BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT WILAYAH BOGOR BARAT PERIODE SEBELUM 1945 SAMPAI 2012

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.3 Sasaran Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

- 2 - Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

ANALISIS PEMASARAN KAYU HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN LEUWISADENG, CIGUDEG, DAN JASINGA MAULIDA OKTAVIARINI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

hutan secara lestari.

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, arif dan bijaksana untuk kesejahteraan manusia serta dijaga

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

PENGANGKUTAN KAYU BUDIDAYA DARI HUTAN HAK (P.85/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2016)

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREDARAN KAYU RAKYAT

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

Leuwiliang Leuwisadeng 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Tenjolaya 070 Ciomas 070 Ciomas

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG

VI. KINERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2011

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor

Gambar 5. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR

V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Informasi Geografis

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT

PEMILIHAN JENIS POHON OLEH PETANI DALAM PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA GOBANG, KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR EUIS WAHYUNI

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah.

KARAKTERISTIK, POTENSI DAN KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR MUHAMMAD RIFQI TIRTA MUDHOFIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

Apa itu Agroforestri?

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IJIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB.

ANALISIS KESELARASAN ANTARA PENGGUNAAN LAHAN SAAT INI DENGAN ALOKASI RUANG DAN STATUS LAHAN (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR BAGIAN BARAT)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007

I. PENDAHULUAN. Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN BOGOR

LAMPIRAN 1. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor

SKPD : SKPD DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

Lampiran 1 Hasil Analisis Model Transport Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku IPHHK Jawa Timur

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTENSI DAN KELEMBAGAAN HUTAN RAKYAT Oleh: Billy Hindra 1)

TIPOLOGI DAN DINAMIKA KEBUN CAMPURAN. Tipologi Kebun

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

Transkripsi:

19 BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor penting dalam bekerja karena umur mempengaruhi kekuatan fisik seseorang. Kekuatan fisik seseorang tersebut dapat mempengaruhi produktivitas pekerjaan seseorang. Dari data yang didapatkan umur rata-rata responden yang mengelola hutan rakyat di wilayah Bogor Barat yakni berkisar 59-68 tahun dengan persentase 32,69%. Responden yang termuda adalah berumur 29 tahun dan responden tertua adalah berumur 77 tahun. Tabel 4 Karakterisrik petani hutan rakyat menurut umur No Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 29-38 4 7,69 2 39-48 10 19,23 3 49-58 16 30,77 4 59-68 17 32,69 5 69-78 5 9,62 Total 52 100,00 5.1.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pemahaman hutan rakyat, karena dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat lebih terbuka dalam menerima ilmu dan teknologi baru yang ada. Tingkat pendidikan dari semua petani yang diwawancarai dapat dilihat pada Tabel 5.

20 Tabel 5 Karakteristik petani hutan rakyat menurut tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 tidak sekolah 1 1,92 2 SR 10 19,23 3 SD 20 38,46 4 SMP 8 15,38 5 SMA 10 19,23 6 D3/S1 3 5,77 Total 52 100,00 Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar sampai SD, yaitu: sebanyak 20 orang dengan persentase sebesar 38,46%. Tingkat pendidikan paling tinggi yaitu D3/S1 sebanyak 3 sebesar 5,77% dan tingkat pendidikan terendah adalah tidak sekolah sebesar 1,92%. 5.1.3 Pekerjaan Utama Di wilayah Bogor Barat usaha hutan rakyat dianggap sebagai usaha sampingan saja, karena sebagian besar masyarakat mempunyai pekerjaan utama sebagai petani. Pekerjaan utama dari para petani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik petani hutan rakyat menurut pekerjaan utama No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Petani 37 71,15 2 Peternak 2 3,85 3 Wiraswasta 6 11,54 4 Pegawai Negeri 3 5,77 5 Perangkat Desa 1 1,92 6 Guru 3 5,77 Total 52 100,00 Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pekerjaan utama responden sebagian besar adalah sebagai petani dengan jumlah 37 orang dengan persentase sebesar 71,15%. Selain itu pekerjaan utama yang lainnya adalah sebagai peternak, wiraswasta, pegawai negeri, perangkat desa, dan guru.

