Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving pada Konsep Persamaan Linear Satu Variabel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah : siswa dan terkait variasi informasi yang ada pada soal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian, pada bab ini akan

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan desain penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH JAJARGENJANG PADA PEMBELARAN MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR Lukman Nurdin Hj. Epon Nur aeni L.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Khususnya di Indonesia matematika sudah diajarkan sejak dalam. pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah.

MENGATASI HAMBATAN BELAJAR SISWA DALAM MENGGAMBAR GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS DI SMP

Desain Didaktis Bahan Ajar Matematika SMP Berbasis Learning Obstacle dan Learning Trajectory

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

Desain Didaktis Konsep Mengukur Sudut di Kelas V Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Implementasi Pendekatan Guided discovery dalam Game Edukasi Matematika untuk Siswa SMP

P 32 MODEL DISAIN DIDAKTIS PEMBAGIAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

Ely Syafitri, S.Pd Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) Oleh:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KLS VIII

2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tri Aprianti Fauzia, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Koneksi Matematis Pada Bangun Ruang Sisi Lengkung

P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matermatika yang dilakukan di Indonesia kira-kira seperti yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

Kelengkapan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Persamaan Nilai Mutlak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB III METODE PENELITIAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 1 Nomor 1, Juni 2015 p-issn: e-issn: Halaman 111

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah et.al open ended

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Pengembangan Desain Didaktis Materi Pecahan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN LANGKAH POLYA

BAB III METODE PENELITIAN

\MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK)TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTS AL-I ANAH KOSAMBI

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dalam mengolah data mulai dari

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

BAB III METODE PENELITIAN A.

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONECTED MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS GURU DAN CALON GURU MATEMATIKA MENGGUNAKAN DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR)

IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS SMA

Kata Kunci: Didactical Design Research

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving pada Konsep Persamaan Linear Satu Variabel Adila Irawan Program Studi Magister Pendidikan Matematika SPs Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Mrs.adit02@gmail.com PM -94 Abstrak--- Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman konsep dasar dan pengalaman belajar siswa dalam mengerjakan soal-soal dengan variasi konteksdan problem solving pada konsep persamaan linear satu variabel sehingga muncul suatu learning obstacle (hambatan belajar).learning obstacle pada penelitian ini berupa hambatan epistimologis pada konsep tersebut.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan desain didaktis problem solving pada konsep persamaan linear satu variabel.metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain penelitian berupa penelitian desain didaktis. Penelitian ini melibatkan subjek penelitian pada lima sekolah menengah di Kota Bandung. Teknik pengumpulan data yaitu dengan tes, wawancara, dan dokumentasi..hasil dari penelitian ini adalah suatu desain didaktis yang dapat dijadikan alternatif desain pembelajaran pada konsep persamaan linear satu variabel. Kata kunci:problem solving, learning obstacle, desain didaktis I. PENDAHULUAN Matematika merupakan alat bantu kehidupan dan pelayan bagi ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi maupun matematika sendiri, maka dari itu pembelajaran matematika sangatlah penting. Setiap orang senantiasa akan bertemu dengan matematika, baik itu dalam pembelajaran formal, non formal maupun dalam kehidupan praktis sehari-hari.tetapi sangat memprihatinkan jika melihat kenyataan bahwa prestasi matematika di Indonesia baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Kualitas yang dicapai dalam pendidikan matematika dan sains di Indonesia masih berada di papan bawah, hal itu tercermin dari hasil tes Programme for Internasional Student Assessment (PISA) tahun 2012 kemampuan matematika siswa SMP Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negaramenurut referensi [1]. Salah satu soal yang diujikan pada PISA adalah materi aljabar (didalamnya termasuk persamaan linear satu variabel).oleh karena itu, materi persamaan linear satu variabel (PLSV) penting untuk dikuasai siswa dengan baik.salah satu penyebab timbulnya kesalahan yang dilakukan siswa dalam konsep persamaan linear satu variabel adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep aljabar yang cenderung abstrak danmenurut referensi [2], penelitian terhadap 3 kelas siswa yang berusia 12 dan 13 tahun menemukan bahwa para siswa siap mengetahui bagaimana menyelesaikan jenis persamaan dan, dengan menganggap sebagai persamaan aritmatika. Tetapi mereka tersebut belum siap memandang jenis persamaan dan sebagai persamaan aljabar.plsv merupakan salah satu materi yang menjadi dasar dalam mempelajari aljabar dan menjadi prasyarat untuk mempelajari aljabar pada tingkatan selanjutnya, sehingga siswa diharapakan untuk mampu memahami konsep dalam keterampilan aljabar dan dapat memberikan prediksi penyelesaian ketika dihadapkan pada soal problem soving.bentuk dasar dalam persamaan variabel dikatakan sebagai level tingkatan siswa dalam mempelajari PLSV. Terdapat 4 jenis level atau bentuk dasar dalam PLSV dalam referensi [2], yaitu : ; (1) (2) (3) (4) Guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas diharapkan memberikan latihan berupa soalsoal problem solving. Soal problem solving ini sebagai stimulus bagi siswa untuk berlatih menyusun rencana strategi penyelesaian agar mendapatkan jawaban terhadap masalah yang tengah dihadapinya berdasarkan langkah-langkah pada strategi penyelesaian problem solving.referensi [2] membedakan problem solving aljabar dari problem solving aritmatika dengan ciri bahwa dalam aljabar disyaratkan 651

