HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Inge Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah normal termasuk ke dalam mikrositik dan nilai di atas normal disebut makrositik (Thrall 2004). Nilai MCV darah mencit berdasarkan kelompok perlakuan dan total radiasi sebagaimana pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai MCV darah perifer mencit pada setiap kelompok total radiasi radiodiagnostik berulang dan setelah pemulihan selama 30 hari. Waktu (minggu) Total Radiasi (msv) n Jumlah (%) Kelompok Perlakuan K- K+ R- R+ MCV (fl) p= Ra 56.11± abc 56.11± abc 56.11± abc 56.11± abc Ra 68.41±8.11 ef 61.37±5.31 bcdef 53.13±2.72 ab 57.58±9.91 abcd Ra 60.98±6.92 bcdef 53.94±2.18 abc 61.10±5.37 bcdef 57.62±9.42 abcd Ra Rec Ro 59.76±1.92 bcde 53.54±2.37 abc 56.45±6.68 abc 51.68±3.62 ab Ro Ra 58.75±5.51 abcd 52.56±4.17 ab 53.69±4.13 abc 60.04±6.37 bcde Ra 63.04±6.56 cdef 57.76±3.22 abcd 70.08±3.65 f 66.10±2.49 def Ra Rec Ro 52.38±5.20 ab 59.52±4.00 bcde 49.05±3,59 a 54.82±7.29 abc Ro Keterangan: huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05). K- = pemberian NaCl fisiologis 0.9% tanpa paparan radiasi; K+= pemberian NaCl fisiologis 0.9% dengan paparan radiasi; R-= pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; R+ = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi; Ra = nilai parameter setelah perlakuan; Ro = nilai parameter setelah pemulihan; Ro = perubahan setelah pemulihan; Ra = perubahan setelah radiasi; n= jumlah mencit; Rec 2.9= masa pemulihan 2.9 msv; Rec 5.3= masa pemulihan 5.3 msv. Nilai MCV pada semua kelompok perlakuan minggu ke-0 adalah normal, namun pada kelompok R+ setelah menerima total radiasi 5.3 msv pada minggu ke-6 melebihi 61.5 fl sebagai ambang normal MCV (Thrall 2004; Raskin & Wadrop 2010). Radiasi total 2.9 msv pada minggu ke-4 menyebabkan peningkatan nilai MCV sebesar fl pada kelompok K+ dan fl pada kelompok R+. Radiasi yang lebih besar pada minggu ke-8 dengan total radiasi 5.3 msv menyebabkan peningkatan fl pada kelompok K+ dan fl pada kelompok R+ sebagaimana pada Tabel 5 dan Gambar 11 A.
2 27 A Nilai MCV (fl) Waktu (minggu) B 1 Persentase MCV (%) Waktu (minggu) 6 8 C 1 Persentase MCV (%) Waktu (minggu) 6 8 Gambar 11 A. Persentase MCV darah perifer mencit terhadap radiodiagnostik berulang; B. Persentase MCV setelah perlakuan; C. Persentase MCV setelah pemulihan 30 hari. (K-) = pemberian NaCl fisiologis tanpa paparan radiasi; (K+) = pemberian NaCl fisiologis dengan paparan radiasi; (R-) = pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; (R+) = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi; = nilai normal MCV fl (Thrall 2004). Nilai MCV kelompok R- dengan pemberian ekstrak rosela mengalami peningkatan sebesar fl, sedangkan pada kelompok K- mengalami peningkatan sebesar fl pada minggu ke-4 dibandingkan dengan nilai MCV sebelum perlakuan. Nilai MCV pada minggu ke-8 mengalami peningkatan pada
3 28 kelompok R- hingga fl, sedangkan pada kelompok K- hanya mengalami peningkatan sebesar fl. Nilai MCV setelah masa pemulihan dari total radiasi 2.9 msv menyebabkan penurunan sebanyak 1.28 % pada kelompok K+ dan peningkatan 2.06 % pada kelompok R+. Setelah pemulihan total radiasi 5.3 msv menyebabkan penurunan nilai MCV sebanyak 1.50 % pada kelompok K+ dan penurunan 9.33 % pada kelompok R+. Hasil analisa secara statistik menunjukkan nilai MCV terhadap kelompok perlakuan dan waktu berbeda nyata (p<0.05). Paparan radiasi dosis total 2.9 msv menyebabkan nilai MCV K+ menurun dari sebelum perlakuan, akan tetapi nilai ini masih berada dalam kisaran normal sedangkan nilai kelompok R+ meningkat dari sebelum perlakuan dan hal ini melebihi kisaran nilai normal MCV (Gambar 11A). Total radiasi 5.3 msv nilai MCV pada kelompok K+ dan R+ mengalami peningkatan, namun nilai MCV kelompok R+ melebihi kelompok K+, nilai ini melebihi kisaran normal ( fl). Setelah pumulihan 30 hari dari radiasi total 5.3 msv nilai MCV kelompok R+ dapat kembali normal akan tetapi nilai MCV kelompok K+ masih berada di atas nilai normal. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol rosela dapat mengurangi kerusakan akibat radiasi ionisasi sinar-x. Nilai MCV di atas normal pada kelompok K+ dan R+ disebut juga dengan anemia makrositik. Hal ini terjadi karena hasil dari penghambatan sintesis DNA dalam produksi sel darah merah. Ketika sintesis DNA terganggu, maka siklus sel tidak dapat berkembang dari tahap pertumbuhan (G2) ke tahap mitosis (M) (Rumsey et al. 2007). Hal ini menyebabkan pertumbuhan sel terus tanpa pembagian dan terlihat sebagai anemia makrositik. Dalam penelitian ini diduga yang menyebabkan gangguan pada sintesis DNA adalah radiasi ionisasi. Cacat dalam sintesis DNA sel darah merah paling sering disebabkan oleh hypovitaminosis, khususnya kekurangan vitamin B 12 dan atau asam folat (Aslinia et al. 2006; Burgess 2012). Pada anemia makrositik biasanya sel darah merah yang belum matang di lepaskan oleh sumsum tulang ke sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat (Rizwi 2010).
4 Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) Nilai Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) menggambarkan rata-rata jumlah hemoglobin di dalam eritrosit. Nilai MCH pada semua kelompok pada waktu pemulihan dan perlakuan radiasi yang berbeda menunjukkan hasil yang fluktuatif dan masih berada pada rentang nilai normal yaitu pg (Thrall 2004). Setelah radiasi 2.9 msv menyebabkan peningkatan sebesar 6.82 % pada kelompok R+, sedangkan pada kelompok K+ mengalami peningkatan sebesar 7.36 %. Setelah radiasi yang lebih tinggi 5.3 msv pada minggu ke-8 menyebabkan peningkatan nilai MCH sebanyak 7.75 % pada kelompok K+ dan % pada kelompok R+. Nilai MCH kelompok K+ menurun 1.60 % dan nilai MCH kelompok R+ mengalami peningkatan sebesar 3.30 % setelah masa pemulihan total radiasi 2.9 msv. Namun setelah masa pemulihan 30 hari total radiasi 5.3 msv nilai MCH kelompok K+ meningkat 1.22 msv sedangkan nilai MCH kelompok R+ terjadi penurunan 8.21 % sebagaimana Tabel 6 dan Gambar 12. Tabel 6 Nilai MCH darah perifer mencit pada setiap kelompok total radiasi radiodiagnostik berulang dan setelah pemulihan selama 30 hari. Waktu (minggu) Total Radiasi (msv) n Jumlah (%) Kelompok Perlakuan K- K+ R- R+ MCH (pg) p= Ra 15.30± a 15.30± a 15.30± a 15.30± a Ra 24.08±5.85 e 18.16±1.84 abcd 15.87±1.25 a 16.88±3.93 ab Ra 21.38±4.38 cde 17.74±1.31 abcd 18.68±2.05 abcd 17.55±2.26 abcd Ra Rec Ro 19.30±0.95 abcd 16.56±0.94 a 18.14±2.59 abcd 16.29±0.62 a Ro Ra 18.66±1.22 abcd 17.18±1.54 abc 15.31±3.83 a 18.74±2.04 abcd Ra 19.63±1.80 abcd 17.88±0.59 abcd 21.75±1.46 de 20.92±0.28 bcde Ra Rec Ro 16.80±1.80 ab 18.32±0.73 abcd 15.60±1.94 a 17.75±1.96 abcd Ro Keterangan: huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05). K- = pemberian NaCl fisiologis 0.9% tanpa paparan radiasi; K+ = pemberian NaCl fisiologis 0.9% dengan paparan radiasi; R- = pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; R+ = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi; Ra = nilai parameter setelah perlakuan; Ro = nilai parameter setelah pemulihan; Ro = perubahan setelah pemulihan; Ra = perubahan setelah radiasi; n= jumlah mencit; Rec 2.9= masa pemulihan 2.9 msv; Rec 5.3= masa pemulihan 5.3 msv.
