BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan kekuatan geser self adhesive semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

PERBEDAAN KEKUATAN TARIK ANTARA RESIN SEMEN DAN SEMEN IONOMER KACA PADA RESTORASI VENEER INDIREK RESIN KOMPOSIT NANOHIBRID INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni.

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

COMPARATIVE OF TENSILE STRENGTH BETWEEN CEMENT RESIN AND GLASS IONOMER CEMENT TYPE 1 TO MICROHYBRID COMPOSITE RESIN INDIRECT VENEER RESTORATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

Objective: To study there are any difference of shear bond strength between two cementation materials.

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang pengaruh jumlah volume filler wt% terhadap kekuatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komposit terus mengalami peningkatan kualitas dengan adanya bahan filler yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Keywords: tensile strength, Roth bracket, composite resin, glass ionomer cement

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan bahan restorasi juga semakin meningkat. Bahan restorasi warna

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi indirect veneer resin komposit nanohybrid dengan menggunakan gigi post-ekstraksi telah selesai dilakukan. Alat uji geser mengeluarkan angka hasil uji geser dalam satuan newton (N) kemudian kita masukkan ke dalam rumus kekuatan geser (τ) = F/πdh. Hasil pengukuran uji geser dan rerata dari masing-masing jenis bahan sementasi dirangkum dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran uji geser Hasil Uji Kekuatan Geser (MPa) Jenis Bahan Sementasi (τ) = F/πdh Self adhesif semen 2.62 Rata-rata : 2.61 MPa 2.60 2.60 2.61 2.61 2.60 Semen Ionomer Kaca Tipe 1 1.72 Rata-rata : 1.96 MPa 2.25 1.97 1.93 1.97 1.93 Informasi yang bisa didapatkan dari tabel 1 yaitu adanya perbedaan hasil kekuatan geser pada indirect veneer yang disementasi dengan semen resin dan semen ionomer kaca tipe 1, rerata hasil uji geser dengan menggunakan bahan sementasi self adhesif semen yaitu sebesar 2,61MPa, sedangkan rerata hasil 31

32 uji geser dengan menggunakan bahan sementasi semen ionomer kaca tipe 1 yaitu sebesar 1,96 MPa. Hasil pengukuran uji kekuatan geser pada tabel 1 merupakan data parametrik, sehingga dilakukan uji normalitas shapiro-wilk terlebih dahulu sebelum dilakukan uji statistik. Hasil uji normalitas shapiro-wilk dirangkum dalam tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji normalitas Shapiro-wilk Jenis Bahan Sementasi Self adhesif semen Semen Ionomer Kaca tipe 1 N Maksimal Minimal Signifikansi Uji Shapiro-wilk 6 2,62 MPa 2,60 MPa 0,091 6 2,25 MPa 1,72 MPa 0,268 Berdasarkan interpretasi dari tabel 2, informasi yang bisa didapatkan yaitu bahwa data hasil uji geser pada bahan sementasi self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 adalah normal, karena nilai signifikansi uji normalitas shapiro-wilk pada kedua jenis bahan sementasi menunjukkan nilai >0,05 (Self adhesif semen= 0,091 ; Semen Ionomer Kaca tipe 1= 0,268). Data yang didapatkan pada penelitian ini juga dilakukan uji homogenitas variansi (homogenity of variance test), untuk mengetahui variansi pada data tersebut apakah homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas variansi dirangkum dalam tabel 3.

33 Data hasil uji geser Tabel 3. Hasil uji homogenitas variansi Uji homogenitas variansi 0,099 Berdasarkan interpretasi dari tabel 3, informasi yang bisa didapatkan yaitu bahwa data hasil uji geser pada bahan sementasi self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 memiliki variansi yang homogen, karena hasil uji homogenitas variansi menunjukan nilai >0,05 (0,099). Tahap analisis selanjutnya adalah menguji data tersebut secara statistik, pada penelitian ini menggunakan Independent Sampel T-test karena semua syarat yang telah ditetapkan untuk penggunaan Independent Sampel T-test telah terpenuhi yaitu data yang normal dan homogen. Semua rangkuman hasil Independent Sampel T-test dirangkum dalam tabel 4. Tabel 4. Hasil Independent Sampel T-test Signifikani Independent Sampel T-test Data hasil uji geser 0,645 0,000 Uji Independent Sampel T-test yang telah dilakukan pada data hasil uji geser menunjukan signifikansi 0,000 dengan perbedaan rerata hasil uji geser antara bahan sementasi self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 sebesar 0,645. Kesimpulan dari uji statistik Independent Sampel T-test yang telah dilakukan yaitu terdapat perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi indirect veneer resin komposit nanohybrid, karena nilai signifikansi Independent Sampel T-test <0,05 (0,000)

