: Implementation, PEKA, Accident Control

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERILAKU KESELAMATAN KERJA DALAM PENGOPERASIAN MESIN PERCETAKAN PADA PEKERJA PT MASSCOM GRAPHY

ANALISIS KEPATUHAN SUPERVISOR TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH & SAFETY (OHS) PLANNED INSPECTION DI PT. CCAI

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

Key word : Application, Safety Protection, Factorr, workers.

ANALISIS PENDOKUMENTASIAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDUNG

ANALISIS KEPATUHAN KARYAWAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI PT. KEBON AGUNG UNIT PG. TRANGKIL PATI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI PT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJAAN KETINGGIAN DI PT. X

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

STUDI PERILAKU SATPAM TERHADAP PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI INSTANSI X

ABSTRAK. Kata Kunci : Informed Consent dalam keadaan darurat, Perlindungan Hukum bagi Dokter

IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Unnes Journal of Public Health

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

PELAKSANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN KERJA PADA POS UKK DI WILAYAH KERJA PUSKESEMAS KAMPUNG BUGIS KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

ANALISIS IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA GUDANG BAHAN JADI DI PT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di Perusahaan Industri Baja

ANALISIS IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA DEPARTEMEN WEAVING 2 PT. KUSUMA HADI SANTOSA

SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KARYAWAN PADA PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA

harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional. dalam pemberian P3K, Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN IBU MELAHIRKAN DI KOTA SURAKARTA. (Studi kasus di Puskesmas Gajahan)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

PELAKSANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN KERJA PADA POS UKK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUNG BUGIS KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN K3 PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

ABSTRAK. Tresa Telfia

IMPLEMENTASI K3 MESIN PRODUKSI PADA AREA STAMPING PT. FUJI TECHNICA INDONESIA

Peningkatan Perilaku Aman di PT. XXX dengan Pendekatan Behavior Based Safety

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KONSEP GREEN CITY

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALISASIKAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI.

ANALISIS KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KESIAPAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 PADA SALAH SATU FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

EVALUASI ATAS PELAKSANAAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN PAJAK TAHUN 2015 DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JATENG II

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN BEHAVIOUR SAFETY CULTURE DALAM RANGKA PENINGKATAN KEAMANAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

ANALISIS HASIL MEDICAL CHECK UP KARYAWAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENENTUKAN PROMOSI KESEHATAN DI PT. SERASI AUTORAYA JAKARTA UTARA

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

PENGGUNAAN LKS SEBAGAI TINDAKAN RASIONALITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA KARYAWAN BAGIAN PRINTING & DYEING PT KUSUMAHADI SANTOSAKARANGANYAR TUGAS AKHIR

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

IMLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN WAJIB DI PUSKESMAS RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Inka Ines Soputan*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K.F.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2015 TESIS.

Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang. Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-158.html MIKM UNDIP Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE

ABSTRACT. EFFECT OF SYSTEM REWARD and PUNISHMENT EMPLOYEE PERFORMANCE (PT. KENCANA MAKMUR LESTARI)

Jumlah total skor jawaban tertinggi dari kuesioner.

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Restu Fahmia R

ANALISIS PELAKSANAAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN DI PT. POS INDONESIA SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Dimas Ganung Ashary R

SKRIPSI HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERSEPSI KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGELASAN DI PT. OMETRACO ARYA SAMANTA SURABAYA

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

Evaluasi Diklat Pra Jabatan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sosial Republik Indonesia

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X

EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS SUMATERA SELATAN SIMPANG EMPAT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

SKRIPSI. Disusun Oleh : Alboin Leonard PS D

BAB I PENDAHULUAN. Data dari badan pusat satistik, data proyeksi angkatan kerja Indonesia tahun pekerja Indonesia berjumlah

