TINJAUAN PUSTAKA. merah, muka, keempat kaki dari lutut serta ujung ekor berwarna putih. Ukuran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. produksi susu yang baik selain produksi daging, sehingga sering disebut juga dual

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor

TINJAUAN PUSTAKA. Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Potensi Ternak Sapi Potong. Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005).

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

TINJAUAN PUSTAKA. perencanaan fisik, namun juga perencanaan non fisik (Anggorodi, 1990).

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

KUALITAS PAKAN DAN KECUKUPAN NUTRISI SAPI SIMENTAL DI PETERNAKAN MITRA TANI ANDINI, KELURAHAN GUNUNG PATI, KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Peranakan Simental Sapi peranakan simental berasal dari Switzerland. Sapi ini memiliki ciri - ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah, muka, keempat kaki dari lutut serta ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg, dan jantan 1.150 kg (Pane, 1986). Produktivitas Ternak Sapi Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994) dan Seiffert (1978) menyatakan bahwa produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan. Tomaszewska et al. (1988) menyatakan bahwa aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya. Produktivitas sapi potong dapat juga dilihat dari jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet (Calf crop), perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan (Trikesowo et al., 1993).

Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan kebutuhan nutrisi pakan sapi untuk tujuan produksi (pembibitan dan penggemukan) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi Uraian Bahan ( %) Tujuan Produksi Pembibitan Penggemukan Kadar air 12 12 Bahan kering 88 88 Protein kasar 10,4 12,7 Lemak kasar 2,6 3,0 Serat kasar 19,6 18,4 Kadar abu 6,8 8,7 TDN 64,2 64,4 Sumber : Wahyono dan Hardianto (2004) Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat - zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat - zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman dkk., 1991). Kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) faktor ternak itu sendiri yang meliputi besar tubuh atau bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat produksi dan kesehatan ternak; 2) faktor ransum yang diberikan, meliputi bentuk dan sifat, komposisi zat - zat gizi, frekuensi pemberian, keseimbangan zat - zat gizi serta kandungan bahan toksik dan anti nutrisi dan 3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah hujan, lama siang atau malam hari serta keadaan ruangan kandang dan tempat ransum.

Kebutuhan Protein Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman dkk.., 1991). Tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal dari biji - bijian (Lubis, 1992). Protein didalam tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan menjadi protein yang dapat disintesis dan protein tidak dapat disintesis. Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk PK dan Prdd. Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6,25 (N x 6,25), sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Parakkasi, 1995). Kebutuhan Energi Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak. Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode pengukuran yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem ukuran yang paling tua yang berdasar pada fraksi - fraksi yang tercerna dari sistem Wende serta sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar pada kandungan energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely and Bade, 1998).

Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi dan terjadi kematian bila berlangsung lama (Tillman dkk.., 1991). Menurut Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. TDN atau energi merupakan total dari zat pakan yang paling dibutuhkan. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak badan, tetapi sebaliknya jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang tidak tercukupi dari pakan. Kebutuhan Mineral Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta untuk memelihara kesehatan (Parakkasi, 1995). Mineral berfungsi untuk bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator system enzim tertentu, sebagai komponen dari suatu sistem enzim (Tillman dkk., 1991).

Pakan Ternak Sapi Menurut Hardianto (2000) ada beberapa pengertian tentang bahan pakan ternak yaitu sebagai: 1) Sumber serat yaitu adalah bahan - bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) > 18% (contoh: limbah pertanian dan kulit biji polong - polongan). 2) Sumber energi yaitu bahan - bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35% (contoh: biji - bijian, kacang - kacangan, buah - buahan, umbi - umbian dan sisa penggilingan). 3) Sumber protein yaitu bahan - bahan yang memiliki kandungan protein kasar > 20% (contoh : berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang bukan berasal dari tumbuh - tumbuhan seperti silase ikan). 4) Sumber mineral yaitu bahan - bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi - umbian. 5) Pakan tambahan yaitu bahan - bahan tertentu yang ditambah kedalam ransum, seperti : Obat - obatan, anti biotika, hormon, air dan zat flavour. Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air. Pakan yang di berikan sebaiknya jangan sekedar untuk mengatasi rasa lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermamfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).

Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan sperti rumput, leguminosa dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan tersebut akan menjamin terpenuhinya zat - zat gizi (Smith dan Mangkoewidjojo,1988). Konsentrat Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991). Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup tinggi PK 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat dalam pakan akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15 % BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Parakkasi, 1995). Pemberian konsentrat terlalu banyak akan meningkatkan konsentrasi energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995). Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki karkas dengan jalan mendoposit lemak seperlunya. Bila hewan dewasa digunakan untuk penggemukan ini sifatnya membesarkan sambil memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Serat Perasan Buah Kelapa Sawit Serat perasan buah kelapa sawit digunakan sebagai pakan ruminansia walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan buah yang dapat diberikan kurang dari 20 % total pakan, karena jika lebih tinggi akan menggangu kecernaan

pada omasum (Hasan dan Ishida, 1991). Serat perasan buah kelapa sawit merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari proses pemerasan kelapa sawit. Sebagai campuran makanan ternak, serat perasan buah ini cenderung cocok diberikan pada ternak ruminansia (seperti sapi dan kerbau) karena mengandung serat kasar cukup tinggi. Tabel 2. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit Kandungan Zat Nilai Gizi (%) Bahan kering 93,11 a Protein kasar 6,20 a Serat kasar 48,10 a Lemak kasar 3,22 a TDN 56,00 ab Abu 5,90 b Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000) b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005) Pelepah Daun Kelapa Sawit Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit Zat nutrisi Nilai Gizi (%) Bahan kering 93,4 b Protein kasar 13,13 a Lemak kasar 4,47 a BETN 39,82 a TDN 65,00 b Sumber : a. Laboratorium Makanan Ternak IPB (2000) b. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16 18%. Sementara kandungan serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil ini bagi ternak. Untuk lebih lanjut

diinformasikan bahwa bungkil inti sawit dapat diberikan 30% dalam pakan sapi (Batubara dkk., 1993). Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit (BIS) adalah limbah hasil ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah sehingga menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia. Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit Uraian Nilai Gizi (%) Bahan Kering 92,6 a Protein Kasar 21,51 b Serat kasar 10,5 a Lemak kasar 2,4 a Phospor 0,19 a Kalsium 0,53 b TDN 72,00 a Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005) b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000) Dedak Padi Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan penumbukan padi. Sedangkan menurut sebagai bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah proses penggilingan padi menjadi beras. Oleh sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar 12% - 13%, kandungan lemak 13%, dan serat kasarnya 12% (Parakkasi, 1995)

Tabel 5. Kandungan nutrisi dedak padi Kandungan zat Nilai Gizi (%) Bahan kering 89,1 Protein kasar 13,8 Serat kasar 11,2 Lemak kasar 8,2 TDN 64,3 Sumber : Tillman dkk. (1991) Garam Dapur Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Sodium klorida. Garam sangat diperlukan tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit. Garam dapur diperlukan oleh ternak sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam juga merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran faali tubuh (Sumopraswoto, 1993). Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan dalam bentuk jilatan (lick) atau dalam bentuk halus dalam tempet mineral. Oleh karena itu biasanya garam digunakan sebagai campuran fosfor atau mineral mikro dan senyawa lainnya seperti obat parasit (Tillman dkk.., 1981). Pada umumnya bahan makanan yang digunakan untuk ternak tidak cukup mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum (termasuk unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan hewani. Oleh karena itu bahan makanan ruminan (terutama hijauan) harus ditambahkan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam dapur, pemberian tersebut dapat dilakukan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).

Urea Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON 2 H 4 atau (NH 2 ) 2 CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa disamping dapat menguntungkan, urea dapat pula merugikan karena dapat menyebabkan keracunan (minimal tidak bermanfaat) bila penggunaannya tidak semestinya. Oleh karena itu beberapa prinsip dasar penggunaanya perlu diketahui, dimana batas penggunaan urea dalam ransum sekitar 8%. Ultra Mineral Zat - zat mineral lebih kurang merupakan 3-5% dari tubuh hewan. Hewan tidak dapat membuat mineral, sehingga harus disediakan dalam makanannya. Dari hasil penelitian dapat diterangkan bahwa mineral tersebut harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Terlalu banyak mineral dapat membahayakan individu. Suatu keuntungan ialah bahwa sebagian besar mineral dapat diberikan dalam jumlah yang besar dalam pakan tanpa mengakibatkan kematian, tetapi kesehatan hewan menjadi mundur sehingga menyebabkan kerugian ekonomis besar (Tillman dkk, 1991). Mineral yang dibutuhkan ternak memang relatif sedikit, namun mineral sangat penting dan diperlukan kesempurnaan makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut. Mineral esensial yang diperlukan oleh tubuh ternak terbagi dalam

