ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi pada Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SISTEM PEMOTONGAN DAN PROSEDUR PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA PEMASANGAN IKLAN DI MEDIA CETAK

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

ABSTRACT. Keywords: Calculating income tax of salaries of civil servants Reporting income tax of salaries of civil servants

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

TINJAUAN PEMUNGUTAN, PERHITUNGAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PADA DINAS PENDAPATAN PEMERINTAH KOTA CIMAHI

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU

Dian Anggraini Devi Farah Azizah Timotius Jositrianto

Analisis Penerapan Pajak Dengan Withholding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

KAJIAN ASPEK PERPAJAKAN WP ORANG PRIBADI PNS DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN SELF ASSESSMENT (STUDI KASUS: POLITEKNIK NEGERI JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SEKRETARIAT PEMKO TEBING TINGGI

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (PPh 21) ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi HALAMAN JUDUL. Putri Saraswati

ANALISIS PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus Pada PT. Cipta Kridatama)

PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI UNIVERSITAS LAMPUNG OLEH BENDAHARA GAJI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

EVALUASI SISTEM ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

ABSTRACT. Keywords: Calculating Income Tax Article 21 of employee s salaries, Reporting Income Tax Article 21 of employee s salaries.

PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penerapan e-spt Pajak Pertambahan Nilai dalam Penyampaian Pelaporan Masa Pada PT. Dwi Urip

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang

I. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus PT Batik Danar Hadi Solo) ABSTRACT

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang berada dalam masa pembangunan, Indonesia

M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nasional itu maka pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pemindahan daya beli dari sektor privat ke sektor publik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

ABSTRACT. Keywords: Calculating, Reporting, Income Tax Article 21. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan ditentukan melakukan kewajiban perpajakan.

ANALISIS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SERTA PELAPORANNYA. Oleh: Debora Natalia Watung

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN. Mangasi Sinurat, SE, M.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT. RAFINDO IRON STEEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

Transkripsi:

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi pada Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi) Rizqi Arum Mawarni Srikandi Kumadji Idris Effendy (PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 115030407111046@mail.ub.ac.id ABSTRACT The purpose of this study is to determine the systems and procedures for payment of income tax Article 21 and the obstacles that occur in the process of payment of income tax Article 21 on the Civil Service Ngudi Waluyo Hospital. The research will use qualitative method to describe how a problem that has been identified and limited the extent to which efforts to uncover the problems and circumstances as they are, so that the disclosure of the existing facts. Results of analysis in this study shows that Ngudi Waluyo Wlingi hospital is cutting system that calculation withholding tax, deposit and tax reporting is done by the treasurer. In the income tax payment procedure of Article 21 of the salaries and emoluments accounting and tax payment has been carried out properly, but the treasurer are obstacles in the process of Article 21 of the Income Tax reporting to the STO Blitar and does not make payment of income tax cut proof Article 21. Treasurer Ngudi Waluyo Hospital does report and make proof of payment of income tax cut of Article 21 because no software support for the creation of pieces of evidence and reporting to the KPP Pratama return period Blitar. Based on PMK No. 262 / PMK.03 / 2010 then treasurer of Ngudi Waluyo Wlingi Hospital should need to perform the procedure for payment of income tax article 21 as well. Key word : system and procedure, Income Tax Article 21, Civil Servants. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem dan prosedur pembayaran pajak penghasilan Pasal 21 serta hambatan-hambatan yang terjadi pada proses pembayaran pajak penghasilan Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di RSUD Ngudi Waluyo. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan analisis data menggunakan metode interaktif yaitu reduksi data, model data dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan bahwa RSUD Ngudi Waluyo Wlingi menggunakan sistem pemotongan withholding tax yang penghitungan, penyetoran dan pelaporan pajaknya dilakukan oleh bendahara. Pada prosedur pembayaran PPh Pasal 21 atas gaji dan honorarium penghitungan dan penyetoran pajak sudah dilaksanakan dengan baik dan benar, tetapi bendahara terdapat hambatan dalam proses pelaporan PPh Pasal 21 tersebut kepada KPP Pratama Blitar dan tidak membuat bukti potong pembayaran PPh Pasal 21. Berdasarkan PMK Nomor 262/PMK.03/2010 maka hal tersebut sebaiknya bendahara RSUD Ngudi Waluyo perlu melakukan prosedur pembayaran PPh Pasal 21 dengan baik. Kata kunci : Sistem dan Prosedur, PPh Pasal 21, Pegawai Negeri Sipil. PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu hal yang asing bagi masyarat Indonesia. Oleh karena itu negara Indonesia menempatkan perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dalam mensejahterakan masyarakat dan pembangunan infrastruktur yang berfungsi untuk meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat. Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan salah satu penerimaan pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi dalam negeri. Salah satu yang dikenakan PPh Pasal 21 yaitu Pegawai Negeri Sipil. Sistem pemungutan di Indonesia terdapat 3 jenis menurut (Mardiasmo, 2011:7) yaitu self assessment system, official assessment system, dan withholding system. Self assessment merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak, sedangkan 1