21 5.1.4 Luas lahan Luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat dalam mengelola hutan rakyat berbeda-beda. Hal ini dikarenakan luas lahan yang dimanfaatkan petani hutan rakyat untuk menanam berbeda-beda. Mulai dari yang paling sempit sampai paling luas. Luas lahan petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Karakteristik petani hutan rakyat menurut luas lahan No Luas lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 <0,5 15 28,85 2 0,5-1,5 20 38,46 3 1,5-2,5 10 19,23 4 >2,5 7 13,46 Jumlah 52 100,00 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa petani hutan di wilayah Bogor Barat sebagian besar memliki lahan dengan luasan 0,5-1,5 hektar yaitu berjumlah 20 orang dengan persentase 38,46%. Sedangkan luas lahan lebih dari 2,5 hektar hanya dimiliki oleh 7 orang dengan persentase 13,46%. 5.2 Perkembangan Produksi Kayu Petani Hutan Rakyat dari Waktu ke Waktu Perkembangan produksi kayu petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat terjadi dari waktu ke waktu. Produksi yang dihasilkan petani hutan rakyat dihitung berdasarkan kegiatan penebangan yang dilakukan. Kegiatan penebangan dibagi menjadi dua jenis pohon yakni pohon jenis cepat tumbuh seperti Sengon, Akasia, dan Afrika serta pohon jenis lambat tumbuh seperti jenis Mahoni, Jengkol, Durian, Nangka dan jenis buah-buahan lainnya. Keterangan mengenai produksi didapatkan dari wawancara terhadap petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat. Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai Lampiran 14. Kegiatan penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat berbeda-beda pada jumlah dan waktu penebangan. Pada periode sebelum tahun 1945 tidak ada data yang menunjukkan kegiatan penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat di wilayah

22 Bogor Barat. Selain itu industri sawmill juga belum ada pada saat itu. Namun berdasarkan hasil wawancara disebutkan bahwa pada tahun 1940-an di Jasinga sudah ada pohon Sengon yang tumbuh secara alami. Pada periode 1945 sampai 1966 (Orde Lama) yakni pada tahun 1950-an di Parung Panjang sudah terdapat banyak pohon buah-buahan yang tumbuh alami seperti Nangka, Durian, dan Kecapi, sedangkan di Leuwiliang sudah banyak tanaman Manggis dan Sengon. Di Tenjo masyarakatnya sudah ada yang mulai menanam Sengon, Puspa, Afrika, Tamesu, dan Kisabelah. Pada tahun 1960 di Cigudeg mulai ada yang menanam pohon buah-buahan seperti Durian dan Nangka, sedangkan di Cibungbulang sudah ada pohon jenis buah-buahan dan Sengon yang tumbuh alami. Lain halnya dengan daerah Tenjo, kegiatan penebangan sudah terjadi yakni sudah ada yang menebang pohon Sengon, Puspa, dan Kisabelah yang digunakan untuk membangun Masjid. Namun jumlah pohon yang ditebang tidak terlalu banyak. Tahun 1965 di Leuwiliang mendapat bantuan bibit Sengon dan Afrika dari Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor. Selain itu sudah banyak yang menanam Sengon, Cengkeh, dan Palawija. Sedangkan di Tenjolaya sudah ada yang menanam Sengon, Afrika, Mindi, Nangka, Durian, dan sebagainya. Pada tahun 1966 petani hutan rakyat di Tenjo sudah ada yang menebang pohon seperti Sengon, Puspa, dan Afrika untuk membangun Masjid, tetapi jumlah pohon yang ditebang masih sedikit. Berikut merupakan tabel hasil penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat pada tahun 1945 sampai tahun 1966. Tabel 8 Hasil tebangan pohon cepat tumbuh tahun 1945-1966 1 1960 28,27 2 1966 10,90 1. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. 2. pohon jenis cepat tumbuh terdiri dari Sengon, Kisabelah, Afrika, Tamesu, Akasia, dan Cengkeh. Tabel 9 Hasil tebangan pohon lambat tumbuh tahun 1945-1966 1 1960 0,82 2 1966 1,20 1. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 16. 2. Pohon jenis lambat tumbuh terdiri dari Puspa, Nangka, Durian, Kecapi, Mahoni, Jengkol, Petai, Rambutan, Kemang, dan Karet.

