PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALU PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALU PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG Septinia Alriska, Marungkil Pasaribu dan Amiruddin Hatibe Septiniaalriska@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Sulawesi Tengah Penelitian ini mendeskripsikan penerapan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan hasil belajar di Kelas VIII SMP Negeri 3 Palu. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain quasi eksperimental (eksperimen semu). Sampel yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dan menghasilkan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes terhadap hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh rerata skor pretest hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen adalah 11,89 dan untuk postes 16,24. Untuk kelas kontrol diperoleh rerata skor pretest 10,64, sedangkan untuk postes adalah 13,22. Analisis data tes dilakukan dengan teknik statistic uji-t dua pihak untuk menguji rerata skor hasil belajar siswa dengan signifikansi α = 0,05. Diperoleh nilai hasi t hitung = 3,35 dan t tabel = 2,00. Ini berarti bahwa nilai t hitung berada diluar daerah penerimaan H 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode problem based learning dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan metode konvensional. Kata Kunci : Model Pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar. I. PENDAHULUAN Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari beberapa faktor, salah satu di antaranya ialah faktor pendidikan.faktor pendidikan sangat berperan besar dalam pengembangan dan kemajuan dari negara itu. Jika dilihat secara universal, seseorang dapat maju bila memiliki banyak bekal yang cukup untuk menghadapi tantangan yang ada. Salah satu bekal yang tepat ialah dengan menambah pengetahuan melalui beberapa instansi pendidikan yang ada seperti sekolah, universitas, mengikuti bimbingan belajar dan lain sebagainya. Pelajaran fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian peserta didik karena sifatnya yang dianggap sulit. Tergantung dari cara guru menerapkan model pembelajaran dalam kelas hingga meningkatkan gairah belajar siswa dalam kelas terlebih di SMP Negeri 3 Palu sebagai lokasi tempat penelitian. Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk disiapkan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dari suatu disiplin, melibatkan peserta didik dalam 38 kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya peserta didik bernilai, dan realistis. Pengembangan pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. [1] Penggunaan metode PBL ini akan memberikan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses belajar sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap tahap. [2] Problem Based Learning (PBL) tidak disusun untuk membantu guru dalam menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan fasilitator.menurut Dasna [3], PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar

2 tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Penggunaan metode ini diharapkan diperoleh hasil belajar yang baik dimana merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Bloom [4] ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Lebih jelas lagi bahwa tiga ranah (domain) menurut Bloom, yaitu: (a) Ranah kognitif (Cognitive domain), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. (b) Ranah afektif (Affective domain) berisi perilakuperilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. (c) Ranah psikomotor (Psychomotor domain) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan desain quasi experimental (eksperimen semu). Menurut Wiersma dalam Emzir mengklarifikasi desain eksperimen dalam 2 kelompok salah satunya ialah Quasi experiment design, desain ini digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian. [5] Tabel 1 : Desain Penelitian Kelompok Pretes Perlakuan Postest A (eksperimen) O 1 X O 2 B (kontrol) O 1 - O 2 Keterangan: 39 X : Perlakuan untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah O 1 : Tes awal O 2 : Tes akhir O 1 = O 2 Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Palu, Jalan Kemiri no.35. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Palu tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 14 kelas.sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII A dan VIII D. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Instrumen Berdasarkan hasil analisis validitas item, dari 30 nomor soal yang diujikan, diketahui 20 diantaranya diterima, artinya layak untuk diujikan pada siswa. Sedangkan 5 nomor soal lainnya diputuskan untuk direvisi, artinya soal tersebut dapat diujikan dengan catatan soal telah diperbaiki baik dari segi isi maupun konstruksinya. Peneliti merevisi 5 nomor soal yang perlu direvisi, sehingga total soal yang diujikan untuk tes awal dan tes akhir dikelas eksperimen maupun kelas kontrol berjumlah 25 soal. Uji Validitas Tes Hasil uji validitas item tes untuk soal pilihan ganda berada pada kategori sangat rendah sampai dengan sedang. Adapun soal yang masuk dalam kategori rendah yaitu soal nomor 1, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 19, 21, dan 25. Dimana nilai koefisien korelasinya berada pada rentang (0,21) (0,40). Untuk soal yang berada pada rentang sedang nomor 6, 20, 23, dan 24 dengan nilai koefisien korelasi berada pada rentang (0,41 0,60). Berikutnya soal yang berada pada rentang tinggi ialah nomor 2, 13, dan 18 dengan nilai koefisien korelasinya berada pada rentang (0,61 0,80). Dan terakhir, soal yang mempuntai kriteria sangat tinggi berada pada soal nomor 3, 8, 15, 16, 17, dan 22 memiliki koefisien korelasi yang berada pada rentang (0,81-1,00)

3 Indeks Kesukaran Hasil analisis indeks kesukaran atau tingkat kesukaran untuk soal pilihan ganda berada pada kategori mudah sampai dengan sukar. Adapun soal yang masuk dalam kategori mudah yaitu soal nomor 2, dan 9 dengan nilai indeks kesukarannya pada rentang (0,71 1,00) selebihnya soal yang termasuk kategori sedang, pada nomor 1, 3, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24 dimana indeks kesukarannya pada rentang (0314 0,70). Untuk Hasil analisis indeks kesukaran atau tingkat kesukaran pada soal esai berada pada kategori sedang. Adapun soal yang masuk dalam kategori sukar yaitu soal nomor 4, 7, 15, 21, dan 25 dengan nilai indeks kesukarannya pada rentang (0,00 0,30). Daya Pembeda Hasil analisis daya pembeda, soal-soal tersebut berkategori jelek sampai dengan baik. Soal yang masuk dalam kategori jelek berada pada nomor 4, 7, 15, 21, dan 25 dengan nilai analisis daya pembedanya berada pada rentang ( 0,20). Soal yang masuk dalam kategori cukup berada pada nomor 1, 2, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 23, dan 24 dengan nilai analisis daya pembedanya berada pada rentang (021 0,40). Sedangkan soal yang masuk dalam kategori baik berada pada nomor 3, 12, 17, dan 22 dengan nilai analisis daya pembedanya berada pada rentang (0,1 0,70). Reliabilitas Setelah dilakukan analisis berdasarkan validitas item, tingkat kesukaran dan daya pembeda, selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan reliabilitas tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika r 11 > 0,70 dan nilai reliabilitas tes (r 11 ) yang diperoleh untuk soal pilihan ganda dari hasil penelitian ini sebesar 0,75. Hal ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas tes hasil perhitungan lebih besar dibandingkan nilai reliabilitas tes yang ditentukan. Hasil Pretes Hasil Belajar Berdasarkan data di atas dituliskan bahwa jumlah soal secara keseluruhan adalah 20 item, adapun rentang skor yang diberikan memiliki rentang Berdasarkan hasil pemberian tes awal diketahui skor minimum yang diperoleh siswa kelas eksperiment adalah 6 dan skor maksimumnya adalah 16. Skor ratarata kelas eksperiment sebesar 11,89 dengan standart deviasi sebesar 2,52. Sedangkan untuk kelas control skor minimum yang diperoleh siswa sebesar 6 dan skor maksimumnya sebesar 16. Skor rata-ratanya 10,64 dengan standar deviasinya 3,00. Tabel 2 Deskripsi skor tes hasil belajar fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol (Prestes). Deskripsi Kelas VIII A (Eksperimen) Jumlah siswa Skor minimum 6 6 Skor maksimum Skor Rata-rata 11,89 10,64 Standar Deviasi 2,52 3, ,9 10,64 2,523 Gambar 1 Skor Tes Hasil Belajar (Pretes) KELAS VIII D (Kontrol) Kelas A Kelas D Uji Normalitas Pengujian data normalitas data penelitian ini peneliti menggunakan Chi-kuadrat dengan kriteria penerimaan χ 2 hitung <χ 2 tabel, taraf signifikan = 0,05, dan derajat kebebasan dk =k 3. Dimana kelas ekeperimen 2,37< 7,81 dan untuk kelas kontrol 1,43 < 7,81. Sesuasi kriteria pengambilan keputusan, maka baik data dari kelas eskperimen maupun kelas kontrol keduanya berada pada populasi yang terdistribusi normal. Uji Homogenitas Pengujian data homogenitas menggunakan uji-f dengan kriteria jika F hitung < F tabel maka data homogen. Hasil uji homogenitas dari kelas eksperimen bernilai 0,71 < 1,90. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, diketahui data tersebut memiliki varians yang sama (homogen). Artinya, tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji Hipotesis (Uji-t) pretes Berdasarkan nilai rata-rata pretes soal pilihan ganda kelas eksperimen dengan kriteria 40

