BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai meliputi biaya sarana produksi ( bibit, pupuk organik, pupuk kimia, obat-obatan), tenaga kerja luar keluarga serta pajak bumi dan bangunan. Sedangkan yang termasuk ke dalam biaya yang diperhitungkan meliputi, penyusutan alat, sewa lahan serta tenaga kerja dalam keluarga. Pendapatan Usahatani yang diperoleh petani pepaya merupakan selisih antara penerimaan petani tersebut dengan biaya yang telah petani keluarkan untuk usahatani pepaya tersebut Bagi petani pepaya (SPO dan non SPO) biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan pada dasarnya sama. 7.1. Analisis Penerimaan Usahatani 7.1.1. Analisis Penerimaan Usahatani pepaya SPO Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani bahwa jumlah rata-rata hasil panen yang diperoleh petani pepaya yang telah menerapkan SPO adalah 297.500 Kg/Ha. Adapun harga jual komoditas yang ditawarkan untuk produk yang dihasilkan oleh petani bervariasi tergantung dari grade yang dihasilkan, untuk pepaya dengan grade A (ukuran 1,5 2 Kg) harga jualnya Rp 1.750,00/Kg, sedangkan untuk pepaya grade B (ukuran 1 1,4 Kg) harga jualnya
47 Rp 1600,00/Kg, sedangkan untuk pepaya dengan grade C (0,9 0.7 Kg) harga jualnya Rp 1500,00/Kg, dan untuk pepaya dengan grade D (< 0,7 atau > 2 Kg) harga jualnya Rp 1350,00/Kg. Apabila jumlah hasil panen tersebut dikalikan dengan harga jualnya maka akan diperoleh nilai produksi atau penerimaan usahatani. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Penerimaan Usahatani Pepaya SPO di Desa Pasirgaok Selama Tiga Tahun (Satu Kali Tanam) Per Hektar. Uraian Petani Pepaya SPO (Rp) Persentase (%) 1. Penerimaan usahatani Grade A 156,187,500.00 33.33 Grade B 142,800,000.00 30.48 Grade C 89,250,000.00 19.05 Grade D 80,325,000.00 17.14 2. Total penerimaan 468,562,500.00 100,00 Berdasarkan Tabel 9 diketahui penerimaan total usahatani pepaya untuk petani yang telah menerapkan SPO adalah sebesar Rp 468.562.500,00. Para petani pepaya umumnya menjual seluruh hasil panennya. Besarnya rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani pepaya SPO dikarenakan harga jual pepaya/ Kg lebih tinggi dari harga jual pepaya Non SPO. Tingginya harga jual pepaya per kilogram yang diterima oleh petani yang telah menerapkan SPO dikarenakan kualitas pepaya yang dihasilkan, sehingga konsumen bersedia untuk membayar mahal produk tersebut. Selain itu tingginya harga jual tersebut ditetapkan oleh lembaga pemasaran (pengusaha mitra) agar dapat mengangkat pendapatan petani pepaya di Desa Pasirgaok.
