Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Asesmen Ranking Task Exercise (RTE) terhadap Pemahaman Konsep Hukum Newton

Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 2 ISSN

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 18 Palu

Bonitalia, Hendrik Arung Lamba dan Sahrul Saehana

Pengaruh Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus Kelas VII MTs Bou

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Berbasis Mind Maping terhadap Hasil Belajar Fisika pada Pokok Bahasan Cahaya di SMP Negeri 18 Palu

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 3 ISSN

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci: Metode Pictorial Riddle; Metode Demonstrasi; Hasil Belajar

Kata Kunci: Model Pembelajaran Sinektik, Hasil Belajar Fisika I. PENDAHULUAN

: Model Pembelajaran Guided Discovery, Hasil Belajar Fisika.

Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Berbasis Aktivitas Menggunakan Kartu Pertanyaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Palu

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 3 p-issn /e-ISSN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLO

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI ROLE APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SUHU DAN PERUBAHANNYA DI SMP NEGERI 3 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 4 ISSN

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Mengukur Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 3 Palu

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI MA Alkhairaat Kalangkangan

Pengaruh Model Learning Start With A Question Berbasis Eksperimen Sederhana terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X Man 2 Model Palu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 PALU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PALU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 PALU

Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Sigi

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

Suhaemi, I Komang Werdhiana dan H.Amiruddin Hatibe.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksprimen semu (quasi eksprimen ),

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal

Kata Kunci: model learning cycle tipe 7E; model direct instruction; pemahaman konsep. I. PENDAHULUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALU PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No.1 ISSN

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu.

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan 11 Oktober 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBASIS LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Populasi dalam

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 1 ISSN : Pembelajaran Berbasis Proyek, Pembelajaran Langsung, Pemahaman Konsep

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN GELOMBANG DAN BUNYI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Bandar

Perbedaan Hasil Belajar Fisika antara Metode Pembelajaran Kumon dan Metode Pembelajaran Group to Group Exchange pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, pengetahuan awal, pemahaman konsep I. PENDAHULUAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA PADA SISWA KELAS V11 SMP NEGERI 9 PALU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VIIIA - VIIIG. Pengambilan sampel dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di SMP

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini sama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OLEH: SITI FATIMAH NIM. E1M

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

PENGARUH PENERAPAN SIKLUS BELAJAR ABDUKTIF EMPIRIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

III METODE PENELITIAN

TABEL III. 1 PROSES PENELITIAN No Kegiatan Waktu. 1 Pengajuan Sinopsis November Proses pengerjaan proposal Desember 2014

Transkripsi:

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu Dian Yurahly, I Wayan Darmadi, dan Darsikin email: yurahly09@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM.9, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Sulawesi Tengah Abstrak-Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang mengikuti keterampilan proses sains dan direct instruction berbasis keterampilan proses sains. Jenis penelitian ini merupakan eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent pretest-posttest group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Palu. Teknik sampling dalam penelitian menggunakan purposive sampling dengan sampel penelitian adalah kelas X MIA 6 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X MIA 2 sebagai kelompok kontrol. Instrumen hasil belajar fisika berupa tes pilihan ganda yang telah divalidasi melalui validitas ahli dan validitas tes. Tes hasil belajar fisika yang diperoleh menunjukkan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi 6,7% dari kelas kontrol. Uji hipotesis uji t (dua pihak), diperoleh t hitung = 2,49 dan t tabel(0,975)(52) = 2,00 pada taraf nyata = 0,05 dengan kriteria penerimaan Ho adalah jika -t (1-0.5 α ) < t < t (1-0.5 α ) dan terima H 1 dalam hal lain, berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh bahwa harga t hit tidak berada di dalam daerah penerimaan H 0 sehingga H 1 di terima pada taraf nyata α = 0,05. Disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang mengikuti model pembelajaran guided discovery dan siswa yang mengikuti model pembelajaran direct instruction dengan berbasis keterampilan proses sains. Kata Kunci: Model Pembelajaran Guided Discovery, Model Pembelajaran Direct Instruction, Keterampilan Proses Sains, Hasil Belajar Fisika I. PENDAHULUAN Peranan pendidikan merupakan salah satu faktor penentu bagi hasil dan produktivitas seseorang. Hal ini berarti kualitas pendidikan merupakan faktor penentu keberhasilan seseorang dalam mencapai kesuksesannya. Tentunya kualitas pendidikan ini tidak terlepas dari peran utama guru yang dituntut untuk mewujudkan hasil belajar yang baik dan membanggakan untuk siswa-siswanya. Salah satu cara yang tepat yang dapat dilakukan oleh guru yaitu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas, tujuan pembelajaran maupun materi yang hendak diajarkan [1]. Beragam model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih berkualitas, tentunya dengan pemilihan model pembelajaran yang tidak sembarangan. Namun yang menjadi permasalahan adalah dibeberapa sekolah umumnya masih menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat khususnya pada pembelajaran fisika yang tampaknya lebih banyak dirancang dengan metode ceramah atau model pembelajaran tradisional. Dengan metode ceramah guru terkesan monoton dalam penyampaian materi dan kurang mendapatkan respon yang positif dari siswa. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 1. TABEL 1. NILAI ULANGAN HARIAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU SEMESTER GANJIL 2012/2013 Nilai X MIA I 65,83 X MIA II 55,85 X MIA III 60,92 X MIA IV 61,58 X MIA V 70,62 X MIA VI 59,94 X MIA VII 69,33 Kemunculan kurikulum 2013 juga menjadi salah satu permasalahan yang ada. Pada kurikulum ini, model pembelajaran yang diterapkan berbeda dengan model pembelajaran pada kurikulum sebelumnya. Guru sebagai pelaksana utama pembelajaran harus memahami dan menguasai model pembelajaran yang digunakan dengan melakukan perubahan dan mengembangan keterampilan mengajar, hal ini dikarenakan model pembelajaran merupakan salah satu kunci terlaksananya proses pembelajaran di kelas dan agar proses pembelajaran dapat lebih berbobot dan bermakna. Guru haruslah telah meninggalkan pembelajaran tradisional 43

