BAB III METODE PENCIPTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perkembangan Ekonomi Makro

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun


I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

A. Realisasi Keuangan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB III METODE PENCIPTAAN. depan. Adanya manuskrip-manuskrip sejarah terutama mengenai buku-buku

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

Katalog BPS:

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

6.1. Tahapan Pengolahan Daftar SPH


LAMPIRAN 1. Tanda tangan,

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

V GAMBARAN UMUM PASAR INDUK KRAMAT JATI

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif. 1-2x /mgg. 2 minggu sekali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

DATA PENANGKAR BUAH-BUAHAN DI JAWA BARAT

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

96 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Letak Geografis Jawa Barat Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5º50'- 7º50' Lintang Selatan dan 104º 48'- 108º 48' Bujur Timur, dengan luas wilayah daratan 3.710.061,32 hektar. Jumlah penduduknya pada tahun 2011 mencapai 46.497.175 jiwa (Sumber : Database SIAK Provinsi Jawa Barat Tahun 2011). berjumlah 26 kabupaten/kota terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5.877 desa/kelurahan. Jawa Barat terbagi dalam 4 Badan Koordinasi Pemerintahan Pembangunan (Bakor PP)Wilayah, sebagai berikut wilayah I Bogor meliputi Kab.Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kab. sukabumi, Kota sukabumi dan Kab. Cianjur. Wilayah II Purwakarta meliputi Kab. Purwakarta, Kab. Subang, Kab. Karawang, Kab. Bekasi, dan Kota Bekasi. Wilayah III Cirebon meliputi Kab. Cirebon, Kota Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Majalengka, dan Kab. Kuningan. Wilayah IV Priangan meliputi Kab. Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung Barat, Kab. Sumedang, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kab. Ciamis, dan Kota Banjar. Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th. Sumber: http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1361 (17/12/14. 21:19) Aris Padil, 2015 Eksplorasi Desain Tipografi Berbasis Flora Sayuran Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

97 1. Produksi Sayuran di Jawa Barat Jawa Barat merupakan salah satu propinsi terbesar penghasil tanaman hortikultura di Indonesia. Produksi terbesar disumbang oleh sayuran dan buahbuahan masing-masing sebanyak 3,1 juta ton dan 2,6 juta ton. Sayuran dan buahbuahan menjadi tanaman primadona di Jawa Barat. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, tidak kurang dari 23 jenis sayuran dibudidayakan di propinsi ini setiap tahun. Empat jenis sayuran sebagai komoditas unggulan di Jawa Barat di antaranya kubis, tomat, kentang, dan cabai merah. Sedangkan buah unggulan adalah manggis, mangga, jeruk keprok, nanas, sawo dan pisang. Secara nasional, Jawa Barat menyumbang produksi pisang terbesar 26 persen. Dalam lima tahun terakhir perekonomian domestik banyak diwarnai produk-produk impor. Fenomena ini tidak hanya dalam produk industri tetapi juga terjadi pada produk pertanian seperti buah-buahan maupun sayuran. Di pasar modern maupun lapak-lapak pasar tradisional banyak dijajakan buah-buahan maupun sayuran impor. Tidak hanya melimpah secara kuantitasnya ternyata harga komoditas hortikultura impor juga lebih murah. Terdapat 15 jenis sayuran yang banyak dikembangkan di Jawa Barat seperti kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, kangkung, bayam, kacang merah, labu siam, lobak, kembang kol, cabe rawit, jamur dan paprika. Sedangkan jumlah tanaman buah-buahan yang dibudidayakan masyarakat sebanyak 21 jenis yaitu alfukat, belimbing, dukuh, jambu biji, jambu air, jeruk, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nenas, papaya, pisang, rambutan, salak, sawo, konyal, sirsak dan sukun. (Sumber:http://annisarindrau11u.student.ipb.ac.id/ (30/08/2014. 19:19)) 2. Pemberdayaan Petani Sayuran Jawa Barat Menurut penulis pemberdayaan merupakan langkah awal meningkatkan kemandirian dan posisi petani, hal ini perlu dipersiapkan agar nantinya petani sebagai subjek yang akan menerima manfaat pembangunan dari kebijakan yang