48 7.1.2. Analisis penerimaan Usahatani Pepaya Non SPO Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani diketahui bahwa jumlah hasil panen yang diperoleh petani pepaya yang belum menerapkan standar prosedur Operasional (SPO) adalah 92.480 Kg/ Ha. Adapun harga jual komoditas yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul atau tengkulak untuk produk yang dihasilkan oleh petani ini adalah Rp 1500/Kg, lebih rendah daripada produk pepaya yang sudah menerapkan SPO hal ini dikarenakan umumnya ukuran produk yang di hasilkan tidak seragam dan tidak sesuai dengan permintaan pasar (<0,7 atau > 2 Kg). Berdasarkan Tabel 10 diketahui penerimaan total usahatani pepaya untuk petani yang belum menerapkan SPO adalah sebesar Rp 138.720.000,00. Para petani pepaya umumnya menjual seluruh hasil panennya Tabel 10. Analisis Penerimaan Usahatani Pepaya Non SPO di Desa Pasirgaok Selama Tiga Tahun ( satu kali tanam) Per Hektar. Uraian Petani Pepaya Non SPO (Rp) Persentase (%) 1. Penerimaan usahatani Grade A 20,808,000.00 15.00 Grade B 34,680,000.00 25.00 Grade C 41,616,000.00 30.00 Grade D 41,616,000.00 30.00 2. Total penerimaan 138,720,000.00 100 7.2. Analisis Biaya Usahatani 7.2.1. Analisis Biaya Usahatani Pepaya SPO Berdasarkan Tabel 11 diketahui besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh petani per hektar adalah Rp 155.398.899,99. Besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh petani karena terkait dengan biaya tunai dan biaya diperhitungkan, tetapi dari kedua biaya tersebut yang perlu diperhatikan oleh
49 petani adalah biaya tunai karena biaya ini merupakan modal operasional yang harus dimiliki oleh petani untuk menjalankan aktifitas usahataninya. Proporsi penggunaan biaya tunai ini apabila dilihat dari persentase penggunaan terhadap biaya totalnya ternyata lebih besar dari biaya diperhitungkan. Persentase penggunaan biaya tunai adalah 92,53 persen dari biaya totalnya, sedangkan persentase untuk penggunaan biaya diperhitungkan adalah 7,47 persen dari biaya totalnya. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan biaya tunai tersebut terkait dengan komponen biaya tenaga kerja luar keluarga, pupuk organik, pupuk kimia serta obat-obatan yang harus dikeluarkan oleh petani.. Komponen terbesar dari total biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani adalah, komponen pupuk organik. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya SPO untuk pupuk organik adalah Rp 107.100.000,00 atau 68,92 persen, sedangkan untuk pupuk kimia dan obat-obatan adalah sebesar Rp 28.079.400,00 atau 18,07 persen dari total biaya tunai, sedangkan sisanya sebesar Rp 8.615.000,00 atau 5,54 persen adalah untuk tenaga kerja luar keluarga, bibit, serta Pajak bumi dan Bangunan (PBB). Proporsi penggunaan biaya diperhitungkan terhadap biaya total adalah sebesar 7,47 persen (Rp 11.604.499,99). Komponen terbesar dari biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya sewa lahan yaitu sebesar 5,79 persen (Rp 9.000.000,00), sedangkan untuk tenaga kerja dalam keluarga adalah sebesar 1,33 persen (Rp 2.062.000,00), sedangkan sisanya sebesar 0,35 persen (Rp 542.499,99) adalah untuk biaya penyusutan alat
50 Tabel 11. Analisis Biaya Usahatani Pepaya SPO di Desa Pasirgaok Selama Tiga Tahun (Satu Kali Tanam ) Per Hektar. Pengeluaran Usahatani Metode SPO Persentase (Rp) 1. Biaya Tunai Bibit 1,700,000.00 1.09 TKLK 6,315,000.00 4.06 PBB 600,000.00 0.39 Pupuk Kandang 107,100,000.00 68.92 ZA 3,391,500.00 2.18 SP36 15,096,000.00 9.71 KCL 8,919,900.00 5.74 Round Up 288,000.00 0.19 Genacyl 384,000.00 0.25 143,794,400.00 92.53 Total pengeluaran tunai 2. Biaya Diperhitungkan Penyusutan Alat 542,499.99 0.35 TKDK 2,062,000.00 1.33 Sewa Lahan 9,000,000.00 5.79 Total biaya diperhitungkan 11,604,499.99 7.47 3. Total Biaya 155,398,899.99 100.00 7.2.2. Analisis Biaya Usahatani Pepaya Non SPO Berdasarkan Tabel 12 diketahui ternyata biaya total yang dikeluarkan oleh petani Pepaya yang belum menerapkan SPO adalah Rp 57.493.199,99. Apabila dibandingkan dari sisi pengeluaran antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya diperhitungkan. Penggunaan biaya tunai adalah sebesar Rp 46.013.700,00 atau 80,03 persen dari biaya totalnya. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan biaya tunai tersebut terkait dengan komponen biaya tenaga kerja luar keluarga, pupuk organik, pupuk kimia serta obat-obatan yang harus dikeluarkan oleh petani. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya non SPO untuk pupuk kimia dan obat-obatan
51 adalah Rp 20.708.700,00 atau 36,02 persen, sedangkan untuk pupuk organik adalah sebesar Rp 17.340.000,00 atau 30,16 persen dari total biaya. Sedangkan sisanya sebesar Rp 7.965.000,00 atau 13,85 persen adalah untuk tenaga kerja luar keluarga, bibit serta Pajak bumi dan Bangunan (PBB). Tabel 12. Analisis Biaya Usahatani Pepaya Non SPO di Desa Pasirgaok Selama Tiga Tahun (Satu Kali Tanam) Per Hektar. Metode Pengeluaran Usahatani NonSPO Persentase (Rp) 1. Biaya Tunai Bibit 1,700,000.00 2.96 TKLK 5,665,000.00 9.85 PBB 600,000.00 1.04 Pupuk Kandang 17,340,000.00 30.16 ZA 3,391,500.00 5.90 SP36 7,752,000.00 13.48 KCL 8,527,200.00 14.83 Round Up 288,000.00 0.50 Pestisida 750,000.00 1.30 Total pengeluaran tunai 46,013,700.00 80.03 2. Biaya Diperhitungkan Penyusutan Alat 542,499.99 TKDK 1,937,000.00 0.94 Sewa lahan 9,000,000.00 3.37 Total biaya diperhitungkan 11,479,499.99 15.65 3. Total Biaya 57,493,199.99 19.97 7.2.3. Analisis Perbandingan Biaya usahatani Pepaya SPO dan Pepaya Non SPO Berdasarkan Tabel 13 diketahui ternyata rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya SPO lebih tinggi dari petani pepaya non SPO. Rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya SPO adalah Rp155.398..899,99
52 sedangkan rata rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya non SPO adalah Rp 57.493.199.99. Tabel 13. Analisis perbandingan Biaya Usahatani Pepaya SPO dan Non SPO Selama Tiga Tahun (Satu Kali Tanam) Per Hektar. No Pengeluaran Usahatani Metode SPO Metode Non SPO (Rp) (%) (Rp) (%) 1 Biaya Tunai Bibit 1,700,000.00 1.09 1,700,000.00 2.96 TKLK 6,315,000.00 4.06 5,665,000.00 9.85 PBB 600,000.00 0.39 600,000.00 1.04 Pupuk Kandang 107,100,000.00 68.92 17,340,000.00 30.16 ZA 3,391,500.00 2.18 3,391,500.00 5.90 SP36 15,096,000.00 9.71 7,752,000.00 13.48 KCL 8,919,900.00 5.74 8,527,200.00 14.83 Round Up 288,000.00 0.19 288,000.00 0.50 Genacyl 384,000.00 0.25 Pestisida 750,000.00 1.30 Total Biaya Tunai 143,794,400.00 92.53 46,013,700.00 80.03 2 Biaya Diperhitungkan Penyusutan Alat 542,499.99 0.35 542,499.99 0.94 TKDK 2,062,000.00 1.33 1,937,000.00 3.37 Sewa Lahan 9,000,000.00 5.79 9,000,000.00 15.65 Total Biaya Diperhitungkan 11,604,499.99 7.47 11,479,499.99 19.97 3 Total Biaya 155,398,899.99 100.00 57,493,199.99 100.00 Tingginya rata rata total biaya yang harus dikeluarkan oleh petani pepaya SPO dikarenakan petani harus mengeluarkan biaya tunai yang lebih besar dari petani pepaya non SPO. Besarnya rata- rata total biaya tersebut adalah dikarenakan petani pepaya SPO menggunakan lebih banyak pupuk organik dan pupuk kimia dari petani pepaya non SPO. Apabila dilihat dari penggunaan biaya diperhitungkan untuk tenaga kerja dalam keluarga maka penyebab besarnya biaya ini adalah karena petani tidak pernah memperhitungkan biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga. Dampaknya adalah keuntungan yang diterima petani seolah-olah menjadi besar. Sedangkan
