BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial (WHO, 2010). Seseorang akan dikatakan sebagai remaja diawali pada usia 11 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun (Kaplan, 2008). Usia remaja menurut WHO adalah umur 10 19 tahun (WHO, 2012). Di Indonesia menurut BKKBN batasan usia remaja 10 24 tahun (Situmorang, 2003) batasan usia remaja adalah umur 10-19 tahun dan belum kawin (Depkes, 2010). Menurut Dinas Kesehatan RI, tahap perkembangan pada remaja dibagi atas 3 tahapan yakni : remaja awal (10-14 tahun), remaja tengah (15 16 tahun) dan remaja akhir ( 17 19 tahun) (BKKBN, 2010). Masa remaja ditandai dengan perubahan perubahan fisik, yang berdampak terhadap perubahan psikologis. Tanda tanda perubahan fisik pada masa remaja terjadi dalam konteks pubertas yakni kematangan organ organ seks dan kemampuan reproduktif yang bertumbuh dengan cepat yang disebut dengan growth spurt (Mar at, 2008). Masa pertumbuhan ini disebut dengan pubertas yang menggambarkan fase peralihan dari masa kanak kanak ke masa remaja (Jacoeb, 2009). Pubertas (puberty) ialah suatu periode ketika kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan perubahan yang terjadi pada ciri ciri seks primer dan ciri ciri seks sekunder. Pada anak perempuan, ciri - ciri seks primer ditandai dengan menars (Mar at, 2008). Menars adalah pendarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita yang biasanya rata rata terjadi pada umur 11 13 tahun (Hanafiah, 2009). Gangguan dalam menars adalah menars prekoks (cepat) dan menars tarda (lambat) (Jacoeb, 2009). Pada sebuah penelitian kasus dalam jumlah besar,
pubertas prekoks merupakan gejala tersering dari kelainan hypothalamus. (Ganong, 2008) Dan terdapat juga yang disebut dengan menars tarda yakni menars yang baru datang setelah berumur 14 tahun (Jacoeb, 2009). Dalam dasawarsa terakhir ini usia menars telah bergeser ke usia lebih muda. Didapati bahwa remaja yang lahir pada tahun 1950 7 memiliki usia menars pada 13 tahun, kemudian menjadi 13, 3 tahun pada kelahiran 1954 9, menjadi 13,4 tahun pada kelahiran 1962. Namun kemudian makin cepat pada tahun kelahiran 1960 5 menjadi 13,3 tahun, semakin cepat 1982 6 menjadi 13,1 dan pada kelahiran 1990 seterusnya semakin cepat sampai 12 tahun dan diperkirakan akan semakin cepat lagi (Whincup, 2005). Walaupun masih sedikit penilitian yang meneliti secara langsung dan mempunyai sampel yang cukup untuk membuktikan mengapa menars terjadi pada usia lebih muda, namun penelitian menunjukkan bahwa efek yang paling potensial mempengaruhi perkembangan adalah efek sosial, ekonomi dan faktor nutrisi (Wu, 2005). Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata rata 12,5 tahun (Ganong,2003). Sedangkan di Norwegia usia menars adalah 13,3 tahun, hal ini menggambarkan bahwa faktor faktor yang berhubungan denga kesehatan sehingga memungkinkan terjadinya kematangan (maturation) yang lebih cepat pada masa remaja dan akan berdampak pada usia menars. (Lusiana, 2007). Berdasarkan WHO, 2003 terdapat perbedaan yang bermakna antara onset menars pada kelompok remaja pedesaan dan perkotaan atau dikondisikan sebagai remaja kaya atau miskin di daerah tertentu, didapatkan ini berkaitan dengan perbedaan dari status sosial remaja yang berdampak pada kesehatannya yakni status gizi remaja. Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003). Percepatan dari onset menars remaja juga didapati dari tahun ke tahun. Hal ini diketahui melalui penelitian yang terus dilakukan mulai dari tahun 1940
