Nomor KEP-4949/WPJ.09/2015 tanggal 20 Oktober 2015;

dokumen-dokumen yang mirip
bahwa menurut Tergugat sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014.

Putusan Pengadilan Pajak : 39925/PP/M.II/99/2012. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

sengketa mengenai pengenaan Sanksi Administrasi berupa Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 100% (Rp ,00);

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat

SE - 69/PJ/2015 PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 17/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

Menurut Majelis : bahwa dasar hukum yang terkait dengan materi gugatan ini adalah :

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP- 105/WPJ.07/2015 tanggal 12 Januari 2015;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan : Put-87849/PP/M.XVA/99/2017. Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2009 Pokok Sengketa

Penggantian ke 2 (dua) :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-17/PJ/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penerbitan Keputusan Tergugat Nomor KEP-3281/ WPJ.11/2015 tanggal 15 Oktober 2015;

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49554/PP/M.XV/99/2013

Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Banding N o. 1. Koreksi Positif Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut Rp

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.58791/PP/M.XB/99/2015. Tahun Pajak : 2013

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

: PUT.62748/PP/M.XIIA/99/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat Nomor: S-8729/WPJ.07/KP.02/2013 tanggal 03 Oktober 2013;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49243/PP/M.XI/99/2013. Tahun Pajak : 2009

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :

Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT /PP/M.XIII/16/2013. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2008

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2012 TENTANG

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

: bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009

PER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-86614/PP/M.XIVA/13/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 26

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2012/PP/M.IIIA Tahun 2018

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PELAPORAN FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-79783/PP/M.IIB/99/2017. Tahun Pajak : 2008

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

: bahwa Undang-undang PPN mengatur/memerintahkan Menteri Keuangan (bukan PP) untuk:

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pengurangan, Penghapusan, dan Pembatalan

PER - 48/PJ/2009 TATA CARA PEMBETULAN KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG, DAN/ATAU KEKELIRUAN PENERAP

bahwa Terbanding melakukan Koreksi Positif atas Pajak Masukan Yang Dapat dikreditkan Masa Pajak Agustus 2011 a quo

Surat Edaran SE-13/PJ.52/2006

bahwa Pemohon Banding dan Terbanding melakukan Uji Bukti Dokumen Pendukung Pemohon Banding berupa:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/PMK.03/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SE - 131/PJ/2010 PENEGASAN PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK

Nomor :... (1)... (2) Lampiran :... (3) Hal : Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.47389/PP/M.X/99/2013. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. : Put-50255/PP/M.XVI/16/2014. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2009

Surat Tergugat Nomor: S-1744/WPJ.32/KP.01/2013 tanggal 10 Juli 2013;

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2017 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pasal 26 UU No.6/1983 s.t.d.t.d. UU No. 16/2009. Pasal 36 ayat (1) huruf a, UU No.6/1983 s.t.d.t.d. UU No. 16/2009.

2017, No dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pe

SURAT EDARAN NOMOR SE-02/PJ/2017 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan

PENETAPAN DAN KETETAPAN

Transkripsi:

