PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI UNIVERSITAS LAMPUNG OLEH BENDAHARA GAJI.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI UNIVERSITAS LAMPUNG OLEH BENDAHARA GAJI."

Transkripsi

1 PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI UNIVERSITAS LAMPUNG OLEH BENDAHARA GAJI (Jurnal) Oleh SITI MAIMUNAH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

2

3 ABSTRAK PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI UNIVERSITAS LAMPUNG OLEH BENDAHARA GAJI Oleh Siti Maimunah, Prof. Dr. Yuswanto, S.H,.M.H, Ati Yuniati S.H,.M.H Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, Menghadapi perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka Direktur Jendral Pajak (DJP) memanfaatkan teknoklogi guna mempermudah dan mengefisienkan pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi dan pembayaran pajak, DJP mengeluarkan E-System yang mencakup e-registration, e-filling, e-spt, dan e- billing. Permasalahannya, bagaimanakah pengaturan sistem pembayaran PPh pasal 21 bagi PNS di lingkungan Universitas Lampung dan pelaksanaan pembayarannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis dan empiris. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Narasumber terdiri bendahara gaji dan bendahara pengeluaran Universitas Lampung. Penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Pengaturan pembayaran pajak penghasilan melaui e-billing adalah Peraturan-26/Pajak/2014 tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik, Peraturan Menteri Keuangan-242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran Secara Elektronik, Peraturan Menteri Keuangan-32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik.Tata cara pelaksanaan pembayaran PPh Pasal 21 sistem e-billing belum berjalan dengan baik, karena sistem pembayaran masih menggunakan manual yaitu dengan Surat Setoran Pajak.(SSP). Saran yang diberikan penulis yaitu seharusnya pembayaran PPh Pasal 21 dilakukan dengan sistem e-billing seperti pembayaran PPh Pasal 23. Kata kunci : pembayaran, PPh pasal 21, E-Billing

4 ABSTRACT THE PAYMENT OF INCOME TAX ARTICLE 21 OF CIVIL SERVANTS OF LAMPUNG UNIVERSITY PAID BY THE TREASURE OF SALARY THROUGH E-BILLING By Siti Maimunah, Prof. Dr. Yuswanto, S.H,.M.H, Ati Yuniati S.H,.M.H Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, The rapid development of technology has made the General Director of Taxation (GDT) utilized the technology in order to simplify the work associated with the administration and payment of taxes, the GDT issued E-System which includes e- registration, e-filing, e-spt, and e -billing. The problems are formulated as follows: how is the work of the settings system and its implementation on the payment of income tax article 21 of civil servants of Lampung University? This study uses juridical and empirical approaches. The data sources consist of primary and secondary data. While the interviewees consist of the treasurer of salary and the expenditure treasurer of Lampung University. The data in this research was analyzed qualitatively. The result showed that the arrangement system of Income tax payment through e-billing is under the Regulation-26 / Taxes / 2014 concerning Electronic Tax Payment System, Ministry of Finance-242 / PMK.03 / 2014 on Procedures for Electronic Payments, Ministry of Finance-32 / PMK.05 / 2014 on State Revenue system in Elektronic. The implementation of payment procedure of income tax Article 21 of the e-billing system has not been running well, because the payment system was still done manually through the Tax Payment Slip. It is suggested that the income tax Article 21 should be paid through e-billing system as has been done in Article 23. Keywords: Payment, Income Tax Article 21, E-Billing

