Prediksi Angka Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia Episode Pertama dengan Kepatuhan Berobat Rendah dalam Waktu Tiga Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sebagian besar penelitian telah menggunakan. istilah psikosis episode awal sebagai nama lain untuk

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

Sejarah perkembangan konsep penilaian pemakaian obat dalam kedokteran

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN GEJALA PASIEN SKIZOFRENIA

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB III METODE PENELITIAN. minum obat dan gejala klinis skizofrenia. Penelitian cross sectional mencakup

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia

SKRIPSI PENGARUH FREKUENSI PEMBINAAN DAN INTERAKSI PSIKORELIGIUS KELUARGA TERHADAP JANGKA WAKTU KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Dokter Spesialis Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa.

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRATIF PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA Fakultas Kedokteran UGM 1

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

BIAS DALAM STUDI EPIDEMIOLOGI. Oleh: Hartini Sri Utami

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

Transkripsi:

Vol. 2, No. 1, April 2014 Prediksi Angka Kekambuhan Pasien Skizofrenia Prediksi Angka Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia Episode Pertama dengan Kepatuhan Berobat Rendah dalam Waktu Tiga Tahun Ayudhia Kartika, 1 Beladenta Amalia, 1 Faathimah M. Isma il, 1 Rian Septian, 1 Rido P. Eled, 1 Julie D. Barliana 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2 Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Abstrak Kekambuhan pada pasien dengan riwayat skizofrenia episode pertama dapat meningkatkan morbiditas penderita, mulai dari penurunan produktivitas sehari-hari, respons pengobatan yang buruk, hingga biaya pengobatan yang tinggi. Seringkali pengobatan yang diberikan dokter untuk mencegah kekambuhan, tidak dipatuhi pasien. Tujuan studi kasus ini adalah mendapatkan angka kekambuhan dalam jangka waktu 3 tahun pada pasien dewasa yang memiliki riwayat skizofrenia episode pertama dengan kepatuhan berobat rendah. Pencarian dilakukan di PubMed dan Scopus. Setelah dilakukan skrining judul dan abstrak dari 143 artikel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 4 artikel. Setelah seluruh teks dibaca, didapatkan 2 artikel relevan, kemudian dilakukan telaah kritis. Angka kekambuhan pasien dewasa yang memiliki riwayat skizofrenia episode pertama dengan kepatuhan pengobatan rendah dalam jangka waktu 3 tahun pada dua studi tersebut adalah 57% (95% CI: + 21,2%) dan 93,8% (95% CI: + 3,7%). Disimpulkan kedua studi menunjukkan angka kekambuhan yang tinggi selama 3 tahun pada pasien dewasa skizofrenia episode pertama dengan kepatuhan pengobatan rendah Kata kunci: skizofrenia episode pertama, angka kekambuhan, kepatuhan pengobatan. Relapse Rate in First-Episode Schizophrenic Patients with Poor Drugs Compliance During a Three-Year Period Abstract Relapse in patients with history of first-episode schizophrenia causes high morbidities, ranging from low daily productivity, bad response to medications, to high medical costs. Frequently,the treatment that is given by the doctors to reduce the relapse rate is not well complied by the patients. A structured PubMed and Scopus search was conducted. Four articles remained after the title and abstract of 143 articles were screened by applying inclusion and exclusion criteria. After reading the full texts, only 2 articles were relevant to be appraised. The relapse rates of adult patients who have history of first-episode schizophrenia with low medication adherence during a 3-year period were 57% (95% CI: + 21,2%) and 93,8% (95% CI: + 3,7%). In conclusion, both studies showed high relapse rates of 3-year period in adult patients with first episode of schizophrenia with low medication adherence. Keywords: first-episode Schizophrenia, relapse rate, medication adherence. 49

