BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI KELURAHAN DARAT TESIS

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Perkenalkan nama saya dr. Maulina Sri Rizky, saat ini saya sedang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan memori adalah keluhan yang sering dijumpai pada. masyarakat umum, dan prevalensinya cenderung meningkat dengan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI DESA TANJUNGAN KEC. KEMLAGI KAB. MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proporsi populasi usia lanjut di Indonesia semakin bertambah seiring

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

GAMBARAN STATUS MENTAL KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

NARASI KEGIATAN PENYULUHAN DEMENSIA PADA PERTEMUAN KELOMPOK LANSIA (LANJUT USIA) RUMAH SAKIT CONDONG CATUR YOGYAKARTA TAHUN 2009

PERBANDINGAN FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA HIPERTENSI TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

GAMBARAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN PADA WANITA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan memori adalah salah satu keluhan yang paling banyak. terjadi pada usia lanjut. Banyak penelitian yang menghubungan antara

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT LANSIA DI PANTI WERDHA KARYA KASIH MONGONSIDI MEDAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

serta peneliti tidak melakukan asuhan keperawatan dengan cara memaksa klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kemungkinan sebagian besar mengabaikannya. Untuk mencegah resiko

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA JEMBER

GAMBARAN SKOR MMSE, CDT, TMT A DAN TMT B PADA LANSIA DI PANTI WERDHA AGAPE TONDANO

LAMPIRAN. : dr.saulina Dumaria Simanjuntak. 1. Penyediaan obat-obatan : Rp Akomodasi dan transportasi : Rp

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

PENGKAJIAN LANSIA 2 : PSIKOGERONTIK. Chairul Huda Al Husna

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian menunjukkan bahwa rutinitas ibadah shalat wajib memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

Kata kunci: kualitas hidup, faktor yang terkait, orang dewasa, epilepsi, Nigeria

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif, dimana akan dijumpai gangguan yang ringan sampai terjadinya demensia (Yaffe dkk, 2001). Pada populasi penduduk terutama jumlah orang tua yang menderita penyakit Alzheimer (AD) diperkirakan akan meningkat dari 26,6 juta menjadi 106,2 juta pada tahun 2050 (Lautenschlager dkk, 2008). Faktor-faktor lifestyle seperti stimulasi intelektual, berkaitan dengan kognitf dan sosial, dan beberapa tipe exercixe dapat menurunkan resiko untuk terjadinya gangguan yang berhubungan dengan usia seperti Alzheimer s disease (AD) dan demensia vaskular. Kenyataannya banyak studi yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat mencegah kemunduran fungsi kognitif yang lambat (Foster dkk, 2011). Fungsi kognitif yang buruk juga merupakan suatu prediktor kematian pada semua usia dan juga dapat dilihat sebagai penanda status kesehatan secara umum. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang bermanfaat pada fungsi kognitif usia paruh baya. Dan juga merupakan sebagai pencegahan terhadap gangguan fungsi kognitif dan demensia (Singh-Manoux dkk, 2005). Tingkat pendidikan yang rendah menjadi faktor resiko untuk terjadinya Alzheimer Disease, hal ini disebabkan environmental dan mental exercise

