KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENDERITA MALARIA DI PROPINSI BENGKULU. Rika Maya Sari, Lasbudi P. Ambarita

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENDERITA MALARIA DI PROPINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

FOKUS UTAMA. *Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani KM. 7 Kenelak Baturaja Timur 32111

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 3 METODE PENELITIAN

REVOLUSI KEBIJAKAN ONE DATA, RISKESDAS 2018 TAMPIL BEDA

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

Distribusi Prevalensi Malaria di Puskesmas Kokap I dan Girimulyo I Kabuapten Kulonprogo Tahun dan Hubungannya dengan Faktor-faktor Risiko

Indoor Pollution Factors which have Relationship with ISPA on Balita in Indonesia

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

Faktor-faktor kejadian malaria

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

Penjelasan umum Riset Kesehatan Dasar 2013

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

ANALISIS MODEL PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG TAHUN Mulawarman, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN, KEADAAN WILAYAH DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP TERHADAP HIV/AIDS PADA MASYARAKAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN.

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI DESA TELAGAH KECAMATAN NAMU UKUR KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2016

No Variabel Kategori 1 Karakteristik Demografi dan Ekonomi Umur

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

Transkripsi:

FOKUS UTAMA KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENDERITA MALARIA DI PROPINSI BENGKULU Rika Maya Sari, Lasbudi P. Ambarita Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. Jend. A. Yani KM 7 Kemelak, Baturaja, OKU. Telp. 0735325303, Fax : 0735322774, HP : 085268335595 Email : monde_cute@yahoo.com Abstract Diseases transmitted by vectors such as malaria is still a problem in Indonesia. One of the provinces outside Java island which have problems with malaria that Bengkulu Province. Riskesdas is a community-based research to get a picture of the health of the community including the basic malaria and the factors that predicted role in takes. This research aims to see relationships with community characteristics of Malaria in the province of Bengkulu. Analyzed Data obtained from The Litbangkes who have undergone the process of data management. Analysis test done in bivariat using logistic regression (binary logistic) using the SPSS program Ver. 15. Results of a statistical analysis shows a statistically significant relationship with the occurrence of malaria that age and this type of work. Risk factors that play a role in the transmission of malaria in Bengkulu Province-based data Riskesdas 2007 did not describe risk factors comprehensively However a number of facts to present actionable. Keywords: malaria, Bengkulu, basic medical Research COMMUNITY CHARACTERISTICS OF MALARIA SUFFERERS IN BENGKULU PROVINCE Abstrak Penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti malaria masih menjadi masalah di Indonesia. Salah satu propinsi di luar Pulau Jawa yang memiliki masalah malaria yaitu Propinsi Bengkulu. Riskesdas adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan dasar masyarakat diantaranya adalah penyakit malaria dan faktorfaktor yang diperkirakan berperan dalam penularannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik masyarakat dengan kejadian Malaria di Provinsi Bengkulu. Data yang dianalisis diperoleh dari Badan Litbangkes yang telah menjalani proses manajemen data. Uji analisis dilakukan secara bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara kejadian malaria yaitu umur dan jenis pekerjaan. Faktor-faktor resiko yang berperan dalam penularan malaria di Propinsi Bengkulu berbasis data Riskesdas 2007 memang tidak menggambarkan faktor-faktor resiko secara komprehensif namun menyajikan sejumlah fakta yang perlu ditindaklanjuti. Kata kunci : malaria, Bengkulu, Riset Kesehatan Dasar Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. Jend. A. Yani KM 7 Kemelak, Baturaja, OKU.32111 41