34 B. Pembahasan Hasil yang telah didapatkan dari uji kekuatan geser yang telah dilakukan pada setiap jenis bahan sementasi didapatkan: bahan sementasi self adhesif semen menghasilkan hasil uji kekuatan geser yang lebih baik yaitu sebesar 2,61 MPa, dibandingkan dengan bahan sementasi semen ionomer kaca tipe 1 yang hanya menghasilkan uji kekuatan geser sebesar 1,96 MPa. Hasil uji independent Sampel T-test pada tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi indirect veneer resin komposit nanohybrid pada gigi post-ekstraksi, hal ini disebabkan karena komposisi dari kedua jenis bahan sementasi tersebut berbeda, pada penelitian ini menggunakan bahan sementasi self adhesif semen yaitu RelyX 3M ESPE dan Semen Ionomer Kaca tipe 1 yaitu fuji-gc. Menurut Burges (2008), kandungan utama yang menyusun bahan sementasi self adhesif semen adalah matriks resin dan partikel filler anorganik, perlekatan antara matriks resin dan filler dapat tercipta karena adanya agen interfase yang mengandung silanes yang berasal dari komponen silika organik. Berdasarkan kandungan self adhesif semen dapat disimpulkan bahwa self adhesif semen secara struktural dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : tahap organik, tahap anorganik, dan interfase. Self adhesif semen pada umumnya mengandung 20-80% partikel silika yang berfungsi untuk memperkuat kualitas kekuatan mekanis karena dapat menyerap dan menyebarkan cahaya yang dipaparkan ke self adhesif semen, serta kandungan fillerself adhesif semen lebih tahan terhadap kekuatan tekan,

35 tarik, geser, dan membuat self adhesif semen memiliki kelarutan yang rendah. Struktur kimia yang terbentuk pada self adhesif semen memberikan perlekatan antara email gigi dan permukaan interface restorasi, ikatan semen resin yang terbentuk terjadi karena proses micromechanical interlocking pada kristal hidroksiapatit dan prisma email yang asam adalah ikromekanikal retensi. Ikatan mikromekanikal terjadi dalam keadaan asam oleh monomer phosphoric, karena monomer ini dapat membentuk mikropit pada permukaan gigi menjadi kasar sehingga resin semen bisa berikatan dengan permukaan gigi terjadi ikatan mikromekanikal antara resin semen dan permukaan gigi (Sirimongkolwatthana dan Assadornmingmit, 2012). b. Sifat kimia dentin dapat diperoleh dengan membentuk ikatan kimia antara sistem resin dengan baik komponen organik maupun anorganik dari dentin. Komponen target yang paling umum adalah collagen atau ion kalsium dalam hidroksiaptit. Molekul yang dirancang untuk tujuan ini disebut sebagai molekul M-R-X, dimana M adalah gugus Metakrilate, E adalah pembuat celah seperti rantai hidrokarbon, dan X adalah gugus fungsional yang berfungsi untuk membentuk perlekatan terhadap jaringan gigi. Gugus X tipikal dipercaya membentuk ikatan terhadap kalsium selama pelapisan dentin dengan bahan primer, jadi lama polimerisasi, gugus metakrilat dri molekul M-R-X akan beraksi dengan bahan komposit dan membentuk ikatan kimia antara komposit dan dentin (Anusavice et al,2004). Self adhesif semen diaktifkan secara kimia, cahaya, atau keduanya. Self

36 adhesif semen terdiri dari dua pasta yaitu basedan katalis, reaksi secara kimia terjadi saat pasta base dan katalis dicampur, pada salah satu pasta mengandung benzoil peroksida yang dapat memulai proses polimerisasi, sedangkan pada pasta yang lain mengandung tertiary amine yang dapat mempercepat polimerisasi. Jenis self adhesif semen yang dipolimerisasi dengan cahaya telah dirancang dengan pasta tunggal, dalam self adhesif semen yang bertugas untuk menyerap cahaya adalah camphorquinone dan sebagai akselerator yaitu alifatik amina. Proses polimerisasi membuat self adhesif semen menjadi Shrinkage dan dapat memberikan tekanan invasif pada permukaan gigi serta bagian interface pada restorasi yang mungkin dapat membuat putusnya ikatan kimia yang telah terbentuk, pada permasalahan ini akan dilindungi oleh sifat self adhesif semen yang memiliki filler sehingga memungkinkan self adhesif semen tetap memiliki kekuatan perlekatan yang baik dan dapat mendistribusikan tekanan mastikasi secara merata (Sümer & değer, 2011). Bahan sementasi semen ionomer kaca terdiri dari campuran silikat dan semen polikarboksilat untuk menghasilkan bahan sementasi dengan karakteristik semen silikat yaitu translusen/bening dan dapat melepas fluoride, dan semen polikarboksilat untuk membentuk ikatan kimia antara struktur gigi dengan permukaan interface restorasi. Semen ionomer kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara semen

37 ionomer kaca dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis. Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan kavitas dari pelikel dan debris, dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer kaca. Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent yang memiliki bahan dasar air, kekuatan sifat mekanik yang menengah, dan memiliki translusensi yang sangat baik, meskipun bahan sementasi semen ionomer kaca tipe 1 masih digunakan sampai saat ini karena menghasilkan tingkat retensi setara dengan semen seng fosfat namun penggunaanya telah menurun (Burges, 2008). Menurut McComb dan Tam (2009) pada penelitian yang telah dilakukan bahwa indirect veneer dengan bahan resin komposit nanohybrid memiliki perlekatan yang lebih tinggi dibanding veneer dengan bahan komposit mikrofil, namun walaupun memiliki perbedaan tingkat perlekatanya tapi tidaklah signifikan karena bagaimanapun faktor utama yang mempengaruhi kekuatan perlekatan yang konsisten adalah ikatan kohesif bahan sementasi sebagai bahan adhesif.