ISBN. 978-602-73403-0-5 pertama rumuskan kemudian hitung. Langkah-langkah menyelesaikan soal problem solving yang berkait dengan persamaan linear adalah : (1) understand the problem, (2) devising a plan, (3) carrying out the plan, (4) looking back. Dalam mengembangkan suatu pembelajaran konsep PLSV upaya guru yang seharusnya dilakukan adalah menyusun rancangan pembelajaran (Desain Didaktis) sebagai langkah awal sebelum pembelajaran.desain didaktis merupakan suatu rancangan bahan ajar yang disusun untuk mengarahkan siswa pada pembentukan pemahaman secara utuh tidak terbatas hanya satu konteks saja.desain didaktis disusun berdasarkan penelitian mengenai hambatan belajar (learning obstacle) dalam hal ini merupakan hambatan epistimologis suatu materi dalam pembelajaran matematika.referensi [3] mengemukakan bahwa hambatan epistimologis hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu. Jika dihadapkan pada konteks yang berbeda maka seseorang akan mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Referensi [3] mengemukakan bahwa learning obstacle khususnya yang bersifat epistimologis merupakan salah satu aspek pertimbangan guru dalam mengembangkan antisipasi didaktik dan pedagogik. Suatu desain didaktis yang berorientasi pada penelitian mengenai hambatan-hambatan yang dialami siswa khususnya hambatan epistimologis pada konsep PLSV diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang membantu siswa dalam proses pemahaman konsep PLSV tersebut. Penelitian ini berfokus pada masalah : (1) bagaimana karakteristik learning obstaclesiswa dalam problem solving konsep persamaan linear satu variabel? (2) bagaimana desain bahan ajar yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil temuan learning obstacle? (3) bagaimana desain didaktis revisi berdasarkan respon terhadap desain didaktis awal? II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model penelitian desain didaktis.fokus penelitian ini adalah mengkaji learning obstacle konsep PLSV yang kemudian menjadi dasar untuk merancang suatu desain didaktis yang dapat mengatasi learning obstacle tersebut.secara umum, penelitian ini memiliki tiga langkah formal menurut referensi [3],yaitu: A. Analisis Situasi Didaktis, dilakukan sebelum pembelajaran diwujudkan berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk Antisipasi Didaktis Pedagogis B. Analisis Metapedadidaktik C. Analisis Retrosfektif., merupakan analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktik Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes dan non tes.pelaksanaan uji instrumen tes tertulis terdiri dari tes seleksi dan tes kemampuan.tes seleksi berfungsi untuk mereduksi subjek agar penelitian terfokus.subjek yang terpilih kemudian melakukan tes kemampuan untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai strategi penyelesaian dan learning obstacle pada subjek tersebut.instrument tes baik tes seleksi maupun tes kemampuan keduanya berbentuk essay.sebelum diujikan butir tes terlebih dahulu dilakukan analisis validitas melalui judgement atau validitas ahli.sedangkan untuk instrumen non tes digunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian ini melibatkan lima sekolah menegah di Kota Bandung, yaitu SMP Negeri 1 Bandung, SMP Negeri 44 Bandung, SMP Negeri 31 Bandung, SMA Negeri 6 Bandung dan SMA Negeri 23 Bandung. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data dan implementasi. Subyek penelitian dalam pengambilan data untukmengidentifikasi learning obstacle awal adalah siswa kelas VII SMP sebanyak 119 orang dan kelas X SMA sebanyak 77 orang. Namun yang dijadikan acuan dalam penelitian ini sebanyak 18 siswa SMP dan 12 siswa SMA yang diambil dari hasil tes seleksi dengan skor 3 siswa tertinggi dan 3 siswa terendah pada setiap sekolah.kemudian untuk implementasi desain didaktis bahan ajarkonsep PLSV dilakukan pada siswa SMP Negeri 44 Bandung. Teknik analisis data yang digunakan adalah berdasarkan Miles dan Huberman 1984 dalam referensi [4] mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diantaranya mencakup learning obstacle konsep PLSV, desain didaktis awal dan desain didaktis revisi. A. Learning Obstacle Konsep PLSV Berdasarkan hasil tes seleksi ditemukan beberapa learning obstacle : 1) Learning Obstacle tipe 1 652