sampai tahun 2008 yang dilakukan di enam negara, yakni : Negara Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark, United Kingdom, Amerika Serikat. Didapati juga bahwa onset menars remaja dari masing - masing remaja di negara tersebut juga berbeda sehingga dipikirkan bahwa hal ini berhubungan dengan status gizi dari remaja (Hacker, 2010). Dari penelitian Cohort of British woman, dalam Adair, 2005 juga mendapatkan bahwa status gizi remaja sangat berpengaruh yakni remaja yang mempunyai berat badan lebih tinggi saat kelahiran lebih lama menars dan yang lebih mempengaruhi adalah berat badan saat remaja dalam masa pubertas. Semakin tinggi berat badan saat masa pubertas akan semakin cepat juga onset dari pubertas dan sebaliknya. Berdasarkan riset nondemograpi terlalu cepat atau terlalu lambatnya onset menarche seseorang dapat mengakibatkan banyak hal seperti kanker dan biasanya hal ini berhubungan dengan kanker payudara (American Cancer Society, 2012). Remaja yang memiliki onset menars lebih cepat memiliki resiko empat kali lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan remaja yang memiliki onset menarche normal ataupun lambat (Handerson, 2013). Hal ini dikarenakan hormone reproductive yang terlalu banyak terpapar dengan estrogen pada wanita akan meningkatkan proliferasi sel, sehingga meningkatkan kerusakan DNA yang akhirnya menginisiasi kanker (American Cancer Society, 2012). Selain itu hal ini juga dapat meningkatkan resiko mendapatkan diabetes pada seseorang. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa cepatnya onset menars seseorang juga dapat meningkatkan resiko stress psikososial seperti depresi, gangguan makan, inisiasi seksual yang cepat dan tidak baiknya relasi remaja tersebut dengan orangtuanya (Sieccan, 2013). Berdasarkan uraian di atas dan masih sedikitnya penelitian yang mengkaji hubungan antara status gizi (berat badan, tinggi badan) dengan onset menars yang dilakukan di Indonesia terutama di Sumatera Utara yakni Kota Porsea terutama belum ada yang meniliti hal tersebut serta tempat SMP yang berada jauh dari kota dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian di SMP N. 1 Pintu Pohan maka
penulis merasa tertarik dan perlu untuk meneliti hubungan antara status gizi dengan onset menars. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana hubungan karakteristik responden dengan onset menars? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui apakah terdapat hubungan status gizi (BB/TB) dengan onset menars pada siswi usia 11-14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan usia, berat badan lahir, pendapatan orangtua, onset menars ibu dan status gizi pada siswi usia 11-14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan 2. Proporsi onset menars responden pada siswi usia 11-14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan 3. Mengetahui hubungan karakteristik responden berdasarkan usia, berat badan lahir, pendapatan orangtua, onset menars ibu dan status gizi dengan onset menars pada siswi usia 11-14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan 4. Mengetahui karakteristik responden yang paling berhubungan dengan onset menars 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan siswi SMP N 1 Pintu Pohanbahwa semakin baik status gizi maka akan semakin cepat pula onset menars pada remaja.
2. Sebagai masukan bagi sekolah SMP N 1 Pintu Pohan untuk melakukan pemantauan dari status gizi siswa/i nya. 3. Sebagai masukan bagi sekolah SMP N 1 Pintu Pohan untuk mencanangkan program program yang akan membantu untuk menjaga status gizi tetap baik. 4. Untuk menambah pengetahuan masyarakat terlebih siswi SMP N 1 pintu pohan agar juga semakin waspada memelihara status gizi nya dan apabila mengalami percepatan maupun perlambatan dari onset menarche sehingga dapat waspada akan hal yang akan dihadapi. 5. Menjadi dasar penelitian lanjutan atau penelitian sejenis. 6. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu yang didapatkan dalam masa kuliah dan mendapatkan gelar sarjana kedokteran.