4 pengujian dimana H 0 diterima jika t <t (1-α) pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = 71,00, diperoleh t 0,71(71) = 2,00. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui 1,93 < 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung berada pada daerah penerimaan H 0. Artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen. Artinya sebelum diberi perlakuan, kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda jauh. [6] Hasil Postes Hasil Belajar Hasil yang diperoleh dari tes akhir ini pun sama dengan hasil dari tes awal dimana berada di rentang Berdasarkan hasil pemberian postest diketahui skor minimum yang diperoleh siswa kelas eksperimen adalah 6 dan skor maksimum adalah 16. Skor ratarata kelas eksperimen sebesar 16,57 dengan standart deviasi sebesar 4,00. Sedangkan untuk kelas kontrol skor minimum yang diperoleh siswa adalah 6 dan skor maksimumnya adaalah 16. Skor rata-rata kelas kontrol sebesar 13,22 dengan standart deviasi 3,87. Tabel 3 Deskripsi skor tes hasil belajar fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol (postes). Deskripsi Kelas VIII A (Eksperimen) KELAS VIII D (Kontrol) Jumlah siswa Skor minimum 8 8 Skor maksimum Skor Rata-rata 16,57 13,22 Standar Deviasi 4,00 3, ,57 13,22 Gambar 2 Skor Tes Hasil Belajar (Postes) Uji Hipotesis (uji-t) postes 43,87 Kelas A Kelas D 41 Berdasarkan nilai rata-rata postes kelas eksperimen sebesar 16,24 dan kelas kontrol 13,22, dilakukan uji hipotesis (uji-t) beda ratarata (dua pihak) dan diketahui nilai t hitung = 4,71. Selanjutnya untuk nilai t tabel dimana t tabel = t (1-1/2α) pada taraf nyata α = 0,05 dan dk = 70, diperoleh t 0,71(70) = 2,00. Hal ini berarti, nilai t hitung berada di luar daerah penerimaan H 0. Dengan demikian H 0 ditolak dan H 1 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang mendapatkan model pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembahasan Pada penelitian ini penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam proses pembelajaran peserta didik di SMP Negeri 3 Palu adalah yang jarang dilakukan oleh Guru sehingga membuat suasana belajar yang berbeda dalam setiap penerapannya. Adapun tahapan proses pembelajaran berbasis masalah sangat jauh berbeda dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, perbedaan model pembelajaran yang digunakan secara keseluruhan menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sebagai model penelitian eksperimen yang baik bila dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional yang biasa digunakan. Oleh sebab itu, secara keseluruhan penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) mempunyai perbedaan terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa pada konsep Getaran dan Gelombang bunyi. Getaran ialah gerak bolak balik benda secara teratur melalui titik keseimbangan. Salah satu ciri getaran ialah adanya amplitudo (simpangan terbesar suatu getaran). Dalam getaran pun terdapat frekuensi dan periode. Frekuensi ialah jumlah getaran dalam satu sekon, satuannya ialah hertz (Hz). Periode adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu kali getaran, satuannya ialah sekon. Periode getaran (T) = waktu getar/jumlah Frekuensi (f) = Jumlah getaran/waktu Gelombang ialah getaran yang merambat. Menurut zat perantarannya gelombang dibedakan menjadi 2 macam yaitu: (1)

5 gelombang mekanik: gelombang yang perambatannya memerlukan medium ; (2) gelombang elektrik : gelombang yang dalam perambatannya tidak memerlukan medium. Berdasarkan arah rambatnnya gelombang terbagi atas 2 jenis yaitu : (a) gelombang transversal : gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap arah getarannya ; (b) gelombang longitudinal : gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya. Dari hasil penelitian ini, diperoleh nilai rata-rata Pretest kelas eksperimen sebesar 11,89 dan kelas kontrol 10,64. Hasil yang diperoleh dari pemberian soal pretes tidak berbeda jauh. Hal ini dipengaruhi karena kemampuan dalam penyelesaian soal sebelum pemberian perlakuan dalam kedua kelas ini itu masih sama. Setelah diberi perlakuan untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan untuk kelas kontol menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh hasil nilai rata-rata sebesar 16,57 untuk kelas eksperiment dan 13,22 untuk kelas kontrol. Adapun nilai yang diperoleh dalam perhitungan Uji-t yang telah dilakukan oleh peneliti ialah, untuk pretest baik kelas kontrol dan kelas eksperiment diperoleh nilai antara t tabel 2,00>t hitung 0,71, maka terima H 0 dan tolak H 1 tidak terdapat perbedaan). Namun setelah dilakukan postes maka nilai H 0 dan H 1 sebesar 4,71>2,00 atau t hitung > t tabel,maka H 0 ditolak dan H 1 diterima dan terdapat perbedaan setelah perlakuan tiap kelas. Perbedaan itu dikarenakan perlakuan antara kedua kelas berbeda dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dari sini dapat kita lihat bahwa proses pembelajaran berbasis masalah jauh lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Penggunaaan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning), dalam hal pelaksaaannya menuntut siswa dapat berperan lebih aktif selama proses pembelajaran. Penyampaian materi pelajaran dari guru juga sangat penting sebelum proses pembelajaran dimulai, sehingga memberi bekal sedikit bagi peserta didik untuk lebih memudahkan lagi dalam proses pembelajaran selanjutnya. Pada prinsipnya model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) membuat situasi belajar peserta didik menjadi lebih hidup dan bersemangat. Bahkan dalam penguasaan peserta didik sendiri terhadap pelajarannya menjadi lebih dalam sebab peserta didik di tuntut untuk lebih aktif 42 sehingga dapat menumbuhkan sikap objektif, percaya diri sendiri, dan keberanian serta tanggung jawab dalam mengatasi masalah selama proses pembelajaran dikelas maupun diluar kelas. Berdasrkan beberapa penelitian berdasarkan masalah (Problem Based Learning) menunjukkan tingkat signifikansi yang sangat relevan.baik meninjau dari segi kelemahan serta kelebihan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dan model konvensional dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat memberikan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran IPA, khususnya Fisika. Selain itu, berdasarkan penelitian lain yang relevan telah dipaparkan dikajian teori, serta berdasarkan perhitungan analisis data telah terbukti bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang bunyi. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnnya oleh Ramadhani dengan judul penelitian Pengaruh Penggunaan Strategi Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa MTs. Al-Ulum Medan, memeperoleh hasil penelitian dengan skor ratarata siswa kelompok eksperiment adalah 7,125 dengan standar deviasi 1,159 dan skor ratarata siswa kelompok kontrol 6,0375 dengan standar deviasi 0,983. Dari hasil perhitungan doperoleh harga t hitung = 4,53 dan t tabel = 1,991 berarti t hitung > t tabel. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Palu pada konsep Getaran dan Gelombang. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dalam perhitungan Uji-t yang telah dilakukan oleh peneliti ialah, untuk pretest baik kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh nilai antara t hitung 0,71<

6 t tabel 2,00, maka terima H 0 dan tolak H 1 tidak terdapat perbedaan). Namun setelah dilakukan posttes maka nilai H 0 dan H 1 sebesar 4,71 > 2,00 atau t hitung > t tabel,maka H 0 ditolak dan H 1 diterima dan terdapat perbedaan setelah perlakuan tiap kelas. Perbedaan itu dikarenakan perlakuan antara kedua kelas berbeda dalam pelaksanaan pembelajarannya. DAFTAR PUSTAKA [1] Syadzili, As ad Furqon, dkk Makalah Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Fisika pada konsep ArusListrik.[online].Tersediadi di akses tanggal 20 April [2] Ghofur, Abd., 2010.Pembelajaran sastra berbasis masalah problem based learning pada pembelajaran puisi. [Online] tersedia di mbelajaransastraberbasismasalah-problem-basedlearning-padapembelajaran-puisi/diaksespada tanggal 20 April 2013 [3] Dasna, I Wayan dan Sutrisno Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. tersedia dihttp://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pem belajaran-berbasis-masalah/diakses pada tanggal 15 Juli 2013 [4] Sudjana. N dan Ibrahim Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo. [5] Sudjana Metode Statistik.Bandung : Tersito. [6] Santyasa, I Wayan. (2007). Makalah Model-Model Pembelajaran Inovatif. Disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa Penida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli