Miskonsepsi Materi Geometri Siswa Sekolah Dasar Oleh : amini

dokumen-dokumen yang mirip
MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR DI DATARAN TINGGI GAYO. Ega Gradini 1. Abstrak

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 2

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA TERHADAP SIMBOL DAN ISTILAH MATEMATIKA PADA KONSEP HUBUNGAN BANGUN DATAR SEGIEMPAT MELALUI PERMAINAN DENGAN ALAT PERAGA (SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 2

PEMBELAJARAN SEGIBANYAK BERATURAN DI SMP. Sumardyono, M.Pd.

Miskonsepsi Matematika pada Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang wajib

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS IX SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI BARISAN DAN DERET

BAB I PENDAHULUAN. abstrak dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masih

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran PKn Kelas 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI PENELITIAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas abstraksi siswa dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : 2 x 40 menit (satu kali pertemuan)

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS (SEMESTER GENAP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam. lingkungan dan kehidupan. Lingkungan kehidupan pendidikan dapat

DESKRIPSI SUB KONSEP BILANGAN PECAHAN (FRACTION) UNTUK MENGHINDARI MISKONSEPSI PADA PECAHAN Sumarno Ismail *)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

PANDUAN MATERI UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

\MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

PROGRAM TAHUNAN. A. PERHITUNGAN ALOKASI WAKTU I. Banyaknya pekan yang tersedia II. Banyaknya Pekan Yang Tidak Efektif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM-3T PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR TAHUN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TABEL ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI DESAIN DIDAKTIS AWAL

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Dari data hasil tes soal dapat diketahui siswa yang memiliki keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tim Penulis BUKU SISWA

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar tersebut, sudah dapat dipastikan pengetahuan-pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pencerminan dan Simetri Lipat

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

Contoh Soal Kemampuan Matematika Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

KESESUAIAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA DENGAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII. Lulu Choirun Nisa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan dengan model ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bermutu perlu mendapatkan penanganan yang lebih baik. wujud dari pangakuan bahwa matematika sangat dibutuhkan dalam pengembangan

MATEMATIKA (Paket 3) Waktu : 120 Menit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR DAN PENGALAMAN BELAJAR UNTUK PEMBELAJARAN MAT. REALISTIK

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Untuk SD /MI kelas 1 Semester

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs

Analisis Kesalahan Buku Matematika pada Topik Segitiga dan Segiempat Kelas VII Semester II Serta Alternanit Pemecahannya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SATUAN ACARA PERKULIAHAN

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. seluruh cabang matematika seperti Aljabar, Aritmatika, Analisis dan

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55

BAB II KAJIAN PUSTAKA

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment one group pretest

BAB III METODE PENELITIAN

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL 2009 MMC 252. Hasbas Hakim. Math Club 252 Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

Kelengkapan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Persamaan Nilai Mutlak

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. sesuatu melalui akal dari hasil olahan informasi.

KISI-KISI UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Lingkup Materi. melengkapi istilah/kata dalam kalimat

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas pendidikan atau hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya agar bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mengambil peran penting dalam rangka menghasilkan sumberdaya

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengetahuan Prosedural Matematika

DASAR-DASAR MATEMATIKA

Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Analitik Bidang Materi Garis Dan Lingkaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KISI-KISI UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Lingkup Materi. Siswa dapat

PENGEMBANGAN WORKBOOK

Transkripsi:

Miskonsepsi Materi Geometri Siswa Sekolah Dasar Oleh : amini Miskonsepsi dalam bahasa inggris dikenal dengan misconception. Conception is an understanding or a belief of what something is or what something should be (Oxford Dictionary). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsepsi adalah pengertian; pendapat (paham). Mis sendiri dapat diartikan sebagai salah atau tidak sesuai. Sehingga miskonsepsi dapat didefinisikan sebagai suatu pemahaman yang salah atau tidak sesuai terhadap konsep tertentu. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan sebagai konsepsi yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para ilmuwan. Munculnya miskonsepsi dalam pembelajaran dapat mengakibatkan salahnya pemahaman siswa mengenai konsep tertentu. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran selanjutnya. Hirarki matematika sebagai suatu bidang yang memiliki keterkaitan pembahasan satu dengan lainnya menyebabkan timbulnya miskonsepsi merupakan hal yang sangat fatal. Jika seorang siswa mengalami kesalahan pemahaman saat menerima suatu konsep pembelajaran pertama kali, akan berdampak tidak hanya pada saat siswa itu belajar konsep tersebut. Namun akan berakibat pula pada pembelajaran selanjutnya yang merupakan pengembangan dari konsep tersebut. Di sekolah dasar, konsep-konsep matematika yang diberikan merupakan konsep dasar untuk membangun pemahaman siswa terhadap matematika. Maka dari itu sekecil mungkin kesalahan pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika sebaiknya ditiadakan. Diharapkan saat siswa belajar di jenjang SD mereka benar-benar telah memahami apa yang mereka pelajari. Riset sederhana mengenai kemampuan siswa sekolah dasar dalam penguasaan istilah dan simbol matematika dilaksanakan tim Unit Riset dan Pengembangan. Penelitian ini dilakukan di 3 sekolah dasar di provinsi daerah istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas rendah dan kelas tinggi serta guru pengampu bidang matematika di sekolah tersebut. Dalam penelitian tersebut terungkap beberapa konsep yang siswa masih salah atau kurang tepat dalam memahaminya.