PENDAHULUAN Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas. Hal ini disebabkan oleh parasit yang bisa hidup pada tubuh manusia dan nyamuk. Sekitar 41% penduduk tinggal di daerah yang memiliki risiko tinggi terkena infeksi malaria dan ditemukan 300 sampai dengan 500 juta kasus klinis pertahun dan hampir 2,7 juta kematian setengahnya adalah anak di bawah 5 tahun. Berkaitan dengan penyebaran malaria, ada tiga faktor utama yang saling berhubungan yakni host (manusia/nyamuk), agent (parasit plasmodium) dan environment (lingkungan). Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut mendukung. Host intermediate (manusia) dipengaruhi oleh agent dan cara hidup, hereditas (keturunan), status gizi dan tingkat imunitas 1. Selain itu kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku, dan keturunan. Bengkulu adalah salah satu daerah endemik malaria, dari data yang diperoleh diketahui AMI pada tahun 2005 sebanyak 20,77 per mil, tahun 2006 sebanyak 20,52 per mil dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 20,88 per mil 2. Karakteristik masyarakat menjadi elemen penting juga dalam kejadian Malaria baik di tinjau dari segi umur, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, dan status ekonomi. Permasalahan penyakit Malaria di provinsi Bengkulu merupakan permasalahan kesehatan yang perlu diatasi. Dengan menggunakan data hasil kegiatan Riskesdas ini bisa dijadikan pemecahan terhadap masalah kesehatan di Provinsi Bengkulu. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan non intervensi dengan disain potong lintang (cross sectional). Populasi riset untuk Riskesdas adalah semua rumah tangga di indonesia. Sampel untuk Riskesdas adalah rumah tangga terpilih di Blok Sensus (BS) terpilih menurut sampling yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Susenas 2007. Seluruh anggota rumah tangga terpilih merupakan unit observasi/pengamatan dalam rumah tangga yang akan diwawancarai menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Kegiatan Riskesdas di Propinsi Bengkulu dilaksanakan di seluruh kabupaten kota mulai bulan September hingga akhir Desember 2007. Kerangka pengambilan sampel (sampling frame) menggunakan BS dari BPS. Cara pengambilan sampel adalah cluster sampling dengan menggunakan blok sensus BPS. Rancangan sampel 2 tahap di daerah perkotaan dan 3 tahap di daerah perdesaan. Untuk rancangan sampel 2 tahap, tahap-1 dari kerangka sampel BS dipilih sejumlah BS secara Probability proportional to size (PPS) menggunakan linear systematic sampling dengan size adalah banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap BS hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Pada tahap-2, dari jumlah rumahtangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. Untuk rancangan sampel 3 tahap, hampir sama dengan 2 tahap, hanya sesudah tahap-1, dibentuk sejumlah sub-bs. Selanjutnya dipilih satu sub-bs secara PPS dengan size banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap sub-bs hasil P4B. Pada tahap-3, dari jumlah rumah-tangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. Penentuan jumlah sampel berdasarkan perhitungan dengan rumus : n Z2xP(1 P) xde d2 Bila digunakan p=50%, z=1,96 dan d=0,15 maka besar sampel adalah 171 rumah tangga/kecamatan. Penggunaan cluster sampling memerlukan design effect, yang 42

biasanya dipakai angka 2, sehingga jumlah sampel per kecamatan adalah 171 x 2 = 342 rumah tangga. Perkiraan drop out sebesat 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 100/90 x 342 = 381 rumah tangga. Untuk kepraktisan di lapangan maka dibulatkan besar sampel per kabupaten adalah 400 rumah tangga. Dengan menggunakan kerangka sampling BPS dan perkiraan jumlah sampel di atas, di seluruh Indonesia didapatkan 280 ribu rumah-tangga terpilih. Jumlah rumah-tangga tiap provinsi dan kabupaten/ kota berbeda sesuai dengan prinsip PPS tersebut.rumah tangga terpilih oleh BPS dalam KOR Susenas 2007, apabila dalam proses pengumpulan data Riskesdas menolak, tidak dapat digantikan dengan rumah-tangga lainnya. Menurut perhitungan jumlah penghitungan sampel, di propinsi Bengkulu total sampel (responden) berjumlah 19.042 responden. Data Riskesdas yang digunakan dalam Analisis Lanjut ini adalah data keterangan anggota rumah tangga, karakteristik responden dan akses pelayanan kesehatan terhadap kejadian Malaria. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah dirancang oleh Pokja Riskesdes dan telah diujicobakan terlebih dahulu. Pada akhirnya data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang telah menjalani manajemen data baik pada tingkat kabupaten, korwil (koordinator wilayah) dan telah diverifikasi pada tingkat pusat. HASIL a. Prevalensi Malaria di Propinsi Bengkulu Angka prevalensi malaria di propinsi Bengkulu menurut data Riskesdas tahun 2007 seperti pada Gambar 1. Kabupaten Kaur memiliki angka prevalensi malaria paling tinggi di propinsi Bengkulu (13,6%) sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Rejang Lebong (2,4%). Gambar 1. Distribusi prevalensi malaria di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007) b. Prevalensi Malaria Menurut Karakteristik Kelompok Umur di Propinsi Bengkulu 43

