Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir dapat

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Berat Badan pada Bayi Prematur yang Mendapat ASI, PASI, dan Kombinasi ASI - PASI

LAMPIRAN. Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM. 1. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) 6. dr. Hj. Beby Syofiani Hasibuan, SpA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

LAMPIRAN. b. NIP : e. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / PPDS IKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

Salah satu fungsi utama sistem endokrin adalah

Glukosa mempunyai peran penting dalam

PERBANDINGAN MASA PROTROMBIN SETELAH PEMBERIAN VITAMIN K DOSIS MULTIPEL ORAL DENGAN DOSIS TUNGGAL INTRAMUSKULER PADA BAYI ATERM TESIS

PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

MODUL 4 IKTERUS NEONATORUM

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

Peningkatan Keterampilan Mahasiswa untuk Memberikan Edukasi Mengenai Perawatan Metode Kanguru (PMK) Kontinu di Rumah

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Bayi Cukup Bulan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BUKU PEGANGAN MAHASISWA MODUL 4 BAYI BERATLAHIR RENDAH

Anak memiliki ciri khas yaitu selalu tumbuh

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

LAMPIRAN. 1. Ketua Penelitian Nama : dr. Tengku Ellya Fazilla Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

Personil Penelitian. Nama : Kristina Ambarita. Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak. 1. DR. dr. Oke Rina R, M.Ked(Ped), Sp.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

PROFIL PNEUMONIA NEONATAL DI SUB BAGIAN NEONATOLOGI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2009-JULI 2011

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak (IKA)

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

Gambaran Perdarahan Intrakranial pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) di RSUP Dr. M. Djamil

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

9-12 Tahun yang Menderita Anemia Defisiensi Besi

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Nilai APGAR. Bayi Baru Lahir di RSU Artha Medica Binjai Tahun Oleh : NEILA FAWZA PUTRI SIBARANI

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

BAB IV METODE PENELITIAN

163 Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD)

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB IV METODE PENELITIAN

INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK PENDERITA HEMOFILIA DENGAN ANAK YANG NORMAL

MODUL FOTOTERAPI PADA BAYI NSA419. Materi Fototerapi Pada Bayi. Disusun Oleh Ns. Widia Sari, M. Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2018

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

168 Penyakit Akibat Gangguan Pembekuan Didapat

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sepsis pada neonatus merupakan suatu sindrom

LAMPIRAN 1. Universita Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

Hubungan Kadar Hemoglobin Sebelum Transfusi dan Zat Pengikat Besi dengan Kecepatan Pertumbuhan Penderita Thalassemia Mayor

Penjelasan Mengenai Penelitian Luaran Ibu dan Bayi pada Penderita. Preeklampsia Berat Usia Kehamilan <37 Minggu dengan Penanganan

BAB IV METODE PENELITIAN

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kualitas anak masa kini merupakan penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai

PERBANDINGAN SKOR APGAR BAYI YANG LAHIR MELALUI BEDAH SESAR DENGAN PEMBERIAN ANESTESI UMUM DAN ANALGESI SPINAL ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

Transkripsi:

