BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. amat Olahan Data Gayaberat Terlampir, lih. Lampiran III) dengan ketinggian

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

Gambar 3.1. Daerah Penelitian (Sumber : Google Earth)

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

BAB II METODE PENELITIAN

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB III METODE PENELITIAN

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metode Gravity Di Desa Sumbermanjingwetan dan Desa Druju Malang Selatan

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

Unnes Physics Journal

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. : Pertamina Upstream Technology Center. : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat. Tanggal : 3 November 24 Desember 2014

PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. 23 Juli 2012 Lutfia P.I.A

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan 2½ Dimensi di Kawasan Gunungapi Kelud Berdasarkan Survei Gravitasi

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

ABSTRACT. Name : Lilik Eko Kurniawan Program : Physics Title : Subsurface Structure Identification by Gravity Method in Pincara Area, South Sulawesi

Unnes Physics Journal

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dari suatu data berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ pengolahan, analisis, dan interpretasi data bersifat memaparkan analisis masalah (pemaparan prosedur), tidak melakukan akuisisi data secara langsung, didukung oleh beberapa literatur/ kajian pustaka ilmiah (jurnal ilmiah, artikel, dan literasi ilmiah). Dalam penulisan penelitian skripsi ini, sistematika metodologi yang penulis lakukan adalah pengolahan data gayaberat dari data lapangan (raw time series) hingga mendapatkan tujuan penelitian. Data penelitian masih dalam bentuk data yang masih dipengaruhi oleh banyak faktor di luar faktor parameter target yang disurvei, sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap data yang didapatkan. Untuk mendapatkan anomali yang berasosiasi dengan kondisi geologi atau untuk meningkatkan resolusi sebelum diinterpretasi maka dilakukan pemisahan anomali regional dan residual. Metode yang digunakan dalam pemisahan anomali tersebut adalah metode kontinuasi ke atas (upward continuation) dan analisis spektral sebagai data geofisika pengontrol interpretasi. Olahan data gayaberat terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap kajian teoritik lapangan/ studi literatur metode gayaberat (proses pengambilan data), 59

60 tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi terhadap data yang telah diproses. Pada pelaksanaannya penulis mengolah data gayaberat lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran geologi bawah permukaan difokuskan pada daerah lintasan penelitian (cross section), yakni pada koordinat 6.636 LS dan 107.000 107.2438 BT. 3.2. Analisis Densitas Batuan Rata-Rata Dan Anomali Bouguer Lengkap Hasil densitas yang digunakan untuk analisis kualitatif, adalah harga densitas rata-rata. Untuk menentukan harga densitas rata-rata dapat digunakan cara metode Parasnis (Analisis Olahan Data Terlampir). Pada metode ini, densitas batuan dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan profil topografi yang konsisten naik. 2. Menghitung selisih antara medan gayaberat observasi dengan gayaberat normal lalu dijumlahkan dengan KUB untuk y-nya. 3. Menghitung selisih antara KB sebelum dikalikan densitas dengan koreksi terrain sebelum dikalikan densitas untuk x-nya. 4. Rapat massa batuan diperoleh dari kemiringan garis lurus regresinya. Melalui hubungan regresi linear dengan variabel terkait, diperoleh densitas rata-rata batuan untuk daerah sepanjang lintasan pengukuran (dua lintasan akuisisi data Cekungan Bogor, Jawa Barat) yakni sebesar 2.507647059 gr/cm 3 dan sebagai bidang acuan digunakan bidang permukaan laut rata-rata. Harga gayaberat normal (G N ) dihitung dengan acuan ellipsoid Sistim Geodetik Global 1984.

61 Untuk mendapatkan Anomali Bouguer Lengkap (ABL), maka pengolahan data menggunakan rumus (formula) berikut: AB = G o - G N + KG + KM Keterangan: AB = Anomali Bouguer G o = Nilai gayaberat pengamatan G N = Gayaberat normal yang mengacu pada ellipsoid WGS 1984 KG = Koreksi gabungan, dan KM = Koreksi medan 3.3. Pengumpulan Data Sumber data gayaberat (primer) didapat dari pengukuran gayaberat bersistem dilakukan oleh tim Geoteknologi LIPI (Dadan Dani, dkk - 2008), yang dilakukan dengan metode putaran tertutup (closed loop) secara sel. Pengumpulan data yang dilaksanakan pada akhir 29 Mei 8 Juni 2008. Pengambilan data lapangan dilakukan di Jawa Barat berada lintasan pengukuran Bogor Bekasi dan Cianjur stasiun Kereta Api Tanah Abang. Dalam penelitian awal lapangan, telah dilakukan pengukuran sepanjang dua lintasan pengukuran, yakni: 1. Lintasan Cariu, pengukuran dimulai dari Cianjur, Cariu, Jonggol, dan berakhir di STA Kerata Api Tanah Abang. Jumlah titik pada lintasan ini sebanyak 88 titik amat dengan jarak antar titik amat efektip 750 meter.