dua kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dar Ca, P, Mg, Na, K dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri atas Cu, Mo, Fe dan lain-lain. Kebutuhan akan mineral makro lebih banyak dibandingkan jumlah kebutuhan mineral mikro (Parakkasi, 1995). Parakkasi (1995) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan mineral, mungkin dapat diusahakan bila ruminan bersangkutan dapat mengkonsumsi hijauan yang cukup. Hijauan tropis umumnya mengandung (relatif) kurang mineral (terutama di musim kemarau) maka umumnya ruminan di daerah tropis cenderung defisiensi mineral. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan mineral pada ternak. Diantaranya adalah bangsa ternak, umur, jenis kelamin, pertumbuhan, kesuburan berkembang biak, laktasi, iklim, pakan, kandungan mineral tanah, keseimbangan hormonal dan kegiatan fali di dalam tubuh (Tillman dkk., 1991). Menurut Tillman dkk. (1981) secara umum mineral - mineral berfungsi sebagai berikut : Bahan pembentukan tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa tubuh, aktivator sistem enzim tertentu, komponen dari suatu enzim, mineral mempunyai sifat yang karakteristik terhadap kepekaan otot dan saraf. Molases Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46-60% sebagai gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molases atau tetes tebu juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak

seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Sedangkan kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai gizi molases dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases Kandungan Zat Nilai Gizi (%) Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar TDN 67,5 b 3,4 b 0,08 b 0,38 b 56,7 a Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000) b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005) Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) Bahan kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah dihilangkan airnya. Sapi potong mampu mengkonsumsi ransum berupa bahan kering sebanyak 3-4% dari bobot badannya (Tillman dkk., 1991). Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada bahan makanan yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan pakan tersebut. Variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada

berbagai jenis ternak ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan produk yaitu sekitar 15%. Kemampuan ternak untuk mengkonsumsi BK berhubungan erat dengan kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan secara keseluruhan (Parakkasi, 1999). Menurut Tillman dkk. (1991) palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk dan bau dari pakan itu sendiri. Pakan konsentrat yang diberikan pada ternak masih dalam kondisi yang baik dan tidak ada efek ketengikan sehingga dapat meningkatkan konsumsi. Pemberian pakan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan. Konsumsi BK menurut Lubis (1992), dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Fungsi BK pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Tingginya konsumsi BK dipengaruhi oleh palatabilitas pakan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1999) bahwa pemberian konsentrat untuk penggemukan sapi potong biasanya 60% (dalam BK ransum). Pakan konsentrat yang berkualitas akan meningkatkan kecernaan pakan berserat, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran

pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan. Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh bobot hidup ternak. Semakin tinggi bobot hidup ternak, konsumsi BK pakan semakin tinggi pula. Selain karena bobot hidupnya yang berbeda, konsumsi pakan yang berbeda ini juga dikarenakan bangsa ternak yang berbeda (Kearl, 1982). Sesuai dengan pendapat Sumadi et al. (1991), bahwa bangsa ternak dapat mempengaruhi konsumsi pakan karena kecepatan metabolisme pakan pada setiap bangsa ternak berbeda apabila mendapat pakan dengan kualitas yang sama. Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor, bisa dari ternak itu sendiri maupun faktor dari luar. Faktor dari ternak itu sendiri antara lain : Bobot badan, umur, kondisi tubuh, stres yang diakibatkan oleh lingkungan. Sedangkan faktor dari luar ternak seperti makanan yaitu sifat fisik dan komposisi kimia makanan yang dapat mempengaruhi kecernaan yang selanjutnya mempengaruhi tingkat konsumsi pakan (Parakkasi, 1995). Konsumsi Protein Kasar (PK) Tillman dkk. (1991) menyatakan bahwa tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal dari biji - bijian. Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1995) bahwa kekurangan protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan sapi, sebab fungsi

