Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

dokumen-dokumen yang mirip
AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

terpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARANGANYAR, Hutan Sehat, Desa Sehat Oleh : Endang Dwi Hastuti*

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

PRESS RELEASE IKA UNS WONOGIRI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB. Keseimbangan Lingkungan

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

Pohon dan Kemiskinan Ringkasan dari buku: EKOLOGI PEDESAAN:

PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PEDESAAN DI DUSUN DURENAN DESA PETUNGSEWU KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

Ekologi Padang Alang-alang

KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) RIMBA MAS Tetap Hijau Dimusim Kemarau Oleh : Endang Dwi Hastuti

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PROFIL WILAYAH

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab bencana bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau, ladang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi hutan di Indonesia saat ini dalam keadaan krisis. Banyak tumbuhan

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

PENNGHIJAUAN DI DESA SEPAKAT BERSATU KECAMATAN RIMBO ILIR KABUPATEN TEBO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

Sepenggal kalimat Jania Hasan, seorang

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PROFIL TOKOH. Berikut adalah hasil wawancara tim redaksi :

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di

Hutan Desa Sumur Kumbang, Potret Kegigihan Warga dalam Pelestarian Alam On December 18, 2015.

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

SOAL KONSEP LINGKUNGAN

BAB VII PENUTUP. memaksimalkan potensi wisata. Tahap-tahap partisipasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

P E R A T U R A N D A E R A H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAERAH BENCANA

Transkripsi:

Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri dan tenaga untuk menanami Hutan Gendol. Hasilnya, dua desa terbebas dari kekeringan Sadiman berdiri di dekat pohon beringin yang ia tanam di lereng Gunung Gendol, Wonogiri. Foto oleh Ari Susanto/Rappler WONOGIRI, Jawa Tengah Semarak peringatan dan pesta rakyat begitu terasa di Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, sebuah desa di lereng Gunung Gendol, ujung timur Kabupaten Wonogiri. Di sepanjang jalan-jalan berbatu terpasang bendera Merah Putih, lampu hias, dan deretan boneka orang-orangan sawah yang dibuat mirip tentara pejuang.

Di lapangan dan tanah kosong para warga terlihat riuh dalam aneka lomba. Sebagian lainnya sedang mengecat topi caping bambu di halaman rumah kepala desa untuk atribut karnaval budaya. Di sudut lain, tempat paling tinggi dan paling ujung di desa itu, Sadiman (61) menapaki jalan sempit berbatu di tepi jurang menganga. Kakinya masih cukup kuat dan cekatan menyusuri jalur terjal naik-turun di antara rumput dan batuan. Sadiman tidak ikut bergabung dalam perayaan dengan warga lainnya. Ia memilih memaknai kemerdekaan dengan caranya sendiri. Hampir setiap hari ia menjelajahi hutan, jika tidak sedang mengerjakan ladangnya. Ia bertani padi, tetapi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus pohon-pohon beringin yang ia tanam di hutan atas. Kalau pohon yang masih kecil-kecil tidak dirawat bisa rusak dan mati, ujarnya sembari menunjukkan beberapa pohon yang ia tanam di lereng bukit curam. Sejak awal 1990-an, Sadiman terus menanam bibit pohon di Hutan Gendol yang adalah hutan negara. Sampai saat ini sedikitnya 11.000 pohon 4.000 di antaranya beringin sudah ia sedekahkan untuk alam. Karenanya, Sadiman menjadi satu-satunya orang yang mendapat izin menanami lahan yang dikelola oleh Perhutani itu. Niat saya dari awal hanya ingin menghidupkan sumber air di gunung yang sudah lama kering. Saya pertama kali menanami beringin karena pohon ini bisa menyimpan cadangan air tanah, kata Sadiman. Kebakaran yang pernah melanda dan penebangan pohon telah membuat hutan gundul dan mata air mati. Penduduk Desa Geneng dan Conto yang terletak di lereng selalu mengalami defisit air bersih pada musim kemarau. Sungai yang menjadi satu-satunya sumber air mengering. Namun keadaan mulai membaik beberapa tahun lalu. Usaha Sadiman menuai hasil setelah beberapa mata air yang bersumber di Gunung Gendol kembali mengalir dan mampu menghidupi sedikitnya 3.000 jiwa. Bahkan di saat musim kemarau panjang, ketika wilayah Wonogiri lainnya mengalami kekeringan dan mengandalkan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, desa tempat tinggal Sadiman bebas krisis air. Setidaknya, mata air masih mencukupi kebutuhan minum dan sanitasi. Di bagian hulu, deretan pipa paralon mengalirkan air dari mata air dan meneruskannya ke bak-bak penampungan di setiap rumah. Penduduk saat ini bisa menikmati air segar pegunungan secara gratis. Mereka cukup menyediakan dana swadaya untuk membuat instalasi pipa.

Berkat upaya penghijauan yang dilakukan Sadiman, mata air kembali mengaliri Desa Geneng dan Desa Conto. Foto oleh Ari Susanto/Rappler Bagi Sadiman, kemerdekaan itu sederhana, yaitu hutan kembali hijau, mata air kembali deras dan mencukupi kebutuhan semua orang, termasuk untuk irigasi ladang. Memang belum semua desa bisa teraliri air. Saya ingin lebih banyak penduduk bisa menikmati air bersih, kata Sadiman. Kepala Desa Geneng, Tarno, menyebut Sadiman sebagai pribadi yang ikhlas karena tidak pernah berharap imbalan dari pemerintah atau orang lain dalam menghijaukan hutan. Ia mengakui upaya Sadiman telah banyak membantu warga desa menikmati air bersih. Dulu orang menimba air dari sumur di tepian sungai, kalau musim kemarau selalu kering, kata Tarno. Sekarang semuanya lebih mudah, setidaknya cukup air untuk kebutuhan rumah tangga sebagian besar warga desa." Desa Geneng terdiri dari 839 keluarga, lebih dari 600 di antaranya mendapatkan akses air bersih dari mata air di Gendol. Sedangkan di Desa Conto, ada dua dusun yang juga memanfaatkan alirannya. Keberhasilan Sadiman memperbaiki hutan kini menimbulkan kesadaran bagi warga setempat tentang pentingnya pohon. Sebagian masyarakat yang dulu

