HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit Sapi Frisien Holstein pada Umur 1-12 Bulan. Umur sapi Parameter 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan Jumlah Eritrosit (x10⁶/µl) 5,77 ± 2,42 5,90 ± 2,36 6,91 ± 1,16 6,44 ± 0,87 6,78 ± 1,06 Hemoglobin (g/dl) 13,37 ± 1,25 13,32 ± 0,71 12,82 ± 1,71 12,33 ± 1,03 12,47 ± 3,07 Hematokrit (%) 30,58 ± 6,22 34,25 ± 6,97 29,92 ± 3,90 29,83 ± 0,29 29,67 ± 2,89 Keterangan : Data disajikan : Rataan ± Standar deviasi Jumlah Sel Darah Merah ( Eritrosit) Profil jumlah eritrosit pada kelompok umur satu sampai dua belas bulan, dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil penelitian ini memperlihatkan rataan jumlah eritrosit pada umur satu bulan adalah sebesar 5,77 juta sel/µl. Jumlah ini mengalami peningkatan sampai dengan umur enam bulan menjadi 6,91 juta sel/ µl. Persentase peningkatan jumlah eritrosit dari umur satu sampai umur enam bulan sebesar 19,75 %. Jumlah eritrosit terlihat stabil pada umur enam sampai dua belas bulan. Jumlah eritrosit yang diperoleh pada penelitian ini masih berada dalam kisaran normal. Jain (1993) melaporkan jumlah eritrosit sapi dewasa berkisar antara 5,0-10,0 juta sel /µl. Menurut Lumsden et al. (1980), jumlah eritrosit sapi pada kelompok umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 6,5 11,5 juta sel/µl, sedangkan jumlah eritrosit sapi pada kelompok umur antara enam bulan sampai dua tahun berkisar antara 6,1 10,6 juta sel/ µl.
19 7 Jumlah eritrosit (juta/mm3) 6 5 1 3 6 9 12 Umur (Bulan) Gambar 3 Jumlah eritrosit sapi FH pada kelompok umur 1-12 bulan Jumlah eritrosit yang rendah pada awal kelahiran dimungkinkan karena organ pembentuk eritrosit belum bekerja secara sempurna, namun seiring dengan meningkatnya umur, organ pembentuk eritrosit mulai aktif bekerja sehingga terjadi peningkatan jumlah eritrosit. Hal ini didukung Brown & Dellmann (1989), yang menyatakan bahwa eritrosit diproduksi di sumsum tulang setelah lahir dan terus meningkat seiring dengan pertambahan umur hingga mencapai nilai yang stabil. Menurut Jain (1993), jumlah eritrosit mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan umur dan mencapai nilai yang stabil pada umur satu tahun. Pernyataan ini didukung oleh Mohri et al. (2007), yang melaporkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah eritrosit seiring dengan pertambahan umur sapi. Hal ini terlihat pula pada Gambar 1 yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah eritrosit seiring dengan pertambahan umur dari umur satu sampai enam bulan. Menurut Banks (1986), jumlah eritrosit dapat dipengaruhi oleh breed, aktivitas fisik dan umur. Jumlah eritrosit dipengaruhi juga oleh nutrisi dalam pakan seperti zat besi, Cu, vitamin dan asam amino (Frandson 1992). Menurut Meyer & Harvey (2004), beberapa mineral dan vitamin diperlukan dalam eritropoiesis: Zat besi diperlukan untuk sintesis heme. Copper dalam bentuk ceruloplasmin, sangat penting dalam
20 pelepasan zat besi dari jaringan ke plasma. Vitamin B6 (pyridoxine) dibutuhkan sebagai kofaktor pada tahap pertama sintesis heme enzimatik. Cobalt sangat penting dalam sintesis vitamin B12 oleh ruminansia. Guyton & Hall (1992) menambahkan, defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan kegagalan pematangan dalam eritropoiesis, sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit dalam darah rendah. Konsentrasi Hemoglobin Hemoglobin merupakan protein di dalam eritrosit yang terdiri dari dua komponen yaitu heme dan globin (Colville & Bassert 2002). Rataan konsentrasi hemoglobin darah sapi pada umur satu sampai 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 3. Kadar hemoglobin darah sapi FH selama pengamatan ini relatif stabil dan berada dalam kisaran normal. Konsentrasi hemoglobin darah sapi dewasa berkisar antara 8-15 g/dl (Jain 1993). Menurut Lumsden et al. (1980), konsentrasi hemoglobin sapi pada umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 8,5 14,1 g/dl, sedangkan konsentrasi hemoglobin sapi pada umur 6-12 bulan berkisar antara 9,5-15,4 g/dl. 16 Hemoglobin (g/dl) 15 14 13 12 11 10 9 1 3 6 9 12 Umur (Bulan) Gambar 4 Konsentrasi hemoglobin sapi FH pada kelompok umur 1-12 bulan Menurut Colville & Bassert (2002), hemoglobin dikelompokkan menjadi tiga tipe hemoglobin yaitu Embryonic hemoglobin (HbE), Fetal hemoglobin