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Learning obstacle tipe 1 yang muncul berkenaan dengan aspek kematangan berpikir siswa dalam pemahaman masalah siswa saat memodelkan suatu masalah pada soal sederhana yaitu soal bentuk dasar PLSV dengan level 2. Gambar 1 Learning Obstacle tipe 1 Berdasarkan hasil jawaban di atas, semua siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut.siswa tidak dapat memodelkan informasi yang mereka peroleh ke dalam kalimat matematika dalam hal ini ke dalam bentuk notasi matematika.soal ini sederhana jika siswa memiliki pemahaman konsep PLSV secara utuh. 2) Learning Obstacle tipe 2 Learning obstacle tipe 2 berkenaan dengan soal aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang lebih kompleks dari soal sebelumnya yaitu soal bentuk dasar PLSV level 4. Gambar 2 Learning Obstacle tipe 2 Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas siswa dapat mengerjakan soal namun siswa tidak dapat memodelkan informasi ke dalam bentuk kalimat matematika dalam hal ini ke dalam bentuk aljabar menggunakan pemisalan atau variabel.kebingungan siswa dalam mengkonstruksi kalimat matematika diakibatkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki dan minimnya pengalaman belajar yang dimiliki siswa.selain itu siswa jarang menemukan bahan ajar yang berisi soal-soal yang lebih kompleks khususnya untuk soal aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.bahan ajar yang digunakan siswa biasanya telah dikonstruksi sehingga siswa hanya tinggal menghitung dan menyelesaikan pengerjaannya saja. 3) Learning Obstacle tipe 3 Learning obstacle tipe 3 berkenaan dengan koneksi konsep PLSV dengan konsep matematika lain.soal di bawah ini merupakan soal konsep PLSV yang berkoneksi dengan operasi aljabar dan konsep bangun datar. Soal ini merupakan soal bentuk dasar PLSV level 3. Gambar 3 Learning Obstacle tipe 3 653