Ayudhia K, Beladenta A, Faathimah M. Isma il, Rian S, Rido P. Eled, Julie D. Barliana ejki Pendahuluan Skizofrenia adalah sindrom penyimpangan fundamental dari pikiran dan persepsi, serta afek tidak wajar atau tumpul. Gangguan tersebut bersifat kronis, sehingga meskipun insidens di masyarakat tidak banyak (1%), skizofrenia menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. 1 Morbiditas dan biaya pengobatan pasien skizofrenia yang mengalami kekambuhan menjadi lebih besar dibandingkan skizofrenia episode pertama. Konsekuensinya berupa hilangnya produktivitas harian, respons terhadap obat menjadi lebih buruk, kebutuhan pengobatan lebih lama, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai remisi lebih lama, dan biaya pengobatan menjadi lebih besar. 2 Karena tingginya kejadian kambuh pada pasien skizofrenia episode pertama, diperlukan tindakan pencegahan untuk menghindari kekambuhan yaitu memberikan pengobatan yang bersifat mengontrol dan memelihara. Pengobatan tersebut diberikan jangka panjang sehingga membutuhkan kerjasama pasien dan keluarga tetapi, seiring dengan menurunnya gejala psikotik, kepatuhan berobat semakin buruk. Pasien merasa telah sembuh sehingga tidak lagi melanjutkan pengobatan. Hal itu diperberat dengan beban biaya pengobatan skizofrenia yang cukup besar. Oleh karena itu, dibutuhkan bukti ilmiah yang menunjukkan besarnya angka kekambuhan pada pasien yang memiliki riwayat skizofrenia episode pertama dengan kepatuhan pengobatan yang rendah. Ilustrasi Kasus Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke poliklinik psikiatri bersama anak sulungnya untuk menjalani kontrol rutin. Pasien didiagnosis skizofrenia enam bulan yang lalu dan sekarang adalah kunjungan ke-3. Dari keterangan anaknya diketahui bahwa pasien tidak minum obat selama 2 bulan terakhir. Pasien tidak mau minum obat lagi sejak suara-suara mengganggu yang sering didengar pasien tidak muncul lagi sehingga sudah merasa sehat. Istri dan anak pasien juga meminta agar pasien tidak ke dokter lagi karena biayanya mahal. Pasien dan istri berencana pergi haji 3 tahun lagi sehingga perlu berhemat. Saat ini pasien belum mendapatkan pekerjaan. Anak sulung pasien bertanya kepada dokter mengenai kemungkinan kekambuhan ayahnya dalam 3 tahun ke depan. Pertanyaan Klinis Population: Pasien dewasa dengan riwayat skizofrenia episode pertama Intervention: Kepatuhan pengobatan rendah Comparation: - Outcome: kekambuhan dalam jangka waktu 3 tahun Berapakah angka kekambuhan dalam jangka waktu 3 tahun pada pasien dewasa yang memiliki riwayat skizofrenia episode pertama dengan kepatuhan pengobatan rendah? Metode Pencarian dilakukan melalui database Pubmed dan Scopus menggunakan kata kunci first episode schizophrenia, compliance, adherence, relapse, dan recurren*. Pada kata kunci recurren* kami sengaja memberikan tanda* pada akhiran kata supaya kata recurrent, recurrence, dan recurrency terjaring dalam pencarian. Dalam penggunaan kata kunci tersebut kami menggunakan pencarian advance dari setiap database dan menggunakan boolean command untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas hasil pencarian (Tabel 1). Tabel 1. Strategi Pencarian Artikel yang Relevan Database Strategi Pencarian Temuan Artikel Terpilih PUBMED SCOPUS (first episode schizophrenia AND (compliance OR adherence) AND (relapse OR recurren*)) (first episode schizophrenia AND (compliance OR adherence) AND (relapse OR recurren*)) 19 artikel 2 artikel 124 artikel 2 artikel Seleksi awal dilakukan dengan skrining terhadap judul dan abstrak menggunakan kriteria eksklusi. Kriteria eksklusi adalah hewan, pasien neonatus, bayi, anak, manula, artikel yang berusia lebih dari 10 tahun, dan bahasa selain bahasa Inggris. Dari penyaringan menggunakan kriteria eksklusi tersebut ditemukan 10 artikel dari Pubmed dan 69 artikel dari Scopus. Setelah itu dilakukan penyaringan judul dan abstrak menggunakan kriteria inklusi yaitu: studi prognosis/survival, kejadian kambuh sebagai outcome, kepatuhan penggunaan obat sebagai faktor prognosis, pasien yang baru mengalami skizofrenia episode pertama, dan studi observasional selama 3 tahun. Hasilnya 50

