BAB II LANDASAN TEORI. terdiri dari kajian teori yang meliputi metode team teaching dan pembelajaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. terdiri dari kajian teori yang meliputi metode team teaching dan pembelajaran"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab II ini, peneliti akan membahas mengenai landasan teori yang terdiri dari kajian teori yang meliputi metode team teaching dan pembelajaran tematik, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal tersebut. A. Kajian Teori 1. Metode Team Teaching a. Pengertian Metode Team Teaching Menurut Majid (2014:150) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Sedangkan menurut Kartika (Yunita, 2016:98) metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebaginya). Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu, Sudjana (2014:76) berpendapat bahwa metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Seorang guru memerlukan suatu metode mengajar dalam melakukan proses pembelajaran. Metode mengajar memiliki beberapa jenis yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama, metode 9

2 10 problem solving, metode team teaching, metode latihan, metode karyawisata, metode resource person, metode survei masyarakat, dan metode simulasi. Salah satu metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru adalah metode team teaching. Engkoswara (Nuha, 2016:3) menjelaskan bahwa team teaching adalah suatu cara mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas. Sedangkan menurut Sudjana (2014:86) team teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sama halnya dengan pendapat Martiningsih (Wiradinata, 2013:73) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran team teaching adalah suatu metode mengajar dengan jumlah guru yang lebih dari satu orang, dan tiap-tiap guru mempunyai tugas masing-masing. bahwa: Lebih lanjut, Ahmadi dan Prasetya (Asmani, 2010:49-50) menyatakan Team teaching adalah pengajaran yang dilaksanakan secara bersama oleh beberapa guru. Tim pengajar atau guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu ini menyajikan bahan pelajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. Para guru tersebut bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah, atau bersama-sama dengan metode diskusi panel. Metode team teaching betujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan mudah dan lancar karena terjadi interaksi mengajar secara kuantitatif dan kualitatif. Dengan metode team teaching, beban guru menjadi lebih ringan karena guru memiliki tanggung jawab bersama-sama terhadap tugas dan perannya. Selain

3 11 itu, guru dapat saling membantu, meningkatkan kerjasama, saling mengisi dan saling memikirkan bersama-sama mengenai pengembangan mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Aqib (Yunita, 2016:98) Berdasarkan pengertian metode team teaching menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode team teaching adalah metode mengajar yang dilakukan oleh lebih dari satu atau dua orang guru yang saling berkolaborasi dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap siswa secara bersama-sama. Tujuan metode team teaching yaitu untuk memudahkan siswa dalam belajar, meringankan beban mengajar guru, dan dapat meningkatkan kerjasama antar guru. b. Ciri-ciri Team Teaching Setiap metode memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda. Engkoswara (Nuha, 2016:25) menyatakan ciri-ciri team teaching yang baik sebagai berikut: 1) Setiap anggota tim mempunyai pengertian dan pandangan yang searah tentang pengajaran yang akan dilakukannya. 2) Cukup fasilitas yang diperlukan (ruangan, alat pelajaran) untuk kelompok-kelompok siswa. 3) Masing-masing anggota tim mengambil bagian sesuai dengan minat dan kecakapannya dalam rangka keseluruhan pendidikan. 4) Waktu tim bekerja diatur sebaik-baiknya sehingga tiap anggota mempunyai waktu yang cukup dan memungkinkan untuk mengadakan pertemuanpertemuan di antara tim. 5) Tim dapat mengelompokkan siswa-siswa menurut minat dan kemampuannya masing-masing. 6) Tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa jangan terlalu sukar, tetapi harus menarik dan mendorong siswa-siswa belajar dan menyelesaikannnya.

