TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Model Pengajaran

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru sebagai ujung tombak pendidikan harus mempunyai kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

PENERAPAN TEAM TEACHING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP ISLAM AL-MA ARIF 01 SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sifat dan tata laku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB II LANDASAN TEORI. terdiri dari kajian teori yang meliputi metode team teaching dan pembelajaran

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PILOTING DAN LESSON STUDY PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH KOTA MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Al-Istiqamah Simpang Empat, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik

2015 KEEFEKTIFAN TEKNIK EXAMPLE NON EXAMPLE BERMEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad informasi. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

P 39 KEYAKINAN GURU TERHADAP MATEMATIKA DAN PROFESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, seiring dengan kemajuan peradaban yang pesat,

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROGRAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN CALON GURU. Wita Setianingsih Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

PENINGKATAN MINAT BELAJAR KIMIA SISWA MELALUI MODUL KOMIK PADA KELAS X DI MAN 2 WATES KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang disahkan pada tanggal 8 Juli 2003

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

I PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

CONTOH PROGRAM KERJA KKG MI

Hairuddin Ahmad Kepala SMA Negeri 6 Mataram -

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Pendidikan

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB IV HASIL PENELITIAN. siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

Transkripsi:

Supahar/Team Teaching Sebuah TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY Pendahuluan Oleh: Supahar Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstraks Salah satu agenda dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah peningkatan mutu guru. Dalam KTSP di sekolah, guru dituntut untuk semakin kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.tuntutan tersebut diantaranya ialah guru harus mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, guru harus kreatif mendesain strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta guru pun dituntut untuk mampu melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa secara menyeluruh. Team teaching menawarkan upaya pembentukan team atau kelompok di antara guru dan pendidik dengan misi utama meningkatkan prestasi siswa dalam belajar. Team teaching juga bermaksud menggagas tentang upaya membangun kebersamaan antara guru untuk saling belajar (learning Community) dalam peningkatan profesi guru--asah, asih, dan asuh. Selanjutnya team teaching adalah upaya nyata untuk menangkap segala bentuk perubahan di dunia pendidikan, menggagas tentang inovasi yang lebih condong pada perubahan paradigma belajar, yakni pendidikan karakter. Kata Kunci : Team Teaching, Learning Community Dalam dunia pendidikan, peningkatan mutu guru selalu menjadi perhatian utama. Gede Raka (2009) berpendapat bahwa, tidak ada pendidikan bermutu tanpa guru yang bermutu. Selanjutnya disebutkan pula bahwa, tidak ada bangsa yang dapat membangun masa depan yang lebih baik dan menjadi bangsa yang bermartabat tanpa pendidikan yang bermutu. Zamroni (2009), menyatakan bahwa peningkatan mutu sekolah secara massal merupakan suatu upaya untuk menciptakan dan menjamin proses perubahan berlangsung secara terus menerus dan bias dilaksanakan oleh semua sekolah Di lain pihak, Yeni Artiningsih (2008) menyebutkan bahwa, penyelenggaraan pendidikan di sekolah, tentu tidak terlepas dari peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang diwujudkan dalam bentuk interaksi belajar mengajar, baik antara guru dengan guru lainnya, guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa dan lingkungannya. Dalam menyelenggarakan pembelajaran formal, guru berpedoman pada rencana dan pengaturan tentang pendidikan, yang keseluruhannya dituangkan dalam kurikulum. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), peran guru dalam mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum tampaknya bukan hal yang sederhana. Guru dituntut untuk dapat memenuhi sejumlah prinsip pembelajaran tertentu, diantaranya guru harus memperhatikan kebutuhan dan perbedaan individual, mengembangkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, kreatif dan menyenangkan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran siswa secara akurat dan komperhensif. Untuk dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik tampaknya masih ditemukan berbagai kendala, seperti persoalan rendahnya motivasi dan kemampuan guru itu sendiri, ratio antara guru dengan siswa yang tidak seimbang, dan keterbatasan sarana. Semua itu menuntut guru untuk dapat mengelola pembelajaran dan mengembangkan bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang lebih tepat dan sesuai. Dengan kata lain, guru adalah orang yang berperan penting di dalam kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas untuk mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas. Dalam melaksanakan tugas tersebut guru berupaya sekuat tenaga agar kehidupan kelas berjalan baik, siswa dapat belajar tanpa hambatan dan dapat menguasai apa yang diajarkan guru untuk memperoleh nilai yang baik. Tugas guru yang utama adalah menciptakan suasana di dalam S-8