official assessment memberi wewenang kepada Fiskus dan witholding tax memberikan wewenang kepada pihak ketiga sebagai penentu besarnya pajak terutang. Sistem withholding tax di Indonesia salah satunya diterapkan pada mekanisme pemotongan PPh Pasal 21. PNS merupakan salah satu Wajib Pajak yang pemotongan PPh Pasal 21 menggunakan sistem withholding systemy yaitu bendahara diberikan wewenang pada pemotongan pajaknya PPh Pasal 21 yang prosedur-prosedur pembayarannya dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh bendaharawan yang sehubungan dengan penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun. Sistem witholding tax salah satunya diterapkan pada RSUD Ngudi Waluyo. Pemilihan judul dan objek penelitian ini dilandasi pemikiran bahwa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo merupakan Rumah Sakit terbesar di Kabupaten Blitar dan merupakan salah satu instansi pemerintah yang menerapkan sistem withholding tax PPh Pasal 21 pada PNS yang PPh Pasal telah dipotong, disetor dan dibayarkan oleh bendaharawan. Bendahara tersebut memotong PPh Pasal 21 PNS dengan dua (2) jenis PPh yaitu atas gaji rutin dan honorarium pada PNS. Berdasarkan uraian penulis ingin menganalisis tentang sistem dan prosedur pembayaran PPh Pasal 21 dengan judul Analisis Sistem dan Prosedur Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil (studi pada Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi). TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpajakan Pajak menurut Andriani (dalam buku Waluyo, 2011:2) ialah kewajiban warga negara kepada negara dalam upaya pembiayaan negara dan warga negara tidak mendapat timbal balik secara langsung dan dapat dipaksakankarena sudah diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan pemerintah. Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan menurut (Mardiasmo, 2011:135) merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia mauupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dapat dalam bentuk apapun. Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut (Resmi, 2011:167) adalah pajak atas penghasilan yang dapat berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, atau jenis pembayarann lain dengan nama dan bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dann kegiatan yang dilakukan WP dalam negeri. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif menurut (Moelong, 2013:6 ) Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian secara langsung terhadap objek penelitian yaitu dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi dan analisis data menggunakan metode interaktif yaitu reduksi data, model data dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN RSUD Ngudi Waluyo merupakan salah satu instansi pemerintah yang sebagian besar pegawai merupakan PNS. Setiap bulan dengan kegiatan yang diadakan RSUD Ngudi Waluyo secara otomatis akan menimbukan kewajiban perpajakan. Dari kegiatan tersebut dilakukan dengan secara teratur atau tidak. Dari kegiatan tersebut PNS akan mendapatkan imbalan dari pemerintah berupa gaji teratur setiap bulannya dan dari gaji tersebut PNS akan dipotong pajak yang besarnya pajak tersebut nantinya akan ditanggung oleh pemerintah. Selain kegiatan teratur, PNS juga mendapatkan honorarium dari kegiatan yang diadakan oleh RSUD Ngudi Waluyo. Honorarium tersebut harus dipotong pajak PPh Pasal 21 yang bersifat final. 1. Sistem Pemotongan Pajak Penghasilan pada Pegawai Negeri Sipil RSUD Ngudi Waluyo merupakan instansi pemerintah yang sistem pemotongan menggunakan sistem with holding tax yaitu sistem pemotongan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga sebagai penentuan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pihak ketiga yang dimaksud di RSUD Ngudi Waluyo adalah bendahara yang bertugas menghitung, menyetor dan melaporkan wajib pajak PNS yang bekerja di RSUD Ngudi Waluyo. Kegiatan perpajakan PNS setiap bulan dari gaji akan dipotong oleh bendahara, karena 2