protein adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim - enzim dan hormon. Crampton dan Harris (1969), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi PK adalah jumlah BK pakan yang dikonsumsi. Konsumsi BK pakan memegang peranan penting, karena menurut Tilllman dkk. (1998), dari BK pakan tersebut ternak memperoleh zat - zat nutrisi penting, seperti energi, protein, vitamin dan mineral. Konsumsi TDN Tillman dkk. (1991) bahwa kelebihan konsumsi TDN sebagai satuan energi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Menurut Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak menjadi energi. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur, sedangkan perkembangan adalah berhubungan dengan adanya perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi dewasa. Proses pertumbuhan pada ternak sapi dimulai sejak awal terjadinya pembuahan sampai dengan pedet itu lahir, dilanjutkan hingga sapi menjadi dewasa (Parakkasi, 1995). Menurut Tillman dkk. (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan - lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan

akhirnya perlahan - lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid. Menurut Smith dan Mangkowidjojo (1988) pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia penyapihan dan pubertas, namun setelah usia pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa. Pada usia dewasa, pertumbuhan sapi berhenti. Sejak sapi dilahirkan sampai dengan usia pubertas (sekitar umur 8-10 bulan) merupakan fase hidup sapi yang laju pertumbuhannya sangat cepat. Pertambahan bobot badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum, dan teknik pengelolaannya. Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringanjaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah pertambahan dalam jumlah protein dan zat. Sedangan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Parakkasi, 1985). Parakkasi (1985) menyatakan dalam pertumbuhan seekor hewan ada 2 hal yang terjadi : 1) Bobot badannya meningkat mencapai bobot badan dewasa yang disebut pertumbuhan dan 2) Terjadinya perubahan konfirmasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kesanggupannyaiuntuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan. Pane (1986) menyebutkan bahwa pertumbuhan ternak adalah pertumbuhan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau sigmoid (huruf S). Perkembangan lebih banyak ditentukan oleh perubahan proporsi berbagai bagian tubuh hewan sejak embrio hingga dewasa.

Kurva hubungan antara bobot badan dengan linier adalah suatu bentuk S (sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksflosif kemudian akhirnya ada fase yang tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (Durrand, 1971). Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki respons yang baik terhadap pakan yang diberikan dan efisiensi pakan yang dicapai tingggi (Devendra,1997). Soeparno (1998) dan Tillman dkk. (1998) melaporkan bahwa faktor genetis dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan ternak. Sapi eks - impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi (misal sapi peranakan Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan mampu memberikan PBBH (pertambahan bobot badan harian) sesuai kemampuan genetisnya apabila asupan nutrisi yang diberikan sama seperti penggemukan pada sapi lokal. Demikian sebaliknya untuk sapi lokal (misal sapi Peranakan Ongole/PO) yang secara genetis memiliki kecepatan pertumbuhan rendah sampai sedang, juga tidak akan mampu memberikan PBBH seperti sapi eks - impor walaupun diberikan asupan nutrisi lebih dari kebutuhannya (Tillman dkk., 1998 dan Aryogi et al., 2005). Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Williamson and Payne, 1993).

Mathius et al. (2005), dimana pakan perlakuan dengan susunan pelepah sawit, solid yang diperkaya, dan bungkil inti sawit yang meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi peranakan simental sebesar 0.60 kg/ekor/hari. Pengurangan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tomaszewska et al., 1988). Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh. Kualitas ransum erat hubungannya dengan pemilihan bahan bahan ransum makanan penguat. Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan Hardianto (2000) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan untuk sapi berkisar 7,52-11,29%, dan konversi pakan yang baik adalah 8,56-13,29. Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak. Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. Menurut Tillman (1991) konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualiltas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan. Efisiensi pakan untuk produksi daging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi dan tingkat produksi serta nilai gizi pakan.

Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak, semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah (Wahyono dan Hardianto, 2004). Konversi pakan hasil penelitian Astutik et al. (2002) pada sapi peranakan simental yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat dengan formula urea mollases (molases 40%) menghasilkan konversi pakan sebesar 10,18. Konversi pakan sapi peranakan simental yang diberi jerami padi fermentasi dengan suplementasi dedak padi dan jamu berupa telur ayam 2 minggu sekali sebanyak 3-5 butir/ekor serta konsentrat komersial pada penelitian Umiyasih et al. (2002) sebesar 10,31. Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut (Pane, 1986). Menurut Lubis (1999) konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna, jenis kelamin, bangsa, kualiltas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan yang tidak kalah penting. Efisiensi pakan didefinisikan sebagai perbandingan jumlah unit produk yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dengan jumlah unit konsumsi pakan dalam satuan waktu yang sama (Tillman, 1991). ternak, komposisi dan tingkat produksi serta nilai gizi pakan.