Artikel Asli Perbandingan Pemberian Vitamin K Dosis Tunggal Intramuskular pada Bayi Prematur dan Aterm Terhadap Masa Protrombin Asrul, Nancy Ervani, Bugis M Lubis, Emil Azlin, Lily Emsyah*, Bidasari Lubis, Guslihan D Tjipta Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP. H. Adam Malik Medan Latar belakang. Defisiensi vitamin K atau hypoprothrombinemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkan perdarahan karena faktor koagulasi yang bergantung vitamin K tidak adekuat. Bayi prematur kurang memperlihatkan respon optimal dengan pemberian vitamin K disebabkan imaturitas sel hati. Tujuan penelitian. Mengetahui apakah vitamin K dosis tunggal intramuskular sama efektifnya pada bayi prematur dibandingkan dengan bayi aterm terhadap masa protrombin. Metode. Uji klinis bayi baru lahir prematur dan aterm yang dirawat antara bulan Februari Juli 2006 di Rumah Sakit Pirngadi Medan. Kriteria eksklusi ialah menggunakan antibiotik, bayi dengan hiperbilirubinemia. Pemeriksaan masa protrombin (PT) dilakukan sebelum pemberian vitamin K pada hari pertama dan diulapng pemeriksaan PT pada hari ketiga terhadap bayi prematur dan aterm. Analisis statistik secara uji t independen dan berpasangan, indeks kepercayaan 95%, kemaknaan p<0,05. Hasil. Dari 38 bayi prematur, 20 laki-laki, 18 perempuan dan 38 bayi aterm, 18 laki, 20 perempuan. Nilai PT bayi prematur hari pertama; rata-rata 38,7±18,4 detik, hari ketiga; 22,9±6,6 detik. Pada bayi aterm PT hari pertama; rata-rata 30,0±17,7 detik, pada hari ketiga rata-rata 16.9±7.3 detik. Tidak bermakna nilai PT pada hari pertama, namun terdapat perbedaan bermakna nilai PT pada hari ketiga antara bayi prematur dan aterm. Rata-rata terjadi penurunan nilai PT pada hari ketiga. Kesimpulan. Terdapat perbedaan bermakna nilai PT antara bayi prematur dengan aterm sebelum dan sesudah diberikan vitamin K dosis tunggal intramuskular. Perubahan nilai PT antara hari pertama dengan hari ketiga baik pada bayi aterm maupun prematur setelah diberikan vitamin K (Sari Pediatri 2007; 9(10):17-22). Kata kunci: vitamin K, prematur, aterm, masa protrombin. Alamat korespondensi Dr. Asrul. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H.Adam Malik Jl. Bunga Lau no.17 Medan. Telepon: 061 8361721 8365663, Fax. 061 8361721 E-mail: bikafkusu@telkom.net ; kotak Pos 697 Medan 20136 Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh defisiensi faktor pembekuan yang tergantung pada vitamin K (faktor II,VII,IX dan X). 1 Dapat berakibat fatal, insiden definisi vitamin 1 : 100 kelahiran di dunia. 2 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 1, Juni 2007 17