4 12 Berdasarkan ciri-ciri team teaching di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai tim mengajar, guru harus memiliki pandangan yang sama dan searah mengenai pembagian tugas mengajar sesuai dengan minat dan kecakapan masingmasing, guru harus mengatur waktu sebaik-baiknya agar dapat melakukan pertemuan antar anggota tim. Selain itu, pembagian kelompok siswa harus sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing, serta setiap guru harus dapat menarik dan mendorong siswa dalam menyelesaikan tugasnya. c. Jenis-jenis Team Teaching Jenis-jenis team teaching terbagi menjadi dua macam, yaitu semi team teaching dan team teaching penuh. Soewalni S (Asmani, 2010:51-52) menjelaskan kedua jenis team teaching sebagai berikut: 1) Semi team teaching Dalam semi team teaching, variasi pelaksanaanya adalah sebagai berikut: a) Pertama, beberapa guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Walaupun mengajar di kelas yang berbeda, namun masing-masing guru tetap menggunakan perencanaan materi dan metode yang sudah disepakati bersama-sama. b) Kedua, satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian tugas. Guru memberikan materi dan melakukan evaluasi kepada siswa sesuai pembagian tugas masing-masing. c) Ketiga, satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok. 2) Team teaching penuh Dalam team teaching penuh variasi pelaksanaanya adalah sebagai berikut:

5 13 a) Pelaksanaan pembelajaran dilakukan beberapa guru secara bersama-sama. Seorang guru sebagai penyaji materi atau menyampaikan informasi, dan guru yang lain sebagai pembimbing siswa dalam diskusi kelompok atau latihan individual. b) Beberapa guru bergantian menyajikan topik atau materi pembelajaran. Kegiatan diskusi kelompok atau tanya jawab dibimbing secara bersama-sama, dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim. c) Seorang guru senior menyajikan langkah-langkah dalam latihan, observasi, praktik, dan informasi seperlunya kepada siswa. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok siswa. Setiap kelompok dipandu oleh seorang guru yang bertugas sebagai tutor, fasilitator, atau mediator. Di akhir pembelajaran, masing-masing kelompok menyajikan laporan secara lisan atau tertulis, kemudian ditanggapi dan dirangkum bersama-sama. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa team teaching terbagi atas dua jenis yang berbeda. Masing-masing jenis memiliki beberapa variasi pelaksanaan yang berbeda. Pada pelaksanaan semi team teaching, kerja tim antar guru tidak begitu terlihat dengan jelas. Sedangkan pada team teaching penuh terlihat jelas adanya kerja tim yang dilaksanakan oleh guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. d. Model-model Team Teaching Ada beberapa model team teaching yang dapat dilakukan oleh guru. Guru tidak hanya dapat menerapkan satu model saja, namun guru juga dapat menerapkan lebih dari satu model team teaching dalam satu jam pembelajaran. Asmani (2010:57-58) menjelaskan model-model team teaching sebagai berikut:

6 14 1) Supported Instruction Supported instruction adalah bentuk team teaching dengan salah satu guru menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan guru lainnya melakukan kegiatan tindak lanjut dari materi yang telah disampaikan rekan satu timnya tersebut. Tindak lanjut yang dilakukan misalnya membimbing siswa dalam mengerjakan tugas yang sudah diberikan oleh guru. Sehingga sesama guru saling mendukung dan berkolaborasi dalam proses pembelajaran. 2) Parallel Instruction Parallel instruction adalah bentuk team teaching yang pelaksanaannya dengan membagi siswa menjadi dua kelompok. Kemudian masing-masing guru dalam team teaching bertanggung jawab untuk mengajar setiap kelompok yang sudah dibagi tersebut. 3) Differentiated Split Class Differentiated split class adalah team teaching yang dilaksanakan dengan cara membagi siswa menjadi dua kelompok berdasarkan tingkat pencapaian kompetensinya. Kemudian, salah satu guru melakukan pengajaran remedial terhadap siswa yang tingkat pencapaian kompetensinya kurang atau tidak mencapai KKM. Sedangkan guru yang lain melakukan pengayaan kepada mereka yang telah mencapai atau melampaui standar minimal KKM. 4) Monitoring Teacher Monitoring teacher adalah bentuk team teaching model lain dari team teaching. Model ini dilaksanakan dengan cara yaitu salah satu guru melakukan pembelajaran di kelas, sedangkan yang lainnya berkeliling untuk memonitoring dan mengawasi perilaku dan kemajuan siswa.