98 diambil oleh pemerintah mampu berperan aktif bersama dengan masyarakat lainnya di dalam proses pembangunan tersebut. Kegagalan dan kerugian yang sering menimpa petani sayuran akibat rendah dan berfluktuasinya harga sayuran menunjukkan bahwa petani sayuran belum memiliki cukup keberdayaan dalam meningkatkan taraf hidupnya. Sehingga penulis menemukan adanya pengaruh perilaku petani dan sifat komoditas sayuran dalam perekonomian rumah tangganya, sistem sosial budaya yang berlaku di lingkungan petani, faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya posisi petani, dan kendala-kendala yang menghambat pemberdayaan ekonomi petani sayuran. B. Ide Berkarya Komunikasi merupakan sebuah jaringan hubungan antara manusia yang sangat penting peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi di dalam desain kini sudah menjadi modal utama untuk melakukan hubungan jaringan yang lebih luas, khususnya sebuah tipografi yang sudah menjadi komunikasi visual yang paling penting. Kusrianto (2009, hlm.2) Berpendapat: Desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa untuk gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Dengan demikian, gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan. Desain yang akan dibuat oleh penulis adalah sebuah karya tipografi yang berbasis sayuran yang menjadi unggulan di Jawa Barat karena merupakan sentra penghasil sayuran dan umbi-umbian, seperti bawang merah, bawang putih, bawang daun, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang panjang, cabai besar, tomat, terong, buncis, ketimun, kangkung, dan lain-lain. (Sumber:http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1688 (21:55.10/05/2014)) Karya tipografi sayuran yang akan dimodifikasi ke bentuk font ini terbagi dalam lima buah yaitu bawang merah, wortel, tomat, kentang, dan kubis. Dari kelima sayuran ini dipilih oleh penulis karena memiliki karakter yang unik dan

99 tidak mempunyai bentukan yang sama, dari bentuk membulat sampai yang memanjang akan menjadikan suatu karya yang inovatif, hal ini akan membentuk variasi tersendiri dari setiap karakter yang dibuat sehingga memunculkan visualisasi yang imajinatif. Untuk mempermudah pemahaman pola kerja yang harus dikerjakan, penulis membuat kerangka alur kerja dalam proses pembuatan karya, seperti yang ada pada bagian berikut: Bagan 3.1 Proses Kreatif Desain Pra ide Internal Ide/gagasan Eksternal Studi pustaka Kontemplasi/ Studi Observasi Studi awal: sketsa objek Stimulasi (perangsang) Pencatatan peristiwa Penelitian media: teknik/eksplorasi Berkarya Eksplorasi desain Teori seni Karya desain Uji coba Ujian sidang Penyajian karya Apresiator

100 Keterangan: a. Pra Ide Pra ide merupakan tahapan perencanaan, secara umum merupakan tahapan persiapan sebelum memulai proses pembuatan huruf tipografi. Penulis melakukan riset atau observasi mulai dari bebagai media seperti tipografi pada kemasan makanan, sampul buku, koran, media online, benner, spanduk, dan lainlain. b. Ide/gagasan Dengan melihat dan memahami berbagai desain tipografi di berbagai media, penulis mulai memiliki ide dengan memilih sayuran yang ada di Jawa Barat sebagai dasar utama untuk konsep pembentukan huruf. Karena sayuran ini memang sudah menjadi komoditas masyarakat Jawa Barat yang sangat unggul dalam produksi dan kualitasnya. c. Kontemplasi/Studi Kontemplasi yang dilakukan penulis dalam proses pembuatan karya tipografi ini tidak hanya memfokuskan tentang bagaimana karya ini akan dihasilkan. Penulis berusaha mencari nilai-nilai lain yang diharapkan dalam pembuatan karya tipografi ini. Melihat bagaimana kondisi sayuran di Jawa Barat yang begitu melimpah dan subur, dengan adanya sebuah tipografi ini diharapkan menjadi jauh lebih baik untuk ke depannya. d. Stimulasi (perangsang) Penulis mulai membuat sketsa objek dan mencatat bagaimana uraian tentang sayuran di Jawa Barat agar untuk memahami karakter yang ditimbukan sehingga bisa diterapkan ke dalam karakter huruf yang dibuat serta tidak menghilangkan karakter keaslian dari sayuran tersebut.

