BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya negara kita adalah merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya negara kita adalah merupakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya negara kita adalah merupakan negara makmur, yang sedang merintis pertumbuhan ekonominya. Perekonomian di negara kita bisa dikatakan sedang berkembang sehingga membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak untuk membangunnya. Namun setiap harapan tidak selalu bisa berjalan sesuai dengan kenyataan sehingga dalam hal ini banyak dibutuhkan pemikiran kritis serta tindakan yang cukup agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang terjadi. Salah satu pemegang nadi pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar di Propinsi Jawa Barat adalah para pedagang kaki lima. Memang pada dasarnya tidak dapat kita pungkiri bahwa dengan adanya pedagang kaki lima tersebut telah dapat membantu orang-orang dari kalangan menengah ke bawah dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan di sisi lain pedagang kaki lima pun menimbulkan permasalahan yang cukup krusial. Permasalahan mengenai pedagang kaki lima adalah merupakan permasalahan yang cukup klasik dan membutuhkan pemecahan yang benar-benar bisa mengatasinya dengan baik tanpa merugikan ke dua belah pihak. Seperti kita ketahui bahwa kondisi perekonomian di bangsa kita ini bisa dikatakan sedang tidak stabil sehingga bagi para pengusaha mikro yang memiliki modal kecil mereka hanya bisa berdagang secara keliling dan menjajakan barang dangan 1

2 2 mereka dari satu tempat ke tempat yang lain atau dari satu konsumen ke konsumen yang lain. Namun di lain pihak dengan adanya pedagang kaki lima bisa memenuhi kebutuhan hidup sebagian orang dari kalangan menengah ke bawah dan pedagang itu sendiri bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sedangkan dengan adanya pedagang kaki lima ada sebagian pihak yang merasa dirugikan, karena mereka beranggapan dengan adanya pedagang kaki lima bisa menimbulkan berbagai kerugian seperti keindahan, kebersihan serta ketertiban umum. Jika kita perhatikan mengenai permasalahan keindahan, hal ini bisa terlihat tidak sedikit pedagang kaki lima yang menggunakan taman kota sebagai tempat berjualan. Sehingga hal ini mengakibatkan taman kota beralih fungsi yang sebelumnya taman kota berguna untuk menambah keindahan dan berfungsi untuk mengatasi polusi namun dengan adanya pedagang kaki lima yang menggunakan wilayah taman kota tersebut sebagai tempat berjualan, sudah pasti taman tersebut akan menjadi kotor dan kurang indah. Sedangkan jika ditinjau dari segi kebersihan sudah pasti jika semakin sering seorang pedagang kaki lima tersebut berproduksi maka sampah yang dihasilkan oleh mereka pun kian hari akan semakin menumpuk dan hal tersebut sangat mengganggu sekali kepada pengguna jalan yang lainnya. Seperti bau yang tidak sedap akan timbul dan dari bau tersebut akan menimbulkan berbagai masalah serta tidak sedikit juga para pedagang kaki lima yang kurang menjaga kebersihan di sekitarnya dan hal ini akan berdampak pada pengguna jalan yang lainnya. Serta jika kita perhatikan dari sektor ketertiban dari kebanyakan permasalahan bahwa pedagang kaki lima sering

3 3 menggunakan trotoar untuk berjualan. Sehingga para pejalan kaki tidak bisa menggunakan trotoar sebagai mana fungsinya dan akibatnya hal ini membuat para pejalan kaki turun ke jalan, yang akan mengakibatkan kemacetan sehingga seluruh pengguna jalan akan terganggu. Dengan mengidentifikasi dari berbagai hal diatas pemerintah kota tidak tinggal diam begitu saja mereka langsung mengambil inisiatif melalui jajarannya yang memiliki peran sebagai pelaku di lapangan untuk menindak serta mangatasi permasalahan mengenai pedagang kaki lima yang kian hari semakin menjamur. Satuan polisi pamong praja harus bisa menerapkan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum di kawasan tersebut. Karena pada dasarnya sebagai pelaksana teknis dilapangan seharusnya satuan polisi pamong praja tetap harus bertindak tegas tanpa pandang bulu karena hal ini menyangkut kepentingan publik. Tidak sedikit juga permasalahan yang timbul akibat ketidakteraturan dari pedagang kaki lima itu sendiri, seharusnya di dalam penegakan Peraturan Daerah tentang yang meliputi Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum tersebut diadakan sosialisasi secara menyeluruh oleh pemerintah terkait hal agar mengurangi pedagang kaki lima yang tetap bersikeras berjualan di area yang dianggap di larang berjualan. Tidak sedikit kota-kota besar yang terus mengalami mobilisasi penduduk akan terus di bayangi oleh permasalahan klasik seperti ini salah satunya adalah Kota Cimahi. Kota Cimahi sebagai kota transit sementara yang terus berkembang sudah pasti permasalahan penduduk akan terus bertambah dan kebutuhan setiap individu akan terus meningkat hal ini akan memaksa sebagian orang untuk