5 I. PENDAHULUAN Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat kesektor publik. Bagi sektor publik pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, sedangkan bagi sector privat, pajak dipandang sebagai beban. Perbedaan keadaan ekonomi, budaya dan sejarah suatu negara berdampak kepada pola perpajakan negara tersebut. Pajak orang pribadi umumnya sulit dipungut dalam masyarakat yang banyak penduduknya, dikarenakan penyebaran penduduk yang tidak merata dan tingkatan penghasilan berbeda. Untuk itu diperlukan sistem perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Di Indonesia mengenal tiga sistem yang digunakan dalam memungu pajak, yakni : 1 1. Self assessment system Yaitu suatu system perpajakan yang member kepercayaaan kepad Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. 2. Official assessment system Yaitu suatu system perpajakan dimana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada dipihak fiscus 3. Withholding tax system Yaitu suatu system perpajakn dimana pihak ketiga diberi kepercayaan oleh undangundang perpajakan untuk memotong pajak. Disini yang berperan adalah pihak ketiga bukan fiscus maupun Wajib Pajak. Kementrian dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak melaksanakan sistem perpajakan yaitu with holding system. Sistem perpajakan With Holding System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-ciri sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya 1 Marlia Eka Putri, Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah, (Bandar Lampung : CV.Anugrah Utama Raharja, 2015) hlm. 8

6 pajak terutang ada pada pihak ketiga sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan Pasal 21 terdiri atas gaji, upah, honorarium, tunjangan, pensiun, kegiatan, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dipungut melalui sistem pemotongan (with holding system) pada saat penghasilan itu dibayarkan. Potongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan terhadap orang pribadi wajib pajak dalam negeri. Pemotongan pajak dilakukan oleh pemberi penghasilan dan dalam melaksanakan penghitungan haruslah mengikuti Undang- Undang Perpajakan dan segala Peraturan Pemerintah yang berlaku guna menjadi pedoman dalam melaksanakan perhitungan pajak. Sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, pemungutan pajak di Indonesia harus didasarkan pada Undang-Undang Perpajakan yang disusun oleh pemerintah dan disetujui oleh rakyat, dimana petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi melalui Keputusan Dirjen Pajak Nomor. Per-15/PJ/2006 dengan mengubah ketentuan Pasal 21 ayat (8) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang telah mengalami empat kali perubahan dan yang terakhir adalah Undang-Undang No. 36 Tahun Apabila dikaitkan dengan sistem self assessment yang memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan kewajiban perpajakannya (kewajiban pajak Wajib Pajak sendiri, bukan pajaknya Wajib Pajak lain/ pihak lain), maka konsep sistem withholding tax ini berbeda dengan sistem self assessment. Dalam sistem withholding tax, Wajib Pajak diberi kewajiban untuk memotong, menyetorkan, dan mengadministrasikan pajaknya pihak lain sedangkan dalam sistem self assessment, Wajib Pajak berkewajiban untuk menghitung, menyetorkan, dan mengadministrasikan kewajiban pajaknya sendiri Salah satu pajak yang diberlakukan di Indonesia adalah pajak penghasilan (PPh) baik perseorangan atau badan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomi yang iterima wajib pajak pada suatu kurun waktu tertentu. Pajak penghasilan merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi bagi setiap individu yang telah memiliki tambahan kemampuan ekonomis dan terkait secara penuh berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku,

