BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Koi merupakan salah satu ikan hias yang sejak dulu hingga saat ini sangat terkenal di masyarakat, khususnya pecinta ikan hias, hobiis, dan pebisnis

BAB III BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning Dan Tepung Kepala Udang Terhadap Peningkatan Kualitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Penambahan Ekstrak Buah Pepaya Pada Pakan Terhadap Peningkatan Kecerahan Ikan Badut (Amphiprion ocellaris)

TINJAUAN PUSTAKA. Genus : Carassius, dan Spesies : Carassius auratus Linnaeus. Ikan mas koki memiliki bentuk badan pendek dan gemuk dengan perangkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. juta ekor/tahun dan terdiri atas 240 jenis ikan hias laut dan 226 jenis ikan hias air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG SPIRULINA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP INTENSITAS WARNA IKAN MAS KOKI (Carassius auratus) ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBERIAN ASTAXANTHIN PADA PENINGKATAN KECERAHAN WARNA IKAN BADUT (Amphiprion ocellaris) ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah perubahan cuaca yang signifikan, periode musim kemarau yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GROUPER FAPERIK ISSN

PEMANFAATAN TEPUNG Spirulina sp. UNTUK MENINGKATKAN KECERAHAN WARNA IKAN SUMATRA (Puntius tetrazona)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan karena

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GABUS (Channa striata) DAN DINAMIKA KUALITAS AIR PADA BERBAGAI WADAH PEMELIHARAAN Heriansah 1) dan Dian Nisa Fitri Aspari 2)

PENAMBAHAN BIOBALL PADA FILTER MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAS KOKI (Carassius Auratus)

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

IV. HASIL DA PEMBAHASA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

PARAMETER KUALITAS AIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kecerahan Warna Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan alami (Simpson et al. 1981 dalam Utomo dkk 2006), sedangkan sumber karotenoid bagi ikan yang dipelihara dalam media pemeliharaan berasal dari pakan buatan yang jumlahnya sedikit. Karotenoid tidak dapat disintesa di dalam tubuh hewan sehingga harus ditambahkan ke dalam pakan (Fuji dalam Utomo 2006).Penambahan bahan karotenoid yang terkandung dalam ekstrak ubi jalar merah ke dalam pakan dapat mempengaruhi kecerahan warna tubuh benih ikan koi jenis kohaku. Sesuai dengan pernyataan Bachtiar (2002) pakan yang mengandung pigmen atau zat warna tertentu seperti karoten, jika diberikan bersama dengan pakan buatan akan mampu menambah jumlah pigmen dalam ikan koi, sehingga warna koi akan semakin jelas atau terang. Warna ikan koi diidentifikasi dengan menggunakan alat pembanding standard warna Toca Colour Finder yang telah diberi skor (Lampiran 8). Warna ikan koi untuk semua perlakuan setiap minggunya mengalami perubahan yang berfluktuasi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh pemberian sumber karoten yang berbeda-beda dalam pakan yang diberikan pada masing-masing perlakuan, respon terhadap pakan yang berbeda, dan perbedaan daya serap ikan koi terhadap zat karoten yang terdapat dalam pakan (Lesmana dan Sugito 1997). Berdasarkan hasil penelitian, perubahan peningkatan kecerahan warna pada semua perlakuan berfluktuasi setiap minggunya (Gambar 5). Peningkatan warna ini terjadi karena zat karotenoid dalam pakan sudah dapat diserap oleh tubuh ikan koi. Peningkatan kecerahan tertinggi terdapat pada perlakuan C (200 ppm ekstrak ubi jalar merah). Peningkatan tertinggi tersebut terjadi pada minggu ketiga. Sesuai dengan pernyataan Lesmana (2002), warna ikan setelah tiga minggu akan menunjukkan hasil yang sudah maksimal dan relatif stabil setelahnya. Pada penelitian ini, konsentrasi 200 ppm merupakan konsentrasi maksimal yang dapat diterima oleh tubuh ikan koi. Hal tersebut dapat dilihat pada 24

