BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V Simpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB VI PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. kota tersebut. Namun sebagian besar kota-kota di Indonesia tidak dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu. masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsional dalam proses produksi yang bertindak sebagai faktor produksi. Sisi

LAPORAN AKHIR PKM-PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya

BAB V KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi. Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia terbuka ada 7,7 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, utamanya terjadi pada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda kepercayaan dan agama, sehingga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Sentra PKL Jalan Dharmawangsa Kota Surabaya

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang. makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini dibagi menjadi beberapa bagian terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Sehingga lebih memilih bekerja di sektor informal.

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

PANDUAN WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE) 2. Apa yang anda rasakan ketika pertama kali berdagang?

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN TEMPAT USAHA PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKITAR WILAYAH PASAR KEPUTRAN KOTA SURABAYA

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November

Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah)

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. golongan pedagang adalah orang-orang yang dalam pekerjaan sehari-harinya

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. ( /30621/4/chapter%20i.pdf)

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya negara kita adalah merupakan

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sektor informal merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan wilayah dan interaksi Kota Desa secara berimbang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan. Paul.B.Horton (dalam Setiadi, 2011:36) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama cukup lama, mendiami wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok tersebut. Berbicara mengenai masyarakat tentu saja tidak terlepas dari dinamika didalamnya. Di Indonesia sendiri secara umum terdapat dua bagian masyarakat yaitu masyarakat yang tinggal diperkotaan (urban community) dan masyarakat yang tinggal dipedesaan (rural community). Soekanto (2007:138) menjelaskan bahwa antara masyarakat perkotaan dan pedesaan terdapat perbedaan perhatian terutama dalam hal keperluan hidupnya. Banyak yang dapat menjadi faktor pendorong (push factor) di pedesaan dan faktor penarik (pull factor) di perkotaan yang menyebabkan masyarakat melakukan migrasi. Bukan hal yang tabu lagi bahwa masyarakat akan cenderung melakukan mobilisasi ke wilayah-wilayah yang dianggap dapat mewujudkan harapan serta cita-citanya untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Salah satu lingkungan yang dianggap dapat mewujudkan harapan tersebut yaitu wilayah perkotaan. Perbedaan kualitas kehidupan antara kota dan desa tersebut yang menjadi penyebab terjadinya migrasi ke wilayah di perkotaan secara besar-besaran. Pekerjaan merupakan salah satu faktor pendorong bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan untuk melakukan perpindahan. Persepsi masyarakat tentang lingkungan perkotaan yang mewah, modern serta jenis pekerjaan yang heterogen dan mudah mendapatkannya merupakan kesalah pahaman pada masyarakat yang mengakibatkan terjadinya migrasi besar-besaran. Migrasi 1

2 tersebut pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan penduduk di perkotaan yang tinggi dan cepat. Pekerjaan diperkotaan menuntut setiap individu memiliki skill yang tinggi sehingga pendidikan formal menjadi salah satu penentu keberhasilan mendapatkan pekerjaan di wilayah perkotaan. Terbatasnya lapangan pekerjaan menjadikan setiap individu berusaha sebaik mungkin untuk bisa bersaing dengan yang lainnya guna mendapatkan pekerjaan pada sektor-sektor formal. Tingkat persaingan di perkotaan mengenai pekerjaan sangat tinggi, sehingga diperlukan keahlian dan pengalaman kerja yang cukup untuk dapat memenuhi kualifikasi yang diinginkan. Kebanyakan masyarakat desa yang melakukan migrasi minim dalam segi keahlian, pada umumnya masyarakat tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak mampu bersaing. Hal ini yang kemudian memberikan efek berantai bagi masalah masalah yang muncul di perkotaan. Tersingkirnya dari persaingan pekerjaan menyebabkan banyak masyarakat pendatang yang pada akhirnya menjadi pengangguran, hal ini tentu saja menambah beban kota karena akan semakin banyak masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan. Adapun masyarakat yang melakukan migrasi tetapi tidak memiliki keahlian apapun kemudian bekerja pada sektor-sektor informal. Pekerjaanpekerjaan tersebut tidak jarang merupakan pekerjaan yang menuntut tenaga fisik yang kuat, merupakan kategori pekerjaan kasar dan berhubungan dengan keadaan yang kotor. Melihat kenyataan tersebut para migran terus berusaha mencari pekerjaan yang dianggap lebih baik dan tidak memerlukan keahlian khusus dalam menjalankannya. Menurut UU No.25 Tahun 1997 Pasal 1 Tentang Ketenagakerjaan, usaha sektor informal merupakan kegiatan orang perseorangan atau keluarga, atau beberapa orang yang melaksanakan usaha bersama untuk melakukan kegiatan ekonomi atas dasar kepercayaan dan kesepakatan, dan tidak berbadan hukum. Masih dalam undang-undang yang sama pekerja sektor informal adalah tenaga