7 khususnya di Indonesia. Siapapun yang memperoleh penghasilan dari dalam negeri Indonesia pada dasarnya tidak akan lepas dari peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia tidak terkecuali Pegawai Negeri Sipil (PNS). Masyarakat banyak yang tidak mengerti pentingnya pajak serta akibat dari menghindari diri dari pembayaran pajak. Hal ini dikarenakan perbedaan cara menghitung antara komersial dengan fiskal yang dapat menimbulkan perbedaan atas jumlah pajak yang harus dibayar. Perbedaan ini dapat menjadi lebih bayar maupun kurang bayar yang dapat merugikan baik Wajib Pajak maupun pemerintah. Menghadapi perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka Direktur Jendral Pajak (DJP) tidak mau ketinggalan dalam memanfaatkan teknoklogi guna mempermudah dan mengefisienkan pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi dan pembayaran pajak. Maka dari itulah DJP mengeluarkan program baru yang memanfaatkan teknologi dengan lebih baik, yakni E-System. Dalam E- System ini, terdapat e-registration, e-filling, e-spt, dan e-billing. Dengan pembaharuan sistem yang ada pada kantor pajak, harapannya akan meningkatkan penerimaan pajak yang akan membantu roda perekonomian Indonesia. Pengaturan pembayaran pajak secara e-billing tertung dalam : 1. Peraturan Menteri Keuangan-242/ PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak. 2. Peraturan Menteri Keuangan -32/ PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik. 3. Peraturan-26/Pajak /2014 tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik. 2 Sebagai informasi peralihan pembayaran pajak ke sistem online dari sebelumnya manual sudah dimulai sejak 1 Januari Untuk mengakomodasi peralihan cara pembayaran pajak dari sistem manual ke e-billing, Bank BUMN (Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN) serta Kantor Pos masih terus melayani pembayaran pajak secara manual hanya sampai tanggal 30 Juni Pembayaran dengan menggunakan kode Billing dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a) Melalui loket bank atau kator pos b) Melalui anjungan tunai mandiri 2 e-billing Pajak ( Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik ) e-pajak Forum Pajak, diakses (sabtu, 14 mei 2016, 20:56) 3 Gubernur: Pajak Adalah Tiang Negara Fajar Sumatera, diakses (sabtu, 14 mei 2016, 20:53)

8 (ATM) Mandiri c) Melalui internet banking Mandiri. 4 Sistem pembayaran pajak di saat ini belum berjalan dengan lancar karena banyak wajib pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak dengan alasan bayar pajak itu sulit prosesnya, harus mengantri, belum lagi akan memakan waktu yang lama. Direktorat jendral pajak saat ini memberlakuan sistem e-billing yang dihadirkan untuk untuk memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan wajib pajak dalam membayar pajak dan dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun namun Sistem pembayaran ini belum berjalan dengan lancar di lingkungan Universitas Lampung. Permasalahan dalam tulisan ini adalah Bagaimanakah pengaturan sistem pembayaran PPh Pasal 21 bagi PNS di lingkungan Universitas Lampung, Bagaimanakah pelaksanaan sistem pembayaran PPh Pasal 21 bagi PNS di lingkungan Universitas Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui sistem pembayaran pajak penghasilan melalui e-billing bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Universitas Lampung. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem pembayaran 4 diakses, (jum at, 22 PPh Pasal 21 bagi PNS di lingkungan Universitas Lampung. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yang dilakukan dengan studi kepustakaan dan lapangan melalui wawancara terhadap sejumlah narasumber. II. PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Universitas Lampung Universitas Lampung (Unila) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri indonesia yang berdiri secara resmi sejak tanggal 23 september Saat ini Unila terdiri dari 8 fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Per tanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Fakultas MIPA, Dan Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung beralamat di Jln. Prof. Soemantri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Kecamatan Rajabasa. Lokasi ini dapat dikatakan strategis karena berbatasan dengan kecamatan Rajabasa yang terdapat terminal Rajabasa sebagai penghubung jalur transprortasi. Adapun batas wilayah universitas lampung secara administrasi adalah sebagai berikut: 1. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Rajabasa 2. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Kedaton 3. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Rajabasa Raya juli 2016 : 12.20)

