I. PENDAHULUAN. Metil metsulfuron merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam herbisida.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

TOKSISITAS METIL METSULFURON HUBUNGANNYA DENGAN MASKULINITAS COPEPODA Daphni a sp.

I. PENDAHULUAN. sawah sebagai tempat budidaya ikan perlu dicermati lebih lanjut, karena aktivitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain terjadinya pencemaran di lingkungan perairan yang dapat mengakibatkan kerusakan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP SEL DARAH MERAH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk

PERINGATAN DINI PENCEMARAN LOGAM BERAT DAN PESTISIDA BERDASARKAN RASIO SEKS ANAKAN Daphnia sp.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

Pencemaran air merupakan persoalan yang terjadi di. sungai dari badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa penting yang diperlukan bagi kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisme. Apabila

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

lingkungan terutama perairan banyak disumbangkan oleh usaha-usaha seperti pertambangan, pertanian, perkebunan, industri dan kegiatan domestik yang men

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. adakalanya turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering. Rawa terbentuk

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENYIANGAN. Peserta diklat diharapkan mampu menyiang padi sawah dengan benar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN. perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Terhadap Biota Uji Ikan Guppy (Poecillia reticulate) dan (Pistia stratiotes)

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring

UJI TOKSISITAS SUB-LETHAL ORGANOFOSFAT PADA IKAN MAS (cyprinus carpio) TOXICITY TEST SUB- Lethal organophosphates COMMON CARP ( Cyprinus carpio )

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula tebu merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat.

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Dalam budidaya ikan, faktor utama yang mendukung peningkatan

: SMK NEGERI 4 TEBING TINGGI SILABUS DAN PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

Pencemaran Teluk Jakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metil metsulfuron merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam herbisida. Senyawa aktif tersebut umum digunakan oleh para petani untuk mengendalikan gulma yang ada di sawah. Menurut Taufik dan Yosmaniar (2010), penggunaan senyawa aktif metil metsulfuron oleh para petani tidak berbeda dengan bahan kimia pengendali hama, yaitu memiliki sifat penting berupa daya racun atau toksisitas. Penggunaan senyawa aktif metil metsulfuron yang dilakukan baik karena aplikasi yang sengaja maupun tidak disengaja (terjatuh, tertumpah, atau karena terbawa oleh air hujan dan irigasi) maka senyawa aktif tersebut sebagian akan tertahan dan tertinggal di dalam tanah melalui proses absorbsi, sedangkan sebagian lagi akan berada di dalam air di antara partikel-partikel tanah (Riadi, 2011). Kondisi tersebut tentu akan menyebabkan masalah baru berupa resiko pencemaran lingkungan yang dapat berpengaruh pula dengan kondisi organisme lain di sekitarnya. Yudha (1999) dan Garno (2000), menyebutkan bahwa pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh bahan pencemar atau senyawa kimia aktif seperti metil metsulfuron berkaitan erat dengan kandungan senyawa aktif tersebut yaitu

2 memiliki sifat beracun yang mampu mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota di sekitarnya tidak terkecuali biota yang bukan target sasaran petani. Salah satu biota non target yang terpengaruh negatif terhadap kondisi pencemaran perairan akibat penggunaan herbisida dengan senyawa aktif metil metsulfuron adalah Daphnia sp., menurut Wilson and Leigh (1997) dalam Mubarak (2010) menyatakan bahwa, perairan yang tercemar oleh toksikan seperti logam berat, pestisida dan bahan pencemar lainnya dapat mengakibatkan gangguan reproduksi pada biota perairan di sekitarnya seperti Daphnia sp. Jalius (2006) mengatakan bahwa pencemaran perairan dapat mempengaruhi sistem reproduksi pada Daphnia sp. seperti menurunnya aktivitas kawin, produksi telur menurun dan sebagainya. Berdasarkan penelitian Mubarak (2010), Hermawati (2009) dan Panna (2009) tentang pengaruh Daphnia sp. yang terpapar logam berat berupa Cd, CdCl 2 dan Pb, terlihat bahwa semakin tinggi kisaran konsentrasi (dibawah LC 50 ) yang diberikan pada Daphnia sp., akan meningkatkan rasio jenis kelamin jantan anakan Daphnia sp. Melihat kondisi tersebut maka perlu diketahui pula kemampuan reproduksi Daphnia sp. melalui pengamatan rasio anakan jantan Daphnia sp. yang terpapar senyawa aktif metil metsulfuron. Olmsteated (2003) mengatakan bahwa Daphnia sp. dapat digunakan sebagai uji toksisitas terhadap bahan pencemar karena organisme ini termasuk sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan termasuk adanya pencemaran yang diakibatkan bahan kimia seperti herbisida dengan senyawa aktif metil metsulfuron.