62 2. Lintasan Cileungsi, pengukuran dimulai dari Bekasi, Cileungsi, Sentul, dan berakhir di sungai Cikeas Bogor. Jumlah titik pada lintasan ini sebanyak 62 titik amat dengan jarak antar titik amat efektip 750 meter. Data-data yang diambil pada saat pengukuran (data gayaberat lapangan) dan sangat diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tanggal dan hari pembacaan (Data ini berguna untuk koreksi pasang surut). 2. Waktu pembacaan (Data ini berguna untuk koreksi apungan dan penentuan pasang surut). 3. Pembacaan alat (Data pengukuran gravitasi). 4. Koordinat stasiun pengukuran dengan menggunakan GPS (Lintang, Bujur, Elevasi). 5. Data inner zone untuk koreksi Terrain (dianggap 0, karena dianggap medan datar, terkait hubungannya dengan manfaat dari analisis kontinuasi ke atas).

63 Peralatan yang digunakan dalam pengukuran di lapangan adalah menggunakan alat Gravimeter LaCoste & Romberg Model G-804 yang mempunyai kemampuan pembacaan 0-7000 mgal, dengan ketelitian 0,01 mgal dan kesalahan apungan (drift) 1 mgal per bulan atau 0,03 mgal per hari. Sistem pengukuran dilakukan secara tertutup dimulai dan diakhiri di titik stasiun yang sama yaitu base station (BS). Harga gravitasi tiap titik amat mengacu pada harga gayaberat di titik Base Station lapangan (BS) Leindel di Hotel Leindel Cianjur, BS Cariu di Hotel Cariu, dan BS Wisata di Hotel Wisata-Jonggol. Base Station tersebut telah diikat dengan titik amat acuan (BS LIPI) yang terletak di halaman depan Gedung 70 Puslit Geoteknologi, dimana BS ini telah diikat dengan DG-0 (titik pangkal awal orde 1) yang terletak di Museum Geologi Bandung. (Adkins et al, 1978). Harga G. Observasi DG-0 adalah 977976.38 mgal, dan untuk harga G. Observasi BS LIPI yaitu 977965.47 (Sudrajat, Y. et al, 2003). Nilai Base Station dapat dilihat pada tabel berikut. Base Station yang digunakan pada Survei Gayaberat Cianjur Lat. Lon. Altitute G. Observasi No. ST (Lintang) (Bujur) (Tinggi) (mgal) BS LIPI -6.882381 107.611142 791 977965.47 BS Leindel -6.81535 107.135433 468.6 978060.32 BS Cariu -6.524583 107.1305 86.8 978127.80 BS Wisata -6.414283 107.021383 63.7 978122.86 Berdasarkan data gayaberat, diperoleh informasi pengukuran metode gayaberat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik ikat dan

64 pengukuran titik-titik gayaberat. Sebelum survei dilakukan perlu menentukan terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung dari keadaan lapangan. Masing-masing base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi dan nama tempat. Base ini dipergunakan sebagai titik tutupan harian dan juga sebagai nilai acuan bagi stasiun gayaberat lainnya. Untuk lebih jelas, dapat diamati melalui koordinat GPS data, terkait penentuan titik ikat. 3.4. Tahapan Penelitian Dalam Pengolahan & Analisis Data Pelaksanaan kerja dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan/ prosesing data gayaberat (perhitungan g observasi) melalui reduksi data gayaberat (raw data) terhadap nilai koreksi lapangan untuk mendapatkan nilai Anomali Bouguer Lengkap. 2. Pemroyeksian data ABL ke bidang datar yaitu peta anomali gaya berat yang mencerminkan pola penyebaran densitas batuan dimana densitas batuan yang digunakan ditentukan berdasarkan rata rata densitas di daerah survei dan dapat dianggap sebagai superposisi dari 2 komponen anomali yaitu anomali lokal dan regional. 3. Pengangkatan data ABL pada level ketinggian yang berbeda (upward continuation) guna penajaman anomali regional secara kualitatif dan melakukan analisis spektral pada data lintasan penelitian (cross section) sebagai data pengontrol interpretasi akhir (kuantitatif).