ISBN. 978-602-73403-0-5 4) Learning Obstacle tipe 4 Learning obstacle tipe 4 berkenaan dengan concept image pada materi prasayarat, yaitu operasi bilangan bulat dan operasi bentuk aljabar. B. Desain DidaktisAwal. Gambar 4 Learning Obstacle tipe 4 Learning obstacle pada konsep PLSVmuncul setelah dilakukan uji instrument berupa tes kemampuan.peneliti kemudian merumuskan desain didaktis berupa lembar kerja siswa yang terdiri dari lembar kerja individu dan lembar kerja kelompok.pada desain ini disajikan beberapa latihan soal dalam kehidupan sehari-hari yang dikonstruksi ke dalam model matematika untuk dapat meningkatkan siswa dalam problem solving terkait konsep persamaan linear satu variabel.soal-soal yang disajikan pada bagian ini berupa LKS dan disajikan secara bertahap. Permasalahan yang disajikan di lembar kerja siswa terdiri atas soal rutin dan soal non-rutin serta mewakili seluruh level soal persamaan linear satu variabel, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman ketika mengerjakan soal-soal tersebut.pada lembar kerja siswa tersebut, siswa diarahkan dagar memahami langkah-langkah dalam mengonstruksi pemodelan matematika dari permasalahan yang diketahui pada soal.situasi didaktis pertama mengenai permasalahan sehari-hari yaitu tentang umur, sebagai berikut. Umur Vera 4 tahun kurangnya dari umur Togar.Jika jumlah umur mereka 24 tahun, tentukan umur mereka masing-masing. Untuk membantu proses berfikir siswa, maka diajukan pertanyaan-pertanyaan: Apa saja yang kamu ketahui dari permasalahan di atas? Bagaimanakah model matematika yang dapat dibuat dari permasalahan di atas? Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan agar siswa dapat mengerti permasalahan pada soal sehingga siswa dapat mengonstruksi pemodelan permasalahan dengan baik. Karena menurut referensi [5] pemodelan matematika memerlukan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Identifying factors and variables in a problem 2. Listing assumptions 3. Recognizing relative impact of terms 4. Knowing units and dimensions of quantities 5. Knowing behavior of relationships Soal ini bertujuan agar siswa dapat memahami pemodelan matematika dari soal rutin dan menjadikan langkah pengerjaan pada soal ini sebagai pijakan dalam pengerjaan soal-soal berikutnya yang memiliki kesulitan secara bertahap. Situasi didaktis kedua berupa sajian konteks soal yang hampir sama dengan situasi didaktis pertama yaitu tentang umur, tetapi untuk soal ini diperlukan pemahaman lebih karena soal ini merupakan soal non-rutin yang masih sederhana. Setengah usia Mike sekarang adalah sepertiga usia Mike ditambah 10. Berapakah usia Mike sekarang? Siswa harus benar-benar memahami permasalahan yang ada pada soal. Jika siswa dapat memahaminya maka akan lebih mudah dalam mengonstruksi pemodelan matematikanya. Dari soal tersebut diketahui setengah umur mike adalah sepertiga ditambah sepuluh, jika dikonstruksi menjadi 654