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Saat di kelas perhatian guru haruslah merata, sehingga siswa dapat termotivasi untuk lebih giat dalam belajar dan mendapatkan nilai yang baik. Terlampau banyak memperhatikan anak-anak yang bodoh atau pandai saja merupakan kesalahan dari seorang guru, kesalahan tersebut karena guru tidak mengindahkan siswa yang tergolong menengah. Guru harus mampu memilih metode-metode yang digunakan saat mengajar agar siswa dapat cepat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru untuk menghasilkan nilai yang baik. Penggunaan strategi belajar mengajar dan metode-metode mengajar merupakan upaya dari guru guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran itu dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diterapkan. Selama ini berdasarkan monitoring di kelas pada umumnya strategi pembelajaran yang dikembangkan di sekolah cenderung menjadi tanggung jawab guru yang bersangkutan secara individual, baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun menilai pembelajaran siswa. Ketika dihadapkan dengan tuntutan kurikulum yang sangat kompleks dan kondisi nyata yang kurang kondusif, guru seringkali menjadi tidak berdaya dan memiliki keterbatasan untuk dapat mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan apa yang diharapkan dan digariskan dalam ketentuan yang ada. Dalam hal ini, strategi Team Teaching tampaknya bisa dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada. Melalui strategi Team Teaching, diharapkan antar mitra dapat bekerja sama dan saling melengkapi dalam mengelola proses pembelajaran. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi secara bersama-sama. Wacana tentang strategi pembelajaran team teaching kini menjadi kian mengemuka seiring dengan berlangsungnya pelaksanaan sertifikasi guru. Di kalangan sejumlah guru, (Murni Ramli, 2008) team teaching dipahami sebatas sebagai cara untuk menggenapkan quota jam mengajar 24 jam sebagaimana yang dituntut dalam PP 16 tahun 2007 tentang sertifikasi guru. Di samping itu, team teaching diadakan untuk mengantisipasi supply guru yang berlebih di beberapa sekolah. Ketidakseimbangan dalam penyebaran guru di seluruh Indonesia menjadi permasalahan pelik yang menghalangi proses kemajuan pendidikan di Indonesia. Beberapa sekolah kebingungan mempekerjakan guru-gurunya karena jumlah yang sudah melebihi batas, tetapi ada pula sekolah yang terpaksa memeras keringat guru untuk bekerja over time. Di Jepang program team teaching dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, terutama di kelas-kelas yang membutuhkan pendampingan. Karena program team teaching ditawarkan dan dibiayai oleh pemerintah. Idealnya team teaching dipahami sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas/mutu pendidikan yang berorientasi terciptanya learning community. Team teaching akan menjadi sangat menarik untuk dieksplorasi dan diterapkan lebih dalam jika dipahami secara baik konsep dan esensi pemberlakuannya. Adanya kolaborasi 2 guru atau lebih di dalam kelas, perencanaan pembelajaran akan lebih mantap. Di samping itu, proses observasi terhadap siswa pada saat pembelajaran berlangsung menjadi lebih intens. Catatan khusus terhadap perilaku, ketidakbisaan, kesulitan siswa akan terekam dengan baik. Bersamaan dengan itu, teknik pengajaran pun akan dapat dikritisi dengan baik pada saat melakukan refleksi. Untuk dapat melakukan ini dengan baik, sejumlah guru yang berkolaborasi dalam team teaching harus mempunyai kesamaan komitmen, dan kesiapan untuk bersikap kritis dan mengkritisi. Melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang konsep dasar team teaching dan tahapan-tahapan dalam pembelajaran team teaching sebagai upaya membangun learning community di sekolah. Konsep Team Teaching Istilah team teaching menjadi topik umum di kalangan pendidikan. Secara teori, team teaching menjanjikan banyak kelebihan yang lebih diarahkan kepada siswa. Sekali lagi, siswa menjadi tujuan utama dari team teaching. Katakan saja, ternyata banyak sekali kalangan guru yang S-9

