INTERNALISASI NILAI MULTIKULTURALISME DAN KERUKUNAN ANTARUMAT DALAM MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
INTERNALISASI NILAI MULTIKULTURALISME DAN KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA DALAM MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dari Kecamatan Berbah, 24 km dari Kantor Kabupaten Sleman, dan 8 km dari

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

Efektifitas Komunikasi Interpersonal Umat Beragama di Perumahan Bekasi Jaya Indah Rt 10/14

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB V PENUTUP. REGULER di Dusun Bobok Tempel, Desa Seloharjo, Kecamatan. diambil kesimpulan sebagai berikut: sesuai dengan kondisi.

BAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas

BAB V KESIMPULAN. kekurangan. Di dua dusun Pagilaran dan Kemadang waktu seolah-olah sekedar berjalan di

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Mergangsan adalah sebuah kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi

BAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Daerah Pilihan Daerah Istimewa Yogyakarta 5

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan dalam pengembangan wilayah. berlandaskan pada upaya guna memacu pertumbuhan dan perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. beberapa bentuk dari interaksi. Bentuk-bentuk interaksi sosial yakni dapat

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

BAB II TARGET DAN LUARAN

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. wilayah ini sangatlah dinamis melalui tahapan-tahapan yang tidak mudah.

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

ANALISI DATA. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis di lakukan bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III DESKRIPSI DATA PENELITIAN DI KELURAHAN PAKIS SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI. INJAB KELURAHAN TERKUL. luas wilayah Hektar (Ha). Secara georafis, Kelurahan

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB I PROFIL WILAYAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

FIS42 (2) (2015) FORUM ILMU SOSIAL.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

Transkripsi:

INTERNALISASI NILAI MULTIKULTURALISME DAN KERUKUNAN ANTARUMAT DALAM MASYARAKAT Syukri Fathudin AW, Vita Fitria Disajikan pada seminarhasil Lemlit UNY 2011

Latar belakang Masalah Indonesia termasuk bangsa yang plural Dalam kehidupannya kadang ada gesekan antarumat beragama, suku,ras dll Penelitian ini ingin membahas pola & proses internalisasi nilai multikulturalisme

Rumusan masalah Bagaimana proses internalisasi nilai multikulturalisme? mengapa nilai multikulturalise berdampak pada antarumat? Faktor apa saja yang metalarbelakangi masyakat Potorono Bantul memperjuangkan nilai multikulturalisme & kerukunan antarumat?

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian : qualitative research Pendekatan eksploratoris,deskriptif, eksplanatoris Subjek penelitian ini adalah warga yang tinggal di lingkungan Kampung Potorono mulai dari para tokoh sampai masyarakat umum baik peduduk asli maupun pendatang

HASIL & PEMBAHASAN Desa Potorono merupakan bagian integral dari wilayah Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Potorono memiliki wilayah seluas 390.0550 ha. Adapun batas-batas wilayahnya bagian Utara Desa Sendangtirto Berbah Sleman, bagian Timur Desa Sitimulyo Piyungan, bagian Selatan Desa Jambidan, bagian Barat Desa Baturetno dan Desa Wirokerten. Orientasi Desa jarak Kantor Pemerintahan Desa Potorono dengan Kantor Kecamatan Banguntapan sejauh 3 Km, ke Kantor Kabupaten Bantul 15 Km, dan ke Kantor Propinsi DIY 9 Km.

Hasil Hubungan Antarwarga dalam Wilayah Agama. Terjalin hubungan saling menghormati dan menghargai dalam ibadah Hubungan Antar Warga dalam Wilayah Sosial Kemasyarakatan. Sebagaimana dalam hubungan antar agama, hubungan secara sosial kemasyarakatan terjalin dengan lebih luwes dan fleksibel. Luwes dalam arti tidak pernah ada ketegangan yang berarti dalam berinteraksi, fleksibel berarti kalangan mana saja bisa turut membaur tanpa ada diskriminasi perbedaan.