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 pemodelan matematika dengan pemisalan usia mike adalah. Diperoleh. Siswa harus mencari umur Mike sekarang ini dengan menyelesaikan persamaan agar mendapatkan nilai. Kemudian siswa diberi pertanyaan tambahan yang ditujukan agar siswa terbiasa dengan permasalahan yang solusinya tidak berhenti hanya dengan menyelesaikan persamaan linear satu variabel.berikut pertanyaan tambahan pada soal ini. Dapatkah kamu menghitung berapa tahun lagi agar Mike berumur tiga perempat abad? Situasi didaktis ketiga yaitu berkenaan dengan koneksi konsep Persamaan Linear Satu Variabel dengan konsep Bangun Datar. Permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut Diketahui ukuran panjang kebun adalah 6 meter lebih panjang dari ukuran lebarnya.sedangkan keliling kebun adalah 56 meter. Dapatkah kamu menemukan ukuran panjang dan lebar kebun tersebut? Jika ia, bagaimanakah cara menemukannya? Untuk memulai soal ini, siswa harus memiliki pengetahuan awal mengenai rumus keliling persegi panjang.sebelum siswa memulai pengerjaan permasalahan ini diharapkan guru mrngingat kembali ingatan siswa tentang rumus-rumus pada persegi panjang baik rumus keliling maupun rumus luas. Setelah siswa mengetahui bahwa keliling persegi panjang = atau bisa ditulis. Sehingga diperoleh persamaan (1) = 56. Penyelesaian persamaan matematika ini yang menuntun siswa dalam menemukan panjang dan lebar persegi panjang tersebut. Pada soal diketahui panjang persegi panjang tersebut 6 meter lebih panjang dari lebarnya yang berarti. Diberikan pertanyaan tambahan pada soal ini yang bertujuan melihat pemahaman siswa dalam konsep bangun datar.berikut pertanyaan-pertanyaan tambahan yang diberikan. Jika kebun tersebut akan ditanami singkong dengan biaya Rp.12.000 per meter persegi maka berapa biaya yang harus disiapkan oleh petani? Jika kebun tersebut akan dipagari oleh petani dengan biaya Rp. 8.000 per meter maka berapa biaya yang harus disiapkan oleh petani? Tiga situasi didaktis yang telah disebutkan diatas disajikan dalam bentuk Lembar Kerja Individu.Setelah siswa selesai mengerjakan Lembar Kerja Individu kemudian siswa diberikan Lembar Kerja Kelompok.Berikut soal-soal yang ada pada Lembar Kerja Kelompok. 1. Mesin A, mesin B dan mesin C adalah tiga mesin penghasil galon mineral yang berbeda. Dalam satu minggu mesin A menghasilkan 4 kali lebih banyak galon dari mesin B. Mesin C menghasilkan 400 lebih banyak galon dari mesin A. Ketiga mesin tersebut bekerja bersama-sama dan menghasilkan 20.200 galon selama satu minggu. Berapa galon yang dihasilkan dari tiap-tiap mesin selama satu minggu itu? 2. Dua mahasiswa bernama Peter dan Marry memutuskan untuk mengumpulkan uang dengan menjual buku kimia bekas dan buku fisika bekas. Mereka menjual 27 buah buku dan mendapatkan uang sebesar Rp. 1.000.000 dari penjualan buku-buku tersebut. Jika buku kimia yang dijual seharga Rp. 30.000 tiap buku dan buku fisika yang dijual seharga Rp. 40.000 tiap buku, berapa banyak masing-masing buku yang mereka jual? (berapa buku fisika dan berapa buku kimia?) Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengkonstruksi pemodelan matematika dalam permasalahan pada Lembar Kerja Kelompok maka siswa tetap diberikan stimulus berupa petanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan siswa yang terdapat pada Lembar Kerja Individu.Siswa diminta mempelajari kembali Lembar Kerja Individu yang telah diselesaikan sebelumnya.desain didaktis yang telah dirumuskan diharapkan mampu mengatasi learning obstacle yang muncul sebelumnya. C. Implementasi Desain Didaktis Awal Desain didaktis awal yang telah disusun kemudian diimplemantasikan di sekolah yang telah ditentukan.implementasi tersebut dilakukan di kelas VII yang terdiri dari 35 siswa.pada tahap implementasi ini, peneliti mengobservasi seluruh respon yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Tahap pertama peneliti memperkenalkan konsep PLSV di awal pembelajaran dengan memberi kajian kontekstual seperti permasalahan berikut ini : Sherly membeli pensil sebanyak 20 buah, sesampainya di rumah, adiknya meminta beberapa pensil, ternyata pensilnya sisa 17 buah, berapa pensil yang diminta adiknya? Jika Sherly membutuhkan 7 pensil 655