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.72331/PP/M.VIIIA/99/2016 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : Gugatan Pajak : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-4949/WPJ.09/2015 tanggal 20 Oktober 2015; : bahwa penerbitan KEP-4949/WPJ.09/2015 tanggal 20 Oktober 2015 tentang Penghapusan Sanksi Administrasi atas Surat Tagihan Pajak karena Permohonan Wajib Pajak atas STP Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00287/107/I4/441/15 tanggal 21 April 2015 Masa Pajak Januari 2014, telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, permohonan Penggugat ditolak karena tidak memenuhi unsur kekhilafan dan unsur bukan kesalahan Penggugat sebagaimana disebutkan Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 s.t.d.t.d. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP, karena berdasarkan hasil penelitian Penggugat tidak memenuhi ketentuan Pasal 12 ayat (2) huruf a dan huruf c Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak; : bahwa Penggugat merasa diperlakukan tidak adil, seperti yang dialami supplier Penggugat dalam hal ini PT AAA, Tbk sebagai penerbit faktur pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak LTO II juga pernah menerbitkan Faktur Pajak dengan tanggal faktur pajak yang mendahului tanggal surat pemberian nomor seri faktur pajak, tetapi sampai dengan saat ini, Kantor Pelayanan Pajak LTO II tidak pernah menerbitkan STP dan hanya mengarahkan untuk melakukan pembetulan SPT Masa PPN sedangkan pada kejadian ini kesalahan bukan dilakukan Penggugat melainkan karena gangguan sistem komputer KPP Madya Bandung (force majure); : bahwa Tergugat mengenakan sanksi administrasi sebesar Rp572.229.144,00 melalui penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Masa Pajak Januari 2014 Nomor 00287/107/14/441/15 tanggal 21 April 2015, dikarenakan Penggugat menerbitkan faktur pajak sejumlah Rp28.611.457.207,00 yang diterbitkan tanggal 3 Januari s.d. 16 Januari 2014mendahului tanggal surat pemberian nomor seri faktur pajak yaitu tanggal 17 Januari 2014; bahwa berdasarkan data yang ada dalam berkas gugatan diketahui bahwa Penggugat baru mengajukan permohonan permintaan nomor seri faktur pajak kepada KPP Madya Bandung dengan Nomor Surat 020/S-KPP/MI/I/2014 pada tanggal 17 Januari 2014; bahwa atas permintaan Nomor Seri Faktur Pajak di atas Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung menerbitkan Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Nomor S-411/NSFP/ WPJ.09/KP.1103/2014 pada tanggal 17Januari 2014; bahwa menurut Tergugat sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014, penerbitan Faktur Pajak yang dilakukan Penggugat untuk selama periode 1 Januari 2014 s.d. 17 Januari 2014 di atas merupakan Faktur Pajak yang tidak lengkap karena selama periode tersebut Penggugat belum memperoleh Nomor Seri Faktur Pajak dari Terggugat; bahwa selanjutnya oleh Tergugat karena Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Penggugat merupakan Faktur Pajak yang tidak lengkap maka sesuai Pasal 17 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 terhadap Penggugat diterbitkan Surat Tagihan Pajak berupa Sanksi Administrasi Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang ketentuan Umum Perpajakan sebesar 2% dikali Dasar Pengenaan Pajak; bahwa berdasarkan aplikasi portal Direktorat Jenderal Pajak berupa konfirmasi NTPN, Penggugat telah melunasi sanksi administrasi STP Masa Pajak Januari 2014 Nomor 00287/107/14/441/15 tanggal 21 April 2015 pada tanggal 30 Juli 2015 sebesar Rp572.229.144,00; bahwa selain itu menurut Penggugat Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 baru diterbitkan pada tanggal 2 April 2015 namun diberlakukan secara surut sejak PER-24/PJ/2012 berlaku yaitu mulai tanggal 1 April 2013 sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum; bahwa berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat dan Tergugat tersebut di atas, maka Majelis akan membahasnya secara berurutan mulai dari dari dasar hukum yang digunakan sebagai landasan penyelesaian sengketa ini, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kinerja (performance) kedua belah pihak (Tergugat dan Penggugat) dalam menjalankan hak dan kewajiban terkait permintaan dan pemberian Nomor Seri Faktur Pajak dan diakhiri dengan pembahasan mengenai akibat hukum dari hak dan kewajiban yang tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku; A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut Undang-Undang KUP); Pasal 14 ayat (1) huruf e Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara Iengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,...; Pasal 14 ayat (4) Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak; 2. Undang-Undang Nomor 7Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (selanjutnya disebut Undang- Undang PPN); Pasal 13 ayat (5) Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan barang KenaPajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: 1. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; 2. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; 3. Jenis barang atau jasa, jumlah HargaJual atau Penggantian, dan potongan harga; 4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; 5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; 6. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan 1. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Pasal 13 ayat (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak; Pasal 9 Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Pasal 10 (1) Faktur Pajak wajib diisi secara lengkap, jelas, dan benar; (2) Pengusaha Kena Pajak yang membuat Faktur Pajak tidaksesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; Pasal 19 Ketentuan lebih lanjut mengenai: a. bentuk dan ukuran Faktur Pajak; b. prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan Faktur Pajak; c. tata cara pembuatan dan pengisian keterangan pada Faktur Pajak; d. tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak; e. tata cara pembatalan Faktur Pajak; dan f. tata cara pengajuan permintaan dan pemberian data Faktur Pajak berbentuk elektronik yang rusak atau hilang; diatur dengan PeraturanDirektur Jenderal Pajak; Pasal 21 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: a. Peraturan Menteri Nomor 84/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau

Penggantian Faktur Pajak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; b. peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Nomor 84/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini dan/atau belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Menteri ini; 4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderai Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 tanggal 20 Juni 2014; Pasal 1 angka 8 Nomor Seri Faktur Pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak dengan mekanisme tertentu untuk penomoran Faktur Pajak yang berupa kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak; Pasal 1 angka 9 Faktur Pajak Tidak Lengkap adalah Faktur Pajak yang tidak mencantumkan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasai 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau mencantumkan keterangan tidak sebenarnya atau sesungguhnya dan/atau mengisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; Pasal 5 Faktur Pajak harus memuat keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit mencantumkan: a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Pasal 6 ayat (1) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib diisi secara lengkap, jelas dan benar serta ditandatangani oleh PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya; Pasal 6 ayat (2) Faktur Pajak yang tidak dlisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap; Pasal 7 ayat (1) PKP harus membuat Faktur Pajak dengan menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; Pasal 9 ayat (1) PKP menyampaikan surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam Lampiran IVD yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan; Pasal 10 ayat (2) Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak digunakan dalam suatu tahun pajak tertentu dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan bersamaan dengan SPT Masa PPN Masa Pajak Desember tahun pajak yang bersangkutan dengan menggunakan formulir sebagaimana diatur dalam Lampiran IVF yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; Pasal 12 Dalam hal PKP melakukan pengisian Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, maka Faktur Pajak yang diterbitkan merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap; Pasal 17 ayat (1) PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

Pasal 19 ayat (1) huruf a Terhitung mulai tanggal 1 April 2013: a. Pengusaha Kena Pajak yang telah memperoleh surat pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak dari Direktorat Jenderal Pajak wajib menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012; Pasal 19 ayat (2) Dalam hal Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b kemudian memperoleh surat pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak dari Direktorat Jenderal Pajak, maka Pengusaha Kena Pajak tersebut wajib menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 24/PJ/2012 sejak tanggal surat pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak; Pasal 19 ayat (3) Terhitung mulai tanggal 1 Juni 2013 seluruh Pengusaha Kena Pajak wajib menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012; 5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-52/PJ/2012 tanggal 22 November 2012 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password serta Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak; Lampiran II Butir I 1. PKP mengajukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak ke KPP tempat PKP dikukuhkan; 3. Dalam hal PKP telah memenuhi persyaratan, PKP akan menerima Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak; Lampiran II Butir II 4. Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak diterbitkan pada hari yang sama sejak permintaan diterima secara lengkap; 6. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-20/PJ/2014 tanggal 20 Juni 2014 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password, Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dan Sertifikat Elektronik, serta Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak; Butir E angka 4 huruf a Pengusaha Kena Pajak mengajukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dan/atau secara online melalui laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak; Lampiran VIII Butir C 1. Permintaan online Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak dapat diunduh pada hari yang sama saat permintaan diajukan; 2. Permintaan ke Kantor Pelayanan Pajak Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak diterbitkan pada hari kerja yang sama setelah berkas permintaan diterima secara lengkap; 7. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tentang Penegasan Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak dan Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak; Huruf E angka 1 Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak dengan menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak; Huruf E angka 3 Sesuai dengan Pasal 1 angka 8 dan angka 9 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 dan perubahannya, Faktur Pajak dengan tanggal mendahuiui (sebelum tanggal surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak merupakan Faktur Pajak yang mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak sesungguhnya, sehingga merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap; Huruf E angka 4 PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuaidengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan. Sedangkan bagi PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima JasaKena Pajak tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dafam Faktur Pajak Tidak Lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