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PELAKSANAAN PEKA (PENGAMATAN KESELAMATAN KERJA) DALAM PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI AREA MAIN GATHERING STATION PT X CEPU Muhammad Faizal Reza Ferdiniko, Bina Kurniawan, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: reza.ferdiniko2@gmail.com Abstract : Based on data from the US Bureau of Labor Statistics (2007) there are approximately 5 cases of accidents and occupational diseases each year for every 100 workers (5 cases / 100 workers) or a total of about 4 million dollars every year. PEKA PT X is a program to record unsafe condition, unsafe act and near misses in the workplace PT X.The problem of implementation PEKA is PEKA form has been run each month, but the behavior of workers and in part of HSSE crew to fill out a PEKA form in finding unsafe condition, unsafe act, and near misses are lacking so that the incidence of unsafe condition, unsafe act, and near misses yet decrease. Implementation of PEKA form has been running every month but the interest of workers and HSSE crew to fill out a form PEKA still less so that the incidence of unsafe condition, unsafe act, and near misses has not decreased. This study aims to determine the factors that may affect the implementation of PEKA in Main Gathering Station PT X Cepu. This research is a descriptive qualitative with indepth interviews. The subjects of this study amounted to 6 people as the key informants and 2 as an triangulation informant. The results showed key informants already know the definition, function, purpose and entitled workers to fill PEKA, but some key informants did not know PEKA accountability. Attitudes and skills of key informants already know how charging PEKA, but there has been no interest in workers. Availability of PEKA form in the workplace. Socialization is held when the safety induction, safety briefing, safety talk, and HSE training. The regulation and reward has been existing, but punishment has not been carried out. The main informant argued that there has been no follow-up about PEKA. X company need to provide socialization PEKA regularly in order to avoid misunderstandings between the function of X company and workers. Follow-up and real evidence of PEKA also needed for all workers know about PEKA process. Key Words : Implementation, PEKA, Accident Control 534

PENDAHULUAN Latar Belakang Statistik mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak selamat (unsafe condition). Berdasarkan data dari the Bureau of Labor Statistics Amerika (2007) terdapat kasus sekitar 5 kecelakaan dan penyakit akibat kerja per tahun untuk setiap 100 pekerja (5 kasus /100 pekerja) atau total sekitar 4 juta dollar per tahun. Banyaknya jumlah pekerja yang menderita kecelakaan termasuk penderitaan yang dialami oleh keluarga korban, patut untuk mendapatkan perhatian yang serius dan nyata. Menurut The Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk mengurangi banyaknya korban kecelakaan kerja di industri, maka kasus kecelakaan harus diletakkan sebagai kasus kriminal bisnis yang harus dipertanggung jawabkan oleh pemilik dan manager perusahaan. (2) Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan bahwa pada tahun 2010 sedikitnya terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja dimana jumlah ini telah mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus kecelakaan kerja. Walaupun (1) 535 demikian, kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan ILO mengenai standar kecelakaan kerja, Indonesia menempati urutan ke-152 dari 153 negara yang diteliti. (3) Berdasarkan data dari pusat data dan informasi ketenagakerjaan badan penelitian pengembangan dan informasi kementerian ketenagakerjaan republik Indonesia pada triwulan IV tahun 2014 terdapat data kecelakaan di Indonesia sebesar 14.519 kasus dengan jumlah korban14.257 orang. Provinsi Jawa Tengah masuk ke dalam peringkat ke dua setelah provinsi Jawa timur yaitu jumlah kecelakaan di provinsi Jawa tengah sebesar 3.080 kasus dengan jumlah korban 3.107 orang. (4) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang di wajibkan,