ISBN. 978-602-73403-0-5 dan sisanya dibagikan rata kepada kedua adiknya, berapa pensil yang diterima oleh masing-masing adiknya? Pada permasalahan di atas : a. Jika banyak pensil yang diminta oleh adik Sherly dimisalkan buah, maka diperoleh kalimat matematika : 1) Manakah variabel atau peubah pada kalimat itu? 2) Ada berapa variabelnya? 3) Apakah merupakan kalimat terbuka? 4) Pada kalimat menggunakan tanda hubung 5) Pada kalimat pangkat tertinggi dari variabelnya adalah satu Kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung = disebut persamaan. Jika pangkat tertinggi dari variabel suatu persamaan adalah satu maka persamaan itu disebut persamaan linear. Persamaan linear yang hanya memuat satu variabel disebut PLSV. Jadi 20 x = 17 merupakan salah satu contoh PLSV. b. Jika jumlah pensil yang diperoleh masing-masing adik Sherly dimisalkan n, maka diperoleh persamaan 1) Jika diganti dengan 3, maka kalimat itu menjadi : 7 + 2(3) = 13, dan pernyataan ini bernilai salah. 2) Jika diganti dengan 5, maka kalimat itu menjadi :, dan pernyataan ini bernilai benar. Pengganti supaya menjadi benar adalah 5.Pengganti variabel yang mengakibatkan persamaan bernilai benar disebut penyelesaian PLSV.Tahap selanjutnya dalam implementasi yaitu pemberian Lembar Kerja Individu yang dilanjutkan dengan Lembar Kerja Kelompok. D. Desain Didaktis Revisi Desain didaktis revisi disusun berdasarkan desain didaktis awal dan respon yang terjadi saat implementasi.pada desain didaktis awal, bentuk penyajian adalah berupa Lembar Kerja Individu dan Lembar Kerja Kelompok, tetapi pada saat implementasi karena keterbatasan waktu dalam pengerjaan dan pembahasan jawaban-jawaban Lembar Kerja Individu sehingga perlu dibuat penyajian baru untuk mengatasi hal tersebut. Berikut disajikan penjelasan desain didaktis revisi dalam bentuk tabel. Tabel 1 Situasi Didaktis Awal, Temuan Masalah dan Situasi Didaktis Revisi Situasi Didaktis Awal Temuan Masalah Didaktis Revisi Umur Vera 4 tahun kurangnya dari umur Togar. Jika jumlah umur mereka 24 tahun, tentukan umur mereka masing-masing. Setengah usia saya sekarang adalah sepertiga usia saya ditambah 10 tahun. Berapa tahun lagi saya akan berumur seperempat abad? 100% siswa memberikan respon sesuai dengan prediksi yang telah dibuat sebelumnya. Soal ini dapat dikerjakan siswa secara individu, walaupun masih terdapat lima orang siswa yang perlu dibantu dalam membuat pemisalan. Untuk respon jawaban siswa pada situasi didaktis ini sesuai dengan prediksi yang dibuat dan siswa tidak mengalami kesulitan terutama setelah diberikannya arahan-arahan yang guru berikan. Karena tidak ditemukannya masalah pada situasi didaktis tersebut, maka situasi didaktis dapat dipertahankan dan tidak diperlukan perbaikan. Karena tidak ditemukannya masalah pada situasi didaktis tersebut, maka situasi didaktis dapat dipertahankan dan tidak diperlukan perbaikan. Namun karena soal ini merupakan soal dengan level 3 sehingga urutannya dirubah menjadi soal dengan no.3 pada Desain Didaktis Revisi. Diketahui ukuran panjang kebun adalah 6 meter lebih panjang dari ukuran lebarnya. Sedangkan keliling kebun Situasi didaktis pada soal yang berkoneksi dengan materi persegi panjang ini tergolong pemodelan yang masih sederhana. Siswa Tidak ditemukan masalah yang signifikan pada situasi didaktis ini hanya saja untuk instruksi mengonstruksi gambar kebun 656