Vol. 2, No. 1, April 2014 Prediksi Angka Kekambuhan Pasien Skizofrenia didapatkan dua artikel dari Pubmed dan dua artikel dari Scopus. Dari keempat artikel itu ada satu artikel yang merupakan duplikasi, sehingga ditemukan tiga abstrak artikel yang siap dicari full-text-nya. Pada akhirnya, terdapat dua artikel yang tersedia full-text dan siap untuk digunakan. Seluruh proses seleksi dari mulai pemilihan judul dan abstrak literatur dilakukan oleh minimal dua orang penulis. Alur pemilihan artikel dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Alur Pencarian Artikel yang Relevan Hasil Dari hasil pencarian artikel untuk menjawab pertanyaan klinis didapatkan artikel Chen et al 3 dan Caseiro et al. 4 Chen et al 3 melakukan studi prospektif untuk mengetahui angka kekambuhan dalam tiga tahun pada pasien skizofrenia episode pertama. Penelitian tersebut melibatkan 153 orang, usia 18-55 tahun dan evaluasi setiap empat bulan sekali selama tiga tahun untuk mengidentifikasi kejadian kambuh. Sampel diambil dari unit psikiatri pasien rawat jalan dan pasien rawat inap di Hong Kong yang dari hasil skrining menunjukkan gejala psikosis. Kriteria eksklusi berupa pasien dengan riwayat psikosis sebelumnya, mengalami gangguan neurologis, penggunaan obat terlarang dan riwayat menjadi pelajar sekolar luar biasa. Setelah tiga tahun, hanya 138 sampel yang dinyatakan lulus kriteria skizofrenia, skizoafektif, dan gangguan skizofreniform. Lima orang pasien meninggal, 40 pasien tidak terpantau, dan 93 pasien mengikuti penelitian secara tuntas. Diagnosis menggunakan DSM-IV menunjukkan 75 pasien skizofrenia, 13 pasien skizofreniform, dan 5 orang gangguan skizoafektif. Selanjutnya pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kepatuhan berobat baik (n=72) dan kepatuhan berobat buruk (n=21). Secara kumulatif, pasien dengan kepatuhan berobat baik mengalami kekambuhan pada tahun pertama sebanyak 18%, pada tahun kedua 29%, dan pada tahun ketiga 36%. Pasien dengan kepatuhan berobat buruk mengalami kekambuhan pada tahun pertama sebanyak 29%, pada tahun kedua 42%, dan pada tahun ketiga 57%. Angka kekambuhan pasien dengan kepatuhan berobat buruk lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kepatuhan berobat baik (p<0,001). Caseiro et al 4 melakukan studi prospektif untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian kekambuhan setelah 3 tahun episode 51

Ayudhia K, Beladenta A, Faathimah M. Isma il, Rian S, Rido P. Eled, Julie D. Barliana ejki pertama psikosis non-afektif. Kriteria inklusi adalah: 1) berusia 15-60 tahun, 2) tinggal di daerah yang terjangkau dari rumah sakit penelitian, 3) masih mengalami psikosis episode pertama, 4) belum pernah mendapatkan pengobatan antipsikotik atau jika pernah, pengobatan tidak mencapai 6 minggu, 5) memenuhi kriteria DSM IV untuk brief psychotic disorder, schizophreniform disorder, schizophrenia, schizoaffective disorder atau psychotic disorder not otherwise specified. Dengan jumlah sampel awal 174 pasien, hanya 140 pasien yang berhasil diikuti hingga tuntas dan dinilai memiliki risiko untuk mengalami kekambuhan. Penilaian klinik lengkap dilakukan secara berkala (pada awal penelitian, minggu ke-6, bulan ke-12, bulan ke-36) dengan menggunakan skala penilaian yang berbeda. Penilaian klinik lengkap termasuk penilaian pengobatan (dosis, efek samping, kepatuhan). Penilaian tambahan dilakukan setiap bulan selama masa follow up menggunakan the clinical global impression scale. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada tahun ketiga, 91 pasien (55%) mengalami kekambuhan. Dari semua pasien dengan kepatuhan berobat rendah (48 pasien), sebanyak 45 pasien (93,8%; 95%CI + 3,7%) mengalami kekambuhan. Pada pasien yang patuh berobat, 50% mengalami kekambuhan. Analisis cox regression menunjukkan kepatuhan berobat adalah satu-satunya faktor signifikan yang berhubungan dengan kekambuhan selama 3 tahun (p<0,001). Ringkasan hasil penilaian kritis terhadap kedua literatur dapat dilihat pada Tabel 2. Pertanyaan Critical Appraisal Chen et al 3 Caseiro et al 4 Validitas Apakah sampel didefinisikan dengan jelas, representatif, dan berada pada masa yang sama dari perjalanan penyakitnya? Tabel 2. Critical Appraisal Artikel Terpilih Apakah follow-up pasien berlangsung panjang dan lengkap? Apakah terdapat outcome objektif yang dilaksanakan secara blind? Bila diidentifikasi subgrup dg prognosis berbeda, apakah terdapat adjusment untuk faktor prognostik yang penting? Apakah terdapat validasi pada test-set? (objektif, blind tidak disebutkan) (objektif, tidak blind) Tidak disebutkan Kemaknaan Seberapa besarkah kemungkinan kemunculan outcome? Angka kekambuhan: Tahun 1= 29% Tahun 2= 42% Tahun 3= 57% Angka kekambuhan: Tahun 3= 93,8% Seberapa tepatkah estimasi prognosisnya? Aplikasi Klinis Apakah pasien pada studi mirip dengan pasien Anda? Apakah bukti memberikan dampak bermakna secara klinis yang akan ditawarkan atau disampaikan pada pasien? SE: 10,8% ; 95%CI: + 21,2% SE: 1,9% ; 95%CI: + 3,7% Diskusi Penelitian Chen et al 3 menunjukkan bahwa angka kekambuhan dalam jangka waktu 3 tahun pada pasien skizofrenia episode pertama yang kepatuhan berobatnya rendah secara signifikan lebih tinggi (57%) dibandingkan pasien yang kepatuhan berobatnya baik (36%). Jumlah sampel dalam perhitungan untuk menjawab pertanyaan 52