9 4. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tanjung Karang Barat 5. B. Pengaturan Sistem Pembayaran PPh 21 Bagi PNS di Lingkungan Unila Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan, pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan/jasa/kegiatan wajib melakukan pemotongan pasal 21. Berdasarkan PP Nomor 80 Tahun 2010 bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, dan Anggota POLRI, Pensiunan setiap bulan yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh pemerintah atas beban APBN atau APBD. C. Peraturan Menteri Keuangan - 242/ PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak. Didalam Peraturan Menteri Keuangan- 242/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak menjelaskan Jangka Waktu Pembayaran Dan Penyetoran Pajak hingga petunjuk serta contoh Pengisian Surat Keputusan Penolakan Pengangsuran/Penundaan Pembayaran Pajak. Bab II Pasal 2 Ayat 6 menjelaskan jangka waktu pembayaran untuk PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Dalam Pasal 5 dijelaskan Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan tetapi tidak melebihi batas waktu Penyampaian Surat Pemberiahuan Pajak Penghasilan. Pelaksanaan pajak secara e-billing menurut Bendahara Pengeluaran Bapak Edwin Herwani, S.KOM dibayarkan melalui aplikasi SSE.go.id pembayaran melalui sistem ini tidak memiliki syarat khusus. Pembayaran menggunakan e-billing ini harus mempunyai akun e-billing terlebihih dahalu yang telah didaftarkan. Pembayaran PPh Pasal 21 ini menggunakan sistem with holding system. Pelaksanaannya mekanisme with holding system, melibatkan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai pemotong dan pemungut pajak. Penyetoran PPh dilakukan di Bank Bank Negara Indonesia (BNI). Pembayaran PPh Pasal 21 golongan IV pemotongan sebesar 15% dan golongan III sebesar 5% dari besaran gaji yang diterimanya sedangkan golongan I dan II tidak kena PPh.

10 D. Peraturan Menteri Keuangan - 32/ PMK.05/2014 Tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik, Penerimaan negara yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi seluruh penerimaan negara yang disetorkan yang diterima melalui Bank/ Pos Persepsi dengan menggunakan Kode Billing. Wajib Pajak/ Wajib Bayar/ Wajib Setor menyetorkan penerimaaan negara ke Bank/ Pos Persepsi menggunakan Kode Billing yang diterbitkan oleh sistem Penerimaan Negara. Kode Billing ini dapat diperoleh dengan cara : 1. Wajib Pajak/ Wajib Bayar/ Wajib Setor melakukan perekaman data ke sistem Penerimaan Negara ; atau 2. Diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai, atau Direktorat Jenderal Anggaran. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Rektorat Unila Bapak Edwin Herwani, S.KOM, pembayaran pajak secara elektronik harus mendaftarkan dan mendapatkan kode biliing yang digunakan untuk melakukan pembayaran pajak secara elektronik. Pembayar pajak yang akan setor pajak harus membuat kode billing. Secara aturan, menurut Peraturan-24/PJ/2014. Kode billing yang didapat yaitu dan berdasarkan ketentuan ternyata kode billing ini memiliki masa berlaku/kadaluarsa dalam jangka waktu 48jam sejak diterbitkan, jadi kode billing ini aktif sampai 18/10/2016 pukul 09:04:26 dan setelah itu secara otomatis kode billing tersebut terhapus dari sistem dan tidak dapat digunakan lagi, namun setelah terhapus kode biling ini dapat dibuat kembali. E. Peraturan-26/ Pajak / 2014 Tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik. Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik diatur dalam Per-26/ Pj / 2014, saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jendral Pajak dan menerapkan Billing Sistem. Transaksi pembayaran dan penyetoran pajak yang di lakukan oleh wajib pajak dengan sistem pembayaran secara elektronik dilakukan melalui bank/pos dengan menggunakan Kode Billing, yang dapat memudahkan Wajib Pajak untuk membayarkan pajaknya dengan lebih mudah, lebih cepat, dan lebih akurat. Cara untuk mendapatkan layanan ini dijelaskan oleh Bendahara Pengeluaran Rektorat Unila Bapak Edwin Herwani,S.KOM yaitu melakukan registrasi melalui situs E- Billing,