65 4. Perhitungan nilai anomali residual (Selisih nilai ABL Anomali Regional) hasil kontinuasi pada level ketinggian tertentu pada daerah penelitian. Secara kualitatif, anomali regional lebih mencerminkan keadaan struktur batuan dasar. Sedangkan, peta anomali residual (sisa) hasil kontinuasi mencerminkan struktur-struktur lebih dangkal (lokal), misalnya strukturstruktur sesar dan kaldera. 5. Cross Section sesuai koordinat lintasan penelitian dari peta Anomali Bouguer Lengkap. 6. Analisis Hasil Pegolahan Data. Profil lintasan penelitian (cross section) yang dianalisis adalah struktur bawah permukaan, yang difokuskan pada struktur sesar berupa pemodelan penampang melintang/ cross section pada daerah bidang sesar Cianjur: 6.636 LS dan 107.000 107.2438 BT. a. Melakukan Analisis Hasil Pengolahan Data didukung Data Sekunder. Profil kualitatif anomali lintasan penelitian (cross section), berdasarkan kenampakan trend. Analisis kontinuasi keatas dan power spektrum data anomali. b. Menginterpretasi Hasil Penelitian. Menginterpretasi kedalaman bidang batas anomali lokal dan regional. Melakukan pemodelan struktur bawah permukaan 2D berdasarkan pemodelan 2D Talwani. Dalam penafsiran pola

66 anomali ini diperlukan data penunjang berupa data geologi di permukaan (peta geologi, tataan stratigrafi, struktur geologi), data rapat massa batuan rerata (metode Parasnis) dan informasi analisis geofisika lainnya (kontinuasi dan spektral) sebagai data pengontrol guna menekan sifat ambiguitas yang cukup tinggi, sehingga diharapkan diperoleh penafsiran yang objektif. Pemodelan 2D bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran variasi kerapatan batuan yang menyusun anomali dibawah permukaan dari penampang anomali lintasan penelitian (cross section) yang dapat digunakan untuk memperlihatkan bentuk struktur geologi disertai kedalamannya. Data sekunder adalah data-data yang digunakan untuk menunjang penelitian gayaberat. Data sekunder yang digunakan yaitu : - Peta Rupa Bumi: Topografi 1:50.000 Lembar Djangkar dan Geologi 1:100.000 Lembar Cianjur. - Informasi geologi (stratigrafi dan satuan batuan) daerah penelitian. Pada pelaksanaannya, prosedur dasar pengolahan data yang dilakukan penulis adalah mengolah dari konversi bacaan hingga menjadi model peta kontur Anomali Bouguer Lengkap. Perhitungan koreksi-koreksi dilakukan menggunakan Microsoft Office Excel.

67 Beberapa koreksi dan konversi yang dilakukan dalam pemrosesan data metoda gayaberat, dapat dinyatakan sebagai berikut: 3.4.1. Konversi Harga Bacaan Gravimeter Pemrosesan data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravimeter untuk mendapatkan nilai anomali Bouguer. Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap titik amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravimeter menjadi nilai gayaberat dalam satuan milligal. Untuk melakukan konversi memerlukan tabel konversi dari gravimeter tersebut. Setiap gravimeter dilengkapi dengan tabel konversi. Cara melakukan konversi adalah sebagai berikut: 1. Misal, hasil pembacaan gravimeter pada adalah 1434.2. Nilai ini diambil nilai pembulatannya hingga ordo ratusan yaitu 1400. Dalam tabel konversi (Tabel 3.1) nilai 1400 sama dengan 1425.09 mgal. 2. Sisa dari hasil pembacaan yang belum dihitung sebesar 34.2 3. Kedua perhitungan diatas dijumlahkan dengan selisih bacaan yang telah dikalikan faktor interval alat, hasilnya adalah 1425.09 + (34.2 x 1.01778) = 1459.89808 mgal. Tabel 3.1. Kutipan Contoh Tabel Konversi Gravimeter tipe G.804.

