PEDOMAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS WONOSARI II

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS GEMAHARJO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS SUKAMARA

STANDAR TERKINI PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT (PGRS)

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK TENAGA GIZI

PENINGKATAN PELAYANAN GIZI DALAM MENUNJANG AKREDITASI PUSKESMAS

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI UPT PUSKESMAS CARINGIN TAHUN 2016

DISAMPAIKAN OLEH IBNU FAJAR, SKM, MKES

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PANDUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT AULIA TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

PEDOMAN PELAYANAN TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT LAVALETTE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

Masalah Gizi di Indonesia dan Posisinya secara Global

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PERAN AHLI GIZI DI BIDANG KLINIK brought to you by: Restu, Jen, Arin, Duhita, Rafifa, sopo neh PJ HO Etika Profesi

KATA PENGANTAR. Sampang, Desember 2015 Tim Penyususn,

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK BALITA

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KARANG MULYA NOMOR : 445 / R0/SK/KM/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DTP GUNUNGKENCANA JL. Gunungkencana- Bojongmanik Kode pos Telp

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN BAGIAN GIZI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2017 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Program perbaikan gizi masyarakat telah berjalan puluhan tahun, namun

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

PANDUAN PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016

Materi Konsep Kebidanan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

Transkripsi:

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS WONOSARI II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan serta didorong oleh kebutuhan akan acuan pelaksanaan pelayanan gizi yang komprehensif maka diperlukan Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Wonosari II yang membahas kegiatan pelayanan gizi secara menyeluruh baik di Puskesmas Wonosari II. Oleh karena itu, maka disusunlah Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Wonosari II. Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi di Puskesmas Wonosari II untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II.

B. Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum: Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II 2. Tujuan Khusus: a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas Wonosari II. b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas Wonosari II. c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/klien di Puskesmas Wonosari II. d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II. C. Sasaran Pedoman 1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di Puskesmas Wonosari II 2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Sektor terkait D. Ruang Lingkup Pedoman 1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas 2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung 3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung 4. Pencatatan dan Pelaporan 5. Monitoring dan evaluasi E. Batasan Operasional Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling bagi jemaah haji. 1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui

pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan. 3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesanpesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan. 5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh. 7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK). 8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. 9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan

mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya. 10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien. 11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi. 12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi. 14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll. 15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll. 16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung. 17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas. 18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. 19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. 20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimuai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan gizi. 21. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien di rawat inap. Intervensi gizi rawat inap mencakup kegiatan konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan makanan dan pergantian jenis diet apabila diperlukan. 22. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut pasien/klien. 23. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi. 24. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik, dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri. 25. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya. 26. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik secara vertikal maupun horisontal. 27. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

28. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang pasien berisiko malnutrisi, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus. 29. Technikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan penyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregristrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 30. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR), dan Registered Dietisien (RD). 31. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka pelaksanaan tugas perbaikan gizi di Puskesmas dapat dilakukan oleh Tenaga Pelaksa Gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat atau bidan. 32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki kemampuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. 33. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi. 34. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di Puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter (umum/ spesialis), tenaga gizi, perawat dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu. BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tenaga gizi Puskesmas Wonosari II ditunjuk untuk melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas melibatkan dokter, perawat, bidan, petugas farmasi, dan analis laboratorium. Dalam upaya pelaksanaan pelayanan program gizi juga melibatkan sektor terkait yaitu: Camat, PKK,

penanggung jawab KB, agama, pendidikan dan sektor terkait lainnya dengan kesepakatan peran masing-masing. B. Distribusi Ketenagaan Pengaturan dan penjadwalan pelayanan upaya gizi dikoordinir oleh tenaga gizi Puskesmas sesuai dengan kesepakatan. C. Jadwal Kegiatan Jadual pelaksanaan kegiatan pelayanan upaya gizi disepakati dan disusun bersama dengan lintas program dan sektor terkait. BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang B. Standar Fasilitas 1. Persyaratan prasarana : a) Sanitasi (1) Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan wastafel dengan debit air mengalir yang cukup. (2) Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup. b) Ventilasi

(1) Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga. Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas lantai ruangan (2) Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan lainnya. c) Pencahayaaan (1) Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami. (2) Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik (200 lux). d) Listrik (1) Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/perlengkapan dengan jumlah + 2 titik. 2. Persyaratan Peralatan/Perlengkapan Peralatan/perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara lain : a) Meja b) Kursi c) Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet penyakit, dll) d) Standar Makanan Diet, Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita dan Anak, Tab e l I M T, d l l e) Food Model f) Daftar Bahan Penukar Makanan g) Alat ukur antropometri (timbangan berat badan (beambalance), microtoise, skin fold calliper, pita LiLA, dll) BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Lingkup Kegiatan 1. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung Pelayanan gizi rawat jalan meliputi : a). Pengkajian gizi b). Penentuan diagnosis gizi c). Intervensi gizi

d). Monitoring dan evaluasi asuhan gizi 2. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain: a). Edukasi gizi/ Pendidikan gizi b). Konseling ASI Eksklusif dan PMBA c). Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di Posyandu d). Pengelolaan pemberian kapsul vitamin A e). Pengelolaan pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan ibu nifas f). Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putrid dan WUS g). Pengelolaan pemberian MP-ASI dan PMT Pemulihan h). Pemulihan gizi berbasis masyarakat (PGBM) i). Surveilens gizi j). Pembinaan gizi di institusi k). Kerjasama lintas sektor dan lintas program B. Metode Pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wonosari II. Pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung. Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. C. Langkah Kegiatan 1. Persiapan a. Diseminasi informasi upaya gizi pada pembina desa dan pihak lain yang terkait. b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan dalam pelayanan gizi 2. Perencanaan a. Merencanakan teknis kegiatan upaya gizi dengan lintas sektoran terkait b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan upaya gizi 3. Pelaksanaan

a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor dari Puskesmas b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan upaya gizi 4. Melaksanaan kegiatan upaya gizi sesuai dengan jadual yang telah disusun dan disepakati bersama.. 5. Monitoring evaluasi a. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan upaya gizi 6. Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan gizi a. Mencatat dan melaporkan pelaksanaan kegiatan gizi BAB V LOGISTIK Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya gizi direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda program gizi yang akan dilaksanakan. BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan. BAB VII KESELAMATAN KERJA Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU Kinerja pelaksanaan upaya gizi di monitor dan di evaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut: 1.Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual 2.Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3.Ketepatan metoda yang digunakan 4.Tercapainya indikator Standar Pelayanan Minimal Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan. BAB IX PENUTUP Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan pelayanan upaya gizi dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan pelayanan upaya gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.