The American Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2003 merekomendasikan pemberian vitamin K 0,5 sampai 1 mg dosis tunggal intramuskular pada semua bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan akibat defisiensi vitamin K (vitamin K deficiency bleeding atau VKDB). 3 Bayi prematur pada umumnya kurang memperlihatkan respon optimal dengan pemberian vitamin K, disebabkan imaturitas sel-sel hati. 4-6 Aballi dkk 7 memperlihatkan vitamin K pada bayi prematur sehat memberikan respon, namun pada bayi prematur yang sakit kurang optimal. Kumar D dkk 8 melaporkan, bayi prematur pada umur 2 minggu mempunyai kadar vitamin K dalam plasma yang tinggi setelah mendapatkan 1 mg vitamin K intramuskular pada saat lahir dan kadar ini menurun pada umur 6 minggu. Bayi prematur dengan berat badan lahir rendah mempunyai cadangan vitamin K dan kadar faktor pembekuan yang lebih rendah dari pada bayi aterm. Respon vitamin K yang rendah pada bayi prematur memberi kesan bahwa imaturitas sel hati mengurangi kemampuan pembentukan faktor pembekuan. 9 Defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya cadangan vitamin K pada saat lahir, prematuritas, kadar vitamin K yang rendah dalam air susu ibu, terlambatnya kolonisasi bakteri usus yang disebabkan oleh terlambatnya pemberian makanan, ASI eksklusif, diare berat dan pemberian antibiotik. 10,11 Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya defisiensi vitamin K meliputi uji skrining perdarahan dan yang lebih sering memanjang adalah prothrombin time (PT), 12 atau PT (prothrombin time), PTT (partial thromboplastin time) yang memanjang dan rendahnya aktivitas faktor II, VII, IX dan X. 13-14 Waktu PT lebih sering memanjang bila dibandingkan dengan PTT, pada awal penyakit mungkin hanya faktor VII saja yang kurang sehingga hasil PT memanjang sedangkan PTT masih normal. 15-16 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian vitamin K dosis tunggal intramuskular sama efektifnya pada bayi prematur dibandingkan dengan bayi aterm terhadap masa protrombin. Metode Penelitian bersifat studi komparatif. Tempat penelitian di ruang Perinatologi RSU Pirngadi Medan, waktu penelitian Februari sampai Juli 2006. Penelitian disetujui oleh Komite Medik Rumah Sakit Pirngadi Medan. Kriteria inklusi ialah (1) Semua bayi yang lahir prematur dengan usia gestasi <37 minggu, dan sebagai pembanding adalah semua bayi aterm dengan usia gestasi >37 minggu sampai dengan 42 minggu. {usia kehamilan diperkirakan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT)}, kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan New Ballard score. (2) Persalinan didampingi oleh dokter anak atau peserta program dokter spesialis (PPDS) anak senior. (3) Persetujuan orang tua bayi. Kriteria eksklusi apabila (1) Bayi telah mendapat antibiotik. (2) Hiperbilirubinemia. (3) Asfiksia berat (APGAR 5 menit < 4). (4) Demam (temperatur > 37.5 C). (5) Kejang. Data maternal yang dicatat adalah identitas ibu, usia ibu, jumlah paritas, hari pertama haid terakhir, cara persalinan, berat badan ibu (diukur dengan timbangan merek MIC dengan ketepatan 0,5 kg) dan tekanan darah ibu saat hamil (diukur di lengan atas kanan pada posisi tidur dengan sfigmomanometer merek Nouva dan dilakukan pengukuran sebanyak dua kali). Kemudian bayi diamati dan diperiksa untuk mendapatkan data jenis kelamin, berat badan (diukur dengan timbangan bayi merek TANITA dengan ketepatan sampai 0,05 kg) panjang badan diukur dengan stadiometer dengan ketepatan sampai 0,5 cm, suhu rektal dicatat dengan menggunakan termometer air raksa, dan dinilai skor APGAR bayi menit pertama dan kelima. Sampel darah diambil sebanyak 3 ml dengan melakukan pungsi vena femoralis untuk dilakukan pemeriksaan darah rutin dan masa protrombin. Pemeriksaan darah rutin dengan menggunakan automatic cell counter dari ABX Micros (Perancis), sedangkan pemeriksaan masa protrombin (PT) dengan menggunakan Automated blood coagualation analyzer merek Sysmex Ca-50 (Jepang). Diberikan vitamin K1 (phylloquinone=phytonadione) 0,3 mg/kgbb dosis tunggal intramuskular pada waktu 6-12 jam setelah bayi lahir. Pemeriksaan masa protrombin (PT) dilakukan sebelum pemberian vitamin K1 pada hari pertama dan diulang pemeriksaan PT pada hari ketiga terhadap bayi prematur dan aterm. Perkiraan besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus untuk dua kelompok independent. 17 Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS for windows 13 (SPSS Inc, Chicago). Nilai rerata kedua kelompok diuji dengan uji t independen serta dengan uji Mann Whitney jika distribusi tidak normal. Data bermakna apabila nilai p<0.05. Hubungan usia 18 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 1, Juni 2007