68 3.4.2. Menghitung Nilai g-obs 3.4.2.1. Koreksi Pasang Surut (Tide Correction) Harga pembacaan gravimeter terlebih dahulu dikoreksi dengan koreksi pasang-surut (tide), dengan menggunakan persamaan Longman yang telah dibuat dalam bentuk program komputer. Hasil perhitungan program koreksi tide ini telah diuji dengan pengukuran gravimeter stationer dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan data teoritis. Koreksi tide dilakukan pada lintang dan bujur tiap-tiap titik amat gayaberat di lapangan. Pada proses akuisisi data, tidak dilakukan pengukuran terhadap variasi harian akibat pasang surut di base, sehingga untuk menghitung besarnya pasang surut dilakukan menggunakan software Tide. Dalam software tersebut data yang dimasukkan secara berurutan berupa data bujur, lintang, tinggi (h), jam, menit, tanggal, bulan, dan tahun. Hasil dari input tersebut berupa data pasang surut. Tahap selanjutnya lalu dilakukan pembacaan percepatan gravitasi dalam miligal terkoreksi pasut dengan rumus: GST = konversi + Tide 3.4.2.2. Koreksi Apungan (Drift Correction) Koreksi ini dilakukan yang diakibatkan faktor alat dimana pegas selama alat dipakai mengalami kelelahan, biasanya perubahan ini dianggap linear, kesalahan penutup biasanya didistribusikan ke seluruh titik amat. Selama pengukuran di lapangan, diperoleh rata-rata kesalahan penutupan tidak lebih dari 0.05 mgal. Pada akuisisi pengukuran dimulai di base dan

69 diakhiri di base, sehingga besarnya koreksi apungan dapat dihitung dengan asumsi bahwa besarnya penyimpangan berbanding lurus terhadap waktu. dengan, GST 0 = bacaan gravitasi terkoreksi pasut di BS awal GST akhir = bacaan gravitasi terkoreksi pasut di BS akhir t n = waktu pembacaan pada stasiun ke n t 0 = waktu pembacaan pada BS 0 t akhir = waktu pembacaan pada BS akhir 3.4.2.3. Medan Gayaberat Terkoreksi Medan gayaberat terkoreksi yaitu nilai gayaberat hasil pengukuran di lapangan setelah melalui konversi ke miligal dan telah terkoreksi dari pengaruh pasang surut dan apungan. Persamaan yang digunakan adalah: g terkoreksi (GSTD) = GST drift 3.4.2.4. Different in Reading (gdiff) Different in Reading yaitu menghitung perbedaan harga gayaberat di setiap stasiun pengamatan dengan harga gayaberat di base station. g diff = GSTD GSTD BS. 3.4.2.5. Medan Gayaberat Observasi Pengukuran gayaberat menggunakan gravimeter adalah relatif terhadap BS, sehingga dalam pengukuran diperoleh beda nilai antara stasiun pengamatan dengan BS.

70 g obs = g absolut BS + g diff 3.4.3. Menghitung Nilai Anomali Bouguer 3.4.3.1. Medan Gayaberat Teoritis (Lintang/Normal) Koreksi ini dilakukan untuk memperhitungkan posisi lintang titik amat dan dihitung berdasarkan formula yang direkomendasikan World Geodetic System (WGS, 1984). Koreksi lintang merupakan koreksi pembacaan gravitasi akibat letak atau perbedaan derajat lintang bumi. Koreksi lintang menggunakan persamaan WGS 84: 3.4.3.2. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction) Karena Indonesia berada pada lintang antara -45-45 maka besarnya koreksi udara bebas adalah 0.3086 dikalikan elevasi titik pengukuran (h = tinggi dari muka laut dalam meter). KUB = 0.3086 x h 3.4.3.3. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction) Dalam perhitungan koreksi Bouguer, besarnya 2πG adalah 0.04191 dan densitas yang digunakan adalah densitas hasil perhitungan menggunakan metode Parasnis ρ = 2.507647059 gr/cm 3. Sehingga dalam perhitungan: KB = 0.04191ρh = 0.10509548824269 x h