4 4 bekerja dan bagi mereka kalangan ekonomi menengah ke bawah akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berjualan. Karena mereka berjualan sebagai pedagang kaki lima sudah pasti mereka berjualan di kawasan yang sering di lalui oleh orang banyak, sehingga hal ini akan berdampak pada pendapatan mereka. Salah satunya tempat yang sering dijadikan tempat berjualan adalah kawasan pusat kota, taman kota, dan lapangan. Tempat pusat kota yang sering di jadikan tempat berjualan di Kota Cimahi adalah di Jalan Gandawijaya mengapa tempat ini menjadi pilihan karena kawasan ini merupakan kawasan yang cukup strategis. Selain dekat dengan pusat keramaian seperti mall kawasan ini pun dekat dengan pasar dan lapangan, sehingga sebelumnya banyak sekali pedagang kaki lima yang menjajakan barang dagangannya di trotoar di kawasan tersebut dan hal ini mengakibatkan kemacetan serta ketidaktertiban. Pemerintah Kota Cimahi melalui jajarannya yaitu satuan polisi pamong praja menindak tegas para pedagang kaki lima yang masih bersikeras berjualan di kawasan terlarang dengan mengadakan operasi. Bagi para pedagang yang tetap berjualan di kawasan terlarang tersebut akan ditindak dengan cara diperingati pada awalnya namun jika mereka masih tetap bersikeras berjualan maka barang dagangan serta gerobak akan diambil oleh satuan polisi pamong praja. Namun tidak jarang pedagang kaki lima yang melawan para petugas, sehingga ada saja para petugas pun melakukan tindakan represif. Peristiwa kejar-kejaran terjadi antara satuan polisi pamong praja dengan para pedagang yang tetap ingin mempertahankan lapak serta barang dagangan mereka.

5 5 Namun dari hasil pra penelitian ditemukan beberapa ketimpangan, karena seperti yang saya lihat dilapangan bahwa masih ada saja petugas satuan polisi pamong praja yang tidak bisa berbuat banyak ketika ada pedagang kaki lima yang berjualan seperti di kawasan tersebut. Karena dari hasil pengamatan saya di lapangan bahwa di Jalan Ganda wijaya tersebut ada sebagaian kawasan yang menjadi milik pemerintah dan ada sebagian kawasan yang milik komando distrik militer (KODIM). Sehingga bagi para pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang trotoar tersebut akan ditindak oleh satuan polisi pamong praja, sedangkan bagi para pedagang kaki lima yang berjualan di tanan milik komando distrik militer (KODIM) mereka tidak akan ditindak oleh satuan polisi pamong praja. Menurut salah seorang pedagang yang sekarang menempati lapak milik komando distrik militer (KODIM), mereka tidak akan di tindak karena mereka telah membayar uang retribusi sebesar Rp. 6000,- per hari agar mereka bisa berjualan di kawasan milik KODIM tersebut. Namun tidak semua pedagang kaki lima bisa merasakan hal yang sama, bagi pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan Cibabat, Cimahi mereka selalu di hantui rasa ketakutan karena Cibabat merupakan daerah di larang berjualan. Menurut pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan Cibabat sekarang ini satuan polisi pamong praja sering melakukan operasi namun tidak banyak juga pedagang kaki lima yang mengetahui mengenai Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban umum (K3), mereka menganggap bahwa pemerintah bertindak secara arogan. Harapan mereka, jika mereka tidak boleh berdagang maka mereka mengharapkan tempat relokasi yang pantas bagi