gestasi dengan nilai masa protrombin (PT) diuji dengan pearson correlation. Hasil Selama periode Februari 2006 sampai dengan Juli 2006 didapati bayi lahir yang masuk penelitian 38 bayi prematur dan 38 bayi aterm. Dari bayi prematur terdiri dari 20 (53%) laki-laki dan 18 (47%) perempuan, sedangkan kelompok bayi aterm didapati 18 (47%) laki-laki dan 20 (53%) perempuan. Data karakteristik kedua kelompok tertera pada Tabel 1. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada umur ibu, jumlah paritas, tekanan darah sistolik dan diastolik ibu antara kedua kelompok. Terdapat perbedaan bermakna dari berat badan ibu antara bayi prematur dan aterm. Tidak terdapat perbedaan bermakna dari data bayi suhu rektal dan APGAR menit pertama antara bayi prematur dan aterm. Terdapat perbedaan bermakna dari berat badan, panjang badan dan APGAR menit kelima antara bayi prematur dan aterm. (Tabel 2) Nilai Hb bayi prematur lebih tinggi dari bayi aterm, tetapi tidak berbeda bermakna (p>0.05). Hitung leukosit dan trombosit pada bayi aterm lebih besar dari bayi prematur namun tidak berbeda bermakna (p > 0.05). Nilai hematokrit (Ht) dan eritrosit (RBC) lebih tinggi pada bayi prematur dari bayi aterm, namun tidak berbeda bermakna (p>0.05). (Tabel 3) Dari bayi prematur didapat nilai PT pada hari pertama (H1); rata-rata 38,7±18,4 detik, nilai PT pada hari ketiga (H3); rata-rata (22,9±6,6) detik, terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara hari pertama dan ketiga pada bayi prematur (p<0,05). Dari bayi aterm didapat nilai PT pada hari pertama (H1); rata-rata (30,0±17,7) detik, nilai PT pada hari ketiga rata-rata (16,9±7,3) detik, terdapat perbedaan bermakna nilai PT antara hari pertama dan ketiga pada bayi aterm (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna nilai PT pada hari pertama antara bayi prematur dan aterm (p<0,05), Tabel 1. Karakteristik subjek Karakteristik Prematur (n=38) Aterm (n=38) p Mean (SD) Mean (SD) Maternal Umur ibu (tahun) 29.4 (4.9) 31.2 (6.6) 0.195 Berat badan (kg) 59.2 (6.3) 63.3 (6.6) 0.007 Jumlah paritas 2.3 (1.2) 2.4 (1.5) 0.625 Tekanan sistolik (mmhg) 125.1 (12.6) 127.7 (14.0) 0.394 Tekanan diastolik (mmhg) 77.2 (6.7) 80.5 (11.4) 0.132 Bayi Berat badan (g) 1969.7 (310.5) 3243.4 (394.9) 0.000 Panjang badan (cm) 45.1 (2.3) 49.6 (2.0) 0.000 Suhu rektal ( 0 C) 36.4 (0.4) 36.5 (0.3) 0.521 APGAR pertama menit 6.7 (0.8) 7.1 (1.6) 0.150 APGAR kelima menit 8.1 (0.7) 8.6(1.2) 0.047 Tabel 2. Karakteristik hemogram bayi Hemogram Prematur (n=38) Aterm (n=38) p Mean (SD) Mean (SD) Hb (g/dl) 14.9 (2.2) 14.4 (2.0) 0.321 Ht (%) 46.7 (7.5) 45.3 (6.8) 0.374 RBC (juta/mm 3 ) 4.2 (0.6) 4.1 (0.6) 0.708 Lekosit ( /mm 3 ) 12697.3 (6090.9) 15607.8 (6838.3) 0.054 Trombosit ( /mm 3 ) 221710.5 (74751.0) 229165.7(69368.4) 0.654 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 1, Juni 2007 19

