BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA, DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA TUTOR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN SEMARANG T E S I S

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

B U T A A K S A R A. Oleh: FITTA UMMAYA SANTI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

173 Dampak Pendidikan Keaksaraan terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga.Amelia Rizky Hartini, Sumarno., Hiryanto,.

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR BAGI WARGA BUTA HURUF PADA KEAKSARAAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

PERANAN PENERAPAN METODE IQRO TERHADAP HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DASAR MERPATI. Irliana Faiqotul Himmah 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

MAKALAH PEMBELAJARAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Oleh Dra. YUHELMI

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PENGELOLAAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN JEMBER

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM BANYUWANGI MENGAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Capaian Keaksaraan, Gender, dan Pengembangan Budaya Baca

LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

MENIGKATKAN MOTIVASI DAN KINERJA TUTOR PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan pengetahuan, dan

PEMETAAN TINGKAT PENCAPAIAN MUTU PENDIDIKAN PADA PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI PAUD AN-NURIYAH DESA CIUYAH KABUPATEN SUMEDANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

B U P A T I B A L A N G A N

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD

! "## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 313/ HK / 2016 TENTANG

MERANCANG BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEAKSARAAN Bahan Sajian Semiloka Pendidikan Keaksaraan

PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2009

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

DR. H. Sofyan Sauri, M.Pd (Ketua) Anggota : 1. Drs. H. Ade Sadikin Akhyadi, MSi 2. Drs. Yadi Ruyadi, MSi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN

PENGANTAR. Jakarta, 23 Januari 2018

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah buta aksara sebagai suatu masalah nasional sampai saat ini masih belum tuntas sepenuhnya. Berbagai usaha dalam upaya penanggulangannya masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk menanggulanginya berupa pengorganisasian kelompok belajar keaksaraan fungsional, tampaknya belum efektif. Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya lain, sehingga jumlah buta aksara dari tahun ke tahun akan makin menipis. Didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis Pendidikan Nasional 2005-2009 secara tegas Indonesia menetapkan bahwa pada akhir 2009, angka buta aksara usia 15 tahun ke atas hanya tersisa 5% atau 7,7 juta orang. Sementara itu, sampai dengan akhir 2006, angka buta aksara kelompok usia tersebut masih sekitar 8,06% atau 12,88 juta orang. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas, menyadari betul bahwa upaya pencapaian target tersebut bukan perkara mudah. Pencapaian target tersebut akan menjadi makin sulit, seandainya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun juga kurang berhasil. Hal ini tidak lain karena jumlah drop out SD/MI, khususnya kelas I,II dan III, cenderung menambah angka buta aksara. Keterkaitan antara tingkat keberhasilan program wajib belajar pendidikan dasar dengan angka buta aksara serta pentingnya upaya memenuhi hak setiap 1

2 warga negara untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, telah mendorong pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Hasil Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). Tujuannya adalah agar penuntasan kedua program tersebut menjadi sebuah gerakan nasional yang melibatkan seluruh komponen bangsa, sehingga target dari kedua program tersebut dapat tercapai. Namun demikian, berbagai ketentuan di dalam Inpres tersebut belum mampu menjawab hal-hal teknis yang bersifat operasional. Untuk menjabarkan berbagai ketentuan Inpres tersebut, Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). Upaya meningkatkan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung, bagi warga belajar buta aksara telah dilaksanakan berbagai program, antara lain Program Pemberantasan Buta Huruf ( PBH ), Program Kejar Paket A dan Program Kejar Paket A OBAMA (Operasi Bhakti ABRI Manunggal Aksara). Akan tetapi program-program tersebut kurang efektif untuk meningkatkan kecakapan membaca menulis dan berhitung warga masyarakat. Sasaran pemberantasan buta aksara tahun 2003 adalah 5,9 juta, akan tetapi justru hasil Supas menunjukkan adanya peningkatan jumlah warga masyarakat yang masih buta aksara. Kendala yang banyak dihadapi oleh para pelaksana adalah rendahnya motivasi warga belajar untuk mengikuti program Kejar Paket A. Hal