25 Gambar 5, bahwa dengan meningkatmya perlakuan, tidak memberikan peningkatan yang lebih tinggi dibanding perlakuan C. Penelitian Utomo dkk (2006), memperlihatkan bahwa pemberian spirulina sebanyak 1% memberikan pengaruh yang lebih efektif dibanding 3% dan 5%. Penelitian Alma et al., memperlihatkan bahwa pemberian karotenoid yang lebih tinggi dari konsentrasi 200 ppm tidak memberikan peningkatan kecerahan yang lebih tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa kadar yang lebih rendah sudah mencukupi kebutuhan karotenoid pada ikan koi yang mengartikan bahwa pada perlakuan dengan konsentrasi 200 ppm merupakan perlakuan maksimal yang dapat diterima oleh tubuh ikan koi. Selain itu, metobolisme pun berperan dalam pigmentasi pada ikan. Vasudhevan (2013) menyatakan bahwa pigmentasi pada ikan dipengaruhi oleh metabolisme ikan itu sendiri. Pada perlakuan 200 ppm ekstrak ubi jalar merah, ikan dapat memetabolisme zat karotenoid lebih efektif dibanding perlakuan lainnya. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, karotenoid berlebih tidak akan dicerna oleh ikan koi melainkan akan dibuang melalui feses. Artinya ikan koi pada penelitian ini mempunyai batas maksimal daya serap karotenoid. Menurut Sulawesty (1997) dalam Kusuma (2012), ikan mempunyai batas maksimal penyerapan karotenoid. Penelitian Alma et al.(2013), memperlihatkan bahwa penambahan karotenoid yang terkandung dalam bunga marigold dengan konsentrasi 200 ppm yang diberikan pada ikan mas koki memberikan peningkatan kecerahan warna tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Setelah minggu ketiga, perlakuan C (200 ppm ekstrak ubi jalar merah) dan perlakuan D (300 ppm ekstrak ubi jalar merah) mengalami penurunan nilai ratarata warna.hal tersebut terjadi karena perlakuan C dan D telah memasuki fase maksimal penyerapan karotenoid oleh tubuh ikan pada minggu ketiga. Menurut Sulawesty (1997) dalam Kusuma (2012), penambahan karotenoid dalam pakan mempunyai batas maksimal, artinya pada titik tertentu tidak akan meningkatkan kecerahan warna bahkan mungkin warnanya akan menurun. Hasil penelitian Alma et al.(2013), menunjukkan bahwa pemberian karotenoid yang terkandung dalam bunga marigold yang diberikan pada ikan mas koki dengan konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm mengalami penurunan warna setelah minggu ketiga.

26 Pada perlakuan B (100 ppm ekstrak ubi jalar merah) setelah minggu ketiga masih terjadi peningkatan warna. Hal tersebut terjadi karena pada konsentrasi 100 ppm belum dapat mencukupi kebutuhan karotenoid pada tubuh ikan sehingga penyerapan karotenoid dalam tubuh ikan uji pada perlakuan B belum mencapai batas penyerapan maksimal. Hasil maksimal pada perlakuan B terlihat pada minggu keempat, kemudian stabil sampai minggu terakhir. Hasil penelitian Amin (2012) menunjukkan bahwa pemberian karotenoid dengan konsentrasi 100 ppm baru menunjukkan hasil maksimal setelah pemeliharaan selama tiga minggu atau setelah 21 hari dan relatif stabil setelahnya. Indeks TCF 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0,5 Perubahan Tingkat Kecerahan 2,73 2,4 2,47 2,2 2,33 1,87 1,87 Perlakuan A (Kontrol) Perlakuan B (100 ppm) 1,34 1,34 1,14 1 1,13 0,87 1 Perlakuan C (200 ppm) 0,67 0,53 Perlakuan D (300 ppm) 0,2 0,2 0 0,06-0,07-0,07 Perlakuan C (400 ppm) 0 1 2 3 4 5 Minggu ke- Gambar 5. Grafik PerubahanTingkat Kecerahan Warna Benih Koi Selama 5 Minggu Pada Gambar 5, perlakuan A (Kontrol), terjadi peningkatan pada minggu keempat sampai minggu kelima. Terjadinya peningkatan tersebut diduga karena pada perlakuan A terdapat bahan karoten lain yaitu pada tepung ikan yang mengandung β-karoten (Satyani et al. 1993 dalam Gunawan 2005) yang secara tidak langsung mempengaruhi perubahan warna ikan koi pada perlakuan A. Hasil penelitian Amin (2012) memperlihatkan bahwa pemeliharaan udang red cherry pada perlakuan kontrol terjadi peningkatan pada akhir pemeliharan yang disebabkan oleh adanya sumber karotenoid lain yaitu tepung ikan.