pada RSUD Ngudi Waluyo menggunakan withholding system dengan bendahara yang bertugas sebagai pemotong, menyetor dan melaporkan. Bendahara RSUD Ngudi Waluyo bertugas dari menghitung pajak PPh Pasal 21 kemudian menyetorkan pajak kepada bank Jatim dan terakhir akan melaporkan pajak kepada KPP Pratama Blitar. Selain menghitung PPh Pasal 21 atas Gaji, bendahara juga bertanggung jawab PPh 21 atas honorarium PNS. 2. Prosedur Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil Prosedur pembayaran pajak penghasilan pasal 21 sebagai contoh pada gaji bulan Februari dr. Y telah dipotong PPh 21 dan bendahara telah menerbikan A2, dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Formulir A2 Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan 21 Bagi PNS. Sumber : RSUD Ngudi Waluyo Wlingi (2015) Kewajiban menurut Peraturan Menteri Keuangan PMK.262/PMK.03/2010 dan pelaksanaannya di Ngudi Waluyo atas gaji adalah: a. Bendahara wajib memotong PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji; Bendahara memotong PPh Pasal 21, sebagai contoh PNS di RSUD Ngudi Waluyo dengan nama dr. Y dengan A2 pada tahun 2014. b. Bendahara wajib menyetorkan PPh Pasal 21 paling lama tanggal 10 bulan berikutnya; BendaharaRSUD Ngudi Waluyo menyetor pajak PPh 21 kepada bank bank Jatim, tetapi dalam pajak PPh 21 PNS atas gaji merupakan pajak yang ditanggung oleh pemerintah maka hal tersebut akan dikurangi langsung dari gaji. Dalam hal ini bendahara tidak membayar pajak pada bank karena sudah dipotong secara otomatis dari gaji perbulannya. c. Bendahara wajib melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Blitar paling lama tanggal 20 bulan berikutnya. Bendahara RSUD Ngudi Waluyo tidak melaporkan pajak PPh 21 atas gaji kepada KPP Pratama Blitar dengan bentuk SPT Masa PNS sebagai kewajiban terakhir dari bendahara. SPT Masa tersebut diisi oleh PNS dengan mengacu pada A2 yang dibuat oleh bendahara untuk mempermudah pengisian SPT tersebut. 3. Prosedur Pembayaran Pajak Penghasilan 21 atas Tambahan Gaji/ Honorarium di RSUD Ngudi Waluyo Tambahan gaji/ honorarium pada PNS merupakan pajak yang bersifat final, tambahan gaji tersebut dapat berupa kegiatan yang dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo yang bersifat menambah kekayaan atau menambah pendapatan PNS tersebut. Salah satu honorarium PNS pada RSUD Ngudi Waluyo adalah tambahan gaji rutin setiap bulannya pada pejabat yang terdiri dari direktur dan wakil direktur yang selain mendapatkan gaji pokok dari pemerintah juga mendapat tambahan gaji dari RSUD. Kewajiban bendahara RSUD Ngudi Waluyo atas pembayaran honor tersebut adalah : a. Bendahara wajib untuk memotong PPh Pasal 21 Final atas pembayaran honor; Bendahara memotong PPh Pasal 21 Final atas pembayaran honorarium dengan benar. b. Bendahara wajib untuk membuat bukti potong PPh Pasal 21 Final atas pembayaran honor; Bendahara membuat bukti potong PPh Pasal 21 Final atas pembayaran honorarium, tetapi bendahara tidak membuat bukti potong dikarenakan sarana dan prasarana tidak mendukung sehingga bendahara membuat bukti potong sendiri yang dilakukan secara manual bukan seperti lampiran dari DJP, membuat lampiran bukti potong sebenarnya hal yang sangat penting karena nantinya bukti potong tersebut akan diberikan kepada WP (Wajib Pajak) dan Bendahara/ pemotong. 3