Tabel 3. Rerata nilai PT dan aptt pada bayi prematur dan aterm sebelum dan sesudah diberikan vitamin K. Prematur (n=38) Aterm (n=38) H1 H3 p H1 H3 p PT rerata (SB) 38,7 (18,4) 22,9 (6,6) 0.000 30,0 (17,7) 16,9 (7,3) 0.000 aptt rerata (SB) 79,4 (27,5) 55,1 (17,5) 0.000 57,8 (22,4) 49,6 (14,8) 0.012 * H1= hari pertama *H3= hari ketiga juga terdapat perbedaan bermakna nilai PT pada hari ketiga antara bayi prematur dan aterm (p<0,05). (Tabel 4) Dari bayi prematur didapat nilai aptt pada hari pertama (H1); rata-rata (79,4±27,5) detik, nilai aptt pada hari ketiga (H3); rata-rata (55,1±17,5) detik, dimana terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara hari pertama dan ketiga pada bayi prematur (p<0,05). Dari bayi aterm didapat nilai aptt pada hari pertama (H1); rata-rata (57,8±22,4) detik, nilai aptt pada hari ketiga rata-rata (49,6±14,8) detik, terdapat perbedaan bermakna nilai aptt antara hari pertama dan ketiga pada bayi aterm (p<0,05). Dari uji korelasi antara usia gestasi dengan nilai PT secara Pearson didapat nilai r = -0,327. Hubungan tersebut bersifat korelasi negatif lemah, yaitu dengan bertambahnya usia gestasi maka nilai PT akan lebih memendek pula sesuai dengan usia gestasi saat bayi tersebut dilahirkan. (Gambar 1 dan 2) Tabel 4. Perbandingan rerata nilai PT pada bayi prematur dengan aterm pada hari pertama dan hari ketiga Prematur (n=38) Aterm (n=38) p Rerata (SB) Rerata (SB) Hari I 38,7 (18,4) 30,0 (17,7) 0,039 Hari III 22,9 (6,6) 16,9 (7,3) < 0,001 Diskusi Defisiensi vitamin K atau hypoprothrombinemia pada bayi baru lahir dapat mengancam jiwa akibat perdarahan yang ditimbulkannya karena tidak adekuatnya aktivitas faktor koagulasi yang bergantung vitamin K (faktor II,VII,IX dan X). Manfaat vitamin K pada bayi aterm sudah banyak dilaporkan, namun data yang sama pada bayi prematur masih sedikit dilaporkan. 4,8 Defisiensi vitamin K disebabkan oleh rendahnya cadangan vitamin K pada saat lahir, prematuritas, kadar vitamin K yang rendah pada air susu ibu, terlambatnya kolonisasi bakteri usus yang disebabkan oleh terlambatnya pemberian makanan, ASI eksklusif, diare berat dan pemberian antibiotik terutama jangka lama. 4,10,11 Pada penelitian ini kami eksklusikan bayi yang menggunakan antibiotik, bayi hiperbilirubinemia, asfiksia berat berdasarkan nilai APGAR, perdarahan intrakranial berdasarkan adanya kejang pada bayi dan demam yang ditandai dengan temperatur rektal > 37,5 C, sehingga pemberian vitamin K pada bayi dalam penelitian ini kemungkinan murni bekerja dalam proses koagulasi di hati. Bayi prematur mempunyai berat badan yang lebih rendah, panjang badan yang lebih rendah, suhu rektal lebih rendah dan nilai APGAR lebih rendah di- Rerata Masa Protombir 50 40 30 PT1 20 PT2 10 0 Prematur Aterm Gambar 1. Perbandingan nilai masa protombin antara bayi prematur dan aterm 20 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 1, Juni 2007

Gambar 2. Hubungan antara usia gestasi dengan nilai PT bandingkan bayi aterm. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir, panjang badan dan asfiksia mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterinya. 18 Data karakteristik hemogram bayi pada penelitian ini menunjukkan nilai hemoglobin, hematokrit dan eritrosit lebih tinggi pada bayi prematur dibandingkan bayi aterm. Nilai Hb, Ht dan eritrosit semakin tinggi sesuai dengan makin tingginya usia gestasi pada saat bayi dilahirkan. 19 Apakah perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kecilnya sampel pada penelitian ini diperlukan penelitian lebih lanjut. Dari bayi prematur dan aterm didapat nilai PT umumnya memendek pada hari ketiga dibanding hari pertama. Pemberian vitamin K baik pada bayi aterm maupun pada bayi prematur dapat sama-sama mempengaruhi nilai PT, namun nilainya lebih pendek pada bayi aterm. Semakin tinggi usia gestasi maka nilai PT akan semakin memendek. 20 Pada penelitian ini didapatkan rerata nilai PT pada bayi prematur lebih tinggi dibanding bayi aterm. Bayi prematur mempunyai cadangan vitamin K dan kadar faktor pembekuan yang lebih rendah dari pada bayi aterm. Respon vitamin K yang rendah pada bayi prematur memberi kesan bahwa imaturitas sel hati mengurangi kemampuan pembentukan faktor pembekuan. 9 Pada penelitian ini didapatkan respon yang sama bermakna pada pemberian vitamin K baik pada bayi aterm maupun pada bayi prematur. Terdapat korelasi negatif antara usia gestasi dengan nilai PT, (r=-0,327, p = 0,004), yang berarti terdapat hubungan antara usia gestasi dengan nilai PT walaupun hubungan tersebut bersifat sangat lemah, yaitu dengan bertambahnya usia gestasi maka nilai PT akan lebih memendek. Kelemahan penelitian ini adalah jumlah subjek penelitian kurang besar dan kami juga tidak mengeksklusikan bayi yang mendapat susu formula sehingga dapat sebagai faktor pengganggu dari hasil penelitian ini. Health Technology Assessment (HTA) Departemen Kesehatan RI (2003) mengajukan rekomendasi bahwa profilaksis vitamin K 1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai program nasional. 12 Kesimpulan Terdapat perbedaan bermakna nilai masa protrombin antara bayi prematur dengan aterm sebelum dan sesudah diberikan injeksi vitamin K intramuskular dosis tunggal. Terdapat perbedaan bermakna terhadap perubahan nilai masa protrombin antara hari pertama dengan ketiga baik pada bayi aterm maupun bayi prematur setelah diberikan vitamin K. Terdapat korelasi negatif antara usia gestasi dengan nilai masa protrombin walaupun bersifat lemah. Daftar Pustaka 1. Thilo EH, Rosenberg AA. The Newborn Infant. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric diagnosis & treatment. Edisi ke-16. New York: McGraw-Hill; 2003.h.57-8. Sari Pediatri, Vol. 9, No. 1, Juni 2007 21