Vol. 2, No. 1, April 2014 Prediksi Angka Kekambuhan Pasien Skizofrenia klinis adalah pasien skizofrenia episode pertama yang kepatuhan pengobatannya rendah sehingga hanya didapatkan 21 pasien. Pengambilan sampel awal tidak hanya memasukkan pasien dengan kepatuhan berobat rendah sebagai kriteria inklusi sehingga presisi 95% interval kepercayaan yang dihasilkan cukup lebar, yaitu +21,2%. Keterbatasan studi ini untuk diaplikasikan dalam kasus pasien adalah sampel penelitian bukan hanya pasien skizofrenia saja, melainkan gangguan psikotik lainnya yaitu skizoafektif dan skizofreniform. Diharapkan angka tersebut tetap dapat merepresentasikan kejadian kekambuhan pada pasien skizofrenia karena proporsi pasien yang didiagnosis skizofrenia cukup besar, yaitu 75/93 (80,6%). Jumlah pasien yang mengalami drop-out selama masa observasi cukup besar yaitu 30% dan tidak dijelaskan secara detail alasan pasien dikeluarkan dari studi tersebut sehingga hal ini dapat mengurangi validitas data. Studi Chen et al 3 sudah cukup baik dalam menampilkan angka kekambuhan mulai dari tahun pertama hingga ke-3. Hasil tersebut menunjukkan pasien skizofrenia episode pertama akan terus mengalami peningkatan risiko kambuh hingga tahun ke-3 jika tidak patuh berobat. Penelitian tersebut sesuai dengan kasus klinis karena sampel mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan kasus ini (Indonesia), yaitu ras Asia (Hong Kong), pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya dan usia dewasa. Pada penelitian Caseiro et al 4 pasien skizofrenia episode pertama dengan kepatuhan berobat rendah menunjukkan angka kekambuhan tinggi dalam jangka waktu 3 tahun, yaitu 93,8% (95% CI: + 3,7%). Hasil tersebut juga bermakna (p<0,001) dan faktor prediktor yang paling kuat jika dibandingkan dengan faktor prediktif lainnya (jenis kelamin, usia onset, fungsi premorbid, penggunaan ganja). Pada pasien dengan kepatuhan berobat baik, angka kekambuhan masih tergolong tinggi yaitu 50%. Sebagian besar pasien yang mengalami kekambuhan berada dalam masa penurunan dosis obat antipsikosis secara bertahap. Penurunan dosis obat yang tidak sesuai diduga menjadi penyebab kekambuhan pasien dengan kepatuhan berobat baik. Potensi terjadinya bias pengukuran predictor dan outcome belum bisa disingkirkan pada penelitian Caseiro et al 4 karena tidak dilakukan secara blind. Setiap pasien diperiksa oleh ahli kejiwaan yang sama dari mulai pemeriksaan awal, follow up hingga 3 tahun. Caseiro et al 4 juga tidak merekrut pasien dengan diagnosis skizofrenia saja, tetapi kelompok psikosis non-afektif lainnya. Pertimbangan untuk tetap menggunakan studi ini adalah proporsi pasien skizofrenia (59,8%) lebih besar dibandingkan skizorenia spektrum lain (36,7%). Selain itu, peneliti juga tidak mengaplikasikan uji validasi pada kelompok independen seperti yang dilakukan Chen et al 3 yang berpotensi mengurangi validitas hasil penelitian. Kelebihan penelitian Caseiro et al 4 adalah menampilkan tabel karakteristik sampel dan kurva relapse survival terhadap adherence to medication. Dari kurva tersebut, dapat dilihat penurunan kekambuhan survival yang lebih curam pada kelompok yang tidak patuh berobat dibandingkan yang kepatuhan berobatnya baik hingga tahun ke- 3. Dengan menggunakan kurva tersebut, praktisi kesehatan dapat memprediksi angka kekambuhan pasien setiap waktu hingga tahun ke-3. Perbedaan angka kekambuhan dalam jangka waktu 3 tahun antara studi Chen et al 3 dan Caseiro et al 4 cukup jauh karena perbedaan metode penilaian klinis untuk indikator kepatuhan berobat dan kekambuhan. Chen et al 3 menilai munculnya kekambuhan tiap 4 bulan sekali, sedangkan Caseiro et al 4 tiap 3 bulan sekali. Hal tersebut memunculkan potensi kejadian kambuh yang tidak terpantau pada studi Chen et al. 3 Kedua studi mendefinisikan kepatuhan berobat dengan batasan berbeda, yaitu Chen et al 3 memberikan batasan 70% dari obat yang diresepkan, sedangkan Caseiro et al 4 memberikan batasan lebih tinggi yaitu 90%. Selain itu dengan perbedaan instrumen penilaian kekambuhan yang digunakan pada kedua studi. Chen et al 3 memiliki penilaian yang lebih subjektif karena mendefinisikan kekambuhan sebagai penurunan atau perburukan signifikan gejala positif sehingga terjadi perubahan farmakoterapi atau perawatan. Di sisi lain, Caseiro et al 4 mendefinisikan kekambuhan lebih objektif menggunakan skala CGI dan BPRS. Kekurangan kedua studi di atas dapat diperbaiki dengan jumlah sampel penelitian yang lebih besar agar hasil yang didapatkan memiliki interval kepercayaan yang sempit, peningkatan aspek objektivitas setiap pengukuran, dan pengambilan sampel penelitian dengan diagnosis lebih spesifik. Studi seperti itu sebaiknya mencantumkan variabel lain yang berpengaruh pada penelitian, seperti kondisi emosional dan sosial setiap pasien karena memiliki pengaruh relatif kuat untuk perkembangan kejiwaan. Dengan diikutsertakannya faktor tersebut diharapkan dapat mengurangi bias. Berdasarkan tingginya angka kekambuhan pasien dengan riwayat skizofrenia episode pertama yang tidak patuh berobat, dibutuhkan strategi yang 53