Supahar/Team Teaching Sebuah terperangkap untuk langsung mempercayai satu istilah baru yang muncul dengan label serupa-- collaborative teaching. Pada intinya konsep team teaching dan collaborative teaching menawarkan satu solusi baru untuk mengatasi banyak persoalan di kelas dan di sekolah, lebih luas di dunia pendidikan. Pertanyaan yang perlu disampaikan adalah: "Apakah team teaching begitu mutakhirnya sehingga mampu serta merta menyelesaikan persoalan pendidikan yang kita hadapi sekarang ini? Apakah begitu kita menggunakan konsep ini di kelas kita sendiri langsung menemukan persoalan yang ada di kelas dengan sebenarnya?" Sebagai guru, rasanya perlu mengingatkan tentang perlunya berhati-hati dalam menerima dan lantas menerapkan di lingkungan sekolah dan di kelas. Jangan terlebih dulu mengagungkan nama-nama konsep yang baru hanya karena istilah yang digunakan mengambil dari barat dan berbahasa Inggris. Tanpa kecermatan total tentang konsep ini dan sosialisasi yang mantap di lingkungan sekolah, rasaya tida bijak kalau kita kemudian menerapkan sebuah gagasan dengan label 'team teaching'. Team Teaching merupakan strategi pembelajaran yang kegiatan proses pembelajarannya dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian peran dan tanggung jawabnya masingmasing. Definisi ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Martiningsih (2007) bahwa Metode pembelajaran team teaching adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Tim pengajar atau guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu ini menyajikan bahan pengajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. Para guru tersebut bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi panel. Team teaching menawarkan upaya pembentukan team atau kelompok di antara guru dan pendidik dengan misi utama meningkatkan prestasi siswa dalam belajar. Team teaching juga bermaksud menggagas tentang upaya membangun kebersamaan antara guru untuk saling belajar dalam peningkatan profesi guru, asah, asih, dan asuh. Selanjutnya team teaching adalah upaya nyata untuk menangkap segala bentuk perubahan di dunia pendidikan, menggagas tentang inovasi yang lebih condong pada perubahan paradigma belajar. Kalaupun pengertian di atas belum begitu masuk dalam pembahasan dan menjadi keseharian, layaknya guru dan tenaga kependidikan perlu mempelajari lebih cermat tentang rekayasa dan inovasi dalam peningkatan mutu pendidikan. Manajemen sekolah, termasuk kepala sekolah dan layanan kurikulum, tidak sepatutnya merancang dan menerapkan kebijakan yang terkait dengan team teaching dengan hanya melepaskan segala urusannya kepada guru-guru sebagai pelaksana team teaching. Jika kondisi tersebut diambil dan diputuskan menjadi satu kebijakan sekolah, menurut hemat saya, "Alangkah mudahnya!?" Agar tidak berjalan tanpa arah, team teaching perlu dipikirkan dan dibicarakan bersama dalam forum guru. Pihak pemberi layanan kurikulum menawarkan konsep baru dengan nama team teaching di sekolah, dengan melibatkan seluruh komponen guru, atau bisa jadi dikhususkan untuk guru bidang studi tertentu. Dalam forum ini disampaikan maksud konsep tersebut, harapan dan tujuan yang hendak dicapai secara tuntas, dan bagaimana seharusnya pelaksanaanya bisa dikontrol dan dievaluasi tentang kelebihan dan kekurangannya. Semua yang terlibat di dalam sebuah team teaching, di antaranya adalah: (1) team teaching harus memiliki visi dan misi yang jelas, (2) perlu ditetapkan tentang rencana pelaksanaan di kelas, (3) perlu disebutkan tentang sejauh mana keterlibatan guru satu dan yang lain, (4) siapa yang perlu memegang peranan dominan di masingmasing team, (5) bagaimana para anggota bisa ikut memberikan peranan yang berarti, (6) apakah team teaching tersebut memiliki sumber-sumber belajar yang cukup, (7) apakah semua orang mau meluangkan waktu yang untuk berbagi dan merenanakan kegiatan, dan (8) perlu diketahui bagaimana cara menyelesaikan segala permasalahan yang muncul, serta (9) apakah team teaching akan berkelanjutan dan sebagainya. S-10