2. Roberton NRC. Care of the normal term newborn baby. Dalam: Rennie JM, Roberton NRC, penyunting. Textbook of Neonatology. Edisi ke-3. London: Churchill livingstone; 1999.h.373-88. 3. American Academy of Pediatrics. Policy statement, committee on fetus and newborn. Controversies concerning vitamin K and the newborn. Pediatrics 2003; 112:191-2. 4. Stoll BJ, Kliegman RM. Blood disorders. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders; 2004.h.599-606. 5. Goodman & Gilmans The pharmacological basis of therapeutics. Edisi ke-10. New york: McGraw-Hill; 2001.h.1783-5. 6. Brodsky D, Martin C. Neonatology review. Philadelphia: Hanley & Belfus INC; 2003.h.249-50. 7. Avery ME, Taeusch HW. Schaffers diseases of the newborn. Edisi ke-5. Philadelphia: W.B.Saunders; 1984.h.563-4. 8. Kumar D, Greer FR, Super DM. Vitamin K status of premature infants: Implications for current recommendations. Pediatrics 2001; 108:1117-22. 9. Lanzkowsky P. Manual of pediatric hematology and oncology. Edisi ke-2. New York: Churchill livingstone; 1995.h.239-49. 10. Heird WC. Vitamin deficiencies and excesses. Dalam: Behrman RE, Kliegman Lanzkowsky P. Manual of pediatric hematology and oncology. Edisi ke-2. New York: Churchill livingstone; 1995.h.239-49. 11. Bithell TC. Acquired coagulation disorder. Dalam: Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW, Lukens JN, penyunting. Wintrobes clinical hematology. Edisi ke-9. Philadelphia: Lea & Febiger; 1993.h.1473-5. 12. Raspati H, Reniarti L, Susanah S. Hemorrhagic disease of the newborn. Dalam: Permono B, Sutaryo, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005.h.197-206. 13. Miller DR, Baehner RL, Miller LP. Blood diseases of infancy and childhood. Edisi ke-7. St.louis: Mosby; 1995.h.968-70. 14. Arthur ED, Durand DJ. Pengenalan, stabilisasi dan transpor bayi baru lahir risiko tinggi. Dalam: Klaus MH, Fanaroff AA. Penatalaksanaan neonatus resiko tinggi, penyunting. Edisi ke-4. Jakarta: EGC Penerbit buku kedokteran; 1995.h.91-175. 15. Chalmers EA. Neonatal coagulation problems. Arch Dis Child Fetal Neonatal, 2004; 89:475-8. 16. Widmann FK. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi ke-9. Jakarta : EGC penerbit buku kedokteran; 1989.h.160-2. 17. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2002.h.259-86. 18. Pittard WB. Klasifikasi bayi berat lahir rendah. Dalam: Klaus, Fanaroff, penyunting. Penatalaksanaan Neonatus resiko tinggi, penyunting. Edisi ke-4. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 1995.h.100-29. 19. Klaus MH, Fanaroff AA. Penatalaksanaan neonatus resiko tinggi. Edisi ke-4. Jakarta: EGC Penerbit buku kedokteran; 1995.h.588-9. 20. Montgomery RR, Scot JP. Hemorrhagic and thrombotic diseases. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders; 2004.h.1504-8. 22 Sari Pediatri, Vol. 9, No. 1, Juni 2007