27 Berdasarkan hasil analisis uji Kruskal-Wallis (Uji H) dari data pengamatan (Tabel 2 dan Lampiran 10), memperlihatkan bahwa penambahan ekstrak ubi jalar merah dalam pakan tidak memberikan perberbedaan yang nyata antar perlakuan. Namun jika dilihat dari grafik peningkatan, pemberian ekstrak ubi jalar merah dalam pakan dapat meningkatkan kecerahan warna pada ikan koi sampai pada konsentrasi 200 ppm. Tabel 2. Nilai Kecerahan Warna Ikan Koi No Perlakuan Nilai Rata-Rata Signifikansi 1 A (Ekstrak Ubi Jalar Merah 0 ppm) 31,87 a 2 B (Ekstrak Ubi Jalar Merah 100 ppm) 32,97 a 3 C (Ekstrak Ubi Jalar Merah 200 ppm) 46,90 a 4 D (Ekstrak Ubi Jalar Merah 300 ppm) 42,33 a 5 E (Ekstrak Ubi Jalar Merah 400 ppm) 36,5 a Keterangan : F hitung < F tabel, berdasarkan analisis Uji Kruskal-Wallis (Uji H) pada tingkat kepercayaan 95% tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penambahan ekstrak ubi jalar merah dalam pakan buatan dapat meningkatkan kecerahan warna pada beih ikan koi. Hasil penelitian Alma et al. (2013), menunjukkan bahwa pemberian karotenoid yang terkandung dalam bunga marigold dapat meningkatkan kecerahan warna pada ikan mas koki. Somanath dan Jasmin (2013), pemberian sumber karotenoid dalam tepung bunga rosella dan spirulina dapat meningkatkan kecerahan warna pada ikan mas koki. 4.2 Pertumbuhan Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan bobot mutlak. Pertumbuhan bobot mutlak merupakan parameter penunjang yang diamati untuk mengetahui pengaruh ekstrak ubi jalar merah yang dicampur kedalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan koi. Pengukuran

28 pertumbuhan dilakukan pada seluruh ikan uji selama 5 minggu. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data pertumbuhan seperti yang tertera pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa penambahan ekstrak ubi jalar merah yang berdaging umbi jingga dalam pakan buatan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan koi kohaku. Hasil analisis ragam (Uji F) memperlihatkan bahwa pertambahan bobot mutlak pada perlakuan yang ditambahkan ekstrak ubi jalar merah dengan perlakuan tanpa pemberian ekstrak ubi jalar merah tidak berbeda nyata antar perlakuan (Lampiran 13). Tabel 3. Pertambahan Bobot Mutlak Ikan Koi Kohaku Perlakuan Pertambahan Bobot Mutlak (gram) Signifikansi A 1.19 a B 2.06 a C 2.30 a D 1.24 a E 2.10 a Keterangan : F hitung < F tabel, berdasarkan analisis ragam (Uji F) pada tingkat kepercayaan 95% tidak berbeda nyata. Karoteniod yang terkandung dalam ekstrak ubi jalar merah tidak menghambat pertumbuhan ikan koi melainkan dapat meningkatkan kecerahan warna pada ikan koi. Sesuai dengan pernyataan Alma et al. (2013), Rema dan Gouveia (2005), Yesilayer et al. (2011), Utomo dkk. (2006), pemberian sumber karotenoid yang diberikan pada ikan mas koki tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan. 4.3 Kualitas Air Salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan hias adalah kualitas air. Kualitas air dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan budidaya. Selain itu kualitas air sangat berpengaruh terhadap warna ikan hias. Beberapa parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu, ph, oksigen