101 e. Berkarya Eksplorasi desain Setelah melakukan riset pembentukan karakter, penulis mulai mengeksplorasi huruf dengan mempertimbangkan media, teknik, dan teori yang ada. Sehingga diharapkan bisa membuat suatu karya huruf tipografi yang beraturan, seirama, dan konsisten serta tidak menghilangkan karakter dasar sayuran tersebut. f. Karya Desain Karya desain ini adalah tahapan aplikasi suatu penempatan tipografi pada produk tertentu. Setelah penulis mengobservasi berbagai media tipografi dalam kemasan dan merancang mengkonsep desainnya, akhirnya tipografi ini di tempatkan pada suatu desain kemasan makanan yang berhubungann dengan sayuran sehingga memiliki satu kesatuan antara karakter tipografi dan desain kemasannya. g. Uji Coba Setelah pembentukan desain kemasan selesai, penulis menguji cobakan desain tersebut kepada apresiator bagaimana tanggapan mereka setelah melihat desain yang diberikan, berbagai tanggapan itu dipertimbangkan oleh penulis untuk perbaikan atau penyempurnaan agar terjadi sikap positif kepada desain tersebut. h. Penyajian Karya Menurut penulis penyajian karya ini sangat penting peranannya kareana disamping karya yang disajiakan harus maksimal tetapi harus memiliki display yang menarik. Sehingga mendapatkan apresiasi yang positif dan hasil yang memuaskan.

102 C. Kontemplasi Dalam berkarya seni, ide/gagasan yang muncul harus direnungkan dan dikaji. Kontemplasi merupakan kata yang sering digunakan dalam proses penciptaan. Sedangkan pengertian kontemplasi menurut kamus besar Indonesia (edisi kedua) adalah renungkan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Kontemplasi merupakan langkah awal untuk mewujudkan ide gagasan ke dalam karya tipografi. Kontemplasi yang dilakukan dalam penulis dalam proses pembuatan karya tipografi ini tidak hanya memfokuskan tentang bagaimana karya ini akan dihasilkan. Penulis berusaha mencari nilai-nilai lain yang diharapkan dalam pembuatan karya tipografi ini. Melihat bagaimana kondisi sayuran di Jawa Barat yang begitu melimpah dan subur, dengan adanya sebuah tipografi ini diharapkan menjadi jauh lebih baik untuk ke depannya. Tahapan kontemplasi ini menjadi bagian penting dalam proses yang diambil untuk memikirkan bahan, teknik, dan bentuk yang akan dibuat dalam sebuah karya desain tipografi. D. Pengolahan Ide Pengolahan ide merupakan tahapan selanjutnya setelah proses merangkum konsep yang didapat, proses ini bisa juga dikatakan sebagai tahap perencanaan mengenai bentuk karya sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Sebagian besar ide berasal dari buku, desain kemasan, internet, dan karya-karya dari tipografer yang menginspirasi bagi penulis. Ide yang didapat kemudian dituangkan ke dalam bentuk sketsa sederhana. Penyempurnaan karya yang dibuat penulis dilakukan dengan menggunakan bantuan program Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS5.