kurang terampilnya pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin, tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak terjadi karena faktor manusia, karena manusia yang paling banyak berperan dalam menggunakan peralatan kerja yang semakin canggih dan modern di perusahaan. (5) PT X adalah perusahaan negara yang bergerak dibidang peminyakan meliputi eksplorasi dan eksploitasi yang berlokasi di Jalan Gajah Mada 1 Cepu, Blora, Jawa Tengah. PT. X dalam proses produksinya mempunyai faktor bahaya di tempat kerja yang berupa sifat fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikologi dan potensi bahaya seperti kebakaran, peledakan, kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan yang dapat membahayakan keselamatan tenaga kerja maupun masyarakat sekitar. Pengamatan Keselamatan Kerja (PEKA) adalah observasi dan koreksi keselamatan kerja terhadap tindakan dan/atau kondisi tidak aman di lokasi kerja yang dilakukan oleh Pekerja PT X dan Mitra Kerja, serta membuat laporan hasil Pengamatan pada lembar PEKA. Lembar PEKA adalah formulir yang digunakan untuk mencatat Unsafe Act dan/atau Unsafe Condition dan/atau Near Miss di lingkungan kerja PT 536 X. Tahapan dari PEKA antara lain Mengunjungi, Mengobservasi Mengoreksi, dan Melaporkan. (6) Berdasarkan wawancara oleh operator HSSE dan data yang diperoleh dari temuan persentase dari kejadian tersebut adalah unsafe condition 40 %, unsafe act 50 % dan near miss 10 %. Near miss menjadi kejadian yang lebih penting diperhatikan karena dapat menimbulkan kecelakaan kerja di tempat kerja. Kejadian unsafe condition, unsafe act dan near miss di PT X masih terjadi serta pekerja masih belum memiliki minat untuk mengisi formulir PEKA di tempat kerja PT X. Oleh sebab itu penulis mengadakan penelitian mengenai Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Peka (Pengamatan Keselamatan Kerja) dalam Pengendalian Kecelakaan Kerja di Area Main Gathering Station PT X Cepu. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Informan utama dalam penelitian ini adalah 3 orang crew HSSEdan 3 orang pekerja pengawas di Main Gathering Station (MGS) PT X. Informan triangulasi dalam penelitian ini adalah safety officer HSSE dan general affair HSSE PT X.. Pengumpulan data

penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan utama serta melakukan observasi mengenai pelaksanaan PEKA sesuai dengan TKO PEKA. Keabsahan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik triangulasi. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber. Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan pengecekan ulang atau verifikasi terhadap uraian yang telah diungkapkan oleh informan sesuai dengan informasi konkret yang ditemukan oleh peneliti selama dilapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Informan Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap 6 informan utama dan 2 informan triangulasi. Semua informan berjenis kelamin laki-laki dan masih aktif bekerja di PT X. Informan utama yang diteliti adalah 3 orang crew HSSE dan 3 informan utama lainnya adalah pekerja di area main gathering station PT X. Usia keenam informan utama penelitian yaitu 51 tahun, 39 tahun 2 orang, 43 tahun, 30 dan 37 tahun. Pendidikan terakhir dari keenam informan utama adalah SMA. Masa kerja dari keenam informan utama bermacammacam antara lain 27 tahun, 8 tahun, 20 tahun, 6 tahun dan dua orang 2 tahun. Informan triangulasi peneliti mengambil safety officer PT X dan General Affair PT X, dimana informan triangulasi ini adalah pihak yang mengelola PEKA di PT X. Usia dari informan triangulasi ini adalah 28 tahun dan 39 tahun. Pendidikan terakhir dari informan triangulasi ini antara lain pendidikan terakhir safety officer adalah D3 dan pendidikan terakhir general affair adalah SMA. Masa kerja dari informan triangulasi ini adalah 6 tahun dan 21 tahun. 537 Analisis Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan Pengetahuan informan utama mengenai pengertian PEKA sudah cukup baik yaitu PEKA yang mereka definisikan adalah suatu fasilitas di PT X untuk mencatat temuan unsafe condition, unsafe act, near miss di wilayah kerja PT X yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja serta dapat meningkatkan kepedulian pekerja mengenai aspek HSE guna mencapai HSE Golden Rules PT X. Sedangkan menurut informan triangulasi pengertian PEKA sudah dimengerti oleh semua pekerja di semua fungsi PT X. Berdasarkan wawancara mendalam

