tiga pilar gerakan yaitu Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera (GRKS), Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (GEKS) dan Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera (GKKS). Ketiga gerakan tersebut dilaksanakan secara sinergis dalam rangka memberdayakan keluarga untuk mampu menigkatkan kualitas keluarga menuju terciptanya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Salah satu perwujudan dari Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (GEKS) dilaksanakan melalui pembentukan kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan dengan fokus prioritas pada keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) merupakan program yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan program KB (Keluarga Berencana), yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi keluarga. Tanpa kondisi ekonomi yang baik, mustahil keluarga akan dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Kegiatan usaha ini telah dirintis dan dipelopori oleh BKKBN yang merupakan model usaha mikro keluarga yang berfungsi untuk menggerakkan roda ekonomi keluarga melalui pembelajaran usaha ekonomi dengan cara menggugah minat dan semangat keluarga untuk berwirausaha. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) tersebut perlu terus diupayakan berbagai dukungan, baik dari aspek permodalan, maupun teknis produksi, pemasaran dan peningkatan sumber daya manusianya. Selain itu pemilihan jenis usaha sangat penting bagi para anggota kelompok terutama agar mereka dapat memilih jenis usaha yang Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 18

sesuai dengan minat, keterampilan, dan modal yang dimiliki, teknologi dan peralatan usaha yang tersedia, peluang pasar potensial bagi usaha yang akan dikembangkan, dan peluang kemitraan dengan tokoh ekonomi, pengusaha, perbankan, lembaga teknis terkait dan sebagainya. Dengan memilih secara seksama jenis usaha yang potensial dan sesuai bagi kelompok, diharapkan resiko kerugian yang mungkin terjadi dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan adanya kelompok UPPKS diharapkan dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan memperbaiki perekonomian anggota kelompok UPPKS. Namun masih saja terjadi permasalahan pada kelompok UPPKS diantaranya adalah tingkat kelangsungan hidup kelompok tersebut, dimana banyak usaha yang dijalankan oleh anggota kelompok UPPKS tidak berkembang dengan baik. Padahal untuk aspek permodalan kelompok UPPKS mendapatkan pinjaman modal usaha dari pemerintah melalui dana APBN, selain itu para anggota kelompok UPPKS juga mendapatkan pembinaan yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pembekalan antara lain petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, pelatihan, orientasi, magang, studi banding, lomba dan pekan promosi. Namun tidak semua usaha kelompok tidak berkembang dengan baik. Ada beberapa usaha kelompok UPPKS yang berhasil dan berkembang. LANDASAN TEORI Frekuensi pelaksanaan evaluasi dilaksanakan menurut kebutuhan lapangan dengan fokus pada kegiatan strategis yang berkaitan dengan penumbuhan kelompok, pengembangan usaha dan peningkatan keterampilan. Disamping itu kegiatan evaluasi harus dapat menyajikan data dan informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan kegiatan tersebut melalui indikator keberhasilan antara lain: 1. Meningkatnya jumlah kelompok yang beranggotakan keluarga Pra Sejahtera dan KS I, Pasangan Usia Subur (PUS) dari KS II, KS III dan KS III +. 2. Meningkatnya jumlah anggota kelompok yang berusaha dan mempunyai keterampilan untuk meningkatkan produktifitasnya. 3. Bertambah besarnya kebutuhan modal usaha disertai dengan lancarnya pengembalian kredit. 4. Meningkatnya jumlah dan mutu produk yang dihasilkan. 5. Makin meluasnya pemasaran hasil produksi sesuai kebutuhan pasar baik lokal maupun luar wilayah. 6. Makin banyaknya anggota kelompok yang bermitra usaha. 7. Makin meningkatnya klasifikasi kelompok dari dasar ke berkembang, dari berkembang ke mandiri dan dari mandiri ke paripurna. Dengan pendekatan manajemen publik, Firman dan Sirait (dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2003:26) mengemukakan bahwa di dalam proses manajemen, evaluasi merupakan usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif mengenai pencapaian hasil yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Melalui proses evaluasi, maka diharapkan setiap program dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat dibuktikan secara obyektif tingkat keberhasilannya, manfaat dan effisiensi pelaksanaannya. Bridgman & Davis (dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2003:28) mengemukakan bahwa pengukuran evaluasi bervariasi sesuai dengan jenis evaluasinya. Jenis evaluasi kecocokan, efektifitas dan efisiensi mungkin memerlukan investigasi yang mendalam sebelum sampai pada kesimpulan akhir. Ini berarti bahwa evaluasi sebagaimana pembuatan kebijakan juga membutuhkan data dan informasi yang komplit dan akurat berkaitan dengan implementasi kebijakan publik tersebut. Walaupun pengukuran evaluasi tersebut bervariasi, secara umum evaluasi kinerja kebijakan tersebut mengacu pada empat indikator pokok yaitu indikator input, process, outputs dan outcomes. Indikator input memfokuskan pada penilaian apakah sumber daya pendukung dan bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan. Indikator input dapat Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 19