5 30 A Nilai MCH (pg) Waktu (minggu) B 2 Persentase MCH (%) Waktu (minggu) 6 8 C Persentase MCH (%) Waktu (minggu) 6 8 Gambar 12 A. Persentase MCH darah perifer mencit terhadap radiodiagnostik berulang; B. Persentase MCH setelah perlakuan; C. Persentase MCH setelah pemulihan 30 hari. (K-) = pemberian NaCl fisiologis tanpa paparan radiasi; (K+) = pemberian NaCl fisiologis dengan paparan radiasi; (R-) = pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; (R+) = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi; = nilai normal MCH pg (Thrall 2004). Setelah minggu ke-4 menyebabkan penurunan nilai MCH sebesar 6.67 % pada kelompok K- dan 9.91 % pada kelompok R-. Pada minggu ke-8 nilai MCH kelompok K- mengalami penurunan 7.77 % dan R- mengalami penurunan % sebagaimana dalam Tabel 6 dan Gambar 12C.
6 31 Nilai MCH berhubungan dengan kosentrasi hemoglobin dan jumlah sel darah merah. Konsentasi hemoglobin di dalam darah dipengaruhi oleh volume darah, jika volume berkurang akan menyebabkan berkurangnya hemoglobin. Selain itu, gangguan penyerapan besi pada sistem pencernaan juga dapat menyebabkan berkurangnya hemoglobin. Nilai MCH kelompok K+ dan R+ setelah radiasi total 2.9 msv terlihat hampir sama, namun setelah radiasi total 5.3 msv nilai MCH kelompok R+ lebih tinggi dari K+. Hal ini disebabkan oleh kandungan antioksidan ekstrak etanol rosela yang dapat menetralkan kerusakan akibat radiasi ionisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Noviana et al. (2010) menunjukkan radiasi yang lebih rendah yaitu 0.2 msv dari radiodiagnostik berulang pada mencit tidak memberikan efek pada parameter sel darah merah. Dosis mengindikasikan komponen darah mungkin mengalami kerusakan setelah paparan sinar-x. 4.3 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) Nilai Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) merupakan nilai yang diperoleh dari nilai hemoglobin dan konsentrasi eritrosit. Nilai MCHC menunjukkan konsentrasi hemoglobin di dalam 100 ml eritrosit. Hemoglobin berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Zat besi merupakan zat yang dibutuhkan dalam pembentukan heme untuk menyusun hemoglobin. Gangguan dalam penyerapan zat besi mengakibatkan kurangnya unsur besi dalam peredaran darah sehingga menurunkan jumlah hemoglobin (Kemuning 2010). Nilai MCHC mencit berdasarkan kelompok perlakuan terhadap kelompok total radiasi dan fase pemulihan dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai MCHC terhadap kelompok perlakuan dapat dilihat pada Gambar 13A. Nilai MCHC setelah perlakuan pada minggu ke 4 yaitu K %, K %, R % dan R %. Nilai ini berada dalam kisaran normal (Thrall 2004). Begitu juga pada minggu ke-8, nilai MCHC pada kelompok K %, kelompok K %, kelompok R %, dan R %. Radiasi 2.9 msv pada minggu ke-4 menyebabkan peningkatan nilai MCHC sebesar 9.28% pada kelompok K+ dan peningkatan 6.28% pada kelompok R+ dari
7 32 nilai sebelum perlakuan. Radiasi yang lebih besar pada minggu ke-8 yaitu total radiasi 5.3 msv menyebabkan peningkatan nilai MCHC sebesar 6.35% pada kelompok K+ dan peningkatan 7.45% pada kelompok R+ sebagaimana pada Tabel 7 dan Gambar 13B. Tabel 7 Nilai MCHC darah perifer mencit pada setiap kelompok total radiasi radiodiagnostik berulang dan setelah pemulihan selama 30 hari. Waktu (minggu) Total Radiasi (msv) n Jumlah (%) Kelompok Perlakuan K- K+ R- R+ MCHC (%) p= Ra 27.28± a 27.28± a 27.28± a 27.28± a Ra 29.52±0.84 abc 29.68±2.70 abc 29.86±1.68 abc 29.13±2.28 abc Ra 34.84±3.35 d 32.86±1.40 cd 30.53±0.99 abc 30.94±5.08 abcd 3 Ra Rec Ro 32.29±1.32 bcd 30.91±0.39 abcd 32.09±1.67 bcd 31.59±1.71 bcd Ro Ra 31.83±1.15 bcd 32.68±1.02 bcd 28.53±6.63 ab 31.21±0.24 abcd Ra 31.16±0.39 abcd 30.98±0.71 abcd 31.01±0.55 abcd 31.67±0.96 bcd Ra Rec Ro 32.40±5.69 bcd 30.82±0.83 abcd 31.73±1.69 bcd 32.48±1.30 bcd Ro Keterangan: huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05). K- = pemberian NaCl fisiologis 0.9% tanpa paparan radiasi; K+ = pemberian NaCl fisiologis 0.9% dengan paparan radiasi; R- = pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; R+ = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi; Ra = nilai parameter setelah perlakuan; Ro = nilai parameter setelah pemulihan; Ro = perubahan setelah pemulihan; Ra = perubahan setelah radiasi; n= jumlah mencit; Rec 2.9= masa pemulihan 2.9 msv; Rec 5.3= masa pemulihan 5.3 msv. Nilai MCHC kelompok R- dengan pemberian ekstrak rosela mengalami peningkatan 5.62% dan pada kelompok K- mengalami peningkatan sebesar 12.16% pada minggu ke-4 dari nilai sebelum perlakuan. Nilai MCHC minggu ke- 8 mengalami peningkatan 6.64% pada kelompok K- dan pada kelompok R- mengalami peningkatan 6.41%. Nilai MCHC setelah masa pemulihan dari radiasi total 2.9 msv menyebabkan penurunan sebesar 0.28% pada kelompok K+ dan peningkatan 0.44% pada kelompok R+. Pemulihan setelah radiasi yang lebih tinggi radiasi total 5.3 msv menyebabkan penurunan nilai MCHC sebesar 0.26% pada kelompok K+ dan kenaikan 1.23% pada kelompok R+. Nilai MCHC setelah minggu ke-4 mengalami penurunan 3.39% pada kelompok R-, sedangkan pada kelompok K- mengalami penurunan sebesar 4.50% dari nilai sebelum perlakuan. Setelah pemulihan pada minggu 8 nilai MCHC meningkat sebesar 1.95% pada kelompok K- dan nilai MCHC kelompok R-
8 33 mengalami peningkatan sebesar 1.14% sebagaimana dalam Tabel 7 dan Gambar 13C. Nilai MCHC terhadap kelompok perlakuan dan waktu berbeda nyata (p<0.05). A Nilai MCHC (%) Waktu (minggu) B Persentase MCHC (%) Waktu (minggu) 6 8 C 8.00 Persentase MCHC (%) Waktu (minggu) 6 8 Gambar 13 A. Persentase MCHC darah perifer mencit terhadap radiodiagnostik berulang; B. Persentase MCHC setelah radiasi; C. Persentase MCHC setelah pemulihan 30 hari. (K-) = pemberian NaCl fisiologis tanpa paparan radiasi; (K+) = pemberian NaCl fisiologis dengan paparan radiasi; (R-) = pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; (R+) = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi; = nilai normal MCHC % (Thrall 2004). Nilai MCHC selama perlakuan berada dalam kisaran yang normal. Penurunan nilai MCHC tampak jelas terlihat pada kelompok R- yang diterapi dengan ekstrak rosela pada minggu ke 8 (Gambar 13A). Penyebab penurunan
9 34 jumlah MCHC setelah masa pemulihan belum diketahui secara pasti, kemungkinan terjadi gangguan penyerapan zat besi pada mencit atau ada zat pada rosela yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan penyerapan sehingga jumlah MCHC menurun. Penurunan nilai MCHC menunjukkan penurunan konsentrasi hemoglobin dan di dalam sintesis hemoglobin diperlukan zat besi (Weiss dan Wardrop 2010). Zat besi nonheme dalam tumbuhan tidak mudah diserap oleh usus karena tumbuhan mengandung oksalat, fitat, tanin, dan senyawa fenolik lainnya. Senyawa tersebut akan membentuk kelat atau presipitat dengan besi yang tidak dapat larut sehingga mencegah proses penyerapan nutrisi. Kandungan tannin pada rosela dapat mengikat zat besi sehingga penyerapan zat besi terganggu (Besral et al. 2007), namun kandungan vitamin C (asam askorbat) pada rosela dapat meningkatkan jumlah penyerapan zat besi nonheme dari saluran cerna (Kasiyati 2007). Menurut Macfarlane et al. (2000) efek anemia karena kekurangan hemoglobin akan berakibat pada hipoxia jaringan dan beberapa perubahan pada sirkulasi, biokimia, dan sumsum tulang. Pada sirkulasi terjadi peningkatan laju jantung dan dilatasi arteriol. Perubahan secara biokimia terjadi peningkatan 2.3 diphosphoglycerate (DPG) pada sel darah merah, hemoglobin pada sirkulasi perifer berkurang. Pada sumsum tulang terjadi hyperplasia karena terjadi produksi eritrosit yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan sel darah merah. 