6 6 mereka, agar mereka bisa berjualan dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Serta menurut pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan Cibabat tersebut sudah sekitar lima kali dia tertangkap oleh satuan polisi pamong praja, jika pedagang tersebut tertangkap operasi maka gerobak serta isi dagangan mereka akan diambil, dan tidak bisa diambil kembali sehingga hal ini bisa dikatakan merugikan pihak pedagang kaki lima. Berbeda halnya dengan pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan BRIGIF, bagi mereka yang berjualan di kawasan tersebut nasib mereka bisa dikatakan cukup tenang karena menurut pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan tersebut mereka tidak akan terkena operasi oleh satuan polisi pamong praja, hal ini dikarenakan mereka pun membayar uang retribusi sebesar Rp. 6000,- per hari. Selain daerah tersebut diatas masih ada satu kawasan yang menjadi tempat menjamurnya pedagang kaki lima yaitu di kawasan Cimindi flay over. Di kawasan tersebut sering sekali terjadi kemacetan namun para pedagang kaki lima tetap saja berani berjualan di kawasan tersebut. Menurut pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan tersebut memang mereka dilarang berjualan di kawasan ini, namun pemerintah tidak memberikan solusi yang tepat bagi mereka. Harapan mereka sebagai pedagang kecil, jika mereka tidak boleh berjualan di kawasan terlarang tersebut seharusnya pemerintah menyediakan tempat relokasi yang murah bagi mereka agar mereka bisa tetap memenuhi kebutuhan hidup mereka.

7 7 Kawasan Cimindi bisa dikatakan sebagai tempat kemacetan karena di daerah tersebut selain sebagai terminal angkutan umum, di daerah tersebut pun menjadi pertemuan berbagai kendaraan yang menjadi satu jalur. Sedangkan yang paling rawan di kawasan tersebut adalah merupakan kawasan yang dekat dengan perlintasan kereta api, bisa dikatakan daerah tersebut sangat cukup rumit tingkat ketidakteraturan, serta sangat tinggi juga ancaman bahayanya. Banyak pedagang kaki lima yang yang berdagang dekat dengan lintasan kereta api, sehingga hal ini bisa menimbulkan kemacetan serta sangat menggangu ketertiban umum. Namun menurut pedagang yang berjualan di kawasan Cimindi tersebut memang satuan polisi pamong praja sering mengadakan operasi, bisa dikatan satu hari dua kali. Jika tertangkap oleh satuan polisi pamong praja tidak jarang mereka pun sering melawan demi mempertahankan barang dagangan mereka. Namun disini terdapat perbedaan yang cukup menarik seperti yang telah saya jelaskan bahwa Cimahi sebagai kota transit terdapat banyak sekali warga pendatang yang ingin mengadu nasib di kota tersebut. Sehingga para warga pendatang yang hanya memiliki modal sedikit demi memenuhi kebutuhan mereka harus bekerja dengan cara menjadi pedagang kaki lima. Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum sudah pasti mata pencaharian mereka pun menjadi terancam, dan bagi para penduduk asli ketaatan terhadap peraturan masih tinggi sedangkan bagi para warga pendatang tingkat ketaatan mereka terhadap peraturan masih kurang. Seperti pembahasan yang telah saya jelaskan diatas bahwa bagi para pedagang kaki lima yang memang asli orang Cimahi, ketika mereka dikatakan

8 8 dilarang berjualan di kawasan dilarang berjualan sudah pasti mereka akan taat. Berbeda halnya dengan dengan para pedagang kaki lima yang berasal dari warga pendatang ketika mereka di larang berjualan di kawasan tersebut, demi terlaksananya Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum (K3) mereka akan taat ketika ada operasi saja. Ketika operasi yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja telah selesai mereka akan kembali berjualan di kawasan tersebut. Sehingga dengan mengidentifikasi dari berbagai hal tersebut Pemerintah Kota Cimahi pun tidak tinggal diam melalui pelaksana teknis di lapangan yaitu satuan polisi pamong praja untuk menindak serta mengatasi permasalahan tersebut. Serta dari data satuan polisi pamong praja akhir tahun 2009 dapat diketahui bahwa jumlah pedagang kaki lima yang berada di kota Cimahi sekitar 200 pedagang yang tersebar di tiga wilayah yaitu kawasan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan. Sehingga Pemerintah Kota Cimahi harus bisa mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak tersebut karena permasalahan mengenai pedagang kaki lima tersebut merupakan permasalahan yang cukup klasik dan sulit diatasi. Sehingga jika Pemerintah Kota Cimahi melakukan penertiban tanpa memberikan solusi yang terbaik bagi para pedagang kaki lima, sudah pasti penegakkan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum tidak semudah itu bisa di lakukan karena permasalahan ini akan mengakibatkan dampak yang cukup luas bagi perkembangan kota tersebut. Permasalahan mengenai pedagang kaki lima ini membutuhkan perhatian khusus