(indepth interview) terhadap informan utama mengenai siapa yang berhak mengisi PEKA ini, semua informan utama mengetahui tentang siapa yang berhak mengisi PEKA namun hanya 1 informan utama yang mengetahui bahwa tamu perusahaan dapat mengisi PEKA tersebut. Menurut informan triangulasi berdasarkan wawancara mendalam, pekerja di PT X ini sudah mengetahui bahwa semua pekerja memiliki hak untuk mengisi PEKA dimanapun dia berada di wilayah kerja PT X. Berdasarkan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan utama mengenai tanggung jawab PEKA ini 4 informan utama masih belum mengerti. Sebagian besar pekerja di PT X masih menganggap bahwa pertanggung jawaban PEKA di PT X ini adalah sepenuhnya tanggung jawab HSSE sehingga kekurangan di program PEKA ini ditujukan kepada manajemen fungsi HSSE. Menurut informan triangulasi juga mereka menyadari bahwa tanggung jawab PEKA ini pekerja masih beranggapan bahwa HSSE memliki tanggung jawab penuh denga pelaksanaan PEKA. Pengelolaan PEKA memang adalah tanggung jawab HSSE namun pertanggung jawab pelaksanaan PEKA adalah tanggung jawab semua fungsi dan semua pekerja. (6) Wawancara mendalam yang sudah dilakukan peneliti terhadap 538 informan utama mengenai tujuan diadakannya PEKA mendapat respon dimana informan utama sudah mengerti bahwa tujuan PEKA tersebut adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mengurangi temuan unsafe condition, unsafe act, near miss, meningkatkan kepedulian pekerja tentang aspek HSE dan membudayakan budaya safety. Menurut informan triangulasi mengenai tujuan PEKA ini, pekerja sudah mengetahui tentang tujuannya PEKA ini diadakan di PT X. 2. Sikap interview) yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap informan utama mengenai bagaimana sikap pekerja apabila menemukan temuan unsafe condition, unsafe act, near miss didapatkan respon bahwa 1 informan utama langsung menulis PEKA dengan menegur terlebih dahulu pelaku unsafe condition, unsafe act, near miss. Kemudian 2 informan utama memberikan respon menegur pelaku unsafe condition, unsafe act, near miss, memberikan tindakan langsung apabila diperlukan kemudian menuliskan PEKA. Respon hanya menuliskan PEKA, didapatkan peneliti hanya 1 informan utama. Respon tidak mengisi dengan alasan malas mengisi karena belum ada dampak yang dirasa pekerja dari program PEKA,

didapatkan peneliti 2 informan utama. Menurut informan triangulasi sebagian besar pekerja memang masih belum memiliki minat penuh dalam pengisian PEKA, hal ini diakuinya dalam wawancara mendalam (indepth interview) dengan peneliti namun juga terdapat pekerja yang sudah paham betul mengenai program PEKA tersebut. Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan utama mengenai alasan pekerja mengisi PEKA didapatkan respon bahwa pekerja sudah menyadari bahwa wilayah kerja PT X sangat beresiko tinggi dan sangat berkemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja sehingga untuk menghindari suatu kecelakaan kerja tersebut maka diadakanlah program PEKA. Wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada informan triangulasi juga memberikan respon bahwa semua pekerja, dan mitra kerja sudah mengetahui tentang maksud dan tujuan pekerja dan mitra kerja mengisi PEKA karena sosialisasi juga sudah dilakukan. Analisis Faktor Pemungkin 1. Ketersediaan PEKA interview) yang sudah dilakukan peneliti terhadap informan utama mengenai ketersediaan PEKA di area main gathering station PT X didapatkan respon 539 bahwa formulir PEKA yang terdapat di kantor area main gathering station PT X tidak pernah mengalami kekurangan sehingga formulir PEKA selalu tersedia di area main gathering station. Menurut informan triangulasi sebagai pengelola PEKA harus selalu menyediakan PEKA, agar apabila ada pekerja yang menemukan temuan unsafe condition, unsafe act, near miss langsung dapat dicatat ke formulir PEKA. Hal ini juga sesuai dengan TKO PEKA di PT X. Berdasarkan wawancara mendalam terhadap informan utama mengenai penempatan formulir PEKA di area main gathering station PT X didapatkan respon bahwa semua informan utama sudah mengerti akan penempatan PEKA yang ditempatkan di kantor area main gathering station, dan mudah dilihat oleh pekerja, mitra kerja serta tamu. Menurut informan triangulasi didapatkan respon yang sejalan dengan respon informan utama yaitu ditempatkan di kantor area main gathering station PT X. 2. Keterampilan interview) yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap informan utama mengenai keterampilan pengisian PEKA didapatkan respon bahwa secara umum informan utama sudah memahami tentang pengisian PEKA namun 4 informan utama masih belum memahami tentang kolom