21 (HbF) dan Adult hemoglobin (Hb). HbE ditemukan pada awal pembentukan fetus. HbF hadir dalam darah fetus selama pertengahan hingga akhir masa kebutingan dan tetap hadir beberapa bulan setelah kelahiran. Konsentrasi HbF sangat tinggi pada awal kelahiran dan mulai digantikan secara bertahap oleh Adult hemoglobin (Hb) beberapa minggu setelah kelahiran hingga mencapai nilai yang relatif stabil. HbF berfungsi sangat baik pada kondisi kadar oksigen lingkungan rendah khususnya di dalam uterus, karena afinitasnya terhadap oksigen lebih tinggi dari pada Adult hemoglobin (Hb). Konsentrasi hemoglobin dipengaruhi oleh nutrisi, ras, umur, musim, waktu pengambilan sampel, metode penelitian dan antikoagulan yang dipakai dalam penelitian (Mbassa & Poulsen 1993). Menurut Meyer & Harvey (2004), zat besi dibutuhkan untuk sintesis heme sehingga turut mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Hal ini didukung oleh Laurent & Brisson (1988), yang melaporkan bahwa konsentrasi hemoglobin pedet yang disuplementasi dengan zat besi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi hemoglobin pedet yang tidak disuplementasi zat besi. Nilai Hematokrit Hematokrit atau PCV (Packed Cell Volume) adalah suatu ukuran yang mewakili volume eritrosit di dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Rataan nilai hematokrit pada sapi FH umur satu sampai 12 bulan dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa nilai hematokrit sapi pada umur satu bulan adalah sebesar 30,58 %. Nilai hematokrit ini mengalami peningkatan sampai umur tiga bulan menjadi 34,25 % dengan persentase peningkatan sebesar 12%. Nilai hematokrit mulai stabil setelah umur enam bulan. Hasil masih berada dalam kisaran normal. Menurut Jain (1993), nilai hematokrit sapi berkisar antara 24-46 %, sedangkan nilai hematokrit sapi pada kelompok umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 23 42 % (Lumsden et al. 1980).
22 Hematokrit (%) 42 39 36 33 30 27 24 21 1 3 6 9 12 Umur (Bulan) Gambar 5 Nilai hematokrit sapi FH pada kelompok umur 1-12 bulan Tingginya nilai hematokrit pada umur tiga bulan, diduga dipengaruhi oleh perubahan fisiologis sapi akibat adanya peningkatan aktifitas sapi. Tingginya aktifitas sapi dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan melalui penguapan, pernapasan ataupun urinasi. Tubuh akan merespon kondisi ini dengan mengambil cairan vaskuler melalui proses homeostasis untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehingga meningkatkan konsentrasi darah dalam vaskular. Hal ini didukung oleh Mbassa & Poulsen (1993) yang menyatakan bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh waktu, tempat dan kondisi fisiologi hewan pada saat pengambilan sampel. Foster (2009) melaporkan bahwa nilai hematokrit tinggi pada kondisi hewan mengalami dehidrasi, berada pada dataran tinggi, dan lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah. Jain (1993) menambahkan, nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh waktu dan kecepatan sentrifugasi. Indeks Eritrosit Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin yang dijumpai pada sebuah eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks korpuskuler. Indeks eritrosit terdiri atas volume atau ukuran eritrosit (MCV: mean corpuscular volume), berat (MCH: mean corpuscular hemoglobin), dan konsentrasi (MCHC: mean corpuscular hemoglobin concentration). Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia (Riswanto 2009).
