BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH SITI SAODAH NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian penting dalam proses produksi (Ramli, 2009). kematian sebanyak 2,2 juta serta kerugian finansial 1,25 Triliun USD.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. mengadakan studi kelayakan proyek, dan tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA


BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan salah satu sumber daya penting bagi perusahaan selain modal dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis.

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sistem perdagangan dunia. Standar dan norma-norma global menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

BAB I PENDAHULUAN. handling dalam melaksanakan kegiatan peleburan. Di PT. Inalum, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

PENJADWALAN MESIN DENGAN METODE CDS (CAMPBELL, DUDEK & SMITH)DAN METODE PALMER PADA BAGIAN CASTING SHOP DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. la besar tentu terdapat resiko kecelakaan kerja yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aluminium meliputi pemanfaatan energi bebas yang terus menerus untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) menjadi salah satu hambatan non tarif dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Area (AFTA), World Trade Organization (WTO) dan Asia Pacific Economic Community (APEC) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh Negara anggota, termasuk Negara Indonesia (Arso, 2013). Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Arso, 2013). Dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 dinyatakan dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga 1 Universitas Sumatera Utara

kerja.berbagai upaya dilakukan perusahaan sebagai tempat kerja untuk melindungi pekerjanya dari bahaya kecelakaan kerja. Perilaku tidak aman merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya kematian maupun kerugian yang ditimbulkan (Tambunan, 2015). Terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa. Kehilangan sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang berlangsung dari timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah biaya pengobatan dan kompensansi. Biaya tidak langsung adalah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja (Helliyanti, 2009). Menurut data ILO (2013) tercatat lebih dari 2,34 juta orang di dunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 321.000 akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit akibat kerja (ILO, 2013). PT Jamsostek menyatakan pada tahun 2012 setiap hari ada 9 pekerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, sementara total kecelakaan kerja pada tahun yang sama 103.000 kasus. Masih tingginya angka 2 Universitas Sumatera Utara

kecelakaan kerja tersebut akibat masih terjadinya pengabaian atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan perusahaan (Anonim, 2013). Menurut Kepala Divisi Teknis BPJS Ketenagakerjaan, Hendro Sucahyono mengatakan bahwa sepanjang tahun 2013 rata-rata 9 peserta jaminan sosial meninggal dunia/hari, 5-6 di antaranya karena kecelakaan lalu lintas, dan jumlah kecelakaan kerja lebih besar terjadi di perusahaan namun biaya dan risiko kerja lebih besar pada kecelakaan lalu lintas. Direktur Keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Herdy Trisanto mengatakan angka kecelakaan kerja secara nasional mencapai 8.900 kasus dari Januari hingga April 2014 (Anonim, 2014). Teori Bird menyatakan bahwa near miss yang terus berulang dan kebanyakan disebabkan karena unsafe act atau unsafe behavior dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang lebih serius. Hal ini didukung oleh hasil riset dari National Safety Council (NSC) (2011) tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Hasil riset National Safety Council (NSC) menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont Company (2005) menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan oleh unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh unsafe condition. Unsafe behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa izin, menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang 3 Universitas Sumatera Utara

berbahaya, menggunakan peralatan tidak standar, kurangnya pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu (Cooper, 2009). Silalahi (2011) menyatakan bahwa ada hubungan pelaksanaan behavior based safety dengan terjadinya kecelakaan kerja. Sebanyak 86 orang (88,7%) pekerja kontraktor PT Chevron Pacific Indonesia yang memperoleh program behavior based safety yang baik sebanyak 81 orang (83,5%) tidak mendapatkan kecelakaan kerja dan 5 orang (5,2%) pernah mendapat kecelakaan kerja. Sedangkan sebanyak 11 orang (11,3%) pekerja kontraktor pernah mendapat kecelakaan kerja akibat kurang baiknya pelaksanaan behavior based safety. Pekerja kontraktor yang mendapat kecelakaan kerja disebabkan karena perilaku tidak aman dan kelalaian pekerja saat bekerja. Penelitian oleh Handayani (2011) menunjukkan adanya aktivasi program BBS di PT Denso Indonesia berhasil menurunkan frekuensi unsafe behavior dan meningkatkan frekuensi safe behavior pada pekerja di bagian radiator. Angka kecelakaan kerja PT Denso Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 66,67-88,89%, sehingga aktivasi BBS di perusahaan dapat dijadikan salah satu solusi untuk mencegah dan mengurangi kejadian kecelakaan kerja. Tajvar dkk (2013) menyatakan bahwa sebelum ada pelatihan program behavior based safety pada pekerja di Industri Pelabuhan Iran, perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja sebesar 78,29% dan setelah adanya intervensi yang dilakukan selama 3 bulan, perilaku tidak aman pekerja menjadi berkurang dari 26,5% pada bulan pertama, 39,12% pada bulan kedua, dan 67,69% pada bulan ketiga. Pelatihan keselamatan memiliki dampak yang signifikan terhadap 4 Universitas Sumatera Utara