7 15 e. Tahapan Team Teaching Team teaching memiliki tahapan yang meliputi tahap awal, tahap inti, dan tahap evaluasi. Asmani (2010:53-56) menjelaskan mengenai tahapan team teaching sebagai berikut: 1) Tahap Awal a) Perencanaan pembelajaran disusun bersama Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersamasama oleh setiap guru yang tergabung dalam anggota team teaching. Hal ini bertujuan agar masing-masing guru dapat memahami semua isi yang tercantum dalam komponen RPP sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sama. b) Metode pembelajaran disusun bersama Perencanaan metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru mengetahui alur dan proses pembelajaran, serta tidak kehilangan arah pembelajaran. Sehingga siswa juga dapat mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal. c) Partner team teaching memahami materi dan isi pembelajaran Sebagai partner dalam team teaching, guru bukan hanya mengetahui materi yang akan disampaikan kepada siswa. Namun, guru juga harus memahami isi dari materi pembelajaran secara bersama. Hal ini bertujuan agar masingmasing guru dapat saling membantu dan melengkapi kekurangan dalam diri masing-masing. d) Pembagian peran dan tanggung jawab secara bersama Pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru yang menjadi anggota team taeaching harus dibicarakan secara jelas sesuai dengan kesepakatan.

8 16 Misalnya ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar masing-masing guru dapat mengetahui peran dan tanggung jawabnya dalam proses pembelajaran. 2) Tahap Inti a) Salah satu guru bertugas sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran penuh. Sedangkan satu guru yang lainnya bertugas sebagai pengawas dan pembantu tim. b) Beberapa orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran penuh di kelas. c) Beberapa guru bertugas sebagai pemateri dengan jam pelajaran yang sudah dibagi sesuai dengan jumlah guru. Tahap inti merupakan tahap pelaksanaan metode team teaching. Ada hal yang harus dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan metode team teaching. Asmani (2010:60-61) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan metode team teaching, guru yang tergabung haruslah kompak dan tidak mementingkan diri sendiri. Mereka harus saling bekerja sama, dan mendiskusikan pembelajaran, mulai dalam hal penyusunan silabus, pengembangan RPP, pemilihan materi ajar, penentuan atau pembuatan media pembelajaran yang efektif, penentuan metode pembelajaran yang cocok untuk materi yang disepakati, serta penyusunan penilaian untuk proses pembelajaran maupun hasil belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2014:86), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode team teaching sebagai berikut: 1. Harus adanya program pembelajaran yang disusun bersama oleh tim tersebut, sehingga betul-betul jelas dan terarah sesuai dengan tugas masing-masing guru dalam tim tersebut.

9 17 3) Tahap Evaluasi a) Evaluasi guru 2. Membagi tugas tiap topik kepada guru tersebut, sehingga masalah bimbingan pada siswa terarah dengan baik. 3. Setiap anggota dalam regu harus memiliki pandangan atau pengertian yang sama. 4. Harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat ketidakhadiran seorang guru anggota tim tersebut. Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberikan kritikan-kritikan dan saran yang membangun. Hal ini bertujuan untuk perbaikan dan tindak lanjut dalam proses pembelajaran selanjutnya. Evaluasi guru dilakukan agar guru dapat saling instropkesi diri dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Menurut Asmani (2010:67) metode team teaching bisa terlaksana dengan baik jika guru atau tim memiliki beberapa hal sebagai berikut: 1. Memiliki kemauan dan komitmen dalam team teaching, bukan terpaksa. 2. Menyadari keterbatasan (pengetahuan, waktu, komunikasi) pada diri masing-masing. 3. Mau memberikan kepercayaan kepada orang lain, dan memegang kepercayaam orang lain (saling percaya) 4. Mau bekerja sama dalam satu tim. 5. Memiliki pribadi yang sehat, terbuka, tidak emosional, dan tidak putus asa. 6. Mampu berkomunikasi secara efektif. 7. Mampu mengembangkan bidang keahlian atau bidang yang diampu. Selain itu, Asmani (2010:60) mengatakan bahwa Idealnya, guru-guru yang terlibat dalam team work harus memunculkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Selain itu, mereka harus memodifikasi jumlah siswa dalam satu