3 kerja dalam hubungan kerja sektor informal dengan menerima upah dan/atau imbalan. Menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu alternatif pilihan karena dengan modal yang tidak besar mereka dapat meneruskan kehidupannya dibandingkan harus pulang kembali ke daerah asal. Menjadi PKL juga dianggap lebih baik karena dalam melakukannya mereka tidak memerlukan tenaga fisik yang besar serta tidak harus bersentuhan dengan tempat-tempat yang keadaannya kotor. Akan tetepi, kemunculan PKL ini menjadi masalah baru lagi diperkotaan. Menjamurnya PKL tersebut menyebabkan wilayah-wilayah tertentu diperkotaan terlihat tidak teratur, padahal kota seharusnya menjadi wilayah percontohan dengan pola kehidupan yang lebih teratur, bersih dan mengambarkan kehidupan yang modern dan lebih baik dalam segi penataan kotanya. Ketertiban yang terjadi dalam masyarakat dapat terwujud jika masyarakat didalamnya telah melaksanakan kewajiban-kewajibannya serta berprilaku sesuai dengan norma dan nilai yang terdapat didalamnya. Para pendatang yang hijrah ke wilayah perkotaan umumnya masih lekat dengan kehidupannya dipedesaan. Mereka secara cepat dituntut untuk bisa beradaptasi dengan baik dengan kondisi kehidupan di perkotaan. Semakin beragam latar belakang masyarakat di dalamnya semakin beragam juga kebudayaan serta pola-pola interaksi. Ketidakteraturan di perkotaan seakan telah menjadi hal yang lumrah terjadi, pelanggaran-pelanggaran menjadi suatu hal yang biasa bahkan kemudian dibenarkan dalam masyarakat, padahal di perkotaan juga terdapat norma-norma serta nilai-nilai yang mengatur masyarakat didalamnya. Menurut Setiadi dan Kolip (2011:853), permasalahan sosial di perkotaan tidak hanya terbatas pada masalah pekerjaan dan pengangguran saja tetapi dapat juga diringkas sebagai berikut : (1) masalah pencemaran dan sampah; (2) masalah pengangkutan dalam kota; (3) masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi dan cepat; (4) masalah pemukiman yang tidak memenuhi persyaratan untuk hidup; dan (5) masalah kemasyarakatan yang timbul di

4 kalangan penduduknya (pengangguran, kemiskinan, kejahatan, dan hubungan antar kelompok etnis). Kota Bogor merupakan kota penyangga ibu kota yang menjadi salah satu kota tujuan dari migrasi karena akses dan fasilitas ke ibu kota yang dianggap cukup mudah. Jumlah pendatang yang terus menerus bertambah dari tahun ke tahun menyebabkan kepadatan penduduk serta tingkat persaingan kerja yang semakin dirasakan ketat. Para pendatang yang tidak dapat menembus pasar kerja formal pada akhirnya memilih bekerja pada sektor informal atau menjadi pengangguran. Para migran yang memilih bekerja menjadi PKL secara otomatis akan memilih tempat-tempat yang dianggap ramai sebagai tempat berjualan. Salah satu tempat yang dianggap cocok sebagai tempat berjualan adalah pasar. Keramaian dan menjadi salah satu tempat transaksi jual beli menyebabkan pasar tidak akan sepi dari pengunjung, terlebih jika pasar tersebut berada di wilayah yang strategis dan memiliki akses yang mudah. Para migran yang memiliki modal yang minim cenderungan tidak dapat menyewa kios atau tempat di dalam pasar sehingga mereka lebih memilih berdagang diluar pasar atau menjadi PKL. Padahal berjualan diluar pasar juga tidak terlepas dari pungutan-pungutan atau biaya-biaya retribusi yang harus mereka bayarkan. Hal ini kemudian tidak jarang menyebabkan para pedagang yang berada di dalam pasar memilih berdagang di luar pasar karena para pembeli enggan masuk kedalam pasar mengingat barang-barang yang dibutuhkannya telah tersedia di luar pasar dengan harga yang relatif lebih murah. Hal-hal tersebut membuat pasar terlihat tidak teratur, banyak fasilitasfasilitas publik yang kemudian beralih fungsi menjadi tempat berjualan. Selain itu, fasilitas lainnya juga menjadi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain ketidakteraturan yang terlihat, masalah kebersihan juga menjadi sorotan karena didalam masyarakat tidak jarang menganggap bahwa pasar tradisional identik dengan keadaan yang tidak layak, becek serta wilayah yang kotor dengan sampah-sampah.