dan menerapkan model pembelajaran yang baik sehingga suasana kelas menjadi hidup. Siswa sebagai komponen yang diberi perlakuan, mampu untuk melakukan aktifitas belajar dengan senang, riang dan gembira tanpa meninggalkan arti keseriusan pembelajaran. Siswa mengikuti pembelajaran tanpa tekanan dan juga tanpa paksaan. Pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa khususnya dan bagi sekolah pada umumnya sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dari setiap kompetensi dasar bisa tercapai dan siswa mampu melakukan pembelajaran dengan tuntas. Salah satu model pembelajaran yang tepat yang kiranya mampu menyelesaikan permasalahan tersebut ialah model pembelajaran guided discovery dengan berbasis keterampilan proses sains. Model pembelajaran guided discovery merupakan pengembangan dari model pembelajaran discovery learning yang juga merupakan salah satu alternatif model pembelajaran. Menurut Sund dalam Suryosubroto [1], discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental itu misalnya: mengamati, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Penelitian mengenai model pembelajaran guided discovery dan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains telah banyak dilakukan. Menurut Zulhelmi [2] pembelajaran guided discovery memberikan peluang bagi aktifitas kelas yang berpusat pada siswa (Student Centered) dan memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Menurutnya keuntungan yang diperoleh siswa dari model pembelajaran ini ialah dapat memacu keingintahuan dan belajar mandiri dalam pemecahan masalah. Sedangkan menurut Haryono [3] penerapan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara nyata mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains siswa, terutama dalam hal penguasaan keterampilan proses sains. Melalui proses pembelajaran yang mengitegrasikan keterampilan proses sains dalam suatu rangkaian proses pembelajaran, memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna. Model pembelajaran guided discovery berbasis keterampilan proses sains dirasa pas sebab dalam proses pembelajarannya guru ditempatkan sebagai fasilisator dengan menciptakan proses belajar aktif, kreatif dan menyenangkan. Dalam model pembelajaran ini siswa diajak untuk dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, selain itu dengan merasakan jerih payah penyelidikannya, siswa jadi lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk terus belajar. Model pembelajaran ini juga disesuaikan dengan situasi maupun kondisi di sekolah, dalam hal ini penelitian dilakukan di SMA Negeri 4 Palu, dimana sekolah tersebut telah menggunakan kurikulum 2013 dengan fasilitas yang memadai sehingga mendukung untuk dilakukannya berbagai macam eksperimen yang tidak hanya menunjang aspek pengetahuan saja tetapi juga diseimbangkan dengan aspek kompetensi sikap dan keterampilan proses. Seperti yang diketahui, pelajaran fisika merupakan kategori pelajaran sains yang menuntut terhadap eksperimen untuk memahaminya. Berkenaan dengan masalah tersebut, model pembelajaran guided discovery berbasis keterampilan proses sains diharapkan dapat menjadi alternatif. Secara lebih rinci model ini lebih menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada pemberian pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian siswa diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta atau membangun konsep-konsep yang diperlukannya. Siswa tetap memiliki porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran maupun didorong untuk melakukan kegiatan eksperimen, sedemikian hingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu atau hasil yang diharapkan. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen kuasi. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Jurusan MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMA Negeri 4 Palu tahun ajaran 2013/2014 yang tersebar dalam 7 kelas. X MIA 6 sebagai kelas eksperimen yang siswanya mengikuti keterampilan proses sains dan kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol yang siswanya mengikuti model pembelajaran direct instruction berbasis keterampilan proses sains. 44