10 18 kelas, lokasi belajar, dan alokasi waktu yang telah ditentukan, selama tidak menyalahi aturan yang ada. b) Evaluasi siswa Evaluasi terhadap siswa yaitu meliputi pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi yang akan digunakan. Semua itu dilakukan bersama-sama oleh guru dalam team teaching. Sehingga guru harus membuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa berdasarkan kesepakatan bersama. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran team teaching terdiri dari beberapa tahapan. (1) tahap awal yaitu menyusun RPP bersama, menyusun metode pembelajaran bersama, saling memahami materi dan isi pembelajaran, membagi peran dan tanggung jawab dengan jelas, (2) tahap inti yaitu kejasama guru dalam mengisi materi dan mengawasi siswa, membagi dua tugas dalam mengisi materi, (3) tahap evaluasi yaitu saling memberi kritik dan saran antar guru dalam satu tim, membuat soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi secara bersama-sama. f. Kelebihan dan Kelemahan Team Teaching Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Majid (2014:148) menjelaskan kelebihan team teaching sebagai berikut: 1) Pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam berbagai bidang ilmu. 2) Pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman. 3) Peserta didik akan lebih cepat memahami materi ajar karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu.

11 19 Sedangkan kelemahan team teaching sebagai berikut: 1) Jika tidak ada koordinasi, setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi. 2) Jika kurang persiapan, penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena scenario tidak berjalan dengan semestinya sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas. Selain itu, Engkoswara (Nuha, 2016:31) juga menyatakan bahwa pembelajaran team teaching memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Persiapan dan perencanaan mengajar lebih lengkap bila dikerjakan oleh tim yang kompak dan penuh tanggung jawab. 2) Bila salah seorang guru tidak dapat mengajar tidak perlu ada pembebasan kelas. Guru yang lainnya dapat melanjutkan pelajaran menurut rencana yang telah ditetapkan bersama. 3) Guru-guru saling membantu bila di antara mereka (anggota) ada yang kurang memahami salah satu mata pelajaran. 4) Anak-anak memperoleh sumber dan bahan pelajaran dari beberapa orang yang berbeda kecakapannya. 5) Anak memilih dan melaksanakan tugas sesuai dengan minat dan kecakapan belajar masing-masing. 6) Team teaching memberi kesempatan kepada orangorang yang mempunyai kecakapan khusus yang tidak mempunyai profesi guru, tetapi mau membantu guru mengajar. Sedangkan Persada dan Nurlaili (2012:92) juga menjelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan team teaching. Kelebihan metode team teaching sebagai berikut: 1) Melaui metode sistem regu (team teaching) ini banyak menguntungkan,karena interaksi mengajar akan lebih lancar. 2) Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diberikan dapat mendalam. Karena masingmasing guru bidang studi dapat memberikan / kajian yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasi mereka masing-masing.