pengurangan perilaku tidak aman pada pekerja, dan efektivitas yang berkurang dari waktu ke waktu. Berdasarkan acuan bahwa unsafe behavior merupakan penyumbang terbesar dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan safety performance hanya bisa dicapai dengan usaha memfokuskan pada pengurangan unsafe behavior. Salah satunya adalah dengan melakukan pendekatan perilaku yaitu Behavior Based Safety (BBS). Menurut Cooper (2009), Behavior Based Safety (BBS) adalah sebuah proses yang menciptakan kemitraan keamanan antara manajemen dan tenaga kerja dengan fokus yang berkelanjutan terhadap perhatian dan tindakan setiap orang, dan orang lain, serta perilaku selamat. PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Kuala Tanjung merupakan pabrik peleburan aluminium yang menghasilkan aluminium batangan (ingot) yang merupakan produk akhir dari PT Inalum yang dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. Pabrik ini memiliki 3 pabrik utama yaitu pabrik karbon, pabrik reduksi, dan pabrik penuangan. Pabrik karbon memproduksi blok anoda. Pabrik karbon terdiri dari pabrik karbon mentah, pabrik pemanggangan dan pabrik penangkaian anoda. Di pabrik karbon mentah, coke dan hard pitch dicampur dan dibentuk menjadi blok anoda dan dipanggang hingga temperatur 1.250 o C di pabrik pemanggangan anoda. Kemudian di pabrik penangkaian anoda, sebuah tangkai dipasang ke blok anoda yang sudah dipanggang tadi dengan menggunakan cast iron. Blok anoda berfungsi sebagai elektroda di pabrik reduksi. Punting balok anoda dari tungku 5 Universitas Sumatera Utara

reduksi kemudian diolah dan digunakan kembali untuk memproduksi balok karbon mentah. Pabrik reduksi yaitu bagian pabrik yang bertugas untuk melaksanakan reduksi untuk menghasilkan aluminium cair untuk dicetak pada bagian pencetakan. Prosesnya adalah elektrolisa larutan alumina (Al20 3 ) di dalam lelehan kriolit (Na 3 AlF 6 ) pada temperatur ± 970 o C sehingga menghasilkan aluminium cair. Proses produksi dilakukan di dalam tungku reduksi pot (pot reduksi), yaitu merupakan kotak baja persegi yang dinding sampingnya berlapis bata isolasi dan karbon. Pabrik penuangan yaitu bagian pabrik dimana aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke bagian penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, dibentuk menjadi aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (±22,7 kg). Penggunaan bahan kimia seperti alumina, karbon, listrik, mesin dan peralatan berat sebagai material utama untuk berproses produksi berpotensi menimbulkan bahaya dan kecelakaan kerja. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, di PT Inalum Kuala Tanjung dari laporan petugas safety patrol, banyak ditemukan kasus unsafe action dan unsafe condition. Kasus tersebut dilaporkan banyak terjadi akibat unsafe action, yaitu akibat kelalaian dalam bekerja akibat kurangnya konsentrasi, kelalaian dalam melakukan pengamanan, melakukan tindakan yang tidak tepat dengan posisi tidak aman dan ada pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan prosedur kerja. 6 Universitas Sumatera Utara

Menurut laporan tim investigasi PT Inalum Kuala Tanjung tercatat angka kecelakaan kerja pada tahun 2013 terjadi 5 kasus kecelakaan kerja, dan pada tahun 2014 juga terjadi 6 kasus kecelakaan kerja. Perilaku kerja yang tidak aman terusmenerus dilakukan oleh pekerja akan berisiko menimbulkan kecelakaan kerja yang serius. Perusahaan menyadari bahwa pekerja adalah aset utama. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk setiap pekerja guna mengurangi angka kecelakaan kerja. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan kerja yang penyebab terbesarnya adalah unsafe action atau unsafe behavior adalah dengan menerapkan program behavior based safety sebagai proses peningkatan perilaku kerja yang aman. Program behavior based safety di PT Inalum Kuala Tanjung disebut dengan nama program Inalum Kartu Aman (IKA) yang memberikan pengajaran kepada pekerja untuk mengobservasi, mengomunikasikan, dan mengambil tindakan perbaikan yang akan membantu mengubah perilaku pekerja dalam hubungannya dengan kesehatan dan keselamatan (K3) sehinggga tercipta kerja yang lebih aman. Dimana pelaksanaan Inalum Kartu Aman (IKA) ini dilaksanakan oleh seluruh pekerja PT Inalum Kuala Tanjung. Observasi keselamatan kerja difokuskan pada aktivitas dan tindakan aman pekerja. Sasaran dari program Inalum Kartu Aman (IKA) ini adalah untuk mengetahui secara dini perilaku tidak aman sebelum cidera terjadi dan mengubah perilaku kerja yang lebih aman. Jika suatu tindakan tidak aman diobservasi dan dikomunikasikan dengan orang yang bersangkutan dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. Diharapkan dengan adanya penerapan progam Inalum 7 Universitas Sumatera Utara

Kartu Aman (IKA) ini, pekerja akan merasa aman, terlindungi, dan terjamin keselamatannya, sehingga mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan program Behavior Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana gambaran penerapan program Behavior Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan program Behaviour Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan kepada pihak perusahaan PT Inalum Kuala Tanjung mengenai penerapan program Behavior Based Safety (BBS). 2. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai penerapan program Behavior Based Safety (BBS). 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 8 Universitas Sumatera Utara