9 9 dari pemerintah kota setempat sehingga dalam mengatasi permasalahan tersebut pemerintah kota tersebut harus bekerja sama dengan berbagai pihak yang saling memiliki peran besar dalam mengatasi permasalahan di kota tersebut. Peran satuan polisi pamong praja sebagai pemegang teknis penuh di lapangan dalam menerapkan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum tersebut memang akan mengalami berbagai hambatan serta pro dan kontra dari masyarakat namun tidak semata-mata bahwa dengan adanya Peraturan Daerah K3 tersebut pemerintah sangat peduli terhadap kepentingan umum. Permasalahan mengenai pedagang kaki lima di Kota Cimahi merupakan masalah sosial yang cukup kompleks sehingga membutuhkan penanganan yang serius agar bisa menemukan solusi yang terbaik. Realita yang ditunjukkan melalui pra penelitian menggambarkan permasalahan pedagang kaki lima dalam penegakkan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum serta perlunya optimalisasi peran satuan polisi pamong praja dalam mewujudkan Peraturan Daerah K3 tersebut. Prosentase angka pemahaman pedagang kaki lima mengenai Peraturan Daerah K3 tersebut berkisar 20%, selain kurangnya kesadaran serta belum tegasnya satuan polisi pamong praja dalam menegakan Peraturan Daerah K3. Berangkat dari hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai peran satuan polisi pamong praja dalam menertibkan pedagang kaki lima untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi. Atas dasar itulah maka judul skripsi yang diambil adalah: PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN

10 10 PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MELAKSANAKAN PERATURAN DAERAH TENTANG KEINDAHAN, KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KOTA CIMAHI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran satuan polisi pamong praja dalam menertibkan pedagang kaki lima untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi. Untuk mempermudah penulis dalam menggunakan hasil penelitian maka pokok permasalahan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peran satuan polisi pamong praja di dalam menegakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan, dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi? 2. Bagaimanakah peran pedagang kaki lima di dalam melaksanakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi? 3. Hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi oleh satuan polisi pamong praja di dalam menegakan Peraturan Daerah K3 tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi? 4. Upaya-upaya apa saja yang di lakukan oleh satuan polisi pamong praja dalam mengatasi permasalahan tersebut?

11 11 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencoba menemukan dan membahas permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu mengenai peran satuan polisi pamong praja dalam menertibkan pedagang kaki lima untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi. Oleh karena itu, penelitian diharapkan dapat memberi gambaran mengenai: 1. Peran satuan polisi pamong praja dalam menegakkan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum. 2. Peran pedagang kaki lima di dalam melaksanakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum. 3. Hambatan-hambatan yang dialami oleh satuan polisi pamong praja dalam menegakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum tersebut. 4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja dalam mengatasi permasalahan tersebut. D. Manfaat Penelitian Keberhasilan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

12 12 1. Kegunaan teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan masukan yang sangat penting bagi penulis, terutama dalam pembentukan asumsi khususnya dalam ruang lingkup kewarganegaraan dan sosial. 2. Kegunaan praktis Bagi keperluan prkatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan yang penting bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang menyangkut tentang peran satuan polisi pamong praja dalam menertibkan pedagang kaki lima untuk melaksanakan Peraturan Daerah K3 tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum seperti: 1. Memberikan masukan pemikiran bagi Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Cimahi dalam menertibkan pedagang kaki lima untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum. 2. Memberikan gambaran mengenai peranan satuan polisi pamong praja dalam menegakkan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum. 3. Memberikan gambaran mengenai peran pedagang kaki lima dalam melaksanakan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum. 4. Memberikan gambaran mengenai upaya yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Cimahi dalam menegakan

13 13 Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum. E. Anggapan Dasar Bahwa dengan peran satuan polisi pamong praja belum begitu maksimal di dalam menegakkan Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum, sehingga penertiban terhadap pedagang kaki lima pun belum berjalan dengan baik. F. Metodologi 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Menurut Kirk dan Miller (Sugiyono, 2009 : 4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Menurut David Williams (Sugiyono, 2009: 5) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Winarno Surakhmad (dalam Soejono 2005: 22) mengungkapkan bahwa metode deskriptif yaitu merumuskan diri pada pemecahan masalah-masalah sekarang,

14 14 pada masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa. 2. Teknik Pengumpulan Data. a. Observasi Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap obyek penelitian dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. (Sugiyono, 2009 : 311) b. Wawancara Menurut Esterbergh (Sugiyono, 2009 : 317) bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu c. Studi literatur Studi literatur yaitu teknik penelitian yang mempelajari literatur untuk mendapatkan informasi secara teoritis yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang di hadapi. Penelitian perpustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen dan lain-lain. (Kartini Kartono, 1996;33).