tindakan langsung sehingga mereka hanya menulis dan tidak memberikan tindakan secara langsung apabila menemukan temuan tersebut. Menurut informan triangulasi didapatkan respon bahwa mereka mengakui jika pekerja seharusnya sudah mengetahui tentang cara pengisian PEKA karena pekerja sudah diberi sosialisasi terkait PEKA tersebut. 3. Sosialisasi PEKA interview) yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap informan utama mengenai bagaimana pekerja mendapat informasi PEKA di PT X, didapatkan respon bahwa pekerja mendapat informasi PEKA melalui pelatihan HSE di kantor, safety induction, safety briefing, dan safety talk. Sosialisasi PEKA diselipkan pada kegiatan-kegiatan tersebut sehingga sosialisasi PEKA tidak berdiri sendiri. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan sewaktu-waktu sehingga tidak secara rutin dilakukan. Menurut informan triangulasi didapatkan respon bahwa mereka juga menyadari sosialisasi PEKA memang sudah jarang digalakkan kembali sehingga membuat minat pekerja untuk mengisi PEKA menurun. interview) yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap informan utama 540 mengenai alasan dilaksanakannya sosialisasi PEKA didapatkan respon bahwa pekerja menyadari akan pentingnya menciptakan suatu budaya safety sehingga PEKA menjadi salah satu program untuk menciptakan budaya safety tersebut. Tahapan PEKA dan tujuan PEKA sangat penting untuk disosialisasikan kepada pekerja sehingga sosialisasi sangat perlu untuk dilaksanakan. Menurut informan triangulasi didapatkan respon bahwa sosialisasi sangat penting untuk meningkatkan kepedulian pekerja dalam hal aspek HSE terutama di area main gathering station PT X. Analisis Faktor Penguat 1. Peraturan PEKA interview) yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap informan utama mengenai bagaimana peraturan PEKA di PT X didapatkan respon bahwa peraturan peka sudah diatur kedalam TKO PEKA namun keberlanjutan atau tindak lanjut PEKA yang masih belum dilaksanakan secara maksimal sehingga formulir PEKA hanya dianggap sebagai formalitas program. Menurut informan triangulasi peraturan mengenai PEKA sudah berjalan namun minat pekerja untuk mengisi PEKA mengalami penurunan.

