BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. serorang professional bekerja karena integritas moral, intelektual, dan profesional

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa: a. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Tanggung Jawab Notaris/PPAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengaturan mengenai Lembaga Notariat diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Jabatan Notaris menyebutkan, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. 1 Notaris merupakan Individu yang mempunyai keahlian di bidang hukum dan mempunyai lisensi/ ijin dari negara untuk melaksanakan berbagai macam tugas di bidang hukum. 2 Masyarakat membutuhkan seseorang yang keterangan-keterangannya dapat diandalkan, dipercaya, yang tanda tangannya serta segelnya (capnya) dapat memberikan jaminan dan bukti kuat, seorang ahli yang tidak memihak dan membuat perjanjian yang dapat melindunginya di kemudian hari. Notaris selain merupakan pejabat umum yang ditunjuk oleh undangundang dalam membuat akta otentik sekaligus merupakan perpanjangan tangan pemerintah, disebut pejabat umum karena dia angkat oleh instansi yang berwenang dengan tugas melayani masyarakat umum di bidang atau kegiatan tertentu. 3 Peran notaris secara signifikan berbeda di tiap-tiap Negara, dalam menjalankan jabatannya notaris harus dapat bersikap professional dan mematuhi peraturan perundang-undangan serta menjunjung tinggi Kode Etik Notaris. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2 Rongxin Zeng, 2013, Review of American Notary System - New Developments, Challenges and Its Coping Strategy, Journal of Politics and Law; Vol. 6, No. 4; 2013. hlm 121 3 Hendy Sarmyendra, 2014, Kekuatan berlakunya pengguna an blanko akta tanah oleh notaris/ pejabat pembuat akta tanah dalam pengalihan hak atas tanah di kabupaten malinau Kalimantan utara. Jurnal Beraja Niti, Vol 3 Nomor 4, 2014. hlm 2-3 1

2 Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap akta yang di buatnya, yakni tanggung jawab hukum dan tanggung jawab moral. 4 Notaris sebagai pejabat umum dituntut untuk bertanggung jawab terhadap akta yang telah dibuatnya. Apabila akta yang dibuat ternyata di kemudian hari menimbulkan sengketa, maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan kesalahan notaris atau kesalahan para pihak yang tidak mau jujur dalam memberikan keterangannya dihadapan notaris atau adanya kesepakatan yang telah dibuat antara notaris dengan salah satu pihak yang menghadap. Jika akta yang diterbitkan notaris mengandung cacat hukum yang terjadi karena kesalahan notaris, baik karena kelalaiannya maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri, maka notaries wajib memberikan pertanggungjawaban. Dalam menjalankan kewenangannya notaris dalam membuat akta notaris harus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUJN, apabila tidak memenuhi salah satu atau beberapa unsur tersebut maka suatu akta notaris tersebut mengakibatkan kebatalan maupun pembatalan akta notaris dalam melaksanakan kewenangan maupun kewajibannya. Dalam prakteknya ada notaris yang melakukan penyimpangan atau kesalahan di dalam membuat akta notaris, baik itu disebabkan karena ketidakjujuran notaris itu sendiri atau para pihak yang menghadap. 5 Penghadap datang ke notaris agar tindakan atau perbuatannya diformulasikan ke dalam akta otentik sesuai dengan kewenangan notaris, dan kemudian notaris membuatkan akta atas permintaan atau keinginan para penghadap tersebut, maka dalam hal ini memberikan landasan kepada notaris dan para penghadap telah terjadi hubungan hukum.oleh karena itu notaris harus menjamin bahwa akta yang dibuat tersebut telah sesuai menurut aturan hukum 4 Dante Figueroa, 1997, The Evolving Role of the Latin American Notary Public, ILSP Law Journal, Washington College of Law. hlm:159 5 Lupita Maxellia. Tinjauan Yuridis Tentang Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Jurnal Private Law Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vol 2 No.4 Tahun 2014.