5 Kondisi ini menyebabkan masyarakat cederung akan memilih berbelanja pada pusat-pusat perbelanjaan modern dengan segala fasilitas didalamnya. Hal ini telah membuktikan bahwa masyarakat menginginkan sebuah kondisi dan situasi yang tertib dan bersih. Penertiban bukan lagi merupakan hal yang asing bagi para PKL, mereka cenderung kembali ke tempat-tempat asalnya berjualan bahkan banyak yang kemudian mendirikan bangunan permanen. Penertiban ini tidak jarang menimbulkan sebuah konflik sosial di dalamnya, dalam hal ini tetap saja masyarakat yang akan dirugikan. Para migran PKL yang telah dianggap sukses kemudian mengajak sanak saudara atau kerabatnya untuk ikut tinggal di perkotaan. Hal ini tentu menjadi masalah baru karena daya tampung kota akan semakin sempit terlebih lagi para pendatang ini belum tentu memiliki keahlian yang diharapkan. PKL migran yang mengajak sanak saudara atau kerabatnya untuk bekerja di perkotaan umumnya karena merasa kehidupannya di perkotaan dapat dinilai sukses. Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, di Kota Bogor Pasar Anyar merupakan salah satu tempat pilihan para PKL berjualan karena letaknya yang strategis berada di pusat kota dan mudah dalam hal transportasi. Selain itu, pemilihan lokasi juga disebabkan karena Pasar Anyar memiliki luas yang lebih besar dibandingkan pasar lainnya di Kota Bogor. PKL yang berada di Pasar Anyar juga jarang bahkan hampir tidak pernah terkena razia penertiban oleh aparat pemerintah setempat. Para PKL yang berjualan di Pasar Anyar menjajakan berbagai macam kebutuhan pokok masyarakat. Tempat-tempat yang dipilih oleh para pedagang untuk berjualan kebanyakan berada di trotoar jalan, jalan raya, hingga ke dekat perlintasan kereta api. Para pembeli di Pasar Anyar juga lebih sering berbelanja di PKL dibandingkan di dalam pasar. Disamping itu para PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dikelola oleh dua pihak yaitu oleh PD. Pasar Pakuan Jaya dan oleh Paguyuban Pedagang Kaki Lima Pasar Anyar. Berdasarkan paparan diatas menarik perhatian peneliti untuk meneliti lebih dalam mengenai perilaku PKL di Pasar Anyar Kota Bogor, khususnya para