Analisis Implementasi Nilai dan Pola Interaksi Antar Warga Kampung Potorono. Pola Interaksi Antar Agama. Dari pengamatan peneliti dan penjelasan dari beberapa warga Kampung Potorono, bisa dipastikan tidak pernah terjadi pergesekan antar agama terutama agama mayoritas yaitu Islam dengan agama Kristen dan Katholik sebagai agama yang lain. Kegiatan kegiatan yang bersifat keagamaan seperti kenduren, tahlilan, yasinan dan syawalan diikuti oleh seluruh komponen agama termasuk yang Kristen dan Katholik. Dengan penuh kesadaran mereka yang minoritas berpartisipasi dan meyakini bahwa kegiatan tersebut hanya merupakan sarana untuk mempererat hubungan antar masyarakat. Berkaitan dengan hal hal yang bersifat ibadah, meskipun secara fisik mereka terlibat, namun secara spiritual dan keyakinan, mereka tidak terpengaruh.

Pola Interaksi sosial kemasyarakatan. Dalam dinamika sosial kemasyarakatan, unsurunsur perbedaannya lebih komplek dibanding dilihat dari dimensi agama. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan status sosial yang kaya dan miskin, pegawai dan buruh, pegawai dan ibu rumah tangga, petani dan pedagang, pengusaha dan pendidik dan sebagainya. Semua perbedaan tersebut bisa dilebur setelah menyatu dalam satu kegiatan di kampung tanpa terbelenggu oleh status sosial.

Lanjutan pola interaksi. Dari penggambaran tersebut bisa dikatakan bahwa proses interaksi dalam masyarakat kampung Potorono hampir tidak menemui hambatan meskipun ada perbedaan agama, sosial, ekonomi maupun perbedaan antara penduduk asli dan pendatang. Semua bisa berjalan seimbang dengan kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang sudah diwarisi oleh nenek moyang mereka seara turun temurun.

simpulan a.proses interaksi yang terjalin dalam masyarakat terjadi secara bertahap dan berkelanjutan, mengingat banyak warga pendatang yang satu demi satu berdatangan, otomatis penyesuain akan berjalan terus menerus baik bagi warga baru maupun warga lama. Dalam tahap adaptasi tersebut pasti akan ada dinamika dalam pelaksanaannya. Interaksi tersebut terjalin lewat berbagai kegiatan di kampung baik kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial kemasyarakatan. Semua unsur masyarakat menyatu tanpa ada sekat pembatas secara struktural maupun seara sosial. Dalam pelaksanaannya, masyarakat sudah mempunyai kesadaran yang cukup tinggi akan pentingnya kebersaman dan kerukunan antar warga, sehingga bila ada sedikit konflik, bisa segera teratasi dan tidak sampai menimbulkan ketegangan sosial.

simpulan b. Kesadaran masyarakat yang tinggi akan pentingnya kerukunan rupanya sudah terbentuk dan tertanam secara turun temurun dari pendahulu-pendahuluya. Dalam hal ini perbedaan agama maupun perbedaan status sosial bukan kendala untuk menyatu dalam kebersamaan. Disamping itu, penduduk asli yang mayoritas masih saling mempunyai hubungan kekerabatan, sangat mendukung terciptanya keharmonisan di kampung. Nilai-nilai yang sudh terbentuk ini secara tidak langsung akan berpengaruh bagi pendatang yang secara kuantitas lebih sedikit dibanding penduduk asli.

simpulan c. Pengertian yang cukup tinggi dari berbagai pihak baik penduduk asli maupun pendatang, pegawai maupun buruh, muslim dan non muslim, pejabat dusun dan rakyat biasa, sangat mendukung terciptanya kerukunan. Dengan demikian nilai- nilai seperti, kebersamaan, kepedulian, gotong royong, saling menghargai dan menghormati bisa terimplementasi dengan baik dan natural tanpa direkayasa.