Ayudhia K, Beladenta A, Faathimah M. Isma il, Rian S, Rido P. Eled, Julie D. Barliana ejki lebih baik untuk meningkatkan kepatuhan berobat pasien, misalnya dengan edukasi, konseling, dan pemantauan efek samping obat. Bagi pasien, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai peringatan untuk selalu patuh minum obat dan pengingat untuk mempersiapkan biaya dan dukungan sebagai antisipasi jika kekambuhan terjadi. Kesimpulan Angka kekambuhan pasien skizofrenia episode pertama dengan kepatuhan berobat rendah dalam jangka waktu 3 tahun adalah 57% pada studi 1 dan 93,8% pada studi 2. Kedua studi tersebut menunjukkan peningkatan angka kekambuhan hingga tahun ke-3 pasca-skizofrenia episode pertama. Daftar Pustaka 1. Kay J, Tasman A. Esstentials of psychiatry. England: John Wiley & Sons; 2006.p.477-8. 2. Christy. Relapse in schizophrenia. The Hong Kong Medical Diary. 2011;16(5):8-9. 3. Chen EY, Hui CL, Dunn EL, Miao MY, Yeung WS, Wong CK, et al. A prospective 3-year longitudinal study of cognitive predictors of relapse in firstepisode schizophrenic patients. Schizophr Res. 2005;77(1):99-104. 4. Caseiro O, Perez-Iglesias R, Mata I, Martinez-Garcia O, Pelayo-Teran JM, Tabares-Seisdedos R, et al. Predicting relapse after a first episode of non-affective psychosis: a three-year follow-up study. J Psychiatr Res. 2012;46(8):1099-105. 54