abai terhadap penghijauan dan menganggap usaha Sadiman sia-sia, kini mulai ikut peduli terhadap lingkungan. Beberapa dusun mulai kompak ikut mendukung usaha Pak Sadiman karena mereka sudah melihat hasilnya, kata Tarno. Mencari bibit pohon Pekerjaan Sadiman sebagai petani dan pencari rumput untuk ternak memang tidak menjanjikan banyak materi, bahkan mungkin jauh dari cukup. Namun, ia rela mengeluarkan uangnya sendiri untuk membeli bibit pohon beringin, sedikit demi sedikit. Harga bibit beringin yang berkisar Rp 50.000 hingga Rp 100.000 cukup mahal baginya. Untuk menyiasati kendala biaya, awalnya ia mencangkok pohon di hutan untuk memperoleh bibit secara gratis. Namun cara ini butuh banyak usaha dan waktu. Ia kemudian mengembangkan usaha bibit cengkih di halaman rumahnya untuk dijual dan ditukarkan dengan bibit beringin. Sepuluh bibit cengkih bisa ditukar dengan satu bibit beringin ukuran satu meter. Sadiman menanam dan merawat pohon-pohonnya dengan serius. Ia membeli sendiri pupuk untuk mendukung pertumbungan tanaman, membuat tulisan larangan penebangan pohon di hutan, dan menyiapkan beberapa kader pemuda untuk peduli merawat hutan. Saya selalu mengajak anak muda untuk menanam pohon dan melarang menebangnya. Pohon menopang hidup kita, menyediakan air bersih dan menahan erosi dan banjir, kata Sadiman. Saat ini, Sadiman masih membutuhkan sekitar 20.000 bibit pohon lagi untuk ia tanam agar hutan lebih hijau, sekaligus meningkatkan debit air sehingga bisa dinikmati lebih banyak penduduk. Ia juga bisa menerima donasi selain bibit pohon beringin, asal berupa tanaman kayu keras yang berakar kuat. Sadiman sudah mengajukan permintaan bibit ke pemerintah, namun sampai sekarang belum ada bantuan sama sekali. Beberapa kali ia menerima sumbangan dari perseorangan sebagai penghargaannya merawat hutan, tetapi tidak pernah masuk kantong pribadinya. Pak Sadiman itu kalau dikasih uang Pak camat, bupati, atau siapa saja, semuanya dibelikan bibit pohon, tak pernah untuk kebutuhan pribadi dia, ujar Rahmat, warga desa sekaligus tetangga yang mengagumi semangat petani tua itu.

Sadiman mengurus bibit cengkeh yang ia akan digunakannya untuk ditukar dengan bibit pohon beringin. Foto oleh Ari Susanto/Rappler Pantang menyerah Pekerjaan Sadiman bukanlah tanpa kesulitan. Tidak semua pohon yang ia tanam tumbuh begitu saja. Banyak yang rusak, mati, atau dipangkas orang untuk makanan kambing, namun ia tak gampang menyerah dan terus menanam bibit baru. Bahkan ada juga pohon yang dicabut orang yang tidak setuju lahan yang disewa untuk merumput, ditanami pohon oleh Sadiman. Beberapa kali ia terpaksa mengumpulkan uang untuk membayar sewa lahan agar ia bebas menanami pohon. Saya bayar sebagai ganti rumputnya agar saya bebas menanami pohon tanpa diganggu, kata Sadiman. Dari rumah menuju hutan, Sadiman harus berjalan kaki 3 kilometer karena tak memiliki sepeda, motor, maupun alat transportasi lainnya. Karenanya, ia bisa pulang-pergi ke lereng gunung membawa bibit pohon untuk ditanam dua kali sehari. Sadiman sadar bahwa penghijauan adalah pekerjaan jangka panjang yang hasilnya baru bisa dinikmati dalam hitungan tahun. Karenanya, menghijaukan

hutan tidak hanya butuh kesabaran, melainkan juga usaha yang terus berkesinambungan. Penghijauan tidak hanya menanam bibit saja, tetapi juga menjaganya agar tumbuh menjadi pohon besar dan mencegah penebangan, ujar Sadiman. Melihat usaha Sadiman yang gigih dalam memulihkan hutan, masyarakat setempat menobatkannya sebagai salah satu tokoh inspiratif lokal di bidang lingkungan. Bupati Wonogiri Danar Rahmanto ingin mengusulkan Sadiman ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menerima penghargaan Kalpataru atas pengabdiannya terhadap hutan dan mata air. Dulu mata air ini tidak ada, setelah ditanami pohon-pohon besar kembali deras, bahkan saat kemarau, kata Danar. Namun, Sadiman tidak terlalu peduli dan berharap penghargaan. Sebab, tujuannya menanam pohon adalah melestarikan hutan dan mata airnya untuk kehidupan masyarakat, bukan mencari popularitas. Justru yang ia harapkan saat ini adalah bibit pohon baru siap tanam. Tertarik membantu? Rappler.com Filed under:bulukertodesa ContoDesa GenengGunung Gendol Sumber : http://www.rappler.com/indonesia/103441-menanami-hutan-sadirman-memerdekakan-desa-gendol-darikekeringan