23 Tabel 4 Indeks Eritrosit Sapi Frisien Holstein pada Umur 1-12 Bulan. Umur sapi Parameter 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan MCV (fl) 52.38 ± 9.15 55.67 ± 8.63 43.65 ± 4.10 46.94 ± 6.79 44.19 ± 5.40 MCH (pg) 21.20 ± 5.22 21.21 ± 4.59 19.15 ± 4.77 19.48 ± 3.75 18.41 ± 3.36 MCHC (g/dl) 36.09 ± 0.65 37.32 ± 6.92 36.06 ± 2.52 39.98 ± 2.85 38.21 ± 1.52 Keterangan : Data disajikan : Rataan ± Standar deviasi Mean Corpusculur Volume (MCV) MCV mengambarkan volume rata-rata satu sel eritrosit dalam femtoliter (Meyer & Harvey 2004). Nilai MCV diperoleh dengan cara membagi nilai hematokrit (%) dengan jumlah eritrosit (juta sel/mikroliter) dan dikalikan 10. Rataan nilai MCV pada sapi umur satu sampai umur 12 bulan ditampilkan pada Tabel 4. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa rataan nilai MCV pada sapi FH umur satu sampai 12 bulan berkisar antara 43.65-55.67 fl. Menurut Jain (1993), nilai MCV sapi dewasa berkisar antara 40 60 fl. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa, nilai MCV pada umur satu bulan adalah sebesar 52.38 fl. Nilai MCV meningkat sampai dengan umur tiga bulan menjadi 55.67 fl. Nilai terendah dijumpai pada umur enam bulan, yakni sebesar 43.65 fl. Nilai MCV pada sapi di atas umur tiga bulan cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai MCV sapi umur satu sampai tiga bulan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mohri et al. (2007), bahwa nilai MCV cenderung lebih rendah pada sapi dewasa dibandingkan dengan sapi muda. MCV mengindikasikan ukuran eritrosit berupa makrositik (ukuran eritrosit besar), normositik (ukuran eritrosit normal), dan mikrositik (ukuran eritrosit kecil) (Riswanto 2009). Tingginya nilai MCV (makrositik) biasanya berhubungan dengan anemia regeneratif karena volume sel retikulosit lebih besar dibandingkan dengan volume eritrosit dewasa, dengan demikian beberapa sel makrositik hadir untuk meningkatkan nilai MCV di atas interval normal. Makrositik anemia dilaporkan terjadi pada pedet jantan yang mengalami congenital dyserythropoiesis; beberapa eritrosit berinti terdapat di dalam darah tetapi jumlah retikulosit hanya mengalami peningkatan sedikit pada pedet tersebut. Nilai MCV
24 yang tinggi dapat terjadi juga akibat penyimpanan sampel darah yang lama dan adanya aglutinasi eritrosit (Meyer & Harvey 2004). Nilai MCV yang rendah (mikrositik) biasanya mengindikasikan adanya defisiensi zat besi. Anemia mikrositik akibat defisiensi zat besi pada sapi dewasa sering terjadi pada kasus hemoragi kronis. Defisiensi zat besi yang terjadi tanpa adanya hemoragi sering terjadi pada hewan yang masih menyusui karena kadar zat besi susu yang rendah. Kebutuhan zat besi meningkat pada hewan dengan pertumbuhan yang cepat (Meyer & Harvey 2004). Mean Corpusculur Hemoglobin (MCH) Nilai MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukuran. Nilai MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb dengan angka 10, lalu membaginya dengan jumlah eritrosit (Riswanto 2009). Nilai rataan MCH pada sapi umur satu bulan sampai satu tahun ditampilkan pada Tabel 4. Rataan nilai MCH pada sapi FH umur satu sampai 12 bulan berkisar antara 18.41-21.21 pg. Menurut Lumsden et al. (1980), nilai MCH sapi berkisar antara 14.2 20.1 pg. Hasil penelitian ini memperlihatkan nilai MCH sapi di bawah umur tiga bulan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai MCH sapi diatas umur tiga bulan. Mean Corpusculur Hemoglobin Concentration (MCHC) Menurut Cunningham (2002), MCHC merupakan nilai konsentrasi hemoglobin di dalam satu desiliter eritrosit. Rata-rata nilai MCHC dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa nilai MCHC pada sapi FH umur satu sampai 12 bulan berkisar antara 36.06 39.98 g/dl. Lumsden et al. (1980) melaporkan bahwa nilai MCHC pada kelompok umur enam bulan sampai dua tahun berkisar antara 31-39 g/dl dan kelompok umur di atas dua tahun berkisar antara 31,7-40,4 g/dl. MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit (Riswanto 2009). Nilai MCHC yang tinggi merupakan suatu artifact. Hemolisis in vivo atau in vitro diduga dapat menyebabkan tingginya nilai MCHC. Hal ini
25 karena sejumlah sel eritrosit yang lisis akan melepaskan hemoglobin ke dalam cairan darah, sedangkan pada penghitungan nilai MCHC, hemoglobin diasumsikan berada di dalam eritosit (Meyer & Harvey 2004). Nilai MCHC mengalami penurunan pada hewan dengan gejala anemia regeneratif. Hal ini terjadi karena sintesis hemoglobin belum sempurna ketika sel retikulosit dilepaskan lebih cepat dari sumsum tulang dibandingkan dengan kondisi normal. Nilai MCHC yang rendah dapat juga terjadi pada hewan dengan gejala chronic iron deficiency anemia. Hal ini terjadi karena zat besi diperlukan untuk mendukung sintesis sejumlah hemoglobin (Meyer & Harvey 2004).