3 yang sudah ditentukan, sehingga kepentingan yang bersangkutan terlindungi dengan akta tersebut. 6 Arti penting dari profesi notaris disebabkan karena notaris oleh undangundang diberi wewenang untuk menciptakan alat pembuktian yang mutlak, dalam pengertian bahwa apa yang disebut dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar. 7 Kewenangan Notaris dalam membuat akta otentik salah satunya adalah membuat Akta Pendirian Yayasan. Peran notaris dalam pembuatan Akta Pendirian Yayasan adalah sangat penting. Suatu Yayasan yang didirikan sebelum adanya Undang-Undang Yayasan maka perlu dilakukan penyesuaian agar mendapat status badan hukum. Pada prakteknya ada Yayasan yang pada saat berlakunya Undang-Undang Yayasan telah ada dan telah melakukan kegiatankegiatannya yang mendasarkan pada kebiasaan, doktrin dan yurisprudensi, dan kelahiran yayasan pada waktu itu sekaligus memberikan status badan hukum yayasan artinya kelahiran yayasan itu sekaligus melahirkan subyek hukum. 8 Berlakunya Undang-Undang Yayasan berpengaruh terhadap status badan hokum suatu yayasan, ada yayasan yang diakui sebagai badan hukum dan ada yang tidak diakui sebagai badan hukum. Terhadap yayasan yang diakui sebagai badan hukum dan belum pernah melakukan penyesuaian terhadap Undang-Undang yayasan, maupun Yayasan yang tidak diakui sebagai badan hukum dan tidak melakukan penyesuaian sampai dengan tanggal 8 Oktober 2006, maka terhadap yayasan yayasan ini menerima akibat sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 71 ayat (4), yaitu tidak boleh menggunakan kata Yayasan didepan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan Keputusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. Demikian juga yayasan yang tetap diakui sebagai 6 Habib Adjie.Hukum Notaris Indonesia.Cetakan Ketiga.Refika Aditama.Bandung.2011 hlm 16. 7 R. Sugondo Notodisoeryo.Hukum Notariat Di Indonesia:Suatu Penjelasan.Jakarta.PT. Raja Grafindo Persada.1993.hlm 9 8 Henricus Subekti, Mulyoto.Yayasan Solusi dengan Berlakunya PP.No.2Tahun 2013.Yogyakarta.Cakrawala Media.2013.hlm 1.

4 badan hukum dan telah melakukan penyesuaian tetapi belum melaporkan kepada Menteri, terhadap yayasan ini menerima akibat sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008, yaitu tidak boleh menggunakan kata Yayasan di depan namanya dan harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 Undang-Undang Yayasan. 9 Penyesuaian yang dimaksud adalah penyesuaian anggaran dasar yayasan terhadap Undang-Undang Yayasan, maka diperlukan adanya perubahan anggaran dasar yayasan tersebut agar sesuai dengan Undang-Undang Yayasan. Untuk melakukan perubahan anggaran dasar maka yayasan tersebut harus menyelenggarakan rapat pleno pengurus lengkap. Apabila terjadi perubahan anggaran dasar suatu yayasan maka diperlukan peran notaris, dalam pembuatannya notaris harus sangat memegang teguh prinsip kehati-hatian memastikan kebenaran waktu, lokasi, identitas para pihak, dan isinya sehingga sama seperti kenyataannya. Notaris dalam membuat suatu akta hanya mencatat atau menuangkan suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak/penghadap ke dalam akta otentik. Notaris hanya mengkonstatir/merumuskan apa yang terjadi, apa yang dilihat, dan dialaminya dari para pihak/penghadap tersebut berikut menyesuaikan syarat-syarat formil dengan yang sebenarnya lalu menuangkannya ke dalam akta. Notaris tidak diwajibkan untuk menyelidiki kebenaran isi materiil dari akta otentik tersebut. Pada prakteknya tidak sedikit notaris yang mengalami masalah sehubungan dengan akta yang telah dibuatnya dinyatakan batal demi hukum oleh putusan pengadilan sebagai akibat ditemukannya cacat hukum dalam pembuatannya misalnya ternyata keterangan yang ada dalam akta tidak sesuai dengan kenyataannya (adanya keterangan palsu). Tidak dipungkiri bahwa saat ini 9 Ibid, hlm 3