11 Berdasarkan wawancara dibagian Bendahara Pengeluaran Rektorat Unila Bapak Edwin Herwani,S.KOM Pembayaran PPh Pasal 21 bagi PNS yang dikelola oleh bendahara gaji tidak mendapatkan bukti setor pajak tidak seperti PPh pasal 23 yang memiliki bukti setor pajak karena PPh Pasal 21 telah dipotong secara otomatis oleh KPPN menggunakan sistem simpan. Bukti penerimaan pembayaran pajak oleh Unila yang dilakukan seacara manual atau menggunakan SSP mencantumkan elemen-elemen berikut ini : a. NPWP b. Nama Wajib Pajak c. Kode Akun Pajak d. Kode Jenis Setoran e. Tanggal Bayar f. Jumblah Nominal Pembayaran E. Pelaksanaan Sistem Pembayaran PPh 21 Secara E-Billing Di Universitas Lampung Berdasarkan wawancara dibagian Bendahara Pengeluaran Rektorat Unila Bapak Edwin Herwani,S.KOM bayar pajak online atau proses pembayaran pajak secara elekronik disitus Direktorat Jendral Pajak (DJP) degan menggunakan e-billing mulai diberlakukan di Universitas Lampung (UNILA) sejak tanggal juli 2016, dan aplikasinya dapat diakses secara online dengan mengisi formulir surat setoran elektronik di SSE.go.id. Sitem e- billing pajak ini memerlukan kode billing untuk proses pembayaran hal ini berdasarkan hasil wawancara oleh bagian Bendahara Pengeluaran Unila Cara bayar pajak ini hanya dibutuhkan dua langkah saja, yang pertama membuat kode billing dan selanjutnya melakukan transaksi pembayaran pajak. Menggunakan aplikasi e-billing ini sangat mudah dan praktis apabila proses input data selesai maka pembayaran pajak bisa dilakukan melalui Teller Bank, Kantor Pos, ATM, Internet Banking Atau Bisa Melalui Mobile Banking. Alur Proses Billing Sistem : 1. Pendaftaran Akun 2. Pembuatan kode billing 3. Pembayaran III. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas maka yang dapat di simpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengaturan Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik telah dijelaskan didalam Per- 26/Pj/2014 yakni melakukan registrasi melalui situs E- Billing, PPh Pasal 21 telah dipotong secara otomatis oleh KPPN menggunakan sistem simpan, dan diperjelas oleh PMK-242/ PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak, PPh 21 yanng dipotong oleh pemotong PPh harus disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir, serta PMK- 32/PMK.05 Tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik dimana pembayaran pajak secara e-billing harus memiliki kode billing dan Kode Billing ini juga memiliki masa kadaluarsa yang nantinya

12 akan terhapus secara otomatis oleh sistem. 2. Pelaksanaan pembayaran pajak secara elekronik disitus Direktorat Jendral Pajak (DJP) degan menggunakan e-billing mulai diberlakukan di Universitas Lampung (Unila) sejak tanggal juli 2016, dan aplikasinya dapat diakses secara online dengan mengisi formulir surat setoran elektronik di SSE.go.id. Pembayaran PPh Pasal 21 bagi PNS yang dikelola oleh bendahara gaji tidak mendapatkan bukti setor pajak tidak seperti PPh pasal 23 yang memiliki bukti setor pajak karena PPh Pasal 21 telah dipotong secara otomatis oleh Kantor Pusat Perbendahraan Negara (KPPN) menggunakan sistem simpan DAFTAR PUSTAKA Marlia Eka Putri, Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah, (Bandar Lampung : CV.Anugrah Utama Raharja, 2015) hlm. 8 e-billing Pajak ( Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik ) e-pajak Forum Pajak, diakses (sabtu, 14 mei 2016, 20:56) Gubernur: Pajak Adalah Tiang Negara Fajar Sumatera, diakses (sabtu, 14 mei 2016, 20:53) diakses, (jum at, 22 juli 2016 : 12.20) Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan beberapa hal yakni : 1. Seharusnya pembayaran PPh Pasal 21 dilakukan seperti pembayaran PPh Pasal 23 sehingga bendaharawan memiliki bukti setor pajak dan pihak KPPN tidak menerima lagi setor PPh 21 secara manual agar kebijakan penggunakan sistem e-billing berjalan dengan lancar. 2. Seharusnya peraturan yang menjelaskan masalah pembayaran atau penyetoran pajak memalui e-billing diatur lebih jelas dan mendasar.