3 1.2 Kerangka Pemikiran Aktifitas pertanian tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia yang mengandung senyawa aktif untuk membasmi gulma yang dapat menghambat produksi hasil pertanian. Salah satu senyawa aktif yang umum digunakan oleh pelaku usaha dalam bidang pertanian adalah metil metsulfuron yang terkandung dalam herbisida. Pada dasarnya penggunaan herbisida dengan bahan aktif metil metsulfuron dilakukan dengan cara menyemprotkan pada tanaman padi yang terdapat gulma. Namun hal ini dapat berdampak negatif karena herbisida tersebut akan mencemari air yang dilewati khususnya pada saluran irigasi. Girsang (2009) menyebutkan bahwa herbisida dengan senyawa metil metsulfuron bersifat persisten di dalam saluran air. Partikel metil metulfuron akan diserap oleh fitoplankton. Konsentrasi bahan aktif tersebut di dalam tubuh fitoplankton akan meningkat hingga puluhan kali dibanding dengan senyawa metil metsulfuron yang mengambang di dalam air. Fitoplankton tersebut nantinya akan termakan zooplankton dan dengan demikian senyawa metil metsulfuron yang terkandung dalam herbisida tersebut ikut termakan. Karena sifat persisten yang dimiliki herbisida, menyebabkan konsentrasi di dalam tubuh zooplankton meningkat lagi hingga puluhan hingga ratusan kali dibanding dengan yang ada di dalam air dan seterusnya menyesuaikan rantai makanan tidak terkecuali pada ikan yang dibudidayakan pada lahan di area persawahan. Selain itu juga dengan adanya pencemaraan perairan yang diakibatkan oleh herbisida dengan senyawa aktif metil metsulfuron, akan menyebabkan gangguan reproduksi pada biota air temasuk invertebrata air seperti Daphnia sp.

4 Sebagaimana diketahui bahwa Daphnia sp. merupakan salah satu pakan alami yang umum diberikan untuk larva ikan air tawar. Organisme ini memiliki nilai ekonomis tinggi dalam budidaya perikanan air tawar. (Siregar, 1996). Oleh karena itu jika gangguan reproduksi pada Daphnia sp. terus terjadi akibat pencemaran di perairan, maka hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap produksi Daphnia sp. yang salah satu perannya sebagai pakan alami esensial bagi larva ikan air tawar. Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan pengamatan kemampuan reproduksi Daphnia sp. terhadap pemaparan senyawa aktif metil metsulfuron dengan melihat rasio jenis kelamin anakan Daphnia sp. Menurut Rider et al. (2005) bahwa untuk mengetahui tingkatan toksik pada senyawa aktif metil metsulfuron terhadap Daphnia sp., maka dapat ditentukan menggunakan parameter lethal dan sub lethal. Pada Daphnia sp. parameter sub lethal yang diamati berupa rasio jenis kelamin jantan pada anakan yang dihasilkan. Herbisida dengan Senyawa Aktif Metil Metsulfuron Pencemaran Perairaan Daphnia sp. Lethal Sub Lethal LC 50 Rasio Jenis Kelamin Jantan Gambar.1 Kerangka Pemikiran

5 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui kisaran ambang batas konsentrasi toksikan senyawa aktif metil metsulfuron yang terpapar pada Daphnia sp. 2. Mengetahui rasio jenis kelamin jantan anakan Daphnia sp. yang terpapar senyawa aktif metil metsulfuron 3. Mengetahui hubungan antara konsentrasi senyawa aktif metil metsulfuron terhadap rasio jenis kelamin jantan anakan Daphnia sp. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait rasio jenis kelamin jantan anakan Daphnia sp., yang terpapar senyawa aktif metil metsulfuron sehingga dapat menjadi salah satu data dasar pengembangan penggunaan Daphnia sp. sebagai bioassay toksisitas metil metsulfuron di perairan. 1.5 Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H 0 : Tidak ada pengaruh konsentrasi metil metsulfuron terhadap rasio jenis kelamin anakan Daphnia sp. H 1 : Terdapat pengaruh konsentrasi metil metsulfuron terhadap rasio jenis kelamin anakan Daphnia sp.