53 apabila dilihat dari penggunaan biaya diperhitungkan untuk sewa lahan, penyebab besarnya biaya adalah karena petani harus memperhitungkan penggunaan lahan milik sendiri agar pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani diketahui 7.3. Analisis Pendapatan Usahatani Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluarannya bernilai positif. Selisih tersebut akan dinamakan pendapatan atas biaya tunai jika penerimaan totalnya dikurangkan dengan pengeluaran tunai. Pendapatan total usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan hasil produksi dengan pengeluaran total usahatani (total farm expenses). 7.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya SPO Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa pendapatan petani pepaya SPO atas biaya tunai adalah sebesar Rp 324.768.100,00, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp 313.517.766,67. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai imbangan dan biaya atau Revenue and Cost Ratio (R/C) tunai usahatani pepaya SPO sebesar 3,26 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1,- maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,26. Sedangkan R/C total usahatani pepaya SPO sebesar 3,02 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1,- maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,02. Berdasarkan analisis tersebut, kedua nilai R/C usahatani pepaya SPO bernilai
54 lebih dari satu maka dapat dikatakan bahwa pengusahaan usahatani pepaya tersebut efisien. Tabel 14. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya SPO di Desa Pasirgaok Selama Tiga Tahun (Satu Kali Tanam) Per Hektar. No Uraian Jumlah Persentase 1 Produksi (Kg) 297.500,00 2 Harga Satuan (Rp) Grade A (Rp 1750) 156,187,500.00 Grade B (Rp 1600) 142,800,000.00 Grade C (Rp 1500) 89,250,000.00 Grade D (Rp 1350) 80,325,000.00 3 Penerimaan (Rp) 468.562.500,00 100,00 4 Biaya/Pengeluaran Biaya Tunai 143.794.400,00 30,69 Biaya Diperhitungkan 11.250.333,33 2,40 Biaya Total 155.044.733,33 33,09 5 Pendapatan Pendapatan Tunai (Rp) 324.768.100,00 69,31 Pendapatan Total (Rp) 313.517.766,67 66,91 6 R/C Tunai 3,26 7 R/C Total 3,02 7.3.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya Non SPO Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa pendapatan petani pepaya non SPO atas biaya tunai adalah sebesar Rp 93.456.300,00. Sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp. 82.330.966,67. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai imbangan dan biaya atau Revenue and Cost Ratio (R/C) tunai usahatani pepaya non SPO sebesar 3,06 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1,- maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,06. Sedangkan R/C total usahatani pepaya non SPO sebesar 2,46 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1,- maka petani tersebut
55 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,46. Berdasarkan analisis tersebut, kedua nilai R/C usahatani pepaya non SPO bernilai lebih dari satu maka dapat dikatakan bahwa pengusahaan usahatani pepaya tersebut efisien. Tabel 15. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya Non SPO di Desa Pasirgaok Selama Tiga Tahun ( Satu Kali Tanam) Per Hektar. No Uraian Jumlah Persentase 1 Produksi (Kg) 92.480,00 2 Harga Satuan (Rp) 1.500,00 Grade A (Rp 1500) 20,808,000.00 Grade B (Rp 1500) 34,680,000.00 Grade C (Rp 1500) 41,616,000.00 Grade D (Rp 1500) 41,616,000.00 3 Penerimaan (Rp) 138.720.000,00 100,00 4 Biaya/Pengeluaran Biaya Tunai 45.263.700,00 32,63 Biaya Diperhitungkan 11.125.333,33 8,02 Biaya Total 56.389.033,33 40,65 5 Pendapatan Pendapatan Tunai (Rp) 93.456.300,00 67,37 Pendapatan Total (Rp) 82.330.966,67 59,35 6 R/C Tunai 3,06 7 R/C Total 2,46 7.3.3. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Pepaya SPO dan Pepaya Non SPO Berdasarkan Tabel 16 dilihat dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya totalnya, maka diketahui usahatani pepaya SPO dan non SPO yang dikembangkan oleh petani di desa Pasirgaok pada dasarnya efisien untuk dilakukan. karena memiliki nilai R/C rasio ( atas biya tunai dan atas biaya total) yang lebih besar dari satu. Hal ini berarti bahwa usahatani pepaya baik yang SPO maupun non SPO sama sama menguntungkan.