tersebut ditandai kurang bersemangatnya warga belajar ketika mengikuti serangkaian program yang berkaitan dengan pemberantasan buta aksara. 3 Program ini menuntut kinerja pengelola keaksaraan fungsional yang memadai. Dalam melaksanakan perannya pengelola keaksaraan fungsional bekerjasama dengan tutor. Peran tutor tidak hanya pada proses pembelajaran calistung akan tetapi mulai dari merencanakan kegiatan belajar, mengidentifikasi minat dan kebutuhan warga, menyusun kurikulum bersama warga belajar, mencari bahan belajar sekaligus menyesuaikan dengan kemampuan warga belajar dan mengevaluasi proses pembelajaran yang partisipatif. Pembelajaran keaksaraan fungsional perlu melibatkan warga belajar mulai dari perencanaan program belajar sampai dengan penilaian hasil belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pengelola keaksaraan fungsional, di antaranya keberadaan program pendidikan keaksaraan, sumber daya manusia, motivasi kerja kepala desa, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, aktivitas tutor, dan sebagainya. Dari faktor tersebut, faktor yang dominan adalah aktivitas tutor dan motivasi kerja kepala desa. Hal tersebut disebabkan aktivitas tutor dalam pembelajaran keaksaraan fungsional merupakan dasar berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Jika tutor tidak memiliki aktivitas dalam program tersebut maka dapat dipastikan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional tidak dapat berjalan secara optimal sehingga akan berdampak pada kinerja pengelola keaksaraan fungsional. Demikian juga, motivasi kerja kepala desa. Kepala desa merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam program keaksaraan fungsional di setiap desa yang tersebar dalam berbagai kelompok belajar.

4 Idealnya, pemahaman yang holistik mengenai aktivitas tutor dan motivasi kerja kepala desa yang tinggi dalam menyukseskan program keaksaraan fungsional maka akan memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kinerja pengelola keaksaraan fungsional. Realitas di lapangan khususnya di Kabupaten Kendal menunjukkan bahwa kinerja pengelola keaksaraan fungsional belum dapat dilihat secara optimal, padahal mereka sudah memiliki job description tugas yang jelas. Secara umum motivasi kerja kepala desa dalam menanggapi program keaksaraan fungsional cukup beragam. Ada kepala desa yang cukup antusias namun ada juga yang terkesan masa bodoh dan kurang peduli terhadap program keaksaraan fungsional sehingga berdampak pada kinerja para pengelola keaksaraan fungsional. Di sisi lain, aktivitas tutor belum terlihat optimal. Hal ini dapat dilihat dari kurang gigihnya tutor dalam menyusun program pembelajaran dan melaksanakan program tersebut sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional cenderung terkesan jalan tanpa ada persiapan yang matang dari para tutor. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara empirik mengenai kontribusi aktivitas tutor dan motivasi kerja kepala desa terhadap kinerja pengelola keaksaraan fungsional di Kabupaten Kendal tahun 2008. B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah adakah kontribusi aktivitas tutor dan

motivasi kerja kepala desa terhadap kinerja pengelola keaksaraan fungsional di Kabupaten Kendal tahun 2008? 5 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi aktivitas tutor dan motivasi kerja kepala desa terhadap kinerja pengelola keaksaraan fungsional di Kabupaten Kendal tahun 2008. D. Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Secara teoretis, jika dalam penelitian ini aktivitas tutor dan motivasi kerja kepala desa terbukti memiliki kontribusi dengan kinerja pengelola keaksaraan fungsional, berarti hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan teori untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan program pendidikan keaksaraan fungsional. Selebihnya penelitian ini juga akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan menambah kasanah bagi manajemen pendidikan. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan: 1. Bagi pengelola keaksaraan fungsional, untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka melaksanakan tugasnya mengelola kelompok belajar dalam program keaksaraan fungsional; 2. Bagi Penilik Pendidikan Non Formal, sebagai sarana untuk memberikan masukan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan; 3. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kendal, sebagai sarana bahan masukan untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program keaksaraan fungsional.