6 PKL yang berasal dari luar Kota Bogor guna melihat dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan mereka. Hal ini dengan harapan akan ditemukannya solusi untuk menertibkan para PKL di Pasar Anyar Kota Bogor. Oleh sebab itu penulis mengambil judul Migran PKL dan Dampaknya Terhadap Ketertiban Sosial (Studi Kasus di Pasar Anyar Kota Bogor). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat di identifikasi beberapa masalah, sebagai berikut : 1. Migran yang tidak memiliki skill tidak dapat bekerja pada sektor formal, dan beberapa diantaranya memilih bekerja sebagai PKL. 2. Keberadaan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor menyebabkan munculnya masalah baru khususnya menyangkut ketertiban sosial seperti kemacetan dan kebersihan. 3. PKL di Pasar Anyar hampir tidak pernah terkena razia penertiban. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas dapat dilanjutkan kedalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses dan asal-usul datangnya migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor? 2. Faktor-Faktor apa sajakah yang menyebabkan PKL di Pasar Anyar berjualan tidak beraturan dan cenderung mengganggu ketertiban sosial? 3. Upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan baik oleh pemerintah daerah Kota Bogor maupun masyarakat dalam upaya menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor? 4. Bagaimanakah pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor sebagai bahan ajar untuk membina perilaku masyarakat dalam menjaga ketertiban sosial?

7 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan informasi-informasi mengenai Migran PKL dalam melaksanakan ketertiban sosial. 2. Tujuan Khusus a) Diketahuinya proses dan asal-usul datangnya migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor. b) Diketahuinya faktor-faktor yang menyebabkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor berdagang tidak beraturan dan cenderung mengganggu ketertiban sosial. c) Diketahuinya upaya-upaya yang sudah dilakukan baik oleh pemerintah daerah Kota Bogor maupun masyarakat dalam upaya menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor. d) Diketahuinya pembelajaran sosiologi memanfaatkan kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor sebagai bahan ajar untuk membina perilaku masyarakat dalam menjaga ketertiban sosial. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretik Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalahmasalah ketertiban sosial khususnya dalam kajian sosiologi perkotaan. 2. Manfaat Praktis a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara para PKL untuk dapat mengungkapkan masalah-masalah yang mereka hadapi sehari-hari.

8 b) Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dalam hal ketertiban sosial. c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi serta bahan pertimbangan untuk menertibkan para PKL di daerah Kota Bogor khususnya wilayah Pasar Anyar oleh lembagalembaga terkait. F. Struktur Organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Struktur Organisasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Fungsionalisme Struktural B. Adaptasi C. Migrasi 1. Pengertian Migrasi 2. Jenis-Jenis Migrasi 3. Faktor-Faktor Penyebab Migrasi D. Pedagang Kaki Lima 1. Asal Usul Istilah Pedagang Kaki Lima 2. Pengertian Pedagang Kaki Lima 3. Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima 4. Klasifikasi Pedagang Kaki Lima 5. Jenis Dagangan E. Penyimpangan Sosial F. Ketertiban Sosial

9 G. Pembelajaran Sosiologi 1. Makna Belajar dan Pembelajaran 2. Pembelajaran Sosiologi di SMA 3. Model-Model Pembelajaran Sosiologi 4. Fenomena PKL sebagai Bahan dan Sumber Pembelajaran Sosiologi H. Penelitian Terdahulu I. Asumsi BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian 2. Subjek Penelitian B. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian 2. Metode Penelitian C. Definisi Operasional D. Instrumen Penelitian E. Tahap Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian 2. Tahap Perizinan Penelitian 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Dokumentasi 4. Studi Literatur 5. Triangulasi G. Teknik Analisis Data 1. Reduksi Data 2. Penyajian Data 3. Kesimpulan/Verifikasi

10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 2. Potensi PKL di Pasar Anyar Kota Bogor 3. Keanggotaan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor 4. Sanksi dan Denda yang Dijatuhkan Kepada Para PKL B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Proses dan Asal-Usul Datangnya Migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor 2. Faktor-Faktor Penyebab PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Mengganggu Ketertiban Sosial 3. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor 4. Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Proses dan Asal-Usul Datangnya Migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor 2. Faktor-Faktor Penyebab PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Mengganggu Ketertiban Sosial 3. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor 4. Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Umum 2. Simpulan Khusus B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 Lampiran 1 SK Skripsi Lampiran 2 Buku Laporan Kemajuan Penulisan Skipsi Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Instrumen Penelitian Lampiran 5 Hasil Observasi dan Deskripsi Hasil Wawancara Lampiran 6 Profil Unit Pasar Kebon Kembang dan Paguyuban PKL Pasar Anyar Kota Bogor Lampiran 7 Dokumen Peraturan Daerah Lampiran 8 Foto Dokumentasi RIWAYAT HIDUP