Hasil analisis data menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penderita malaria lebih banyak pada kelompok umur >14 tahun (8,55%), namun menjadi perhatian adalah pada kelompok umur < 1 tahun juga ditemukan kejadian malaria yang cukup besar (3,3%). Gambar 2. Persentase masyarakat yang sehat dan penderita malaria berdasarkan kelompok umur di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007) Analisis statistik faktor risiko variabel umur terhadap kejadian malaria di Propinsi Bengkulu diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian malaria (p<0,05). Kelompok umur >14 tahun lebih berisiko menderita malaria dibandingkan umur lainnya (OR = 2,74). Tabel 1. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan kelompok umur masyarakat di Propinsi Bengkulu (Data Riskesdas Tahun 2007) Umur Persentase (%) Total Cl 95% p Value OR Sehat Sakit Lower Upper <1 96,70 3,30 333 0.00 1-4 95,24 4,76 1470 1,46 0,77 2,80 5-9 93,72 6,28 2086 1,96 1,05 3,67 10-14 93,59 6,41 2185 2,00 1,07 3,74 >14 91,45 8,55 12968 2,74 1,50 5,01 c. Prevalensi Malaria Menurut Karakteristik Jenis Pekerjaan di Propinsi Bengkulu Menurut jenis pekerjaan masyarakat di Propinsi Bengkulu bahwa mayoritas masyarakat adalah petani. Hasil analisis regresi logistik variabel pekerjaan dengan kejadian malaria (Tabel 2) menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05). Pekerjaan sebagai nelayan mempunyai risiko lebih besar (OR = 1,47) untuk terkena malaria dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. 44

Tabel 2. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan jenis pekerjaan masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007) Pekerjaan Utama Persentase (%) Cl 95% Total p Value Sehat Sakit OR Lower Upper Tidak kerja 92,37 7,63 1441 0.00 Sekolah 93,94 6,06 3184 0,78 0,61 0,99 Ibu rumah tangga 92,72 7,28 1786 0,95 0,73 1,23 TNI/Polri 98,89 1,11 719 0,13 0,06 0,27 PNS 90,29 9,71 896 1,30 0,97 1,75 Pegawai BUMN 92,03 7,97 1343 1,05 0,80 1,38 Pegawai swasta 95,89 4,11 1972 0,52 0,38 0,69 Wiraswasta/ Pedagang 92,62 7,38 1165 0,96 0,72 1,29 Pelayanan Jasa 93,18 6,82 220 0,89 0,51 1,55 Petani 91,14 8,86 5553 1,18 0,95 1,46 Nelayan 89,29 10,71 84 1,47 0,72 3,01 Buruh 91,73 8,27 508 1,08 0,75 1,57 Lainnya 95,35 4,65 172 0,58 0,28 1,22 d. Prevalensi Malaria Menurut Jenis Pendidikan di Propinsi Bengkulu Pendidikan paling banyak di Propinsi Bengkulu adalah Tamat Sekolah Dasar (28,6%) dan sebanyak 5,1% masyarakat belum pernah mengecap pendidikan dasar. Gambar 3. Persentase masyarakat menurut jenjang pendidikan di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007) Hasil uji statistik tidak menunjukkan hubungan signifikan antara jenis pendidikan dengan kejadian malaria di Propinsi Bengkulu. Analisa deskripsi terhadap distribusi frekuensi kejadian malaria di Propinsi Bengkulu (Tabel 3) diketahui bahwa penderita malaria lebih banyak pada masyarakat yang tidak pernah sekolah (10,62%) 45

walaupun masyarakat dengan pendidikan tinggi (tamat Perguruan Tinggi) juga terdapat 7,37% yang menderita malaria. Tabel 3. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan jenis pendidikan masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007) Pendidikan Persentase (%) Sehat Sakit Total p Value Tidak pernah sekolah 89,38 10,62 753 0.067 Tidak tamat SD 90,76 9,24 3484 Tamat SD 92,39 7,61 4229 Tamat SLTP 92,12 7,88 2944 Tamat SLTA 92,14 7,86 2800 Tamat PT 92,63 7,37 597 e. Prevalensi Malaria Menurut Status Ekonomi di Propinsi Bengkulu Status ekonomi masyarakat dibagi dalam 5 kuintil yaitu kuintil 1, 2, 3, 4, 5. Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah masyarakat terbanyak adalah pada kuintil 1 (23,7%) yang paling kecil pada kuintil 5 (15,1%). Gambar 4. Persentase status ekonomi masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007 Analisis statistik terhadap variabel status ekonomi dengan kejadian malaria tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Dari kelima kategori tersebut, penderita malaria paling banyak dijumpai pada masyarakat dengan status ekonomi kategori kuintil 1. Tabel 4. Distribusi frekuensi penderita malaria berdasarkan status ekonomi masyarakat di Propinsi Bengkulu (data Riskesdas tahun 2007) Status sosial Persentase (%) ekonomi Sehat Sakit Total p Value Kuintil 1 92,41 7,59 4507 0,70 Kuintil 2 93,20 6,80 4223 Kuintil 3 92,78 7,22 3891 Kuintil 4 92,92 7,08 3546 Kuintil 5 92,77 7,23 2877 46

PEMBAHASAN Umur, pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi termasuk di dalam karakteristik masyarakat yang diteliti. Masing-masing kategori dianalisis menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis dengan menggunakan uji regresi logistik masing-masing variabel yang diteliti secara tunggal didapatkan bahwa variabel umur berhubungan secara bermakna (p<0,05). Hasil analisis ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Radiati (2002) yang menyatakan bahwa responden yang menderita malaria lebuh banyak pada kelompok umur dewasa. Hal ini disebabkan karena kelompok umur ini merupakan kelompok usia produktif dimana pada usia tersebut memungkinkan untuk bekerja dan bepergian keluar rumah sehingga lebih berpeluang untuk kontak dengan vektor penyakit malaria 3,4. Di Asia Tenggara dilaporkan bahwa penderita malaria sebagian besar adalah orang dewasa muda 5. Demikian juga bahwa variabel jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil penelitian Harijanto (2000) bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan (berkebun, nelayan dan buruh yang bekerja pada malam hari) dengan kejadian Malaria 6. Berdasarkan Gambar 3 juga menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi pekerjaan, responden yang paling banyak menderita malaria adalah responden yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan dikarenakan kemungkinan besar terkait dengan letak geografis propinsi ini yang sebagian besarnya merupakan daratan yang membujur mengikuti garis pantai bagian barat Sumatera. Selain itu, perilaku hidup sehat masyarakat agar memperhatikan lingkungan yang bersih belum membudaya. Kawasan pantai selama ini dikenal sebagai kawasan potensial terjangkiti penyakit malaria yang aktifitasnya kebanyakan di luar rumah sehingga memudahkan nyamuk untuk menggigit. Hal ini juga ditunjang berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Friaraiyatini yang menyatakan bahwa hasil survei nyamuk menunjukkan bahwa nyamuk Anopheles sp. lebih suka menggigit manusia di luar rumah dengan rerata kepadatan 4,10 nyamuk per jam per orang, sedangkan di dalam rumah 1,72 nyamuk per jam per orang 7. Selain itu Bengkulu dikenal dengan daerah perpantaian sehingga tidak jarang ditemukan beberapa genangan air atau lagoi. Selanjutnya Prabowo (2004) menyatakan bahwa salinitas air sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya Malaria di suatu daerah. Adanya danau, genangan air, persawahan, kolam ataupun parit disuatu daerah yang merupakan tempat perindukan nyamuk, sehingga meningkatkan kemungkinan timbulnya penularan penyakit Malaria 8. Variabel pendidikan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan p > 0,05. Hal ini bertentangan dengan penelitian Baderuddin (2002) yang menyatakan bahwa secara umum, pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan lebih mudah mengetahui mengenai penyakit malaria karena lebih mudah memahami informasi tentang sesuatu hal termasuk informasi tentang penyakit Malaria 7. Variabel sosial ekonomi tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian Malaria (p > 0,05). Prof. Umar Fahmi Ahmad menanggapi permasalahan ini menjadi hal yang berbeda, beliau menjelaskan bahwa penduduk miskin memiliki risiko tinggi terhadap penyakit malaria, sedangkan malaria itu sendiri merupakan salah satu penyebab kemiskinan sebuah wilayah sehingga dengan kata lain memberantas kemiskinan merupakan investasi pengendalian malaria dan juga sebaliknya Malaria merupakan investasi pengentasan kemiskinan 9. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis beberapa faktor resiko terhadap penyakit malaria dan filariasis adalah sebagai berikut : 47

1. Kelompok umur masyarakat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria di Propinsi Bengkulu. Kelompok umur >14 tahun lebih berisiko menderita malaria dibandingkan kelompok umur lainnya. 2. Jenis pekerjaan masyarakat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria di Propinsi Bengkulu. Pekerjaan sebagai nelayan lebih berisiko menderita malaria dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. 3. Jenjang pendidikan dan status ekonomi tidak berhubungan yang bermakna dengan kejadian malaria pada masyarakat Bengkulu. SARAN Penyakit tular vektor seperti malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di propinsi Bengkulu sehingga harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah pusat dan propinsi pada umumnya dan khususnya bagi pengelola program pengendalian penyakit bersumber binatang. Perlu kiranya menambah pengetahuan bagi masyarakat untuk peningkatan perilaku proteksi diri dari kontak nyamuk vektor selama bekerja dimalam hari atau di dalam rumah. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI, 1999. Entomologi Malaria Modul 1 dan 3. Direktorat Jenderal PPM & PLP Depkes RI, Jakarta. 2. Dinkes Prop. Bengkulu, 2008. Profil Dinkes Prop. Bengkulu. Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu, Bengkulu. 3. Radiati, A. 2002. Pengaruh Infeksi Malaria Terhadap Status Gizi di Kabupaten Kapuas. Buletin Penelitian Sistim Kesehatan Nasional. 7:151-165. 4. Akal YG dan Wahyuni CU. 2006. Pengetahuan Tindakan Dan Persepsi Masyarakat Tentang kejadian Malaria Dalam Kaitannya Dengan Kondisi Lingkungan. Jurnal kesehatan Lingkungan. Volume 3 No. 1/2006, hal 35-48. 5. Kusmartisnawati, Dachlan.Y.P., Ideham B., Hidajati S., Widodo A, Machfuddz, Pusarawati S. 1999. Keberadaan Parasit Malaria di Desa Penyaring Kab. Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia. 6. Harijanto, PN. (2000). Malaria: Epidemilogi Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganannya. Jakarta : EGC. 7. Prabowo A. (2004). Hubungan Pekerja yang Menginap di Hutan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Thesis. Jakarta: Pascasarjana IKM Universitas Indonesia. 8. Sudini, Y., dan Soetanto. 2005. Kejadian Luar Biasa Malaria di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No. 1. 9. Kondrashin, A V., dan Rooney, W., Epiemiology Of Malaria and It s Control in Countries of The South-East Asia Region Southeast Asian Journal of Tropical Meicine and Public Health, 1992:3. 48