5 banyak kasus mengenai hal tersebut, seorang notaris yang dipidana karena membuat akta dengan memasukkan keterangan palsu dalam akta yang dibuatnya. Akta notaris yang terdapat keterangan palsu dapat terjadi apabila keterangan-keterangan, identitas serta surat-surat atau dokumen-dokumen yang tidak benar yang diberikan oleh para penghadap tersebut notaris membuat akta otentik sesuai dengan kehendak para pihak. Setelah akta tersebut selesai dibuat maka akta tersebut ditandatangani oleh para pihak/penghadap, saksi-saksi dan notaris. Maka dengan demikian akta tersebut dapat disebut sebagai akta otentik yang dibuat berdasarkan keterangan palsu. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN) tidak mengatur mengenai tindak pidana khusus untuk Notaris sehingga sanksi pidana terhadap notaris tunduk terhadap ketentuan pidana umum yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Tindak pidana menyuruh mencantumkan suatu keterangan palsu dalam suatu akta otentik dilarang dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 266 KUHP. Penerapan sanksi pidana terhadap notaris harus dilihat dalam rangka menjalankan tugas jabatan notaris, artinya dalam pembuatan atau prosedur pembuatan akta harus berdasarkan aturan hukum yang mengatur hal tersebut yaitu UUJN. Sebagai contoh seperti apa yang dialami oleh Notaris Ninoek Poernomo, SH yang terkait kasus pidana di Pengadilan Negeri Surakarta. Dalam akta penyesuaian Yayasan yang dibuat terdapat keterangan palsu yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Notaris tersebut membuat akta hanya berdasar pada Fax dari salah satu pihak dan tanpa mengetahui apakah isi fax yang akan dituangkan dalam akta tersebut benar seperti kenyataan yang terjadi atau tidak. Setelah akta penyesuaian Yayasan tersebut dibuat lalu didaftarkan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetapi ditolak dan notaris tersebut mencabut pendaftaran penyesuaian yayasan sehingga akta tersebut batal dan sampai saat ini Yayasan tersebut belum berbadan hukum. Dalam kasus tersebut Notaris Ninoek

6 Poernomo, SH dijatuhi hukuman penjara 8 bulan penjara dan akta yang dibuatnya batal demi hukum karena terbukti adanya keterangan palsu. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai dasar pertimbangan hukum yang dipakai untuk memutus perkara pidana yang dilakukan oleh notaris dalam bentuk penulisan atau penelitian tesis dengan judul : SANKSI PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YAYASAN YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 1014 K/Pid/2013 ) B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana diuraikan sebelumnya,maka dapat dirumuskan permasalahan hukum yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai berikut : 1. Apa dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana pemalsuan akta otentik? 2. Bagaimana putusan hakim terhadap tindak pidana pemalsuan akta otentik dalam prespektif tugas dan wewenang notaris? C. TUJUAN PENELITIAN Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas dan pasti, karena tujuan akan menjadi sebuah pedoman dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana pemalsuan akta otentik yang dilakukan oleh notaris b. Untuk mengetahui bagaimana putusan hakim terhadap tindak pidana pemalsuan akta otentik tersebut ditinjau dari prespektif tugas dan wewenang notaris

7 2. Tujuan Subyektif a. Untuk menambah, memperluas dan mengembangkan pengetahuan penulis dalam masalah kenotariatan khususnya mengenai perbuatan hukum yang dilakukan oleh Notaris yang dapat diklasifikasikan sebagi perbuatan melawan hukum. b. Untuk memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum. c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Magister Kenotariatan dalam bidang ilmu kenotariatan pada Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. MANFAAT PENELITIAN Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana bagi pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan notaries pada khususnya, serta sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian yang berhubungan dengan perbuatanperbuatan hukum yang dilakukan notaris yang diklasifikasikan dalam ranah hukum pidana. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian dalam penulisan ini dapat memberikan masukan bagi seluruh pihak yang terkait antara lain: a. Bagi Notaris : selaku pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta otentik, maka dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pandangan agar lebih mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan tugas dan wewenang jabatan selaku pejabat publik.

8 b. Bagi masyarakat : dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang masalah-masalah dalam masyarakat yang dapat mengarah pada perbuatan pidana yang dapat dilakukan oleh notaris.