15 15 d. Analisi Dokumen Yaitu menganalisis data-data berupa gambar-gambar dandokumendokumen yang berhubungan erat dengan penelitian. Analisis dokumen dilakukan agar dapat mengungkap data yang ada serta dapat memberikan gambaran dan data yang menunjang bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Dokumentasi yang dianalisis adalah mengenai Peraturan Daerah tentang Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban Umum Kota Cimahi, program kerja Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Cimahi, dan tupoksi Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Cimahi. 3. Teknik Analisi Data. Data yang terkumpul diolah secara kualitatif dengan merujuk pada teknik pengolahan yang dikemukana oleh Sugiyono. a. Reduksi data. Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data, kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

16 16 b. Display data. Setelah dilakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah display data yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data dilakukan dari bagian demi bagian, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai dengan data yang diperoleh. c. Mengambil kesimpulan dan verifikasi. Menarik atau mengambil kesimpulan merupakan tujuan utama analisis data yang dilakukan sejak awal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009 : 345) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten suatu peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. G. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi penelitian. Yang dijadikan lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Cimahi sebagai salah satu lembaga yang menjadi teknis utama di lapangan dalam menegakan Peraturan Daerah tentang Keindahan,

17 17 Kebersihan dan Ketertiban Umum. Selain itu yang dijadikan lokasi penelitian adalah tempat lokasi pedagang kaki lima di Cimahi yang meliputi Jalan Gandawijaya, Cibabat dan Cimindi flyover. 2. Subyek Penelitian. Subyek penelitian diambil berdasarkan teknik pengambilan sampel purposif/bertujuan (Sampling Purposive). Sampling purposif adalah sample yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan desain. Subyek penelitian dari satuan polisi pamong praja adalah Bapak Uus. Supriyadi S. Sn menjabat sebagai Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Pemerintah Kota Cimahi dan Bapak Ario. W S. H menjabat sebagai Kepala Seksi Penegakan Peraturan Daerah Pemerintah Kota Cimahi. Pedagang kaki lima Ibu Salam 56 tahun penjual mie ayam di Jl. Gandawijaya, Bapak Asep 30 tahun penjual buah di Cibabat, dan Bapak Yon 45 tahun penjual pakaian di Cimindi. Masyarakat Bapak Ahmad 50 tahun masyarakat di Jl. Gandawijaya, Ragil Anastashya 22 tahun masyarakat Cimindi, dan Bapak Oben 35 tahun masyarakat di Cibabat.

III. METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif. (Masyhuri dan Zainudin, 2008 :12)

III. METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif. (Masyhuri dan Zainudin, 2008 :12) 33 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. (Masyhuri dan Zainudin, 2008 :12) penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ismy Ayuning Pekerty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ismy Ayuning Pekerty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian masyarakat kita sadar akan perlunya hukum dan penghormatan terhadap hukum itu dalam kehidupan bermasyarakat, namun pada pelaksanaanya dewasa ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Tipe penelitiannya adalah tipe kualitatif yang dideskriptifkan yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan sesuatu yang menentukan jawaban terhadap suatu permasalahan, mengembangkan dan menguji kebenaran dari suatu teori dengan menggunakan cara cara ilmiah. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana berlangsungnya penelitian tersebut. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, kota-kota besar masih merupakan tujuan bagi mereka yang ingin memperbaiki nasib dan meningkatkan tarap kehidupannya. Dengan asumsi bahwa kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketenteraman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

BAB III METODE PENELITIAN. kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kualitatif, metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif (field research). Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Adapun fokus lokasi penelitian pada pedagang kaki lima jalan Kapten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam bab ini di uraikan mengenai prosedur penelitian berupa langkahlangkah yang ditempuh dalam kegiatan penelitian ini untuk mengungkapkan data dan fakta di lapangan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting keberadaanya didalam proses penelitian yang dilakukan secara terencana dan sistematis, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian. Hal ini disebabkan penggunaan metode dan pendekatan ini