meliputi sumber daya manusia, uang atau infrastruktur pendukung lainnya. Sedangkan indikator process menfokuskan pada penilaian bagaimana sebuah kebijakan ditransformasikan dalam bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat. Indikator ini meliputi aspek efektivitas dan efisiensi dari metode atau cara yang dipakai untuk melaksanakan kebijakan publik tersebut. Sementara indikator outputs (hasil), menfokuskan penilaian pada hasil atau produk yang dapat dihasilkan dari sistem atau proses kebijakan publik. Indikator ini misalnya berapa orang yang berhasil mengikuti program tertentu, berapa penduduk miskin yang sudah terkover dalam kebijakan tertentu. Dan terakhir indikator outcomes (dampak), menfokuskan pada pertanyaan dampak yang diterima oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena kebijakan. Jenis usaha Kelompok UPPKS dapat dibedakan atas usaha Pelaju, Pemaju dan Penguja Keluarga. a. Pelaju-Keluarga (Petik, Olah, Jual dan Untung oleh Keluarga) Adalah kegiatan usaha keluarga dengan cara mengolah hasil pertanian, peternakan, perikanan maupun kehutanan untuk dijadikan suatu produk yang memiliki harga lebih tinggi karena adanya proses produksi. b. Pemaju-Keluarga (Proses, Kemas, Jual dan Untung oleh Keluarga) Adalah memproses, mengolah dan mengemas bahan baku non pertanian menjadi produk yang mempunyai nilai tambah untuk dijual. Produk Pemaju-Keluarga misalnya souvenir, tenun, perhiasan, batu-batuan mulia, genteng, dsb. c. Penguja-Keluarga (Pengembangan Usaha Jasa dan Perdagangan Keluarga) Adalah kegiatan perdagangan kecil dan pelayanan jasa yang dilaksanakan oleh keluarga kepada konsumen baik yang mengandalkan keterampilan (Salon, Penjahit, Pengetikan, dsb) ataupun jasa terhadap pemanfaatan teknologi (perpustakaan, angkutan kendaraan, dsb). METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan maksud menggambarkan penelitian yang sebenarnya dengan cara mengumpulkan data semaksimal mungkin mengenai pelaksanaan program UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya. Adapun waktu penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di jalan Tjilik Riwut Km. 3,5 dilanjutkan dengan observasi ke lapangan khususnya anggota kelompok UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah : Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Tengah, Tim Pembina Kelompok UPPKS terutama yang menangani Kelompok UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya dan Anggota Kelompok UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Tekni pengumpulan data dengan wawancara. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis merasa ada beberapa hal yang perlu dievaluasi yaitu meliputi hal-hal seperti dibawah ini: 1. Evaluasi Input Untuk Sumber Daya Manusia kedua yaitu anggota kelompok UPPKS perlu adanya kriteria atau persyaratan dalam perekrutan anggota kelompok, karena SDM merupakan hal yang sangat penting. Untuk masalah permodalan perlu mengajukan permohonan kepada pemerintah (dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana) agar membantu kelompok UPPKS dengan cara memberikan pinjaman modal usaha bergulir. Selain itu perlu adanya bantuan peralatan berupa teknologi modern untuk membantu mengembangkan usaha kelompok UPPKS. Karena sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk proses produksi kelompok UPPKS. Karena apabila teknologi yang mereka gunakan untuk proses produksi modern maka proses produksi akan lebih Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 20

cepat dan lebih ringan, bila dibandingkan dengan cara manual. Dengan demikian akan menambah penghasilan kelompok dan secara otomatis memperbaiki perekonomiaan anggota kelompok UPPKS di Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya. 2. Evaluasi Process (proses) Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bidang usaha dilaksanakan kegiatan dalam aspek peningkatan SDM, pembinaan kemitraan, pembinaan jaringan usaha, pembinaan produksi, pembinaan modal dan pembinaan pemasaran. a. Peningkatan SDM Peningkatan SDM merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok UPPKS dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas usahanya. Peningkatan SDM dapat dilakukan dengan cara pelatihan, bazar dan lomba. Dalam hal ini perlu adanya peningkatan kegiatan pelatihan, bazar dan lomba. Karena apabila kegiatan tersebut ditingkatkan maka dengan adanya pelatihan maka keterampilan anggota kelompok UPPKS juga akan bertambah, dengan adanya bazar produk yang mereka hasilkan juga akan lebih dikenal masyarakat luas, dan dengan adanya kegiatan lomba akan membuat anggota kelompok termotivasi untuk lebih mengembangkan usahanya dan lebih bersemangat untuk bersaing dalam meningkatkan kualitas dan mutu produknya dengan kelompok yang lain. b. Pembinaan Kemitraan Pembinaan kemitraan sangat perlu dilakukan oleh pemerintah untuk membantu melancarkan proses produksi kelompok UPPKS, dan sekaligus membantu mengembangkan kegiatan kelompok UPPKS. Diantaranya adalah membantu dalam hal permodalan, membantu dalam hal promosi atau pemasaran, c. Pembinaan Modal Untuk pembinaan modal perlu adanya pelatihan khusus untuk membahas tentang pembukuan, kelengkapan administrasi karena kegiatan kelompok UPPKS adalah kegiatan kelompok jadi sangat penting sekali pembukuan dan laporan keuangan agar jelas dan tidak ada kesalah fahaman antar anggota kelompok. 