29 terlarut (DO), dan kadar ammonia (NH 3 ). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian untuk masing-masing parameter disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Kisaran Parameter Kualitas Air Selama Penelitian Perlakuan Parameter Kualitas Air Suhu ( o C) ph DO (mg/l) Amonia (mg/l) A 24,3-25,6 8,36-8,43 7,96-8,30 0,25-0,50 B 24,0-24,3 8,78-8,89 7,80-8,16 0,25-0,50 C 25,0-25,3 8,79-8,92 7,60-8,06 0,25-0,50 D 25,6-26,3 8,76-8,81 8,33-8,63 0,25-0,50 E 24,6-25,6 8,10-8,78 7,10-7,30 0,25-0,50 24-28 6,5 7,4 5-7 < 1mg/L (Spotte Optimal 1970 dalam (Bachtiar 2002) Amin 2012) Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yang diperoleh selama penelitian secara umum masih dalam kisaran yang baik untuk menunjang kehidupan benih ikan koi. Menurut Bachtiar (2002) suhu yang optimal untuk ikan koi yaitu sekitar 24 o C - 28 o C.Suhu yang terdapat pada media pemeliharaan berkisar antara 24,3 o C - 26,3 o C dan masih dalam kisaran optimal, artinya suhu pada media pemeliharaan merupakan suhu yang optimal dan mendukung kehidupan benih ikan koi selama penelitian. Derajat keasaman (ph) air yang optimal untuk koi yaitu sekitar 5 7. Derajat keasaman (ph) selama penelitian berkisar antara 8,10 8,92. Dalam kondisi ini derajat keasaman (ph) dalam media pemeliharaan masih dibawah batas tertinggi yaitu 11 (Lesmana 2002), sehingga ikan dalam media pemeliharaan masih dapat hidup dengan normal. Untuk koi, ph terlalu tinggi akan menyebabkan adanya gesekan antar lendir sehingga ikan banyak yang rusak. Jika terlalu rendah, koi tidak berselera makan. Secara otomatis ph yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan ikan stress dan warna koi menjadi kabur (Bachtiar 2002).

30 Kandungan oksigen terlarut (DO) selama penelitian berkisar antara 7,10 8,63 mg/l. Menurut Bachtiar (2002) kandungan oksigen yang baik untuk koi yaitu sekitar 5 7 mg/l. Kadar oksigen terlarut diatas 7 mg/l, koi akan sering memanfaatkan oksigen sehingga insang cepat bekerja, keadaan ini akan memacu koi cepat mati karena kandungan oksigen dalam pembuluh darah meningkat. Pembuluh darah yang banyak mengandung oksigen akan menimbulkan gelembung udara di sekujur tubuh koi atau di bagian-bagian tertentu tubuh koi yaitu di sekitar perut, punggung, atau kepala. Akibatnya kulit akan menggelembung ke luar tubuh dan mengubah warna kulit (Bachtiar 2002). Dalam media pemeliharaan, oksigen terlarut terlalu tinggi, tetapi masih dalam batas toleransi ikan koi sehingga ikan koi masih dapat hidup. Kada ammonia (NH 3 ) selama penelitian berkisar antara 0,25 0,50 mg/l kadar ammonia yang terlalu tinggi merupakan racun yang berbahaya bagi kehidupan ikan. Kadar ammonia akan semakin tinggi jika populasi meningkat dan berpengaruh terhadap nafsu makan koi (Bachtiar 2002). Dalam media pemeliharaan, kadar ammonia tidak teralu tinggi sehingga ikan uji dapat hidup dengan normal. Menurut Spotte (1970) dalam Amin (2012) kadar standard ammonia dalam kegiatan budidaya adalah lebih kecil dari 1 mg/l.