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian. Hal ini disebabkan penggunaan metode dan pendekatan ini 67 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian Metode dan pendekatan adalah satu diantara unsur yang harus ada dalam suatu penelitian. Hal ini disebabkan penggunaan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang relokasi pasar tradisional. Untuk menjelaskan hal tersebut,

BAB III METODE PENELITIAN. tentang relokasi pasar tradisional. Untuk menjelaskan hal tersebut, 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini untuk menjelaskan tentang proses formulasi kebijakan, dan menjelaskan tentang siapa yang mendapat keuntungan dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN 30 BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, Menurut Sugiyono (2010:14) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH...

UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR SKEMA... xi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG Lampiran IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG (Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung) TRANSKRIP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu masyarakat. Dimana dalam kehidupannya terdapat berbagai aturan yang harus ditaati oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di kawasan teluk Ciletuh yang berada pada bagian selatan Jawa Barat dan terletak Di Desa Taman Jaya, Kecamatan Ciemas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah kegiatan tambang emas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ciwaru Kecamatan Ciemas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting keberadaannya didalam proses penelitian yang dilakukan secara terencana dan sistematis, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

Lebih terperinci

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan)

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan) PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto Purwodadi Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Tipe Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2011:9) adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. postpositivisme (realitas dipandang sebagai sesuatu yang konkrit, dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. postpositivisme (realitas dipandang sebagai sesuatu yang konkrit, dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk kesempatan kerja sektor informal yang dirumuskan sebagai pedagang kecil yang mempunyai peranan sebagai penyalur

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba 58 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian naturalistik kualitatif. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menyajikan tentang jenis dan metode penelitian, unit analisis, unit pengamatan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan prosedur analisis data dan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan, yang harus disertai dengan jalan berikut kotanya. Hal

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN II.1. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menghendaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk menghidupi kehidupan tidaklah mudah, itulah yang menyebabkan tingginya angka pengangguran

Lebih terperinci

MAKALAH METODE PENELITIAN MATEMATIKA. Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Deskriptif. Oleh : Kelompok 9

MAKALAH METODE PENELITIAN MATEMATIKA. Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Deskriptif. Oleh : Kelompok 9 MAKALAH METODE PENELITIAN MATEMATIKA Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Deskriptif Oleh : Kelompok 9 1. Rina Emadila : 2411.061 2. Nila Zulfita : 2411.062 3. Irwan Saputa Ahmad : 2411. 044 Dosen pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengkaji studi deskriptif tentang pola penerapan penilaian berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengkaji studi deskriptif tentang pola penerapan penilaian berbasis BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengkaji studi deskriptif tentang pola penerapan penilaian berbasis kelas pada bidang studi Pendidikan Agama Islam, akan direncanakan tahapan metodologi sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang Kaki Lima dahulu dikenal dengan pedagang emperan jalan dan kemudian disebut pedagang kaki lima. Saat ini, istilah pedagang kaki lima digunakan untuk menyebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005: 4).

METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005: 4). III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bab ini berkaitan erat dengan metode penelitian yang akan digunakan selama penelitian, meliputi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran dan peran peneliti di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian kualitatif ini, peneliti ingin mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi di kota akan terus berkembang jika pertumbuhan penduduk serta kebutuhannya untuk bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian yang berguna untuk memandu seorang peneliti dalam suatu penelitian yang berguna untuk