12 20 3) Unsur kerja sama antar siswa dan guru masing-masing bidang studi sangat menonjol, sehingga dimungkinkan adanya kerja sama yang harmonis, yang justru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. 4) Tugas mengajar guru sedikit lebih ringan, sehingga cukup waktu untuk merencanakan persiapan mengajar yang lebih baik. 5) Pelajaran yang diberikan oleh guru, melalui metode sistem regu ini dipertanggungjawabkan, karena unit pelajaran ditangani oleh beberapa orang guru. Kekurangan metode team teaching sebagai berikut: 1) Pelajaran menjadi tidak sistematis, apabila masingmasing berjalan sendiri-sendiri, dan tidak adanya koordinasi yang baik. Hal ini dapat berakibat membingungkan dan menyulitkan bagi siswa. 2) Bagi guru yang kurang disiplin, bila mendapatkan giliran bebas tugas, kemungkinan waktu tersebut hanya digunakan untuk beristirahat daripada membuat rencana pelajaran yang baik 3) Kemungkinan bagi pembentukan (team teaching) hanya sekedar memperbincangkan faktor ekonomis dan administrasi pengajaran yang justru hal yang pokok 4) Apabila tidak tercipta hubungan yang harmonis dan kerja sama yang kompak antar guru bidang studi, maka kemungkinan akan berakibat fatal bagi tercapainya tujuan pengajaran. 5) Kecenderungan system pengajaran modern menghendaki adanya pemisahan yang tugas spesialisasi dari masing- masing mata pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa team teaching memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat memanfaatkan kelebihan team teaching dengan sebaik-baiknya. Selain itu, guru juga harus dapat mengatasi kelemahan dari team teaching agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

13 21 2. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Menurut Ruqayah (2013:2) pembelajaran adalah merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung mempengaruhi terjadinyaproses belajar peserta didik yang bersifat internal. Pembelajaran yang berlaku dalam Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran tematik. Menurut Poerwadarminta (Majid, 2014:80) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Sama halnya dengan pendapat Anshori (2014:42) yang menyatakan bahwa: Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Dapat dikatatan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam berberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mencampurkan semua mata pelajaran sehingga tidak tampak sebagai suatu mata pelajaran, namun menggunakan tema-tema yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

14 22 b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Majid (2014:89-90), pembelajaran tematik mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Siswa berperan sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Sehingga materi pembelajaran menjadi lebih bermakna. 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Pemisahan antar mata pelajaran dalam pembelajaran tematik menjadi tidak begitu jelas. Semua mata pelajaran disatukan dalam satu tema pembelajaran. Sehingga siswa tidak mengenal mata pelajaran, karena fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pada proses pembelajaran, pembelajaran tematik menyajikan konsepkonsep dari berbagai mata pelajaran. Sehingga siswa mampu memahami konsepkonsep tersebut secara utuh. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-msalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

15 23 5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksible) yaitu artinya guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Selain itu guru juga dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. 6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berbasis aktivitas. Sehingga guru harus dapat membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan agar siswa dapat berperan aktif. Guru harus membuat kegiatan belajar menjadi seperti kegiatan bermain bagi siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yaitu berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Majid dan Rochman (2014: ) menyebutkan prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut: 1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. 2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. 3) Pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

16 24 4) Materi pembelajaran yang dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. 5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak harus dipadukan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran tematik integratif yaitu memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan kehidupan sehari-hari dan mempertimbangkan karakteristik siswa. Selain itu, beberapa materi pada mata pelajaran saling terkait dan tidak dipaksakan. d. Model-model Pembelajaran Tematik Menurut Majid dan Rochman (2014: ), ada tiga model pembelajaran tematik yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Model keterhubungan (connected) Model ini dikembangkan oleh Robert Maynard Hutchins. Model ini.merupakan model pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya. 2) Model jaring laba-laba (Webbed) Model ini dikembangkan oleh Lyndon B. Johnson. Model ini merupakan model pembelajaran integratif yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema. Tema yang ditetapkan berdasarkan diskusi antara guru dengan siswa atau guru dengan guru secara bersama. Setelah tema disepakati, maka sub-sub temanya dikembangan