Berdasarkan wawancara mendalam terhadap informan utama mengenai punishment dan reward mengenai PEKA didapatkan respon bahwa reward sudah diberikan kepada pengisi PEKA namun punishment dirasa masih belum tegas karena hanya diberikan teguran terhadap pelaku unsafe condition, unsafe act, dan near miss. Alasan mengenai diberikannya punishment dan reward pekerja sepakat untuk memotivasi pekerja agar senantiasa berperilaku aman dan mengkondisikan lingkungan kerja yang aman serta dapat menambah minat untuk melakukan pengisian PEKA. Menurut informan triangulasi didapatkan respon bahwa memang punishment dari PEKA belum memiliki ketegasan kepada pekerja hanya teguran yang diberikan sehingga budaya safety di PT X masih kurang, sedangkan reward untuk pekerja yang mengisi PEKA sudah diberikan. 2. Pendapat Berdasarkan wawancara mendalam terhadap informan utama mengenai pendapat pekerja terhadap pelaksanaan PEKA di PT X didapatkan respon bahwa pekerja belum merasakan tindak lanjut mengenai PEKA tersebut sehingga apabila ada temuan unsafe condition, unsafe act, dan near miss masih belum mendapat tanggapan atau tindak lanjut dari fungsi lain. Koordinasi yang masih 541 kurang juga menjadi faktor utama masalah pelaksanaan PEKA tersebut. Menurut informan triangulasi didapatkan respon bahwa pekerja belum memahami betul tentang PEKA sehingga tindak lanjut yang sudah bukan tanggung jawab HSSE masih dilimpahkan ke HSSE sebagai pengelola PEKA. Analisis Hasil Obervasi Pelaksanaan PEKA Hasil observasi mengenai pelaksanaan PEKA yaitu didapatkan 3 konten yang masih belum sesuai dengan TKO (Tata Kerja Organisasi) PEKA (Pengamatan Keselamatan Kerja) No.B- 020/A3.2/EP8000/2014-SO. Konten yang masih belum sesuai tersebut adalah sebagai berikut. Tindakan secara langsung pekerja mengenai temuan unsafe condition, unsafe act, near miss masih belum dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pekerja masih belum paham betul mengenai konten tindakan langsung PEKA itu sendiri dimana pekerja dapat melakukan tindakan langsung sehingga temuan tersebut dapat teratasi langsung. Keahlian pekerja yang tdak sesuai temuan juga menjadi faktor penting dalam tindakan langsung terhadap temuan unsafe condition, unsafe act, near miss di main gathering station PT X.

Tindakan fungsi lain untuk mengatasi temuan unsafe condition, unsafe act, dan near miss juga masih belum dilakukan sehingga pelaksanaan PEKA masih belum maksimal. Komunikasi antar fungsi yang masih belum terkoordinasi secara baik menjadi faktor utama tindak lanjut PEKA ini sehingga kepercayaan pekerja mengenai PEKA sangat kurang. Punishment juga masih belum ada hal ini belum sesuai dengan TKO PEKA yang terdapat sanksi dari atasan pekerja mengenai kejadian unsafe act, unsafe condition dan near miss yaitu berupa surat panggilan dari atasan pekerja tersebut mengenai tindakan tidak aman pekerja yang dilakukan di area kerja mereka. Analisis Faktor yang mempengaruhi Plaksanaan PEKA Faktor predisposisi yang terdiri dari pengetahuan dan sikap sudah cukup baik namun pekerja belum mengetahui betul mengenai pertanggung jawaban PEKA. Sebagian sikap informan utama mengenai temuan unsafe condition, unsafe act dan near miss sudah cukup bagus yaitu melakukan tindakan langsung, menegur, serta mengisi PEKA namun sebagian informan utama mengalami penurunan minat dalam mengisi PEKA. Hal ini dikarenakan tindak lanjut PEKA yang belum dirasakan secara maksimal oleh pekerja. 542 Faktor pemungkin yang terdiri dari ketersediaan PEKA, keterampilan pekerja dalam mengisi PEKA dan sosialisasi PEKA ini didapatkan hasil bahwa ketersediaan PEKA sangat maksimal karena memang tidak pernah mengalami kekurangan serta penempatan PEKA yang mudah dilihat sehingga pekerja dapat mudah untuk mencari dan mengisi formulir PEKA. Keterampilan pekerja sudah cukup baik namun dalam hal tindakan langsung sebagian pekerja masih belum paham. Sosialisasi PEKA mengalami kekurangan karena sosialisasi diberikan sewaktu-waktu yaitu pada saat terdapat kegiatan safety induction, safety briefing, safety talk, dan pelatihan HSE di kantor sehingga pekerja masih belum memiliki minat penuh dalam hal pengisian PEKA. Faktor penguat yang terdiri dari peraturan PEKA dan pendapat pekerja mengenai pelaksanaan PEKA di PT X, didapatkan hasil bahwa peraturan PEKA yang didasari oleh TKO PEKA sudah berjalan namun tindak lanjut PEKA yang masih belum dilaksanakan secara maksimal. Pendapat pekerja mengenai program PEKA tersebut juga membahas tentang tindak lanjut PEKA yang masih belum dilaksanakan secara maksimal. Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan PEKA sudah berjalan namun berbagai tindakan