Salah satu topik permasalahan yang diangkat adalah geometri, sesuai dengan ruang lingkup materi SD yaitu bilangan, geometri dan pengukuran serta pengolahan data. Pada kelas 1 semester 2 sesuai dengan kompetensi dasar siswa sudah dikenalkan dengan bangun datar sederhana, selanjutnya mengenal segitiga, segi empat, dan lingkaran, kemudian mengelompokkan bangun datar menurut bentuknya. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut identifikasi bangun geometri terutama bangun segi empat merupakan bahasan yang awal dalam matematika SD. Untuk mengetahui pemahaman siswa SD kelas rendah (diambil kelas 3) terhadap identifikasi bangun segi empat, beberapa pertanyaan diberikan untuk siswa diantaranya: Perhatikan semua bangun datar di bawah ini! (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pada gambar di atas, tulislah bangun datar bernomor yang mana saja yang termasuk kelompok atau jenis persegi? Pertanyaan di atas, diujicobakan ke siswa SD kelas 3 dan diperoleh sebanyak 65,18% siswa menjawab dengan benar dan 33,93% yang mengalami miskonsepsi. Secara rinci, terdapat 13,39% siswa yang juga memilih bangun persegipanjang (yang bukan persegi) sebagai persegi, 7,14% siswa hanya memilih bangun persegi biasa yaitu dalam posisi mendatar (menurut arah pandang pembaca), dan 13,39% siswa mengalami miskonsepsi dengan beragam bentuk. Siswa yang mengalami miskonsepsi menganggap suatu bangun adalah persegi jika ukurannya sama dan merupakan persegipanjang jika ukuran sisinya ada yang tidak sama.

Perhatikan semua bangun datar di bawah ini! (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pada gambar di atas, tulislah bangun datar bernomor yang mana saja yang termasuk kelompok atau jenis persegipanjang? Untuk pertanyaan di atas, tidak ada siswa yang menjawab dengan benar. Sebanyak 99,11% responden mengalami miskonsepsi yang terdiri dari 10,71% siswa menganggap persegipanjang hanya dalam posisi biasa yaitu dengan sisi mendatar (dalam arah pandang pembaca) adalah sisi terpanjang, 81,25% siswa memilih salah satu atau semua bentuk persegi panjang yang bukan persegi, dan 7,14% siswa mengalami miskonsepsi dengan ragam bentuk yang lain. Kesalahan siswa disebabkan pada kebiasaan menggambar persegipanjang dalam posisi biasa, dan penjelasan guru yang membedakan bangun persegi dan persegipanjang. Perhatikan gambar beberapa bangun datar di bawah ini. (1) (2) (3) (4) Bangun nomor mana saja yang termasuk segiempat? Hasil yang diperoleh diketahui bahwa sebanyak 33,93% yang menjawab dengan benar dan 65,18% responden mengalami miskonsepsi. Sebanyak 15,18% siswa hanya memilih salah satu

dari keempat bangun segiempat. Ada 38,39% siswa yang tidak menganggap bangun yang tidak bernama khusus (gambar 4) sebagai segiempat. Dan sebanyak 11,61% siswa mengalami miskonsep dengan ragam respon yang lain. Siswa yang mengalami miskonsepsi terjebak pada nama-nama khusus dari bangun datar. Hal ini terutama disebabkan oleh fokus mempelajari bentuk-bentuk khusus segiempat tanpa menyinggung hubungan dengan segiempat yang umum. Pertanyaan serupa juga diujikan ke guru matematika pengampu kelas yang bersesuaian. Dan hasil yang diperoleh pun tidak jauh berbeda. Konsep persegi, persegipanjang, dan segiempat menjadi konsep yang membingungkan bagi guru. Dari tiga pertanyaan seputar permasalahan geometri dasar diatas, dapat dilihat siswa maupun guru masih menganggap persegi, persegipanjang, dan segiempat pada ciri-ciri khusus yang telah mereka ketahui. Hubungan antar persegi, persegipanjang dan segiempat secara umum belum dipahami. Kebanyakan menganggap bahwa persegi bukanlah (termasuk) bangun persegipanjang. Kata panjang dari istilah persegipanjang sepertinya memberi sugesti pada siswa dan guru bahwa bangun tersebut harus ada sisi yang lebih panjang. Kuat diduga bahwa miskonsepsi yang terjadi banyak dipengaruhi oleh kebiasaan pada kasuskasus, pengaruh prakonsepsi (yang sebagian besar didasarkan pada makna bahasa sehari-hari), dan juga sumber belajar yang keliru. Kenyataan di lapangan, banyak praktek-praktek pembelajaran maupun sumber-sumber pembelajaran yang masih menganggap persegi, persegipanjang, segiempat sebagai himpunan yang terpisah. Selain itu, data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara miskonsep yang terjadi pada siswa dengan miskonsep yang terjadi pada guru. Ini mengindikasikan bahwa guru ikut mengambil peran dalam membelajarkan miskonsepsi yang terjadi. Perlunya guru mengetahui miskonsepsi yang sering terjadi (pada siswa) agar dalam proses pembelajaran dapat mengantisipasi dan mengobati adanya miskonsepsi serupa. Sehingga dalam

kesempatan selanjutnya miskonsepsi dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan yang mengakibatkan siswa tanpa hambatan dalam mempelajari matematika selanjutnya. http://www.oxfordadvancedlearnersdictionary.com/dictionary http://kamusbahasaindonesia.org Sumardyono, dkk. 2009. laporan penelitian : Kemampuan Siswa Sekolah Dasar Dalam Penguasaan Istilah Dan Simbol Matematika. PPPPTK Matematika Yogyakarta