BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

Penyimpangan mutu adalah penyusunan kualitatif dimana bahan mengalami penurunan mutu sehingga menjadi tidak layak dikonsumsi manusia.

CERMAT MEMILIH KEMASAN PANGAN UNTUK MENGHINDARI KERACUNAN

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

I. PENDAHULUAN. Penggunaan plastik sebagai pengemas telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

Apakah kehidupanku sehat? M a ri ki t a j a g a ke s e h at a n kel u a r g a k i t a!

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid.

Identitas Responden. Lampiran 2: Kuesioner Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN POSISI TAWAR KONSUMEN TENTANG PENGGUNAAN KEMASAN STYROFOAM SEBAGAI WADAH MAKANAN DI AMALIUN FOODCOURT TAHUN 2015

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KEMASAN PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, mendefenisikan Makanan dan minuman

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari makanan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Angket Penelitian

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Kerangka Pemikiran, dan (7) Hipotesis Penelitian.

Oleh: ANA KUSUMAWATI

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan.

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

mem bentuk formasi yang khas. Pada air biasa sejumlah gaya yang memungkinkan molekul H

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

Pengemasa Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perubahan zat. Perubahan zat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

PT. Kao Indonesia Chemicals

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasuk-kan ke dalam tubuh (Almatsier, 2010). Menurut Tejasari yang mengutip dalam Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu (Saparinto dan Hidayati, 2006) : 1. Makanan segar, yaitu makanan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung (bahan baku pengolahan pangan), contoh : pisang dan lain-lain 2. Makanan olahan, yaitu makanan hasil proses olahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Makanan olahan bisa dibedakan lagi menjadi makanan olahan siap saji. a. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan, contoh: pisang goreng dan lain-lain.

b. Makanan olahan tidak siap saji adalah makanan yang sudah melewati proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum, contoh: makanan kaleng dan lain-lain. 3. Makanan olahan tertentu Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan, contoh: susu rendah lemak untuk orang yang menjalani diet lemak dan lain-lain. Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting. Salah satu penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan/senyawa beracun atau organisme patogen adalah foodborne disease. Penggunaan bahan kemasan pangan yang dilarang dapat menyebabkan penyakit kanker, tumor, dan gangguan saraf (Yuliarti, 2007). 2.2 Kemasan Pangan Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus Pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan maupun tidak (UU No.18 Tahun 2012, Pangan). Kemasan pangan selalu di sandingkan dengan pangan, karena pangan/makanan biasanya disajikan dengan kemasan yang sesuai dan dapat berguna untuk melindungi makanan tersebut. Berbagai jenis kemasan pangan diantaranya

kertas, plastik, dan Styrofoam, dari berbagai kemasan tersebut memiliki keunggulan masing-masing tetapi juga memiliki bahaya bagi kesehatan jika digunakan. Berdasarkan pendapat ahli Buckle (1987), ada resiko-resiko tertentu sehubungan dengan bahan-bahan pengemas, proses dan juga pendistribusian makanan yang telah dikemas. Selain bahaya mikroorganisme yang kemungkinan terdapat pada bahan pengemas makanan, resiko lain yang mungkin muncul adalah masuknya komponen beracun yang masuk dari bahan pengemas ke dalam bahan makanan, seperti bahan-bahan kimia dan bau yang berasal dari bahan pengemas tersebut. Menurut UU RI No.7 Tentang Pangan 1996, pasal 16 ayat (1) setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia menurut Keterangan pers BPOM Nomor: KH.00.02.1.55.2888 tahun2009 tentang Kemasan Makanan Styrofoam ditambah dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terhadap bahaya Styrofoam semakin memperjelas bahwa kemasan Styrofoam perlu diwaspadai penggunaannya. 2.3 Jenis Kemasan Pangan Kemasan pangan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar kemasan pangan dapat berupa plastik, logam/paduan Logam, kertas/karton, karet/elastomer, keramik, selofan dan kaca. Pada setiap jenis kemasan, ada persyaratan tertentu yang harus diikuti supaya dihasilkan kemasan yang aman