kurang maka pertumbuhan dendrit pun menjadi kurang (Sjahrir,1999; Bayer dkk, 2004). Data pada suatu penelitian memberikan bukti yang kuat bahwa hubungan antara senile plaques dan tingkat fungsi kognitif berbeda dengan tingkat pendidikan (Bennet dkk, 2004). Pendidikan sejak dini memiliki efek langsung pada struktur otak melalui peningkatan jumlah synaps atau vaskularisasi dan membentuk cognitive reserve, serta efek stimulasi mental pada usia tua dimana dapat mempengaruhi neurokemikal ataupun struktur otak (Lee dkk, 2003). Koepsell dkk (2008), melakukan suatu studi untuk melihat hubungan tingkat pendidikan mempunyai peranan dalam neuropatologi pada AD dimana dijumpai adanya gangguan kognitif. Mereka menyimpulkan bahwa tidak menemukan bukti yang cukup antara hubungan tingkat pendidikan dengan penyakit Alzheimer. Tetapi nilai mini mental status examination (MMSE) yang tinggi antara orang-orang yang berpendidikan tinggi menggambarkan mereka lebih ringan atau tidak menderita AD. Suatu studi mengatakan bahwa cognitive reserve pada tingkat pendidikan yang tinggi berhubungan dengan skor/ nilai yang tinggi pada tes fungsi kognitif dan begitu juga sebaliknya (Bellen, 2009). Hernandez dkk (2010) melakukan suatu studi, untuk menganalisa pengaruh aktivitas secara regular dan sistematis terhadap fungsi kognitif, serta secara seimbang dan resiko terhadap pasien usia tua dengan AD. Mereka menyimpulkan bahwa olahraga mungkin suatu non farmakologis yang penting dapat dilakukan yang bermanfaat untuk fungsi kognitif dan menurunkan resiko terjadinya gangguan kognitif. Terkadang ketangkasan/kecekatan dalam berolahraga dan keseimbangan dapat juga dihubungkan dengan fungsi kognitif pada pasien usia tua dengan AD.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa frekuensi dan latihan fisik yang dilakukan pada usia paruh baya atau usia lanjut dapat menurunkan resiko terjadinya gangguan kognitif (Geda dkk, 2010; Abbott dkk, 2004; Laurin dkk, 2001; Andel dkk, 2008, Baker dkk, 2010; Etgen dkk, 2010 ). Larson dkk (2006) melakukan suatu studi prospektif untuk mengetahui hubungan antara exercise regular dan penurunan resiko demensia dan AD. Subjek penelitian sebanyak 1740 orang dengan usia 65 tahun atau lebih tanpa gangguan kognitif. Mereka menyimpulkan bahwa exercise regular berhubungan dengan resiko terjadinya demensia dan penyakit Alzheimer pada usia paruh baya dimana orang-orang yang melakukan 3 kali atau lebih perminggu resiko menderita demensia menurun dibandingkan orang yang melakukan exercise regular kurang 3 kali perminggu. Level aktivitas fisik yang tinggi dan dilakukan secara rutin dan terus menerus mempunyai hubungan dengan tingginya fungsi kognitif dan penurunan fungsi kognitif. Manfaat aktivitas fisik akan tampak nyata dimana akan kelihatan 3 tahun lebih muda dari usianya dan 20% dapat menurunkan resiko gangguan fungsi kognitif (Weuve dkk, 2004). Suatu studi menyimpulkan bahwa stimulasi fisik dan kognitif pada pasien usia lanjut dengan AD dapat berkontribusi pada pengurangan dari penurunan fungsi kognitif (Arcoverde dkk, 2008). Mathuranath dkk (2007) melakukan suatu studi kohort di India dengan melakukan suatu pemeriksaan kognitif dengan menggunakan mini mental state examination dan addenbrokes s cognitive examination (ACE) pada suatu populasi di India berdasarkan tingkat pendidikan dan kebudayaan yang ada dimasyarakat tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh

dalam dalam pengisian mini mental state examination dan addenbrokes s cognitive examination yang akhinya akan mengetahui rata-rata fungsi kognitif pasien tersebut. Mathuranath dkk (2000) melakukan suatu studi untuk memvalidasi suatu tes yang sederhana yang dirancang untuk mendeteksi demensia dan membedakan demensia alzheimer (AD) dari demensia frontotemporal (FTD). Mereka menyimpulkan bahwa Addenbrookes s cognitive examination (ACE) adalah suatu instrument yang dapat mendeteksi demensia secara dini, dan juga untuk membedakan antara AD dan FTD. Beberapa studi juga menjelaskan bahwa Addenbrookes s cognitive examination revised (ACER) merupakan suatu alat diagnostik yang akurat untuk mendiagnosa suatu demensia (Carvalho dkk, 2010; Poeretemad dkk, 2009). MMSE adalah suatu alat screening yang digunakan pada individu untuk mengetahui gangguan kognitif, tapi tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa demensia ( Kochhann dkk, 2009). The General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ) adalah suatu instrument screening yang telah divalidasi yang dapat digunakan untuk menilai pencegahan primer. Instrument ini digunakan pada orang dewasa untuk melihat level aktivitas fisik, yang terdiri dari pertanyaan yang simpel yang berisi tentang 4 level Physical Activity Index (PAI) dengan kategori Active, Moderately Active, Moderately Inactive, dan Inactive (The General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ). 2009).

I.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia? I.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan : I.3.1. Tujuan umum: Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia. I.3.2. Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif pada Lansia di Kelurahan Darat 2. Untuk megetahui hubungan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada Lansia di Kelurahan Darat 3. Untuk megetahui distribusi rerata nilai fungsi kognitif terhadap kelompok usia, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa 4. Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi pada lansia di Kelurahan Darat I.4. HIPOTESIS Terdapat hubungan tingkat pendidikan dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada Lansia di Kelurahan Darat.

I.5. MANFAAT PENELITIAN Dengan mengetahui adanya hubungan tingkat pendidikan dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia maka dengan sedini mungkin kita dapat melakukan usaha pencegahan salah satunya dengan melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki > 1,5 jam/minggu dan juga dapat melakukan aktivitas fisik lainnya seperti jogging, berkebun, menari, tenis dan sebagainya.