dari pekerja maupun keseluruhan fungsi untuk mengatasi temuan unsafe condition, unsafe act, dan near miss masih belum ada. Sosialisasi mengenai PEKA juga dirasa masih mengalami kekurangan karena pekerja masih belum paham secara merata mengenai PEKA. Tindakan yang cepat untuk mengatasi suatu temuan juga dibutuhkan di area main gathering station PT X karena area ini memiliki resiko yang cukup tinggi. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan PEKA di PT X ini terdiri dari tahap pengamatan temuan unsafe condition, unsafe act, near miss, memberikan tindakan langsung apabila diperlukan, mengisi formulir PEKA dengan pelaku mengetahui jika pengamat mengisi (waktu, lokasi, jenis temuan, temuan, tindakan langsung, saran, tanda tangan pengamat), memasukkan ke PEKA box, petugas mengambil setiap minggu, kemudian memasukkan ke PEKA online, kemudian dimasukkan ke PIC/fungsi terkait, lalu fungsi tersebut langsung mengambil tindakan, apabila temuan dalam kategori berat di masukkan ke rapat komite HSE dahulu kemudian baru dilakukan tindakan untuk mengatasi temuan tersebut. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan PEKA adalah pengetahuan pekerja terhadap PEKA, sikap pekerja, ketrampilan pekerja dalam mengisi PEKA, sosialisasi PEKA, peraturan PEKA, pendapat pekerja. 3. Pelaksanaan PEKA sudah berjalan cukup baik di PT X. Hal ini dibuktikan bahwa pengelolaan PEKA sudah berjalan lancar untuk memproses temuan PEKA yang dilanjutkan ke fungsi lain atau komite HSE namun berbagai tindakan dari pekerja maupun keseluruhan fungsi untuk mengatasi temuan unsafe condition, unsafe act, dan near miss masih belum ada. Sosialisasi mengenai PEKA juga dirasa masih mengalami kekurangan karena pekerja masih belum paham secara merata mengenai PEKA. Tindakan yang cepat untuk mengatasi suatu temuan juga dibutuhkan di area main gathering station PT X karena area ini memiliki resiko yang cukup tinggi. DAFTAR PUSTAKA 1. Bennett Silalahi N.B, Silalahi B. Rumondang. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1991. 543

2. Tarwaka. Dasar-dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press, 2012. 3. Depnakertrans, RI. Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran, Evaluasi dan Penunjukkan Calon Ahli K3. Jakarta : s.n., 2010. 4.. Tipe Kecelakaan Kerja di Indonesia menurut Provinsi triwulan IV tahun 2014. http://pusdatinaker.balitfo.depnakertra ns.go.id/viewpdf.php?id=398. [Online] Depnakertrans RI, 2014. [Diakses 30 Maret 2015.] 5. P.K., Suma'mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung Agung, 1996. 6. Tata Kerja Organisasi (TKO) Pengamatan Keselamatan Kerja. 2014. 544