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 Beberapa jenis dari strategi Team Teaching, sebagaimana disebutkan oleh Yeni Artiningsih (2008), yakni: a. Semi Team Teaching : Tipe 1, sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Perencanaan materi dan metode disepakati bersama. Tipe 2a, satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh guru masingmasing. Tipe 2b, satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok. b. Team Teaching Penuh Tipe 3, satu tim terdiri dari dua orang guru atau lebih, waktu kelas sama, pembelajaran mata pelajaran / materi tertentu. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara bersama dan sepakat. Adapun variasi Team Teaching Penuh sebagaimana disebutkan oleh Yeni Artiningsih (2008) ialah : (1) Pelaksanaan bersama, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi, seorang guru membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan individual, (2) Anggota tim secara bergantian menyajikan topik/materi. Diskusi / tanya jawab dibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim, (3) Seorang guru (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktek dan informasi seperlunya. Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok dipandu seorang guru (tutor, fasilitator, mediator). Akhir pembelajaran masing-masing kelompok menyajikan laporan (lisan/tertulis) dan ditanggapi bersama serta disimpulkan bersama. Namun, dari beberapa jenis Team Teaching yang dikemukakan oleh Yeni Artiningsih (2008), penulis lebih condong ke jenis Team Teaching penuh, karena disana lebih terlihat nyata strategi Team Teaching-nya. Guru yang mengajar lebih dari satu orang, mereka mengajar di kelas yang sama dengan materi yang sama dan pada waktu yang sama, serta setiap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya pun dilakukan atas kesepakatan bersama. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembentukan team dalam sebuah pelaksanaan tugas, bahwa segala sesuatunya yang berkaitan dengan misi pencapaian tujuan dilakukan secara bersama-sama, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan. Melalui Team Teaching penuh ini akan terbangun sebuah learning community di sekolah yang bersangkutan. Tahapan Team Teaching 1. Tahap Awal a. Penyusunan RPP secara Bersama Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih populer dengan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap guru yang tergabung dalam Team Teaching. Agar setiap guru yang tergabung dalam team teaching memahami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepada sistem penilaian hasil evaluasi siswa. b. Metode Pembelajaran Disusun Bersama Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team, metode yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah pembelajaran. c. Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus sama-sama mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Terutama ini dapat dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi pada siswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan guru. S-11

Supahar/Team Teaching Sebuah d. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masingmasing. Tidak ada lagi yang namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini. 2. Tahap Inti Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai pengawas dan pembantu team. Atau dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam pelajaran yang ada. 3. Tahap Evaluasi a. Evaluasi Guru Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberi kritikankritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa. b. Evaluasi Siswa Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru Team Teaching. Atas kesepakatan bersama guru harus membuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, disini guru Team Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-pos pengawasan. Penutup Implementasi KTSP di sekolah, menuntut guru untuk semakin kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.tuntutan tersebut diantaranya ialah guru harus mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, guru harus kreatif mendesain strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta guru pun dituntut untuk mampu melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa secara menyeluruh. Berbagai hal yang harus dipenuhi guru tersebut, tentu merupakan hal yang sulit jika semua itu dilakukan seorang diri, untuk itu membutuhkan partner dalam mengelola pembelajaran agar semua hal tersebut dapat dilakukan secara maksimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan strategi Team Teaching dalam melaksanakan proses pembelajaran. Team Teaching merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian tugasnya secara jelas. Dilihat dari jenisnya, strategi Team Teaching ada dua jenis, yaitu semi Team Teaching dan Team Teaching penuh. Dalam strategi Team Teaching, seluruh aktivitas proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi dilakukan secara bersama oleh guru Team Teaching. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip kerja sama dalam rangka menumbuhkan learning community di lingkungan sekolah. Bagi sekolah-sekolah yang sudah menggunakan strategi Team Teaching dalam proses pembelajaran, S-12

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 pelaksanaan Team Teaching harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang benar agar tidak terjadi penyimpangan dalam sistem pembelajaran. Daftar Pustaka Murni Ramli. (2008). Wacana tentang Team Teaching.( http://indosdm.com/). (Diakses tanggal 28 April 2009). Martiningsih. (2007). Team Teaching. (http://martiningsih.blogspot.com).(diakses tgl 28 April 2009). Gede Raka. (2009). Peningkatan Mutu Guru: Hati hati Jangan Memanjat Pohon Yang Salah. Makalah disampaikan dalam Semnas Dies Natalis UNY, 25 April 2009. Yogyakarta Yeni Artiningsih.(2008).Team Teaching.( http://akhmadsudrajat.wordpress.com). (Diakses tanggal 28 April 2008). Zamroni. (2009). Kebijakan Peningkatan Mutu Sekolah di Indonesia. Makalah disampaikan dalam Semnas Dies Natalis UNY, 25 April 2009. Yogyakarta S-13