4.4 Howell Jolly Bodies Nilai rata rata persentase Howell Jolly bodies sel darah merah perifer mencit kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Total radiasi 2.9 msv pada minggu ke-4 menyebabkan munculnya Howell Jolly bodies sebesar 0.10% pada kelompok K+ sedangkan pada kelompok R+ tidak terlihat Howell Jolly bodies yang muncul. Hal ini juga terlihat pada total radiasi 5.3 msv minggu ke-8 pada kelompok K+ sebesar 0.13% namun pada kelompok R+ juga tidak terlihat adanya Howell Jolly bodies (Tabel 8 dan Gambar 14A). Howell Jolly bodies tidak terdapat pada kelompok K-dan R-.
10 35 Tabel 8 Nilai Howell Jolly bodies perifer mencit pada setiap kelompok total radiasi radiodiagnostik berulang dan setelah pemulihan selama 30 hari. Waktu (minggu) Total Radiasi (msv) n Jumlah (%) Kelompok Perlakuan K- K+ R- R+ Howell Jolly bodies (%) p= Ra ± a ± a ± a ± a Ra ± a 0.04±0.08 ab ± a 0.09±0.09 abc Ra ± a 0.10±0.05 abc ± a ± a Ra Rec Ro ± a 0.04±0.04 ab ± a 0.02±0.03 a Ro Ra ± a 0.15±0.22 c ± a 0.06±0.06 abc Ra ± a 0.13±0.14 bc ± a ± a Ra Rec Ro ± a 0.10±0.03 abc ± a 0.03±0.02 a Ro Keterangan: huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05). K- = pemberian NaCl fisiologis 0.9% tanpa paparan radiasi; K+ = pemberian NaCl fisiologis 0.9% dengan paparan radiasi; R- = pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; R+ = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi; Ra = nilai parameter setelah perlakuan; Ro = nilai parameter setelah pemulihan; Ro = perubahan setelah pemulihan; Ra = perubahan setelah radiasi; n= jumlah mencit; Rec 2.9= masa pemulihan 2.9 msv; Rec 5.3= masa pemulihan 5.3 msv. Setelah masa pemulihan dari radiasi 2.9 msv menyebabkan penurunan persentase Howell Jolly bodies sebesar 39.60% pada kelompok K+, sedangkan pada kelompok R+ mengalami peningkatan sebesar 100%. Pemulihan setelah radiasi yang lebih tinggi 5.3 msv menyebabkan penurunan persentase Howell Jolly bodies sebanyak 15.82% pada kelompok K+ dan peningkatan 100% pada kelompok R+. Persentase Howell Jolly bodies setelah masa pemulihan minggu ke- 4 dan minggu ke-8 tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan baik pada kelompok K- dan R- sebagaimana dalam Tabel 8 dan Gambar 14C. Nilai Howell Jolly bodies terhadap kelompok perlakuan dan waktu berbeda nyata (p<0.05). A Persentasi Howell Jolly Bodies(%) Waktu (minggu)
11 36 B Persentase Howell Jolly Bodies (%) Waktu (minggu) 6 8 C Persentase Howell Jolly Bodies (%) Waktu (minggu) 6 8 Gambar 14 A. Persentase Howell Jolly bodies darah perifer mencit terhadap radiodiagnostik berulang; B. Persentase Howell Jolly bodies setelah perlakuan; C. Persentase setelah pemulihan 30 hari. (K-) = pemberian NaCl fisiologis tanpa paparan radiasi; (K+) = pemberian NaCl fisiologis dengan paparan radiasi; (R-) = pemberian ekstrak rosela tanpa paparan radiasi; (R+) = pemberian ekstrak rosela dengan paparan radiasi. Ekstrak etanol rosela dapat mengurangi kemunculan Howell Jolly bodies pada sel darah merah pada total dosis radiasi 2.9 msv, demikian juga pada total dosis radiasi 5.3 msv. Jumlah radikal bebas yang terbentuk olah radiasi ionisasi dapat mempengaruhi kemampuan antioksidan untuk menetralkannya. Jika jumlah radikal bebas yang terbentuk terlalu banyak, maka dibutuhkan antioksidan yang lebih banyak pula (Evans et al. 2004) Kehadiran Howell Jolly bodies pada sel darah merah perifer (Gambar 15) menandakan sel darah merah meninggalkan sumsum tulang dalam keadaan belum dewasa (mature) karena tingginya kebutuhan jaringan dan proses eritropoiesis meningkat (Wang dan Glasser 2002; Meyer dan Harvey 2004). Pelepasan eritrosit yang belum dewasa ke jaringan merupakan respon yang normal dari sumsum tulang untuk meningkatkan produksi sel darah merah (Thrall 2004). Kehadiran