B. Kewajiban Penggugat untuk meminta Nomor Seri Faktur Pajak kepada Tergugat dan Kewajiban Tergugat untuk menjawab/memberikan Nomor Seri Faktur Pajak pada hari yang sama setelah berkas permintaan diterima secara Lengkap bahwa Pengugat baru mengajukan Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak kepada KPP Madya Bandung dengan Nomor Surat 020/S-KPP/MI/I/2014 pada tanggal 17 Januari 2014 sebanyak 3.000 (tiga ribu) Nomor Seri Faktur Pajak, yang kemudian atas Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak tersebut oleh KPP Madya Bandunglangsung ditanggapi oleh KPP Madya Bandung melalui Surat Nomor S-411/PPN.NSFP/WPJ.09/KP.1103/2014 tanggal 17 Januari 2014 hal Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak; bahwa dalam Suratnya Nomor S-411/PPN.NSFP/WPJ.09/KP.1103/2014 tanggal 17 Januari 2014, KPP Madya Bandungmemenuhi permintaan Penggugat dengan memberikan Nomor Seri Faktur Pajak yaitu Nomor 000-14.93908883 s.d. 000-14.93911882 dan juga mengingatkan Penggugat agar apabila dalam hal Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan sudah hamper habis, untuk mengajukan kembali sesuai ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku; bahwa Penggugat menggunakan Faktur Pajak Masukan yang dikategorikan sebagai faktur pajak tidak lengkap/cacat karena Faktur Pajak Masukan yang Penggugat diterima diterbitkan oleh PT AAA, Tbk. menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak sebelum tanggal pemberitahuan nomor seri Faktur Pajak. Dan Penggugat telah dihimbau untuk melakukan pembetulan SPT Masa PPN sesuai dengan masa transaksinya; bahwa Penggugat menyatakan bahwa atas kondisi yang sama yaitu PT AAA, Tbk. yang berkonsultasi dengan KPP Wajib Pajak Besar Dua, telah melakukan pembatalan faktur pajak dan mengganti dengan faktur pajak yang menggunakan tanggal sesuai dengan Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak dan selanjutnya melakukan pembetulan atas faktur pajak tersebut, namun oleh KPP Wajib Pajak Besar Dua tidak dikenakan sanksi atau diberikan Surat Tagihan Pajak. Sehingga Penggugat merasakan adanya ketidakadilan atas terbitnya Surat Tagihan Pajak tersebut; bahwa menurut Tergugat, atas faktur pajak tersebut Penggugat dikenakan sanksi dikarenakan Penggugat mengkreditkan Faktur Pajak Masukan yang tidak lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; bahwa menurut Tergugat, Penggugat telah melunasi sanksi administrasi STP Masa Pajak Januari 2014 Nomor 00287/107/14/441/15 tanggal 21 April 2015 pada tanggal 30 Juli 2015 sebesar Rp572.229.144,00 berdasarkan data aplikasi portal Direktorat Jenderal Pajak berupa konfirmasi NTPN; C. Pembahasan mengenai akibat hukum dari hak dan kewajiban yang tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku; bahwa berdasarkan fakta-fakta yang yang terungkap dalam persidangan, ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta penjelasan kedua belah pihak dalam persidangan Majelis berpendapat sebagai berikut: bahwa berdasarkan pembahasan pada huruf B di atas terbukti bahwa Tergugat telah memenuhi kewajibannya secara benar dalam menerbitkan Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak dengan Surat Nomor S- 411/NSFP/WPJ.09/KP.1103/2014 pada tanggal 17 Januari 2014 karena Tergugat pada hari yang sama langsung memenuhi permintaan dari Penggugat melalui surat permohonan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak Nomor 020/S-KPP/MI/I/2014 tanggal 17 Januari 2014; bahwa karenanya penerbitan Nomor Seri Faktur Pajak yang dilakukan Penggugat selama periode 2 Januari 2014 s.17 Januari 2014 telah terbukti mendahului tanggal penerbitan Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak dari Tergugat, yaitu tidak terdapat kelalaian dan kekhilafan yang dilakukan Tergugat, namun hal ini disebabkan oleh kelalaian Penggugat yang tidak tanggap mengantisipasi habisnya jangka waktu penggunaan nomor seri Faktur Pajak sebelumnya; bahwa sesuai dengan Pasal 1 angka 8, Pasal 1 angka 9, Pasal 5, dan Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014, maka penerbitan Nomor Seri Faktur Pajak yang dilakukan Penggugat selama periode 2 Januari 2014 s.d. 17 Januari 2014 yang mendahului tanggal pemberian Nomor Seri Faktur Pajak di atas dikategorikan sebagai Faktur Pajak yang tidak lengkap karena mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak sesungguhnya; bahwa sesuai dengan Pasal 17 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014, maka atas penerbitan Faktur Pajak yang tidak lengkap tersebut Majelis berpendapat terhadap Penggugat harus diterbitkan Surat Tagihan Pajak berupa Sanksi Administrasi Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang ketentuan Umum Perpajakan sebesar 2% dikali Dasar Pengenaan Pajak; bahwa Penggugat juga mengkreditkan Faktur Pajak Masukan yang tidak lengkap dari PT AAA, Tbk. sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, Majelis berpendapat bahwa Penggugat seharusnya dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% sesuai dengan ketentuan dalam Huruf E angka 4 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tanggal 2 April 2015;