13

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor publik, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi pada Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi)

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi pada Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi) ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi pada Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi) Rizqi Arum Mawarni Srikandi Kumadji Idris Effendy (PS Perpajakan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT. RAFINDO IRON STEEL

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT. RAFINDO IRON STEEL ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT. RAFINDO IRON STEEL Iman Akbar Arrifandi, Heri Sukendar W Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27,(021) 53696969,Arrifandi94@gmail.com

Lebih terperinci

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Oleh Nama : Steven Wu NPM : 48213647 Kelas : 3DA01 Pembimbing : Dr. Untara, SE. MM. Latar Belakang Cara meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB II ` KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa uji coba penerapan sistem pembayaran pajak secara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA 1 Menjelaskan Pengertian Pajak Menjelaskan Istilah Perpajakan Menjelaskan Peran dan Kewajiban Bendahara dalam Pemungutan/Pemotongan Pajak Menjelaskan Pendaftaran NPWP Bendahara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-19/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-47/PJ/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat peringkat 4 dari seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

Lebih terperinci

1/15/2013. Pembayaran pajak melalui Teller Bank/Pos, ATM, atau internet banking dengan menggunakan Kode Billing pada Bank/Pos Persepsi.

1/15/2013. Pembayaran pajak melalui Teller Bank/Pos, ATM, atau internet banking dengan menggunakan Kode Billing pada Bank/Pos Persepsi. LOGO KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Pembayaran pajak melalui Teller Bank/Pos, ATM, atau internet banking dengan menggunakan Kode pada Bank/Pos Persepsi. SSP.........

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia, dalam menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak merupakan penerimaan terbesar negara. Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 sebagai perubahan keempat atas Undang- Undang Nomor 6 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan Negara saat ini sangat penting serta mempunyai kedudukan yang strategis karena untuk peningkatan pembangunan Nasional. Hal ini karena tidak

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA Pengertian Pajak Iuran dari rakyat kepada negara Tanpa kontraprestasi Unsur Pajak Berdasarkan Undang-Undang Membiayai Penyelenggaraan pemerintah Gambar 1.1. Pengertian Pajak

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik

Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik Billing System DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Pengertian Billing System Metode pembayaran elektronik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan bertugas memberikan layanan kesehatan kepada pasien dalam rangka membantu menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Definisi pajak menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Definisi pajak menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Pajak Definisi pajak menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan adalah kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara, wilayah atau daerah dinilai maju dan berkembang dapat dilihat dari pembangunannya. Maka dari itu pemerintah Indonesia harus berusaha mencapai target

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa. Pajak ditempatkan pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang digunakan untuk pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan sebagai alat bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian atau

Lebih terperinci

Cara Baru Bayar Pajak Lebih Mudah, Lebih Cepat

Cara Baru Bayar Pajak Lebih Mudah, Lebih Cepat Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Cara Baru Bayar Pajak Lebih Mudah, Lebih Cepat Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi: Account Representative Panduan Penggunaan Billing System (Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang diberikan pemerintah terhadap warganya atas pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang diberikan pemerintah terhadap warganya atas pembayaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak pada mulanya adalah suatu pungutan yang sifatnya pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara dan menjaga kepentingan Negara seperti membayar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL OLEH BENDAHARA GAJI DI UNIVERSITAS LAMPUNG (SKRIPSI) Oleh

PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL OLEH BENDAHARA GAJI DI UNIVERSITAS LAMPUNG (SKRIPSI) Oleh PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MELALUI E-BILING BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL OLEH BENDAHARA GAJI DI UNIVERSITAS LAMPUNG (SKRIPSI) Oleh SITI MAIMUNAH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontribusi dari sektor pajak tetap menjadi primadona terhadap anggaran penerimaan negara. Target pendapatan negara masih didominasi penerimaan dari sektor pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu kewajiban dan pengabdian peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI PROVINSI SULAWESI UTARA