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 adalah 56 meter. Jika kebun akan ditanami singkong dengan biaya Rp.12.000 per meter persegi maka berapa biaya yang harus disiapkan oleh petani? Jika kebun tersebut akan dipagari oleh petani dengan biaya Rp. 8.000 per meter maka berapa biaya yang harus disiapkan oleh petani? Mesin A, mesin B dan mesin C adalah tiga mesin penghasil galon mineral yang berbeda. Dalam satu minggu mesin A menghasilkan 4 kali lebih banyak galon dari mesin B. Mesin C menghasilkan 400 lebih banyak galon dari mesin A. Ketiga mesin tersebut bekerja bersama-sama dan menghasilkan 20.200 galon selama satu minggu. Berapa galon yang dihasilkan dari tiap-tiap mesin selama satu minggu itu? Dua mahasiswa bernama Peter dan Marry memutuskan untuk mengumpulkan uang dengan menjual buku kimia bekas dan buku fisika bekas. Mereka menjual 27 buah buku dan mendapatkan uang sebesar Rp. 1.000.000 dari penjualan buku-buku tersebut. Jika buku kimia yang dijual seharga Rp. 30.000 tiap buku dan buku fisika yang dijual seharga Rp. 40.000 tiap buku, berapa banyak masing-masing buku yang mereka jual? (berapa buku fisika dan berapa buku kimia?) mengalami sedikit kesulitan dalam memahami maksud dari soal yang terkait pada bentuk aljabar. Sehingga dalam soal ini siswa membutuhkan waktu yang lama, untuk mengatasinya dapat diberikan dengan contoh bentuk aljabar yang ekuivalen. Situasi didaktis pada bagian ini siswa diberikan soal yang tergolong kompleks. Dibutuhkan pemahaman dari maksud yang disampaikan pada soal ini. Siswa terlihat cukup kesulitan meskipun pengerjaan soal ini dilakukan secara berkelompok, selain itu keterbatasan waktu sehingga soal ini belum sempat dibahas pada diskusi kelas. Pada awalnya siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal ini. Siswa mengalami kesulitan saat mengonstruksi pemodelan dengan satu variabel. Setelah diberikan contoh masalah sederhana dan arahan-arahan sederhana kesulitan dapat teratasi. perlu dihilangkan karena kurang efektif ketika pembelajaran berlangsung sehingga siswa diberikan keleluasaan dalam berfikir perlu tidaknya sebuah gambar dalam membantu penyelesaian masalah ini. Karena soal ini merupakan soal dengan level 2 sehingga soal ini diubah urutannya dalam Desain Didaktis Revisi menjadi soal dengan no.2. Dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa dalam mengonstruksi soal-soal yang kompleks ke dalam model matematika. Sehingga dapat memantapkan siswa akan konsep pemodelan. Maka dari itu, soal pada bagian ini dipertahankan. Pada bagian ini dibutuhkan waktu yang sedikit lama untuk siswa memahami soal tersebut. Oleh karena itu soal tersebut dapat dijadikan tugas mandiri bagi siswa dalam memantapkan kembali konsep pemodelan. Pada Lembar Kerja Individu peneliti mengubah urutan soal sesuai dengan level soal bentuk dasar PLSV. Selain itu untuk soal pada lembar kerja kelompok hanya satu dan sisanya dijadikan tugas mandiri untuk siswa latihan. A. SIMPULAN IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Learning obstacle yang ditemukan terkait konsep persamaan linear satu variabel, terbagi menjadi 4 tipe, yaitu : a. Learning obstacle tipe 1, yaitu berkenaan dengan kematangan berpikir siswa dalam pemahaman masalah siswa saat memodelkan suatu masalah sederhana pada soal. 657