71 3.4.3.4. Koreksi Topografi (Terrain Correction) Dalam perhitungan koreksi topografi harus diketahui terlebih dahulu besarnya perbedaan ketinggian antara titik pengukuran dan kompartemen rata-rata. Untuk menghitung besarnya koreksi topografi pada inner zone, dilakukan pengukuran langsung dengan radius 170 m dari titik pengukuran. Namun, dalam analisis kali ini, berdasarkan anggapan bahwa ketinggian dianggap datar (berdasarkan informasi lapangan dan instruksi dari dosen pembimbing luar biasa), maka dianggap 0 untuk nilai koreksi topografi di setiap titik data. Gambar 3.1. Hammer Chart yang Digunakan 3.4.3.5. Anomali Bouguer Setelah data bacaan gayaberat dikoreksi maka didapat nilai anomali Bougeur lengkap, dimana, ABL = g obs g lintang + KUB KB + KT (Telford, et al, 1990) Kemudian nilai anomali tersebut dipetakan dan diambil penampang yang dapat mewakili daerah yang diteliti.

72 3.4.4. Pemisahan Anomali Regional dan Residual Hasil Kontinuasi & Analisis Spektral Prosedur lanjutan, yakni pendugaan struktur bawah permukaan didapatkan melalui proses interpretasi data. Untuk kebutuhan informasi sekunder (penunjang & pengontrol) interpretasi, data yang berupa nilai Anomali Bouguer Lengkap yang berada pada topografi diproyeksikan ke bidang datar terlebih dahulu dengan bantuan software Surfer. Surfer akan mengrid set poin data gayaberat, dengan cara membawa titik data dari satu set posisi yang tidak teratur menjadi grid (sebaran titik) teratur melalui teknik interpolasi statistik komputasi. Pada dasarnya, anomali gayaberat yang terukur di permukaan adalah penjumlahan dari semua kemungkinan sumber anomali yang ada di bawah permukaan dimana salah satunya adalah target dari survei (sinyal). Sehingga untuk kepentingan interpretasi, informasi target (sinyal) harus dipisahkan dari noise. Jika target adalah anomali regional dan residual maka informasi lainnya merupakan noise. Untuk memisahkan informasi noise, residual, dan regional, pada penelitian ini digunakan metode analitik spektral. Disisi lain, hasil dari teknik kontinuasi ke atas memberikan selisih antara data ABL data anomali regional (trend regional hasil pengangkatan) akan menghasilkan data anomali residual hasil pengangkatan. Data anomali regional dilakukan pada beberapa level ketinggian tertentu terhadap anomali lengkapnya untuk dianalisis visual secara kualitatif. Pemisahan anomali regional dengan residual hasil kontinuasi merupakan penghalusan kontur peta Anomali Bouguer Lengkap. Pemisahan anomali regional

73 hasil kontinuasi dengan teknik kontinuasi ke atas dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Dari data yang telah diperoleh, nilai gayaberat disusun sesuai dengan koordinatnya pada peta anomali Bouguer. Sehingga secara tidak langsung, data-data yang berupa angka tersebut menunjukkan bentukan peta Anomali Bouguer Lengkap (ABL) nya. 2. Dengan menggunakan program Surfer 10 dibuat grid dari data anomali Bouguer (numerik hasil koreksi standard) hingga data peta tersebut merupakan nilai gayaberat untuk distribusi tiap titik data grid pada peta tersebut secara merata, data yang akan diperoleh merupakan data numerik peta anomali Bouguer hasil interpolasi gridding. 3. Ekstraksi data numerik gridding peta Anomali Bouguer Lengkap untuk kebutuhan input data kontinuasi ke atas (upward continuation) pada program Signproc, dengan memasukkan nilai pengangkatan pada beberapa level ketinggian (dalam meter). 4. Menentukan level ketinggian yang akan digunakan untuk pengangkatan data pada level tertentu (representasi trend data anomali regional) dengan syarat batas baik pengangkatan (Setyawan, Agus. 2005): 2.5Δx < (h - z i ) < 6Δx Dengan: x adalah jarak rata-rata antar stasiun pengamatan (efektif 750 meter), h adalah bidang kedalaman ekivalen titik massa dan z i adalah ketinggian titik pengamatan. (h-z i ) adalah tingkat level ketinggian pada proses pengangkatan pada permukaan bumi. Kemudian data numerik hasil