EVALUASI SISTEM ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI PROVINSI SULAWESI UTARA EVALUASI SISTEM ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI PROVINSI SULAWESI UTARA Andreas Winsy Waraney Kindangen, Jenny Morasa, dan Victorina Z. Tirayoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam beberapa tahun terakhir mencerminkan betapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang terus melakukan pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai dengan sila kelima

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini akan menimbulkan terjadinya perubahan kehidupan manusia yang sangat pesat. Terutama pada bidang teknologi dan informasi.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 12 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang pelaksanaan kerja praktek Selama melaksanakan praktek kerja lapangan penulis di tempatkan di bagian pemasaran dan bagian umum. Di bagian ini pula penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki kontribusi untuk menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia. Ini ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi pemerintahan yang modern seperti Indonesia bahkan beberapa Negara lain di dunia mengandalkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak

BAB I PENDAHULUAN. telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU No. 6 Tahun 1983 Pasal 1 ayat 1 sebagaimana yang telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah Self BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan yang signifikan bagi negara. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, yaitu sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, yaitu sektor internal maupun eksternal. Sebagai contoh dari sektor internal yaitu pajak dan pinajaman luar negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

c. Biaya perjalanan dinas berupa biaya perjalanan, akomodasi dan perdiem tidak

c. Biaya perjalanan dinas berupa biaya perjalanan, akomodasi dan perdiem tidak KETENTUAN PERPAJAKAN A. PPh Pasal 21 a. Digunakan untuk membayar Master Trainer, Assesor, Nara Sumber 1) Pasal 9,tariff PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian mengenai pajak, diantaranya : Menurut Djajadiningrat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia di singkat RI adalah negara di Asia Tenggara, yang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia di singkat RI adalah negara di Asia Tenggara, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Republik Indonesia di singkat RI adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah populasi penduduk yang sangat besar, dimana

Lebih terperinci

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21 MEDIA BISNIS ISSN: 2085-3106 Vol. 6, No. 2, Edisi September 2014, Hlm. 114-118 http: //www.tsm.ac.id/mb PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21 HARYO SUPARMUN STIE Tirsakti haryosuparmun@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Untuk mensukseskan Pembangunan Nasional, peranan penerimaan dalam negeri serta mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Roda pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang

Lebih terperinci

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016 ANALISIS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PEGAWAI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL DAERAH (BPPT & PMD) KOTA BITUNG ANALYSIS CALCULATION AND REPORTING OF INCOME

Lebih terperinci

Implementasi E-billing Pada Perusahaan CV. TJ

Implementasi E-billing Pada Perusahaan CV. TJ Implementasi E-billing Pada Perusahaan CV. TJ Jajang Suryana Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, jajangsuryana11@gmail.com Abstrak Tujuan_Untuk mengetahui penerapan, prosedur dan manfaat Ebilling pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan adalah usaha yang dilakukan terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual. Seperti

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA

Lebih terperinci

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara. Republik Indonesia atahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara. Republik Indonesia atahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia atahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999), yang

Lebih terperinci

Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara

Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara DIKLAT SISTEM PENERIMAAN BENDAHARA NEGARA PENGELUARAN APBN Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara 1. Wajib Bayar 2. Wajib Pajak 3. Petugas Pungut 4. Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran 5. Kuasa Pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih baik. Pembangunan yang