12 37 Howell Jolly bodies menandakan tidak berfungsinya limpa atau atropy limpa karena seharusnya Howell Jolly bodies dieliminasi di limpa (Kovtunovych et al. 2010). Pada banyak kasus splenectomi terlihat peningkatan kehadiran Howell Jolly bodies (Smith et al.1990). Howell Jolly bodies berhubungan dengan anemia regeneratif. Anemia regeneratif disebabkan oleh kehilangan darah atau kerusakan eritrosit (hemolisis) dan dapat terlihat pada fase pemulihan disfungsi sumsum tulang. Hemolisis dapat terjadi di dalam pembuluh darah (intravaskular) dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular). Hemolisis ekstravaskular terjadi ketika eritrosit abnormal difagosit oleh makrofag di dalam limpa atau hati (Thrall 2004). A B Gambar 15 Howell Jolly bodies pada sel darah merah perifer mencit. A = kelompok K+; B = kelompok R+. Sel hematopoietik adalah sel yang sensitif terhadap radiasi ionisasi sinar-x. Sel yang mengalami kerusakan akibat radiasi secara alami mempunyai kemampuan adaptasi dan respon perbaikan untuk kembali normal, akan tetapi dosis radiasi sangat berpengaruh terhadap kerusakan biologi yang ditimbulkannya. Semakin besar dosis radiasi, akan semakin besar pula kerusakan yang ditimbulkan (Mitchell et al. 2009). Howell Jolly bodies yang terbentuk akibat radiasi jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang diberikan ekstrak rosela. Respon adaptasi terlihat pada radiasi 2.9 dan radiasi 5.3 msv. Rosela dapat mempertahankan nilai MCV, MCH dan MCHC sel darah merah karena mengandung antioksidan yaitu vitamin C (asam askorbat) dan senyawa fenol (Maryani dan Kristiana 2009). Secara umum MCV, MCH, dan MCHC berada dalam kisaran nilai yang normal, namun sebagian nilai MCV lebih tinggi dari nilai normal dan lebih rendah dari kisaran normal. Kerusakan oksidatif akibat radiasi ionisasi sangat jelas
13 38 terlihat pada penurunan MCV, MCH, dan MCHC pada radiasi dosis 5.3 msv. Nilai MCV yang meningkat dan MCHC normal disebut juga dengan anemia makrositik normokromik yang ditandai dengan ukuran eritrosit yang besar namun konsentrasi hemoglobin berada dalam kisaran normal. Biasanya jenis anemia ini disebabkan oleh gangguan metabolisme eritrosit, defisiensi vitamin B 12, asam folat dan radiasi (Rizwi 2010). Nilai MCV normal dan MCHC normal menunjukkan adanya anemia normositik normokromik. Jenis anemia ini biasanya disebabkan oleh kehilangan darah, gangguan ginjal serta gangguan pada sumsum tulang (Thrall 2004; Meyer dan Harvey 2004). Menurut Nair et al. (2001), Mathew (2005), dan Jagetia (2007) rosela dalam penelitian ini termasuk dalam agen radioprotektor. Radioprotektor diberikan sebelum radiasi dan memiliki kemampuan mencegah dan mengurangi kerusakan yang terjadi pada jaringan normal. Rosela memiliki senyawa polifenol terutama flavanoid yang mampu melindungi sel dari kerusakan dengan menetralkan produksi radikal bebas yang terjadi selama terpapar radiasi ionisasi (Jagetia 2007; Josiah et al. 2010). Flavanoid merupakan senyawa yang mampu melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif (Phipps et al. 2007). Hasil penelitian menunjukkan rosela mampu melindungi sel darah merah dari kerusakan. Antioksidan pada rosela dapat menekan pembentukan radikal bebas (Ologundudu et al. 2009). Dosis radiasi yang kronis adalah dosis radiasi dalam dosis yang kecil dengan waktu paparan yang panjang. Menurut DeMasters et al. (2006) tubuh memiliki kemampuan untuk mengganti sel yang rusak atau mati. Pemulihan jangka pendek terjadi setiap 24 jam setelah radiasi. Pemulihan jangka panjang terjadi setelah paparan radiasi 30 hari. Pemulihan jangka panjang dan jangka pendek memberikan waktu yang cukup untuk memperbaiki kerusakan akibat radiasi (Wambi et al.2008).
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari
Lebih terperinciIndek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)
Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Pengertian Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O 2 ) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu 3.2. Bahan dan Alat Persiapan dan pemeliharaan mencit
17 BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Bedah dan Radiologi sebagai tempat pemaparan radiasi dan pengambilan darah serta bagian Fisiologi sebagai tempat pemeriksaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retensio Plasenta 1. Definisi Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir 30 menit setelah bayi lahir pada manajemen aktif kala tiga. 1 2. Patologi Penyebab retensio plasenta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 3 Waktu : 50 menit Pokok Bahasan : 1. Evaluasi Eritrosit dan Interpretasinya (Lanjutan) Subpokok Bahasan : a. Fase fase proses pembentukan eritrosit.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciHasil Perlakuan Dosis Akut Asap Divine Pada Mencit (Blood count dan Lineage Erytrocyte)
Hasil Perlakuan Dosis Akut Asap Divine Pada Mencit (Blood count dan Lineage Erytrocyte) Fatma Ayatiliulil Albab Mahasiswa Program Pasca Sarjana Biologi Universitas Brawijaya Malang 13 Agustus 2012 Perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yaitu pencemaran lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia yang tumbuh dengan cepat dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yaitu pencemaran lingkungan. Salah satu bahan pencemar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi. pada ibu hamil adalah anemia.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah anemia. Anemia adalah berkurangnya massa sel darah merah yang berarti dan berhubungan dalam penurunan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang bervariasi menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
11 Adaptasi (kelompok AP,AIS,AIP) H H + 2 H - 14 Pengambilan darah simpan (kelompok AP) pre post Perdarahan 30% via splenektomi + autotransfusi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 7 Panen (kelompok AP,AIS,AIP) Gambar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit darah (juta/ mm 3 ) ulangan ke
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil analisis jumlah eritrosit darah. Berdasarkan analisis stastik jumlah eritrosit hasil perlakuan adalah sebagai berikut Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Rokok bukan sekedar asap yang ditelan, nikotin yang terkandung pada asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah Sel darah merah berperan membawa oksigen dalam sirkulasi darah untuk dibawa menuju sel dan jaringan. Jumlah sel darah merah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat
IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena atau arteri yang mengangkat oksigen dan bahan makanan ke seluruh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerbau Lumpur Kerbau domestik di Asia memiliki nama ilmiah Bubalus bubalis. Menurut Roth (2004) susunan taksonomi kerbau domestik adalah kerajaan animalia, filum chordata, kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Donasi darah merupakan proses pengambilan darah. secara sukarela dari seseorang kemudian darahnya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Donasi darah merupakan proses pengambilan darah secara sukarela dari seseorang kemudian darahnya akan disimpan di bank darah. Total darah yang dapat didonasikan tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiasi Ionisasi Efek Radiasi
3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiasi Ionisasi Radiasi adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium (BATAN 2008; Swamardika 2009). Sinar-X merupakan gelombang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Gambar 1 menunjukkan adanya penambahan bobot rata-rata pada ikan uji. Penambahan bobot akhir rata-rata dari bobot awal rata-rata pada perlakuan pakan RUSNAS sebesar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil perkawinan silang, seleksi dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi, terutama
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah pangan yang berasal dari sisa-sisa pengolahan makanan merupakan salah satu sumber bahan pakan alternatif yang sering digunakan dalam dunia peternakan. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Hasil penghitungan jumlah sel darah merah setiap bulan selama lima bulan dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda seperti terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk satu tahun. Pada tahun 2013, secara nasional terdapat kekurangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciTHALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010
THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker penyebab kematian di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara di Amerika pada tahun
Lebih terperinciGAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
GAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada R. Suhartati, Yusrizal Alwi Email : rsuhartati@yahoo.com Prodi DIII Analis Kesehatan, STIKes Bakti Tunas Husada
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini terus melakukan pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik, peningkatan taraf hidup setiap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Karakteristik Kucing
3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Kucing kampung (Felis domestica) termasuk dalam ordo karnivora (pemakan daging). Fowler (1993) mengklasifikasikan kucing kampung (Felis domestica) sebagai berikut: kingdom
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman
39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.
Lebih terperinciHASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C
HASIL Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro Pertumbuhan Koloni S. rolfsii dengan Inokulum Sklerotia Pada 5 HSI diameter koloni cendawan pada semua perlakuan seduhan
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciPENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera L.) VARIETAS MACROCORPU TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI MENCIT (Mus musculus) GALUR BALB C
PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera L.) VARIETAS MACROCORPU TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI MENCIT (Mus musculus) GALUR BALB C Yunita D. Safitri *, Umie Lestari 2, Nuning Wulandari 2 1) Program Studi
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kegiatan penelitian dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik. 1. Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia pada Gagal Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik adalah sindoma klinik karena penurunan fungsi ginjal menetap karena
Lebih terperinciSISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt
SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE
ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang
HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciKompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya
SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,
Lebih terperinciIlmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi yang terbanyak diperoleh dari biji S. mahagoni, diikuti daun T. vogelii, biji A.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan endurance merupakan bentuk latihan aerobik untuk meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam melakukan olahraga (Fink et al., 2011). Salah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya
Lebih terperinciHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Uji Larvasida Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap larva Aedes aegypti instar III yang dilakukan selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan
Lebih terperinci