103 E. Persiapan Alat dan Bahan Berikut adalah alat serta bahan yang digunakan dalam memulai proses pembuatan karya tipografi ini, yaitu: a. Buku Sketsa A4 Buku sketsa ini digunakan untuk pembuatan sketsa awal pada tahap pembentukan dasar huruf tipografi yang dikreasikan. Gambar 3.1 Buku Sketsa A4 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

104 b. Penggunaan pensil, drawing pen, penggaris, dan serutan ini adalah sebagai alat pendukung untuk pembentukan sebuah sketsa tipografi yang dibuat. (a) (b) (c) (d) Gambar 3.2 (a) Pensil 2B, (b) Drawing Pen 0,4, (c) Penggaris, dan (d) Serutan Pensil

105 c. Penghapus Penghapus ini digunakan untuk memperbaiki kekeliruan yang mungkin terjadi selama proses menggambar sketsa. Gambar 3.3 Penghapus (Sumber: www.atk.co.id) d. Perangkat Laptop Acer Intel Pentium P6200 Perangkat laptop sebagai alat untuk memodifikasi sketsa ke dalam bentuk visual tipografi menjadi bentuk digital. Gambar 3.4 Perangkat komputer ACER Intel Pentium P6200

106 e. Printer HP Deskjet Ink Advantage 1515 Printer difungsikan sebagai media pemindai sketsa dan juga pencetak. F. Tahapan Pembentukan Tipografi Gambar 3.5 Printer HP Deskjet Ink Advantage 1515 Dalam proses ini penulis akan menjelaskan bagaimana tahap-tahapan membuat karya tipografi bawang merah, wortel, kentang, tomat, dan kubis. Dengan menggunakan huruf A sebagai sampelnya atau perwakilan dari proses keseluruhan huruf karya tipografi yang dibuat. a. Tipografi Bawang Merah Gambar 3.6 Perubahan Bentuk Tipografi Bawang Merah (Sumber http://diperta.jabarprov.go.id)

107 1. Membuat pola atau sketsa dari tipe huruf VnAristote yang dijadikan sebagai referensi dan dasar dari karya tipografi bawang merah. 2. Alasan pemilihan tipe huruf VnAristote ini adalah karakter huruf yang diberikan mempunyai unsur dekoratif dan tipe huruf ini bisa disebut Oldsyle yang mempunyai serif dan garis lengkungnya tebal tipis sehingga sangat cocok dengan karakter bawang merah yang memiliki puncuk daun menyerupai untaian yang membentuk suatu huruf. 3. Sketsa awal yang dibuat di buku sketsa A4 dengan menggunakan pensil HB dan 2B dan ditebalkan dengan drawing pen 0.4. VnAristote. Gambar 3.7 Sketsa Awal Tipografi Bawang Merah I 4. Setelah itu dipindai dan disunting (editing) di komputer untuk proses pembentukan huruf dengan menggunakan software corel draw X4.

108 (atas) (bawah) Gambar 3.8 Proses Berkarya Tipografi Bawang Merah II

109 (atas) (bawah) Gambar 3.9 Proses Berkarya Tipografi Bawang Merah III

110 Gambar 3.10 Proses Berkarya Tipografi Bawang Merah IV b. Tipografi Wortel Gambar 3.11 Perubahan Bentuk Tipografi Wortel (Sumber http://www.aartenvanbreensma.nl) 1. Membuat pola atau sketsa dari tipe huruf segoe print yang dijadikan sebagai dasar dari karya tipografi wortel. 2. Alasan pemilihan tipe huruf segoe print ini karena jenis huruf tersebut anatominya san serif atau tidak memiliki serif (kait di ujung) pada stroke tebalnya sama dan tidak mempunyai selish tebal tipis, dari ciri-ciri tadi karakter wortel bisa masuk ke tipe ini disamping visualisasinya sama karakter

111 ini juga tidak kaku sehingga menurut penulis cocok untuk dijadikan dasar pembentukannya. 3. Sketsa awal yang dibuat di buku sketsa A4 dengan menggunakan pensil HB dan 2B dan ditebalkan dengan drawing pen 0.4. segoe print Gambar 3.12 Sketsa Awal Tipografi Wortel I 4. Setelah itu dipindai dan disunting (editing) di komputer untuk proses pembentukan huruf dengan menggunakan software corel draw X4.