bagi kesehatan. Setiap jenis bahan pengemas ini memiliki keunggulan tertentu, antara lain jenis kemasan tertentu cocok untuk jenis pangan tertentu, misalnya pangan padat, setengah padat (pasta) dan cair (minuman). Tidak semua bahan pengemas aman untuk pangan dan terhadap kesehatan. Syarat keamanan kemasan pangan adalah sebagai berikut: Kemasan pangan tidak boleh bersifat toksik dan tidak meninggalkan residu terhadap pangan, harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan pangan; Senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan pangan terkemas; Bentuk, ukuran dan jenis kemasan dapat memberikan efektifitas; dan bahan kemasan tidak mencemari lingkungan hidup. 2.4 Bahan Kemasan Pangan dan Pengaruh Negatif Bagi Kesehatan 1. Kemasan Plastik Plastik adalah campuran yang mengandung polimer, filler, pemlastis/plasticizer, pengawet/retard, nyala, antioksidan, lubrikan, penstabil/stabilizer panas dan pigmen warna. Jenis polimer yang banyak digunakan adalah polietilen, polipropilen, polivinilklorida dan polistirena atau Styrofoam. Risiko yang dapat ditimbulkan akibat campuran senyawa tersebut diantaranya senyawa kimia toksik, yang merupakan akibat bermigrasinya plastik dengan produk pangan, yang dipengaruhi oleh tingginya suhu dan lamanya waktu kontak. 2. Kemasan Logam Kemasan kaleng dapat terbuat dari berbagai jenis logam misalnya seng, aluminium, dan besi. Dalam kadar rendah alumunium dan seng tidak beracun bagi

tubuh manusia. Namun perlu diperhatikan bahwa logam akan bereaksi dengan asam, yang menyebabkan logam tersebut melarut. Banyak bahan pangan yang bersifat asam, sehingga kontak antara asam dengan kemasan logam dapat melarutkan kemasan logam yang bersangkutan. Waktu kontak berkorelasi positif dengan banyaknya logam yang terlarut, artinya semakin lama waktu kontak, maka semakin banyak logam yang terlarut. 3. Kemasan Kertas Bahan pengemas yang berasal dari kertas dan sejenisnya sudah lama dikenal masyarakat, termasuk kertas tisu, koran bekas, ataupun kertas bekas lainnya yang telah diputihkan. Struktur dasar kertas adalah bubur kertas (selulosa) dan felted mat. Komponen lain adalah hemiselulosa, fenil propan terpolimerisasi sebagai lem untuk merekatkan serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. Pada pembuatan kertas terkadang digunakan klor sebagai pemutih, adhesive aluminium, pewarna dan pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam kertas, yang dapat bermigrasi kedalam pangan antara lain adalah tinta dan klor. 4. Kemasan Kaca/Gelas dan Porselen Kaca/gelas dan porselen merupakan kemasan yang paling tahan terhadap air, gas ataupun asam, atau memiliki sifat inert. Kemasan kaca juga dapat diberi warna, banyak digunakan untuk produk minuman yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga dapat menyaring cahaya yang masuk ke dalam kemasan kaca. Jenis kemasan ini dianggap kemasan yang paling aman untuk produk pangan. Porselen atau keramik,

biasanya sering digunakan sebagai gelas atau peralatan makan. Selain ada yang dibuat dari tanah liat, ada pula porselen yang dibuat dari bahan dolomite dengan beberapa bahan campuran lainnya. Porselen cukup aman digunakan sebagai wadah makanan, terutama yang bersuhu tinggi. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan dari porselen antara lain suhu pembakaran pada saat pembuatan serta bahan bakunya. Porselen dibuat dengan cara dibakar pada suhu sangat tinggi yaitu di atas 1200 C. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat. Namun bila pembakaran kurang dari 800 C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik. Bila bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga kurang baik. Porselen dari bahan baku dolomite dengan pembakaran yang kurang sempurna dapat berpotensi terjadi migrasi senyawa kimia kalsium karbonat (CaCO 3 ) dan magnesium karbonat (MgCO 3 ) dari dolomite ke dalam bahan pangan. Dolomite merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan pertanian. Warna porselen umumnya putih, sedangkan bila dengan bahan dolomite akan berwarna agak kusam. 2.5 Kegunaan Kemasan Pangan Kegunaan kemasan sebagai pelindung bagi produk didalamnya, Kegunaan kemasan yang penting adalah sebagai berikut : a. Sebagai wadah bagi produknya b. Untuk memudahkan penyimpanan produknya di gudang