3. Evaluasi Output Dengan adanya program UPPKS sebagian besar perekonomian anggota kelompok UPPKS mulai meningkat, namun tidak adanya target pemerintah tentang jumlah warga yang harus terkover dalam kelompok UPPKS membuat kegiatan evaluasi sangat sulit. Seharusnya pemerintah mempunyai target minimum dan batas maksimum pembentukan kelompok UPPKS di setiap kecamatan. Dalam hal ini perlu adanya target jumlah warga masyarakat yang harus menjadi anggota kelompok, dan juga target jumlah kelompok yang harus terbentuk dalam suatu kecamatan. Agar program UPPKS bisa dinilai tingkat keberhasilannya. 4. Evaluasi Outcomes Untuk dampak negatifnya karena berdasarkan hasil penelitian sudah ditemui produk kelompok UPPKS yang tidak layak untuk dipasarkan dalam hal ini perlu adanya pengawasan mengenai kandungan gizi yang ada pada produk yang diolah kelompok UPPKS. Untuk dampak positifnya semakin banyak warga masyarakat yang masuk dalam kelompok UPPKS, maka akan semakin banyak anggota masyarakat yang perekonomiannya meningkat dan juga keterampilan juga akan bertambah. Selain itu juga secara langsung warga masyarakat yang ikut serta menjadi anggota kelompok UPPKS membantu pemerintah dalam mensukseskan pengentasan kemiskinan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 21

1. Di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) sudah berjalan dengan baik dan telah terbentuk 10 kelompok UPPKS. Berdasarkan hasil penelitian dengan diukur menggunakan indikator dari Bridgman & Davis yaitu indikator masukan, proses, hasil dan dampak diketahui dari 10 (sepuluh) kelompok yang terbentuk terdapat 3 (tiga) kelompok yang sudah tidak aktif. 2. Adapun hambatan yang ditemui di lapangan tentang perkembangan kelompok UPPKS khususnya di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya adalah dilihat dari segi input (masukan) adalah seperti adanya beberapa anggota kelompok UPPKS yang tidak bersedia untuk dibina sehingga kelompok mereka tidak bisa berkembang, dan juga sulitnya anggota kelompok UPPKS dalam mendapatkan modal untuk proses produksi, sarana dan prasarana yang belum memadai dan belum adanya bantuan peralatan modern dari pemerintah. Sedangkan dari segi process (proses) adalah sangat jarangnya pemerintah dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana mengadakan kegiatan pelatihan, bazar dan lomba. Dan terakhir dari segi outcomes (dampak) juga diketahui sangat jarangnya pemantauan langsung membuat salah satu kelompok UPPKS memproduksi makanan yang tidak layak untuk diedarkan. SARAN 1. Bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang bertugas membina kelompok UPPKS diharapkan lebih sering mengunjungi kelompok UPPKS dan menjelaskan tentang keuntungan apa saja yang akan diperoleh apabila kelompok UPPKS berhasil dengan tujuan agar anggota kelompok UPPKS bersedia untuk dibina. 2. Bagi Pemerintah dalam hal ini adalah Propinsi Kalimantan Tengah diharapkan mengadakan kerja sama dengan pihak swasta seperti Bank, Koperasi, Pembiayaan dll dalam hal penyediaan modal agar anggota kelompok lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman modal usaha untuk proses produksi kegiatan kelompok UPPKS. 3. Selain itu pemerintah diharapkan menyediakan bantuan sarana dan prasarana berupa peralatan produksi yang modern untuk membantu kegiatan produksi kelompok UPPKS agar lebih efisien. 4. Diharapkan pemerintah lebih sering mangadakan kegiatan pelatihan, bazar dan lomba dengan melibatkan produk kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). REFERENSI Sudijono, Anas, 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Herdiansyah, H, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. Nugroho, Riant, 2008. Public Policy. Jakarta: Gramedia. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Administrasi: Affabeta. Tangkilisan, H.N.S, 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset. Nasional, 1998. Pedoman Bidang Usaha dan Tenaga Terampil Melalui Kelompok UPPKS. Jakarta: BKKBN. Nasional, 1998. Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi Kelayakan Usaha. Jakarta: BKKBN. Kantor Menteri Negara Kependudukan/ Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 1997. Petunjuk penetapan Usaha Potensial Bagi Kelompok UPPKS. Jakarta: BKKBN. Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 22