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Pulau Tidung

Gambar 3.1 Lokasi Pulau Tidung BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pulau Tidung yang merupakan sebuah daya tarik wisata bahari yang berada di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah RW 01 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang dilakukan secara ilmiah dengan tujuan dan fungsi tertentu. Cara ilmiah yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bagian ini akan diuraikan lokasi penelitian dan subjek penelitian. yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bagian ini akan diuraikan lokasi penelitian dan subjek penelitian. yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Dalam bagian ini akan diuraikan lokasi penelitian dan subjek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian. 1. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Lampiran 2 STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Bagaimanakah perencanaan oleh Dinas Pengelolaan Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan metode penelitian kualitatif. Hadari Nawawi (2002: 63), menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan penulis gunakan pada skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono, adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aparat pamong praja kota Sibolga menjalankan tugasnya sesuai dengan Pasal 4 PP Nomor 6 Tahun 2010, jadi peraturan tersebut bukan hanya menjadi sebuah teori, tapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 54 1.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini menjelaskan karakteristik obyek, manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:9) mengemukakan bahwa: metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Creswell (2009) menyebutkan bahwa penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota di Indonesia pada umumnya memiliki persoalan dengan ruang publik, seperti persoalan parkir yang memakan tempat berlebihan ataupun memakan bahu jalan, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota dalam pengertian geografis merupakan suatu tempat yang penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian penduduknya bukan petani, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan kehidupan yang bergerak cukup cepat serta berkembang semakin maju, sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2014:1) penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah disalah satu Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah di Malang, yaitu Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Malang yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah berdiri dan merdeka dengan syarat dan ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. Begitu juga dengan negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dibahas, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2009 hlm. 15) mengatakan bahwa : Penelititian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.menuru Sugiyono (2011: 7)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.menuru Sugiyono (2011: 7) 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.menuru Sugiyono (11: 7) Pendekatan kuantitatif merupakan prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cibeunying Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Kelurahan Cibeunying merupakan satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) banyak menjadi permasalahan di kota-kota besar, karena pada umumnya kebijakan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu tentang implementasi strategi Dishubkominfo Kota Surakarta dalam mengatasi kemacetan lalu lintas, maka jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Ditinjau dari segi fokus penelitian, maka jenis penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif dengan analisi evaluasi program, yaitu rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian pada penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Satori & Aan Komariah (2014, hlm. 25) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan guna mempermudah memahami objek pada penulisan skripsi, diantaranya adalah: A. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono (2014, hlm. 15) mengemukakan

Lebih terperinci

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebijakan publik merupakan segala hal yang diputuskan oleh pemerintah. Definisi ini menunjukkan bagaimana pemerintah memiliki otoritas untuk membuat kebijakan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tentang: (1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, (2) Tempat dan Waktu Penelitian, (3)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tentang: (1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, (2) Tempat dan Waktu Penelitian, (3) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab III tentang Metodologi Penelitian ini penulis akan membahas tentang: (1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, (2) Tempat dan Waktu Penelitian, (3) Prosedur Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. motivasi, tindakan dan lain secara holistik. 31 Sedangkan disebut deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. motivasi, tindakan dan lain secara holistik. 31 Sedangkan disebut deskriptif 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, disebut kualitatif karena merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN 16 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Situs Cagar Budaya Ciungwanara Karangkamulyan. Kawasan ini terletak di antara jalan raya Ciamis dan Banjar, Kecamatan Cijeungjing,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penerapan lean manufacturing dalam mengurangi pemborosan dengan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penerapan lean manufacturing dalam mengurangi pemborosan dengan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana penerapan lean manufacturing dalam mengurangi pemborosan dengan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode, secara harfiah berarti cara. Selain itu, metode berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), metode bisa berarti suatu prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu mempunyai dampak yang positif dan negatif, di satu pihak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. selalu mempunyai dampak yang positif dan negatif, di satu pihak terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Dipilihnya

BAB III METODE PENELITIAN. Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Dipilihnya BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Interaksi Sosial antar Pedagang ini mengambil lokasi penelitian di Kawasan Obyek Wisata Ketep Pass, Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990: 131) bahwa: Metode

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepramukaan yaitu gerakan kepanduan yang merupakan wadah pembinaan bagi kaum muda Indonesia yang sekaligus mendidik guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 86 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah itu harus didasarkan pada sistem dan metode tertentu karena sistem dan metode tersebutlah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Suwatu Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan penelitian di tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penyusunan karya ilmiah (skripsi) ini tidak terlepas dari penggunaan metode penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik. Sebuah penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Meleong (2004: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian

METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Meleong (2004: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian 37 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Meleong (2004: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

alamiah (Sugiyono, 2008:8).

alamiah (Sugiyono, 2008:8). BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian lapangan (field research) dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

BAB III METODE PENELITIAN. instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah (sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif, hal ini didasarkan pada unsur-unsur pokok yang harus ditemukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif, hal ini didasarkan pada unsur-unsur pokok yang harus ditemukan dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah melalui pendekatan kualitatif, hal ini didasarkan pada unsur-unsur pokok yang harus ditemukan dalam penelitian

Lebih terperinci