c. Untuk memudahkan pengiriman dan pendistribusian d. Sebagai pelindung bagi prduk di dalamnya e. Sebagai sarana informasi dan promosi Kemasan, sampai batas tertentu memang dapat mengurangi pengaruh buruk dari unsur perusak dari luar tersebut. Dengan demikian produk didalamnya akan dapat lebih lama bertahan dalam kondisi yang baik. Hal ini sering disalahartikan oleh sementara orang bahwa kemasan dapat mengawetkan produk, Kemasan tidak dapat mengawetkan produk, yang dapat mengawetkan produk adalah proses pembuatannya yang lebih baik dan/atau karena digunakannya bahan-bahan yang lebih baik. Kemasan hanya dapat menghambat atau mengurangi derajat daya perusak dari unsur perusak luar. Bahkan, bila unsur perusaknya telah berada di dalam produk tersebut, misalnya karena produknya telah tercemar oleh mikroba-mikroba perusak, atau adanya proses kimia atau biokimia yang masih dapat berlanjut maka kemasan tidak dapat berbuat banyak. Kemasan saja tidak dapat melindungi kerusakan produk yang memerlukan penyimpanan dingin, untuk itu harus ada alat/sarana penyimpanan dingin, yang bukan kemasan. 2.6 Kemasan Styrofoam Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh masyarakat karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.

Styrofoam atau plastik busa masih tergolong keluarga plastik. Styrofoam lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran barang yang fragile seperti elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut menjadi salah satu pilihan bahan pengemas makanan dan minuman. Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, suatu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Banyak restoran siap saji yang menggunakan Styrofoam sebagai kemasan makanan yang mereka sajikan. Produk-produk siap saji juga banyak yang menggunakan Styrofoam seperti mie instant, kopi, bubur ayam, bakso, dan lainlain.(badan POM RI, 2008) 2.6.1 Bahan Pembuat Styrofoam Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara.

2.6.2 Dampak dan Bahaya Kemasan Styrofoam Terhadap Kesehatan Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun1930-an, diketahui bahwa bahan dasar Styrofoam (styrene) dan dan bahan aditif lainnya seperti butadiene yang berfungsi sebagai bahan penguat juga DOP ataupun BHT yang berfungsi sebagai pemlastis (plastiticizer) ternyata bersifat mutagenic (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang pembentukan sel kanker) (Yuliarti, 2007). Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli 2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC) suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Semakin lama waktu pengemasan dengan Styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak. Toksisitas yang ditimbulkan memang tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya. Sementara itu CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan

timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker. Penelitian di Rusia pada tahun 1975 menemukan adanya gangguan menstruasi pada wanita yang bekerja dan selalu menghirup styrene dalam konsentrasi rendah. Gangguan menstruasi tersebut menyangkut siklus menstruasi yang tidak teratur dan terjadi pendarahan berlebihan (hypermenorrhea) ketika menstruasi. Styrene juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi wanita (penurunan kesuburan bahkan mandul) (khomsan, 2003). Pada tahun 1986, national Human Adipose Tissue Survey di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa 100% jaringan lemak penduduk Amerikan mengandung styrene dan pada tahun 1988 kandungan styrene tersebut mencapai 8-350 ng/g. konsentrasi styrene 350 ng/g adalah spertiga dari ambang batas yang dapat memunculkan gejala neurotoxic (gangguan saraf). Neurotoxic akan menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan, nervous dan kadar hemoglobin rendah. Hemoglobin (Hb) adalah bagian dari sel darah merah yang memiliki peran sangat penting yaitu mengangkut dan mengedarkan oksegen (O 2 ) ke seluruh tubuh. Penurunan hemoglobin (anemia) akan menyebabkan kekurangan oksigen pada sel-sel tubuh dan menimbulkan gejala letih, lesu dan lemah (3L). anemia kronis dapat berakibat fatal seperti kematian (2003). 2.7 Posisi Tawar Konsumen