56 Tabel 16. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya SPO dan Pepaya Non SPO di Desa Pasirgaok Selama Tiga Tahun (Satu Kali Tanam) Per Hektar. No Uraian Metode SPO Metode Non SPO (Rp) (%) (Rp) (%) 1 Produksi (Kg) 297.500,00 92.480,00 2 Penerimaan (Rp) Grade A 156,187,500.00 20,808,000.00 Grade B 142,800,000.00 34,680,000.00 Grade C 89,250,000.00 41,616,000.00 Grade D 80,325,000.00 41,616,000.00 3 Total Penerimaan (Rp) 468.562.500,00 100,00 138.720.000,00 100,00 4 Biaya/Pengeluaran Biaya Tunai 143.794.400,00 30,69 45.263.700,00 32,63 Biaya Diperhitungkan 11.250.333,33 2,40 11.125.333,33 8,02 Biaya Total 155.044.733,33 33,09 56.389.033,33 40,65 5 Pendapatan Pendapatan Tunai (Rp) 324.768.100,00 69,31 93.456.300,00 67,37 Pendapatan Total (Rp) 313.517.766,67 66,91 82.330.966,67 59,35 6 R/C Tunai 3,26 3,06 R/C Total 3,02 2,46 Namun apabila dilihat dari perbandingan R/C rasio atas biaya tunai antara petani pepaya SPO dengan petani pepaya non SPO maka diketahui R/C rasio atas biaya tunai petani pepaya SPO lebih besar dari petani pepaya non SPO, yaitu 3,26 sedangkan petani pepaya non SPO R/C rasionya hanya 3,06. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya SPO akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,26 dan setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh petani pepaya non SPO akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,06.
57 Apabila dilihat dari nilai R/C rasio atas biaya totalnya maka diketahui nilai R/C rasio petani pepaya SPO masih lebih besar dari petani pepaya non SPO, yaitu 3,02 sedangkan petani pepaya non SPO hanya 2,46. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani pepaya SPO akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,02, dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani pepaya non SPO akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,46. Adapun yang menyebabkan besarnya nilai R/C rasio petani pepaya SPO tersebut adalah karena penerimaan total petani pepaya SPO lebih besar dari penerimaan total petani pepaya non SPO. Besarnya penerimaan total tersebut disebabkan oleh jumlah produksi yang dihasilkan petani pepaya SPO untuk per luasan hektarnya lebih tinggi dari petani pepaya non SPO, yaitu 297.500 Kg, sedangkan petani pepaya non SPO jumlah produksinya hanya mencapai 92.480 kg. Apabila dilihat dari pendapatan atas biaya totalnya petani pepaya SPO memperoleh pendapatan atas biaya total yang lebih tinggi dari petani pepaya non SPO. Adapun pendapatan atas biaya total petani pepaya SPO adalah sebesar Rp 313.517.766,67. Sedangkan pendapatan atas biaya total untuk petani pepaya non SPO adalah sebesar Rp 82.330.966,67. Apabila dilihat dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya totalnya seperti yang tertera pada Tabel 16 maka diketahui usahatani pepaya SPO dan pepaya non SPO yang dikembangkan oleh petani di Desa Pasirgaok pada dasarnya layak untuk diusahakan, karena memiliki nilai R/C rasio (atas biaya tunai dan atas biaya total) yang lebih besar dari satu. Berdasarkan Tabel 16 nilai
58 R/C rasio (atas biaya tunai dan atas biaya total) petani pepaya SPO lebih besar dibandingkan nilai R/C rasio (atas biaya tunai dan atas biaya total). Hal ini berarti bahwa usahatani pepaya SPO lebih menguntungkan dibandingkan usahatani pepaya non SPO.