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dari guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut. Kedua kelas yang dipilih merupakan kelas yang diajar oleh guru yang sama. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent pretest-posttest group design. Desain ini digunakan untuk kelompok yang telah ada sebelumnya dan pengambilan kelompoknya dilakukan tidak secara acak (random) [4]. Data yang diambil dari penelitian ini yaitu tes hasil belajar fisika pada materi elastisitas zat padat berupa tes pilihan ganda yang diberikan pada awal dan akhir perlakuan. Desain penelitian yang digunakan seperti pada Tabel 2. TABEL 2. NONEQUIVALENT PRETEST-POSTTEST GROUP DESIGN, [4] Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen (KE) O1 X O2 Kontrol (KK) O1 - O2 Keterangan: KE: Eksperimen KK: Kontrol O1: Pretest (digunakan tes yang sama) O2: Posttest (digunakan tes yang sama) X : Model pembelajaran guided discovery berbasis keterampilan proses sains Teknik analisis data pada penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu, teknik analisis instumen yang meliputi uji validitas tes, uji tingkat kesukaran, uji daya pembeda dan uji reliabilitas item, sedangkan tahap kedua yaitu analisis data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesisi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada tujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara model pembelajaran guided discovery berbasis keterampilan proses sains dengan model pembelajaran direct instruction yang juga berbasis keterampilan proses sains Adapun sekolah tempat penelitian telah menggunakan kurikulum 2013. Pada awal penelitian kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretest. Data pretest digunakan untuk mengetahui bahwa kedua data berasal dari varians yang sama (homogen) atau memiliki kemampuan yang sama. Hasil data pengujian dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Exel 2010. Skor hasil belajar fisika siswa diperoleh dari pretest dan posttest yang dilakukan pada masing-masing kelas yaitu eksperimen dan kontrol, skor maksimal yang dapat diperoleh yaitu 22, sedangkan skor minimum dan maksimum yang diperoleh siswa saat pretest posttest terlihat pada Tabel 3. TABEL 3. SKOR HASIL BELAJAR FISIKA PADA PRETEST DAN POSTTEST Skor Eksp. Pretest Kont. Eksp. Posttest Kont. Minimum 2 1 7 7 Maksimum 10 9 19 18 Rata-rata 5,9 5,4 14,3 12,5 Skor rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi 1,3 atau 6,7% dari skor rata-rata kelas kontrol. Perolehan skor rata-rata hasil belajar pretest, posttest kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada gambar 1. 5.9 5.4 pretest 14.3 12.5 posttest kelompok eksperimen kelompok kontrol GAMBAR 1. PERBANDINGAN SKOR RATA-RATA HASIL BELAJAR PRETEST, POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL Hasil pengolahan data tersebut selanjutnya digunakan untuk menganalisis data melalui uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis. Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen adalah hitung = 5,03 dan tabel = 5,99 sedangkan kelas kontrol adalah hitung = 4,79 dan tabel = 7,81. Syarat bahwa data terdistribusi normal adalah hitung < tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelas 45

eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. Perolehan uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikansi = 0,05 adalah F hitung = 1,03 dan F tabel = 1,88. Syarat data bersifat homogen adalah F hitung < F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas berasal dari varians yang sama (homogen). Pengujian hipotesis menggunakan uji-t (uji dua pihak). Kriteria penerimaan yakni H0 diterima jika -t(1-0.5 α ) < t < t(1-0.5 α ) pada taraf nyata α = 0,05 dan dk = n1 + n2 2 = 27 + 27 2 = 52. Berdasarkan daftar tabel distribusi t diperoleh harga ttabel(0,975)(52) = 2,00 sedangkan thit = 2,49. Hal ini berarti harga thit tidak berada di dalam daerah penerimaan H0 sehingga H1 di tetima pada taraf nyata α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang mengikuti model pembelajaran guided discovery berbasis keterampilan proses sains dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran direct instruction berbasis keterampilan proses sains Perbedaan hasil belajar kedua kelas tersebut juga dipengaruhi oleh tahapan pembelajaran yang berbeda antara model pembelajaran guided discovery dan direct instruction. Secara singkat, tahapan pada model pembelajaran guided discovery yang pertama mengorganisasikan siswa untuk belajar, dimana guru akan memberikan suatu permasalahan yang harus dijawab melalui suatu percobaan dengan cara siswa menemukan sendiri percobaan apa yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut tentunya dengan arahan-arahan dari guru. tahapan selanjutnya yaitu memberi bantuan atau bimbingan dalam penyelidikan kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator, membimbing dan memotivasi siswa untuk menjawab permasalahan tersebut dengan benar. Nantinya jawaban yang diperoleh siswa akan dipresentasikan sekaligus mengklarifikasi miskonsepsi atau kesalahan-kesalahan yang ada. Dengan demikian melalui proses tersebut siswa telah menemukan secara mandiri jawaban dari permasalahan yang diberikan melalui suatu eksperimen dan bimbingan dari guru. Berbeda dengan tahapan model pembelajaran guided discovery, pada model pembelajaran direct instruction guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai materi elastisitas zat padat lalu membimbing siswa untuk melakukan suatu percobaan dan memberikan beberapa pertanyaan Diakhir penelitian, siswa kemudian melaksanakan posttest. Analisis data posttest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika setelah diberikan materi pembelajaran elastisitas zat padat antara kelas eksperimen yang menggunakan keterampilan proses sains (KPS) dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran direct instruction yaitu yang juga berbasis KPS. Analisis data posttest ini dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis sehingga dari data posttest yang ada diperoleh bahwa H1 diterima sedangkan H0 ditolak atau terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang mendapatkan model pembelejaran guided discovery berbasis keterampilan proses sains dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. Hal ini didukung oleh keunggulan KPS yang dirasakan peneliti saat melakukan penelitian diantaranya hampir seluruh siswa menguasai materi yang diajarkan dengan kekuatan konsep yang lebih kuat dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, para siswa juga terlihat antusias saat proses pembelajaran berlangsung sehingga kelas menjadi lebih hidup dan guru tidak terkesan monoton dalam proses belajar mengajar. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya antara lain, Choirunnisa [5] dalam penelitiannya yaitu pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing dengan mengintegrasikan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar yang berhasil menunjukkan bahwa hasil belajar ranah kognitif siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol dan pembelajaran penemuan terbimbing atau guided discovery juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar aspek psikomotor dan afektif. Zulhelmi [1] 46

yang menilai psikomotor siswa melalui penerapan penemuan terbimbing memperlihatkan daya serap siswa terhadap pembelajaran termasuk dalam kategori amat baik. Sedangkan mengenai keterampilan proses sains (KPS) juga telah diteliti oleh Haryono [3] yang dalam penelitiannya tersebut mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara signifikan efektif untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa. Namun selain keunggulan tersebut, menggunakan model pembelajaran guided discovery berbasis keterampilan proses sains juga tidaklah mudah. Dari hasil penilaian akhir, skor rata-rata kelas eksperimen tidak mengalami perbedaan yang signifikan dengan kelas kontrol. Selain kedua kelas menggunakan model pembelajaran yang berbasis sama yaitu keterampilan proses sains beberapa hal yang juga menghambat peneliti saat proses penelitian yaitu efisiensi waktu yang sangat perlu diperhatikan sebab model pembelajaran ini banyak menyita waktu dan juga kesiapan diri (guru) yang harus sangat matang untuk menjadi fasilitator maupun motivator yang baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Suryosubroto, B. (2009). Proses belajar mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta [2] Zuhelmi. (2009). Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa dalam Pembelajaran Sains Fisika melalui Penerapan Penemuan Terbimbing [online], Vol. 3 (2), 5halaman. Tersedia: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/jgs/article/download/300/294. [9 Oktober 2012] [3] Haryono. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sain [online], Vol.7, 13halaman. Tersedia: http://ejournal.unesa.ai.id/article/7364/74/article.p df [1 September 2013] [4] Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Alfabeta [5] Choirunnisa. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dengan Mengintegrasikan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Kamal [online], Vol. 03, 5halaman. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/article/9758/32/article. pdf. [10 Juni 2014] IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data baik dari hasil posttest maupun uji statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang mengikuti model pembelajaran guided discovery dan siswa yang mengikuti model pembelajaran direct instruction dengan berbasis keterampilan proses sains pada kelas X SMA Negeri 4 Palu. Kriteria penerimaan Ho adalah jika -t(1-0.5 α ) < t < t(1-0.5 α ). Berdasarkan daftar tabel distribusi t diperoleh harga ttabel= 2,00 sedangkan thit = 2,49. Hasil uji hipotesis memperlihatkan bahwa harga thit tidak berada di dalam daerah penerimaan H0 sehingga H1 diterima pada taraf nyata α = 0,05. 47