c. Bendahara wajib menyetorkan PPh Pasal 21 Final paling lama akhir bulan dilakukan pembayaran; Bendahara wajib menyetorkan PPh Pasal 21 Final paling lama akhir bulan dilakukan pembayaran. Bendahara sudah tepat dalam hal penyetoran pajak yang telah dilaksanakan pada saat akhir bulan Februari. d. Bendahara wajib melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor PelayananPajak Pratama Blitar. RSUD Ngudi Waluyo tidak melaksanakan kewajiban pelaporan SPT dikarenakan oleh kekurangan tenaga pada bendahara yang mengatatur tentang perpajakan PNS. 4. Hambatan dalam Pelaksanaan Pembayaran PPh Pasal 21 di RSUD Ngudi Waluyo Hambatan yang terjadi pada saan pelaksanaan pembayaran pajak penghasilan pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di RSUD Ngudi Waluyo adalah: a. Kurangnya tenaga atau staf yang bertugas menghitung pajak karena jumlah bendahara atau staff tidak sebanding dengan jumlah PNS di RSUD Ngudi Waluyo. b. RSUD Ngudi Waluyo tidak mempunyai software atau sistem yang digunakan untuk menghitung PPh 21 atas honorarium PNS secara modern. Bendahara melakukan perhitungan PPh 21 honorarium secara manual yang dihitung satu persatu setiap kegiatan yang ada pada RSUD, sedangkan dalam satu bulan terdapat banyak kegiatan-kegiatan yang menyangkut tentang tambahan gaji atau honorarium PNS. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. RSUD Ngudi Waluyo menggunakan sistem pemotongan dengan cara withholding taxyang proses pembayaran PPh Pasal 21 diserahkan kepada bendahara. Hal ini sudah tepat dan sesuai dengan peraturan menurut yang PNS sistem pemotongannya menggunakan withholding tax. 2. Pada tahap prosedur pembayaran PPh Pasal 21 atas gaji bendahara sudah melakukan perhitungan dengan benar, melakukan setor dengan tepat waktu namun tidak melakukan lapor SPT masa ke KPP Pratama Blitar, hal tersebut terjadi karena tenaga atau staf yang bertugas menghitung pajak dari RSUD Ngudi Waluyo yang kurang. 3. Pada tahap prosedur pembayaran PPh Pasal 21 Final atas honorarium bendahara sudah perhitungan PPh Pasal 21 dengar benar, melakukan setor tepat waktu tetapi tidak membuat bukti potong yang nantinya akan diserahkan kepada WP guna sebagai bukti atas pemotongan, hal ini terjadi karena tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung untuk membuat bukti potong. Selain tidak membuat bukti potong, bendahara tidak teratur untuk melapor SPT Masa yang akan dilaporkan kepada KPP Pratama Blitar. Saran 1. RSUD Ngudi Waluyo perlu menyediakan software guna untuk menunjang kegiatan dalam pembuatan bukti potong dan SPT Masa kepada KPP Pratama Blitar karena saat ini penghitungan pajak masih dilaksanakan secara manual; 2. RSUD Ngudi Waluyo perlu merekrut staf tambahan guna membantu bendahara dalam proses pembayaran PPh Pasal 21 karena akan menimbulkan ketidakpatuhan dalam prosedur pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21. 3. Bendahara RSUD Ngudi Waluyo perlu melaksanakan prosedur pembayaran PPh Pasal 21 dengan baik dan benar sesuai dengan PP No 80 Tahun 2010 dan PMK Nomor 262/PMK.03/2010 karena bendahara tidak membuat bukti potong dan tidak menyetor SPT Masa ke KPP Pratama Blitar dalam proses pembayaran PPh Pasal 21 atas gaji dan honorarium; DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: ANDI Moleong. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. PMK.262/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, anggota TNI, anggota Polri, dan pensiunannya atas Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 4

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 5