bahwa selain itu menurut Majelis, adalah suatu yang tidak logis dan sulit diterima secara akal sehat apabila Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak yang baru diberikan oleh Tergugat pada tanggal 17Januari 2014, namun Pengugat sudah menerbitkan Faktur Pajak pada tanggal 2 Januari s.d. 17 Januari 2014 sesuai nomor seri faktur pajak yang yang tercantum dalam Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak tanggal 17 Agustus 2014 tersebut; bahwa terkait pernyataan Penggugat yang menyatakan bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 26/PJ/2015 tanggal 2 April 2015, yang berlaku surut sehingga menyebabkan adanya ketidakpastian hukum karena tidak mungkin dilakukan oleh Penggugat, Majelis berpendapat sebagai berikut: - bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tanggal 2 April 2015 bukanlah aturan baru yang berdiri sendiri akan tetapi merupakan aturan penegasan atas ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/ PJ/2012 tanggal 22 November 2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 tanggal 20 Juni 2014; - bahwa aturan dalam Huruf E angka 1, angka 3 dan angka 4 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tanggal 2 April 2015 bersifat menegaskan aturan dalam Pasal 1 angka 8, angka 9, Pasal 12 dan Pasal 17 ayat (1) PER-24/ PJ/2012 tanggal 22 November 2012 yang menyatakan bahwa Faktur Pajak dengan tanggal mendahului (sebelum) tanggal surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak merupakan Faktur Pajak yang mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak sesungguhnya merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap sehingga dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) UU KUP; bahwa berdasarkan uraian di atas Majelis berpendapat bahwa penerbitan Surat Tagihan Pajak berupa sanksi administrasi Denda Pasal 14 ayat (4) UU KUP sudah benar dan tetap dipertahankan; Menimbang Mengingat Memutuskan : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk menolak permohonan gugatan Penggugat; : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan keputusan perundangundangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan ini. : Menolak permohonan gugatan Penggugat terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-4949/WPJ.09/2015 tanggal 20 Oktober 2015, tentang Penghapusan Sanksi Administrasi atas Surat Tagihan Pajak, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Januari 2014 Nomor 00287/107/14/441/15 tanggal 21 April 2015 karena Permohonan Wajib Pajak, atas nama XXX; Demikian diputus berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Senin, tanggal 16 Mei 2016oleh Hakim Majelis VIIIA Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut: Drs. Sigit Henryanto, Ak. Nany Wartiningsih, S.H., M.Si Joni Surbakti, Ak. dengan dibantu oleh Rina Yasmita SE, Ak., M.M. sebagai Hakim Ketua sebagai Hakim Anggota sebagai Hakim Anggota sebagai Panitera Pengganti Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Senin tanggal 25 Juli 2016dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti, namun tidak dihadiri oleh Penggugat maupun oleh Tergugat.