17 25 dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. 3) Model Keintegratifan (integrated) Model ini dikembangkan oleh John Milton. Model ini merupakan pembelajaran integratif yang menggunakan pendekatan antarbidang studi. Bidang studi digabungkan dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi. Selanjutnya, guru memilih beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran tematik dibagi menjadi tiga macam, yaitu model ketehubungan, model jaring laba-laba, dan model keintegratifan. Setiap model memiliki karakteristik dan perbedaan masing-masing dalam menerapkan pembelajaran tematik. e. Tahapan Pembelajaran Tematik Menurut Masdiana, dkk (2014: ), pembelajaran tematik memiliki tiga langkah pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Langkahlangkah pembelajaran tematik diuraikan sebagai berikut: 1) Tahap perencanaan a) Penentuan Tema Langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran terpadu adalah menentukan tema. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menentukan

18 26 tema, yaitu tema ditentukan oleh guru saja, tema ditentukan oleh siswa saja, dan tema ditentukan guru dan siswa secara bersama-sama. b) Identifikasi dan Pemilihan Sumber Belajar Langkah kedua yang dilakukan dalam proses perencanaan adalah menentukan sumber belajar yang sesuai dan dapat digunakan oleh siswa dalam mengeksplorasi tema. Sumber belajar yang digunakan dapat berupa cetakan dan benda asli atau tiruan. c) Pemilihan Aktivitas Pada saat memilih tema dan menetapkan tujuan pembelajaran, guru harus mempertimbangkan jenis-jenis aktivitas yang akan dilakukan oleh siswa. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih bervariasi dan tepat sasaran. d) Perencanaan Evaluasi Tujuan belajar yang akan dicapai dan jenis aktivitas siswa akan sangat menentukan teknik evaluasi yang akan digunakan oleh guru. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi produk, kinerja, kumpulan karya (portofolio) dan proyek anak. Sedangkan teknik yang digunakan dalam mengevaluasi yaitu pengamatan, skala bertingkat, tes, maupun wawancara. 2) Tahap Pelaksanaan a) Penyajian Tema Cara penyajian tema dalam pembelajaran terpadu ditentukan oleh bagaimana tema itu dipilih. Jika tema dipilih sendiri oleh guru, maka guru yang akan menjelaskan. Apabila tema itu dipilih oleh siswa, maka guru akan mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai hal-hal yang ingin mereka

19 27 pelajari. Jika tema dipilih oleh guru dan siswa, maka guru menyampaikan tema yang akan dipelajari, kemudian siswa mendalami beberapa aspek dari tema tersebut. b) Curah Pendapat Curah pendapat merupakan kegiatan yang terkait erat dengan penentuan tema kedalam sub-sub tema. Siswa secara aktif menyampaikan tentang hal-hal yang ingin mereka pelajari, setelah itu guru menuliskan pendapat siswa di papan tulis dan membuat sebuah jaringan tema menjadi sub-sub tema. c) Membuat Kontrak Belajar Siswa diarahkan untuk membuat kontrak belajar sesuai dengan sub tema yang mereka pelajari. Hal ini bertujuan agar ada kesepakatan antara guru dan siswa dalam menjalankan alur dan proses pembelajaran sesuai dengan yang diingikan. d) Pengumpulan dan Analisis Data Tahap ini berisi kegiatan eksplorasi tema atau sub tema sesuai dengan sumber dan aktivitas yang dipilih. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan kontrak belajar yang telah dicapai sebelumnya. e) Penyajian Hasil Belajar Penyajian hasil belajar merupakan langkah terakhir dalam pembelajaran tematik. Siswa menyajikan hasil-hasil belajarnya, baik melalui pemaparan, demonstrasi atau pemajangan.

20 28 3) Tahap Evaluasi a) Fokus Sasaran Evaluasi Fokus sasaran evaluasi dalam pembelajaran tematik bukan hanya bersifat kognitif saja, melainkan juga berpusat pada proses yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. b) Teknik Evaluasi Teknik evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran tematik yaitu bersifat komprehensif. Selain menggunakan teknik tes, penggunaan teknik non-tes mendapat porsi yang dominan. Hal ini memungkinkan guru untuk melakukan evaluasi sesuai keadaan siswa saat proses pembelajaran. f. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik Majid dan Rochman (2014: ) menyatakan bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pembelajaran tematik sebagai berikut: 1) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik. 2) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik. 3) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4) Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. 5) Menumbuhkembangkan keterampilan sosial melalui kerjasama. 6) Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 7) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik. Sedangkan menurut Puskur, Balitbang Diknas (Majid dan Rochman, 2014:115) kelemahan dari pembelajaran tematik sebagai berikut