23 Tahun 1970 masih banyak pohon Karet di Leuwiliang dan Jasinga. Selain itu, mulai ada yang menanam pohon Sengon dan Afrika serta buah-buahan seperti di Jasinga, Cigudeg, Cibungbulang, Rumpin, Sukajaya, dan Nanggung. Di daerah Cigudeg sudah ada yang menjual kayu ke tengkulak tetapi jumlah pohon yang dijual masih sedikit. Pada tahun ini mulai ada penyuluh yang datang di daerah Cibungbulang. Di Pamijahan, Ciampea, Leuwisadeng, dan Tenjolaya mulai ada yang menanam Sengon dan Afrika pada tahun 1978. Pada tahun ini juga di Leuwiliang mendapat bantuan bibit Pinus dari Perhutani Jawa Barat yang ditanam di tanah garapan. Selain itu, pemasaran sudah terjadi pada masa ini. Pada tahun 1980-an di Leuwiliang pohon Karet diganti menjadi pohon Cengkeh, sedangkan di Cigudeg, Pamijahan, Rumpin, Leuwisadeng, Parung Panjang, dan Nanggung sudah banyak dilakukan penebangan yang hasilnya untuk dijual. Harga Sengon mulai baik di daerah Jasinga. Industri sawmill sudah ada di Cibungbulang pada tahun ini. Tahun 1986 petani hutan rakyat di Tenjo telah ada yang melakukan kegiatan penjarangan pada pengelolaan lahan mereka. Pada tahun 1990-an kegiatan penanaman juga makin banyak dilakukan oleh petani hutan rakyat terutama untuk pohon jenis Sengon, Afrika, dan Akasia. Selain itu, makin banyak petani hutan rakyat yang melakukan penebangan. Peluang pemasaran kayu juga semakin bagus. Kegiatan penebangan yang terjadi menghasilkan produksi kayu yang cukup tinggi dan hampir tiap tahun terjadi. Pohon yang ditebang sudah diperuntukkan untuk dijual. Selain itu, Pada tahun 1990-an sawmill mulai banyak yakni di Leuwisadeng dan Nanggung. Berikut merupakan tabel hasil penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat pada tahun 1967-1998.

24 Tabel 10 Hasil tebangan pohon cepat tumbuh tahun 1967-1998 1 1969 27,53 2 1975 133,09 3 1980 222,81 4 1982 288,36 5 1985 259,55 6 1988 977,76 7 1990 144,72 8 1992 100,00 9 1994 546,43 10 1995 73,79 11 1997 144,24 12 1998 500,52 1. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 17. 2. Pohon jenis cepat tumbuh terdiri dari Sengon, Kisabelah, Afrika, Tamesu, Akasia, dan Cengkeh. Tabel 11 Hasil tebangan pohon lambat tumbuh tahun 1967-1998 1 1969 3,22 2 1980 15,35 3 1986 14,45 4 1990 0,38 5 1992 12,89 6 1994 0,80 7 1995 5,55 8 1998 5,60 1. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran18. 2. Pohon jenis lambat tumbuh terdiri dari Puspa, Nangka, Durian, Kecapi, Mahoni, Jengkol, Petai, Rambutan, Kemang, dan Karet. Pada tahun 1998-an semakin banyak petani hutan rakyat yang melakukan penebangan seperti di Pamijahan, Ciampea, Leuwiliang dan Tenjolaya. Jenis pohon yang ditebang adalah Sengon, Afrika, Rambutan dan Kemang. Penebangan juga terjadi pada tahun-tahun berikutnya dan semakin banyaknya petani hutan rakyat yang melakukan kegiatan penanaman sehingga pada tahun 2005 Sengon menjadi trend di wilayah Bogor Barat. Selain itu, pada tahun 2000-an di Sukajaya, Pamijahan, Rumpin, dan Nanggung makin banyak bermunculan sawmill. Berikut

25 merupakan hail penebangan kayu yang berasal dari hutan rakyat di wilayah Bogor Barat pada tahun 1998 sampai tahun 2012. Tabel 12 Hasil tebangan pohon cepat tumbuh tahun 1998-2012 1 1998 500,52 2 1999 86,36 3 2000 1.429,14 4 2002 196,86 5 2003 961,87 6 2004 219,83 7 2005 923,50 8 2006 152,11 9 2007 372,48 10 2008 649,81 11 2009 1.318,45 12 2010 271,21 13 2011 1.460,17 14 2012 351,64 1. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 19. 2. Pohon jenis cepat tumbuh terdiri dari Sengon, Kisabelah, Afrika, Tamesu, Akasia, dan Cengkeh. Tabel 13 Hasil tebangan pohon lambat tumbuh tahun 1998-2012 1 1998 5,60 2 1999 7,93 3 2000 137,69 4 2002 1,75 5 2004 3,29 6 2005 8,25 7 2006 49,21 8 2007 67,42 9 2008 208,71 10 2009 763,46 11 2010 18,60 12 2011 3,96 13 2012 2,72 1. Data dapat dilihat pada Lampiran 20. 2. Pohon jenis lambat tumbuh terdiri dari Puspa, Nangka, Durian, Kecapi, Mahoni, Jengkol, Petai, Rambutan, Kemang, dan Karet.