ISBN. 978-602-73403-0-5 b. Learning obstacle tipe 2, yaitu berkenaan dengan soal aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang lebih kompleks dari soal sebelumnya. c. Learning obstacle tipe 3, yaitu berkenaan dengan koneksi konsep persamaan linear satu variabel dengan konsep matematis lain. d. Learning obstacle tipe 4, yaitu berkenaan dengan concept image pada materi prasyarat, yaitu operasi bilangan bulat dan operasi bentuk aljabar. 2. Desain didaktis awal konsep persamaan linear satu variabel disusun berdasarkan hasil learning obstacle yang muncul setelah pelaksanaan uji instrumen. Desain didaktis awal ini berupa Lembar Kerja Siswa, baik berupa kelompok maupun individu. Lembar Kerja Individu terdiri dari, a. Soal rutin yang biasa terdapat pada buku paket siswa dengan level 1 b. Soal tidak rutin dengan level 2 c. Soal koneksi konsep persamaan linear satu variabel dengan konsep lain dengan level 3 Sedangkan untuk Lembar Kerja Kelompok, terdiri dari dua soal tidak rutin yang kompleks dengan level 4. 3. Hasil dari implementasi desain didaktis awal pada konsep persamaan linear satu variabel yaitu : a. Sebagian besar jawaban siswa sesuai dengan prediksi jawaban yang telah dibuat, namun masih ada beberapa jawaban siswa yang kurang sesuai dengan prediksi. b. Ada beberapa siswa yang tidak terbiasa dalam menyelesaikan persoalan-persoalan non-rutin yang mengakibatkan siswa tersebut harus dibimbing dalam menyelesaikan langkah-langkah yang akan dikerjakannya, padahal pada Lembar Kerja Individu telah ada pertanyaanpertanyaan yang dapat membimbingnya. 4. Desain didaktis revisi merupakan desain didaktis awal yang telah diperbaiki dengan berdasar kepada hasil respon siswa dan implementasi di kelas. B. SARAN Berdasarkan hasil kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka penulis menyarankan hal-hal berikut: 1. Desain didaktis yang telah disusun ini dapat dijadikan referensi dalam permbelajaran konsep persamaan linear satu variabel. 2. Desain didaktis yang telah disusun ini juga diharapkan dapat dijadikan alternatif desain pembelajaran yang dapat digunakan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk berbagai konsep dalam pembelajaran matematika. 3. Diperlukannya pra penelitian terlebih dahulu terhadap konsep yang akan digunakan dalam penelitian sehingga ketika pelaksanaannya dapat lebih maksimal. 4. Diperlukannya soal koneksi problem solving pada konsep persamaan linear satu variabel dengan konsep lain yang lebih bervariasi untuk membantu proses berpikir siswa dalam penyelesaian suatu masalah. 5. Diperlukannya uji instrumen kembali setelah penyusunan desain didaktis revisi agar dapat diketahui apakah desain didaktis tersebut dapat mengatasi learning obstacle yang ada. 6. Penelitian ini diharapkan dapat terus dikembangkan dengan perbaikan instrumen agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA [1] PISA 2012 in Results. (2014). What 15-year-olds know and know what they can do with what they know. Tersedia [online] : http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf [2] Mulyana, Endang. Pembelajaran Persamaan Linear Satu Peubah Berdasarkan Konteks, Penelitian FPMIPA UPI, Bandung. 1999. Tidak diterbitkan. [3] Suryadi, Didi. Menciptakan Proses Belajar Aktif. Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik, Hand-out Seminar. Bandung. 2010. Tidak diterbitkan. [4] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung. 2010. Alfabeta [5] Cheng, A.K. Mathematical Modelling : in the Secondary & Junior College Classroom., Singapore. 2009. Prentice Hall 658