112 (atas) (bawah) Gambar 3.13 Proses Berkarya Tipografi Wortel II

113 (atas) (bawah) Gambar 3.14 Proses Berkarya Tipografi Wortel III

114 Gambar 3.15 Proses Berkarya Tipografi Wortel IV c. Tipografi Kentang Gambar 3.16 Perubahan Bentuk Tipografi kentang (Sumber http://radaronline.co.id) 1. Membuat pola atau sketsa dari tipe huruf ALPHABET_05 yang dijadikan sebagai dasar dari karya tipografi kentang. 2. Alasan pemilihan huruf tipe ALPHABET_05 ini karena jenis ini memiliki keunikan tersendiri, penulis melihat huruf ini adalah sejenis gabungan titiktitik yang membentuk suatu huruf bahkan ciri anatominya tidak

115 mempunyai sans serif, slab serif, dan oldstyle. Tetapi dari ciri-ciri inilah yang membuat penulis tertarik untuk menggunakan huruf tersebut sebagai dasarnya, karena dari titi-titik ini memunculkan karakter atau ciri sebuah kentang yang alami. 3. Sketsa awal yang dibuat di buku sketsa A4 dengan menggunakan pensil HB dan 2B dan ditebalkan dengan drawing pen 0.4. ALPHABET_05 Gambar 3.17 Sketsa Awal Tipografi Kentang I 4. Setelah itu dipindai dan disunting (editing) di komputer untuk proses pembentukan huruf dengan menggunakan software Corel Draw X4.

116 (atas) (bawah) Gambar 3.18 Proses Berkarya Tipografi Kentang II

117 Gambar 3.19 Proses Berkarya Tipografi Kentang III d. Tipografi Tomat Gambar 3.20 Perubahan Bentuk Tipografi Tomat (Sumber:http//www.smart-sensasional.blogspot.com) 1. Membuat pola atau sketsa dari tipe huruf GILL SANS ULTRA BOLD yang dijadikan sebagai dasar dari karya tipografi tomat. 2. Alasan pemilihan tipe huruf GILL SANS ULTRA BOLD ini karena jenis huruf ini adalah ekxtra bold (sangat tebal) sama dengan karakter tomat yang bulat menjadikan kedua karakter ini menjadi satu.

118 3. Sketsa awal yang dibuat di buku sketsa A4 dengan menggunakan pensil HB dan 2B dan ditebalkan dengan drawing pen 0.4. GILL SANS ULTRA BOLD Gambar 3.21 Sketsa Awal Tipografi Tomat I 4. Setelah itu dipindai dan disunting (editing) di komputer untuk proses pembentukan huruf dengan menggunakan software Corel Draw X4.

119 (atas) (bawah) Gambar 3.22 Proses Berkarya Tipografi Tomat II

120 Gambar 3.23 Proses Berkarya Tipografi Tomat III e. Tipografi Kubis Gambar 3.24 Perubahan Bentuk Tipografi Kubis (Sumber http://diperta.jabarprov.go.id) 1. Membuat pola atau sketsa dari tipe huruf LETTEROMATIC yang dijadikan sebagai dasar dari karya tipografi kubis. 2. Alasan pemilihan tipe huruf LETTEROMATIC ini karena karena jenis huruf tersebut anatominya san serif atau tidak memiliki serif (kait di ujung) pada stroke tebalnya sama dan tidak mempunyai selish tebal tipis, karakter kubis sendiri pun menampilkan daun-daunan yang membulat sehingga pembuatan

121 tipografi ini penulis menginginkan tekstur daun yang ditampilkan akan menyatu dengan tipe huruf ini. 3. Sketsa awal yang dibuat di buku sketsa A4 dengan menggunakan pensil HB dan 2B dan ditebalkan dengan drawing pen 0.4. LETTEROMATIC Gambar 3.25 Sketsa Awal Tipografi Kubis I 4. Setelah itu dipindai dan disunting (editing) di komputer untuk proses pembentukan huruf dengan menggunakan software corel draw X4.

122 (atas) (bawah) Gambar 3.26 Proses Berkarya Tipografi Kubis II

123 (atas) (bawah) Gambar 3.27 Proses Berkarya Tipografi Kubis III