Lebih terperinci

Bab 1 Pengenalan Aplikasi Pajak Online. Aplikasi Pajak Online - Bagian 1

Bab 1 Pengenalan Aplikasi Pajak Online. Aplikasi Pajak Online - Bagian 1 Bab 1 Pengenalan Aplikasi Pajak Online 1 Aplikasi Pajak Online - Bagian 1 Macam Macam Aplikasi Pajak Online Sesuai dengan self assessment system yang berlaku dalam perpajakan di Indonesia, Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu Negara membutuhkan dana yang cukup untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behaviour (TPB) Manusia pada umumnya berperilaku dengan cara yang masuk akal, mereka mempertimbangkan perilakunya berdasarkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak terlepas dengan kebijakan di bidang perpajakan baik pajak pusat maupun pajak daerah. Setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perpajakan merupakan salah satu kegiatan pemerintah berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang mempunyai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan

Lebih terperinci

Tinjauan Atas Pengunaan e-spt Dalam Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Badan di Konsultan Pajak TRITAX. Siti Umie Sartika

Tinjauan Atas Pengunaan e-spt Dalam Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Badan di Konsultan Pajak TRITAX. Siti Umie Sartika Tinjauan Atas Pengunaan e-spt Dalam Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Badan di Konsultan Pajak TRITAX Siti Umie Sartika 21308047 Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengunaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA

BAB III GAMBARAN DATA BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan beberapa tahun sebelumnya sangat berbeda. Perbedaannya

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan beberapa tahun sebelumnya sangat berbeda. Perbedaannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem administrasi perpajakan di Indonesia sekarang (2015) dibandingkan beberapa tahun sebelumnya sangat berbeda. Perbedaannya dapat terlihat pada tahun sebelum-sebelumnya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Anastasia Diana dan Lilis Setiawati. 2011. Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta. Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 57/PJ/2009 tentang Pedoman

Lebih terperinci

SISTEM PENERIMAAN NEGARA

SISTEM PENERIMAAN NEGARA SISTEM PENERIMAAN NEGARA 3 Menjelaskan Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara Menjelaskan Dokumen Terkait Penerimaan Negara Menjelaskan Metode Penyetoran Penerimaan Negara Menjelaskan Mekanisme Penyetoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pemindahan daya beli dari sektor privat ke sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pemindahan daya beli dari sektor privat ke sektor publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pemindahan daya beli dari sektor privat ke sektor publik untuk dipakai dalam membiayai kegiatan Pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam dunia kerja, keberadaan pengolahan data menjadi informasi secara terkomputerisasi menjadi sangat penting.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efektif, serta berkesinambungan. Kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN

BAB I PENDAHULUAN. dan efektif, serta berkesinambungan. Kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi tahun 2017 yang masih dihadapkan oleh potensi risiko global, pemerintah meresponnya melalui penetapan kebijakan fiskal yang kredibel, efisien dan efektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sistem pemungutan pajak yaitu Official Assessment System dan Self assessment

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sistem pemungutan pajak yaitu Official Assessment System dan Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah Negara dimana pun juga, pajak merupakan penerimaan negara yang cukup besar. Pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar ketika

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN. 4.1 Kasus yang terjadi di CV. Indo Karya Konsultan terkait e-billing

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN. 4.1 Kasus yang terjadi di CV. Indo Karya Konsultan terkait e-billing BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN 4.1 Kasus yang terjadi di CV. Indo Karya Konsultan terkait e-billing Penggunaan e-billing pajak per 1 Januari 2016 diharapkan dapat tmembantu wajib pajak agar taat melaporkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang lebih baik dan maju, untuk itu pemerintah melakukan beberapa perubahan dan pembangunan dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama (Tahun) 1. Avianto et al., 2016) 2. Sisilia Abdurrohm an et.al., (2015) Judul/Jurnal Analisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pembangunan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi yang semakin pesat khususnya dalam bidang. teknologi informasi, membuat kebutuhan masyarakat atas akses informasi

PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi yang semakin pesat khususnya dalam bidang. teknologi informasi, membuat kebutuhan masyarakat atas akses informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya teknologi yang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi informasi, membuat kebutuhan masyarakat atas akses informasi terhadap perpajakan

Lebih terperinci