21 29 1) Aspek guru Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. 2) Aspek peserta didik Model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan anlitis (mengurai), asosiatif (menghubung-hubungkan), eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Sehingga siswa harus memiliki kemampuan akademik dan kreativitas yang baik. 3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, sehingga dapat menunjang, memperkaya dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika sarana ini tidak terpenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. 4) Aspek kurikulum Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa, bukan pada pencapaian target penyampaian materi. 5) Aspek penilaian Guru dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif. Guru juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan kelemahan. Namun pembelajaran akan berjalan

22 30 dengan baik, apabila guru dapat menjalankan kelebihan pembelajaran tematik dengan maksimal dan guru dapat mengatasi berbagai kelemahan dari pembelajaran tematik. B. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Firdosiyah, dkk (2014) dengan judul Efektivitas Metode Team Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Tekanan Kelas VIII MTs Hidayatussibyan Wonosobo Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian eksperimen ini dilakukan guna mengungkap tentang keefektifan metode team teaching untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi tekanan kelas VIII MTs Hidayatussibyan Wonosobo tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode team teaching lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika daripada metode konvensional secara soliter (sendiri) pada materi tekanan kelas VIII MTs Hidayatussibyan Wonosobo tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian yang dilakukan oleh Latifah Hanum dan Muhammad Mahlian (2013) dengan judul Penerapan Metode Team Teaching Pada Materi Ikatan Kimia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 9 Tunas Bangsa Banda Aceh. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kemampuan guru serta meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode team teaching pada materi ikatan kimia. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode team teaching dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa serta kemampuan

23 31 guru dalam melaksanakan pembelajaran pada materi ikatan kimia di SMA Negeri 9 Tunas Bangsa Banda Aceh. Berdasarkan kedua penelitian yang pernah dilakukan di atas, persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang penerapan metode team teaching dalam proses pembelajaran. Namun perbedaannya adalah kedua penelitian di atas betujuan untuk meningkatkan prestasi belajar atau hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu di tingkat SMP dan SMA, sedangkan penelitian yang akan dilakukakn oleh peneliti yaitu bertujuan untuk mengetahui penerapan metode team teaching dalam pembelajaran tematik di tingkat SD. C. Kerangka Pikir Berlakunya kurikulum 2013 saat ini mengharuskan sekolah dasar untuk menerapkan model pembelajaran terpadu atau tematik mulai dari kelas I-VI. Pembelajaran tematik merupakan bagian dari penerapan Kurikulum Salah satu tujuan pembelajaran tematik adalah agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Tahapan pembelajaran tematik terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi atau penilaian. Semua tahapan itu merupakan tuntutan dari kurikulum yang ditujukan kepada seorang guru sebagai pendidik. Guru dituntut agar dapat melaksanakan semua tahapan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan sebaikbaiknya. Semua tuntutan tersebut tak jarang menjadi beban tersendiri bagi seorang guru. Oleh karena itu, guru memerlukan metode yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut.

24 32 Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran tematik adalah metode team teaching. Metode team teaching ini juga memiliki tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi atau penilaian. Diharapkan dengan penerapan metode team teaching ini, guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan guru dapat meningkatkan profesionalismenya sebagai pendidik. Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut: Kurikulum 2013 Pembelajaran Tematik Berbasis Aktivitas Tahapan Kebijakan Sekolah Perencananaan Pelaksanaan Penilaian Beban Guru Metode Team Teaching Prestasi Belajar siswa Profesionalisme Guru Analisis Implementasi metode Team Teaching dalam Pembelajaran Tematik Kelas IV di SD Muhammadiyah 4 Malang Gambar 2.1 Kerangka Pikir

TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY

TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY Supahar/Team Teaching Sebuah TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY Pendahuluan Oleh: Supahar Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstraks Salah satu agenda dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SD. Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SD. Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd. PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SD Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd. 1 Kompetensi Memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran tematik pada tingkat SD. Memberikan keterampilan kepada

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 5 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU WEBBED Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK Oleh : Sri Karyono A. PENDAHULUAN Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 te rutama di SMK menuntut peran guru yang optimal. Pembelajaran dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat 1, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (2006: 3) menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL Dwi Esti Andriani, M. Pd Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY Yogyakarta, Oktober 2007 Pengertian Belajar: upaya individu untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masuk pada era globalisasi yang menuntut adanya perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 68,69 dan 70 Tahun 2013

Lebih terperinci

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Pengajaran

TINJAUAN PUSTAKA. Model Pengajaran PENDAHULUAN Mata kuliah Menulis merupakan salah satu mata kuliah wajib pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia baik di prodi pendiikan amupun prodi non kependidikan FBS UNIMED. Mata kuliah Menulis termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 128 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Desain pembelajaran Cooperative

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang model pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara dikatakan telah maju dalam bidang teknologi atau pun bidang yang lainnya tidak terlepas dari bidang pendidikan.

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari II. KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Hasil belajar mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dan kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 4 : Tugasku Dalam Kehidupan Sosial Pembelajaran Ke : 2 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 2 : Tugasku Sehari-Hari di Sekolah Pembelajaran Ke : 6 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang dan mempunyai peran penting dalam kehidupan seseorang, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk dapat membentuk karakter manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

RAPOR RAPOR PETUNJUK PENGELOLAAN PETUNJUK PENGELOLAAN

RAPOR RAPOR PETUNJUK PENGELOLAAN PETUNJUK PENGELOLAAN PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN DIKDASMEN DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAN PERTAMA TAHUN 2006 DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP DIAN BUDIANA,M.PD. Disiapkan sebagai Bahan Diklat Sertifikasi Guru dalam Jabatan Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F34211056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan. kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan. kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP mengacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Sesuai dengan kebijakan pendidikan saat ini kurikulum yang diberlakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu yang wajar karna itu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD, salah satunya kita harus melihat seluruh aspek perkembangannya sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang pertama dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan mengawali komponen yang lainnya. Mengapa

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini merupakan bagian penutup yang menjelaskan hasil penelitian yang terdiri atas bagian a). Simpulan; b). Implikasi; dan c) Rekomendasi. A. Simpulan Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pada tahapan kegiatan inti merupakan proses yang diselenggarakan untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan bersama Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 5496/C/KR/2014

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari proses pembelajaran diantaranya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dipahami selain sebagai proses juga merupakan sebuah hasil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dipahami selain sebagai proses juga merupakan sebuah hasil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dipahami selain sebagai proses juga merupakan sebuah hasil. Pada tataran proses, pendidikan merupakan serangkaian interaksi manusia dengan lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran SD menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada, pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi antara guru dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar. Walaupun tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini yaitu dibentuknya kurikulum baru yang sering disebut dengan Kurikulum 2013. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 2 : Tugasku Sehari-Hari di Sekolah Pembelajaran Ke : 2 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 Pengertian IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika,

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan nasional, ditetapkan dalam UU 20/2003. Pendidikan dasar diselenggarakan dalam upaya mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia yang diperlukan dalam menjalani kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan seseorang mampu mempersiapkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 4 : Tugasku Dalam Kehidupan Sosial Pembelajaran Ke : 1 : 1 x Pertemuan (6 x 35

Lebih terperinci

Pengembangan Silabus

Pengembangan Silabus Pengembangan Silabus Pegertian Landasan Prinsip pengembangan Unit Waktu Pengembangan Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah Pengembangan Silabus Contoh Silabus Rencana

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,

Lebih terperinci