Posisi tawar adalah negosiasi, kapasitas satu pihak untuk mendominasi yang lain karena pengaruhnya, kekuatan, ukuran, atau status, atau melalui kombinasi dari taktik persuasi yang berbeda (Sukirno, 2002). Posisi tawar dalam ilmu ekonomi berhubungan dengan perdagangan dimana ada pelaksana perjanjian antara kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran barang atau jasa, dengan perjanjian tersebut maka kedua belah pihak dapat dengan leluasa untuk melakukan tawar menawar harga. Posisi tawar harus dilakukan lebih dari satu orang, jadi minimal ada dua orang yang bertransaksi (pedagang dan konsumen). Posisi tawar dalam penelitian ini berhubungan dengan pelaksanaan tawar menawar antara konsumen dan pedagang untuk melakukan pertukaran kemasan Styrofoam dengan kemasan jenis lain yang lebih aman. Proses tawar menawar atau negosiasi dilakukan oleh konsumen yang merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan dalam hal ini makanan yang dikemasan menggunakan wadah Styrofoam. Konsumen seringkali berada pada posisi yang kurang menguntungkan dan lemah daya tawarnya. Salah satunya disebabkan karena mereka belum memahami hak-hak mereka atau bahkan tidak jarang menganggap itu adalah persoalan yang biasa saja. Konsumen sebetulnya memiliki beberapa hak, menurut Widjaja dan Yani (2003) yang dikutip pada kongres yang dikemukakan oleh presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy pada tanggal 15 Maret 1962: 1. Hak untuk memperoleh kemanan

2. Hak untuk memilih 3. Hak untuk mendapat informasi 4. Hak untuk didengar Sedangkan pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada tanggal 20 April 1999 pada Bab III pasal 4, yang mengatur hak-hak konsumen di Indonesia adalah mencakup sebagai berikut : a. Hak atas Kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. b. Hak untuk memilih barang an jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. c. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi barang dan/atau jasa. d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan/atau jasa yang digunakan. e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tdak sesuai.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Jika terjadi permasalahan atau kerugian dari penggunaan kemasan Styrofoam, biasanya konsumen terkena kesulitan untuk mendapat penyelesaian dari pedagang, karena konsumen berada dalam posisi tawar yang tidak seimbang. Banyak faktor yang menyebabkan konsumen bersikap demikian, diantaranya kurangnya pengetahuan mengenai kemasan Styrofoam dan kesadaran konsumen tentang hakhaknya. 2.8 Perilaku 2.8.1 Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang agar melakukan sesuatu. Unsur-unsur tersebut adalah :1. Pengetahuan/ pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan, 2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukan, 3. Sarana yang diperlukan untuk melakukan serta 4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakan. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2012): a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comperhension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi mengenai objek tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan prinsip atau materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi lain atau sebenarnya (real condition). d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan atau memisahkan materi/objek ke dalam komponen-komponen lain tetapi masih di dalam satu struktur organisasi atau masalah/ objek yang diketahui dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. 2.8.2 Sikap (Affective) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Notoatmodjo (2012) yang dikutip dari pendapat Allport (1945), sikap terdiri dari tiga komponen pokok yaitu: 1. kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. 2. kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.

3. kecendrungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving) menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon (responding) Merespon berarti memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah dan merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung Jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko yang merupakan indikasi sikap yang paling tinggi. Pengertian lain mengenai sikap dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2007), yang menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi prasaan yang berasal dari dalam diri individu yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Melalui pemahaman terhadap sikap konsumen, pemasar (pedagang) dapat mengubah dan

membentuk sikap konsumen seperti yang diharapkannya melalui strategi pemasaran yang disusunnya. 2.9 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kajian teoritis yang dikemukanan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian seperti yang digambarkan sebagai berikut : Karakterisik Konsumen : 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan Pengetahuan Sikap Posisi Tawar Konsumen dalam Penggunaan Wadah Styrofoam Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap Konsumen Dengan Posisi Tawar Tentang Penggunaan Kemasan Styrofoam sebagai Wadah Makanan Kerangka konsep di atas menggambarkan pengetahuan dan sikap tentang bahaya dari kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan, berhubungan dengan tindakan berupa posisi tawar yang dilakukan konsumen terhadap penggunaan Styrofoam.