74 kontinuasi diekstrak sebagai kebutuhan data input untuk dilakukan gridding peta Kontur Anomali Regional Hasil Kontinuasi pada program Surfer. 5. Memperoleh gridding peta Kontur Anomali Residual (trend anomali dangkal) hasil kontinuasi, dengan cara operasi selisih gridding ABL terhadap gridding pengangkatan (trend anomali regional) di beberapa level ketinggian. 6. Hasil pengurangan anomali Bouguer diplot dengan program Surfer versi 10 dan akan menghasilkan peta residual hasil kontinuasi. 3.4.5. Pemodelan Kedepan 2D Talwani Setelah dilakukannya teknik kontinuasi ke atas dengan perlakuan pada data ABL diangkat level ketinggian yang berbeda-beda (frekuensi yang berbedabeda) dan analisis spektral, kemudian dilakukan sub-surface modelling pada lintasan penelitian yang telah dilakukan secara cross section (irisan) untuk dianalisis strukur sesar bawah permukaannya dan variasi densitas batuan penyusun penampang dengan menggunakan software GMSys dengan pendekatan Pemodelan Talwani 2D. Untuk mendapatkan model tersebut dilakukan pengolahan data secara pemodelan kedepan (forward modeling) sebagai input atau model awal pada tahapan interpretasi kualitatif dari nilai anomali Bouguer dari penampang yang dipilih, dimana penampang tersebut dapat mewakili daerah lintasan penelitian (cross section) dalam kajian pola sesar.

75 Dalam melakukan pemodelan, perlu diketahui informasi geologi, seperti ketebalan formasi, lithologi dan densitas batuan dalam formasi. Ketebalan formasi dan lithologi didapat dari Sudjatmiko (2003) yang telah dibahas pada Bab II, sedangkan besarnya densitas diperkirakan dengan membandingkan lithologi yang ada pada formasi dengan tabel densitas dari Telford (1976) lih. Lampiran I, serta pertimbangan kedalaman formasi dan hasil informasi kontinuasi dan spekral. Pemodelan dilakukan agar dalam interpretasi bawah permukaan lebih mudah. Pada skripsi ini untuk memudahkan pemodelan maka digunakan program GMSys 2D yang berdasarkan pada metode Talwani 2D secara interactive forward modelling yaitu cara pemodelan dengan melakukan pendugaan bentuk geometris bawah permukaan yang dikorelasikan dengan struktur geologi daerah penelitian. Pada pemodelan ini dilakukan dengan mencoba-coba parameter model benda anomali dengan bentuk sembarang 2D sehingga diperoleh nilai gravitasi perhitungan yang mendekati perhitungan hasil observasi. Untuk program gayaberat GMSys 2D diperlukan input data berupa: jarak antar titik pengamatan, elevasi, dan nilai anomali Bouguer. Tampilan hasil dari program ini berupa profil anomali (variasi densitas batuan penyusun) dan model geometris benda (deformasi batuan). 3.5. Diagram Alur Penelitian Berdasarkan metode penelitian tersebut, alur penelitian yang penulis lakukan disintesakan sebagai berikut.

Pengolahan Data 76 Kajian Pustaka Data Lapangan Gayaberat (Data Lapangan: Tim Geoteknologi LIPI Tahun 2008) Koreksi Data Kalkulasi Manual (Software M. Excel) - Koreksi Pasang Surut/ Tide Correction - Koreksi Apungan/ Drift Correction - Koreksi Lintang/ Normal Correction/ Teoritic - Koreksi Ketinggian/ Elevation Correction: Koreksi Udara Bebas & Koreksi Bouguer - Koreksi Topografi/ Medan/ Terrain Correction Analisis Rapat Massa Rerata Batuan (Metode Parasnis) - Regresi Linear - Gradien Garis sebagai Rapat Massa (ρ) Data Elevasi dan Anomali Bouguer Lengkap Peta Kontur Distribusi Data Digital Peta Kontur Elevasi Peta Kontur Anomali Bouguer Lengkap Aplikasi Kontinuasi Keatas, Analisis Spektral & Informasi (Peta) Geologi Model Penampang Melintang 2D Interpretasi Kualitatif & Kuantitatif Analisis Parameter Geologi Geofisika Lintasan Penelitian: Kedalaman Bidang Batas Anomali Variasi Densitas Batuan Identifikasi Kemiringan Struktur Sesar Gambar 3.2. Diagram Alur Penelitian