KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN Ir. ERNA MUTIARA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

GAMBARAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI JAMBI. IR. SINAR INDRA KESUMA Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas sumatera Utara I.

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

KONDISI SOSIAL EKONOMI

PENDUDUK LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

Indeks Kebahagiaan Papua Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN ,11 GAMBAR III. PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1990 Ir. ERNA MUTIARA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tiap warga negara berhak memeperoleh derajat kesehatan yang optimal, agar dapat bekerja serta hidup layak sesuai dengan martabat manusia, tidak terkecuali warga negara yang telah berusia lanjut. Masalah penduduk lanjut usia masih sedikit sekali mendapat perhatian dari pemerintah di negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena proporsi penduduk lanjut usia umumnya sangat kecil dan ada hal-hal yang lebih penting untuk diperhatikan yang berkaitan dengan penduduk usia muda. Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan, terutama karena kemajuan ilmu kedokteran, mampu meningkatkan huruf harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat. Lanjut usia akan segera menjadi masalah pembangunan di Indonesia. Masalah itu menyangkut berbagai aspek mulai dari sosial ekonomi, sosial kemasyarakatan, sampai pada kesehatan. Indonesia pertama kali dalam perjalanan sejarahnya mengalami suatu realitas baru yaitu masalh lanjut usia. Ini berarti indonesia belum memiliki pengalaman penaganan masalah tersebut. Oleh karena itu diperlukan visi baru terhadap realitas itu atau paradigma baru menghadapi masalah itu. Diperlukan prakondisi atau penyiapan masyarakat untuk menerima realitas baru tersebut. Salah satu kondisi yang perlu segera disiapkan adalah pengupayaan intervensi dan mencegah terjadinya situasi seperti yang sering dicitrakan ke lanjut usia. Selain itu secara bertahap sudah perlu dimulai memikirkan kemudahan apa yang perlu dipersiapkan, dilayankan atau perhatian khusus apa yang harus diadakan terhadap lanjut usia. Hal ini hanya dapat dapat dilakukan kalau semua komponen dalam masyarakat ikut serta, baik yang bergerak secara langsung menangani lanjut usia maupun yang tidak langsung. Dinegara-negara maju terdapat perlakuan khusus terhadap senior citizen, misalnya potongan harga biaya transport, hiburan, rumah sakit dan pelayanan umum lainnya. Masyarakat negara maju telah melembaga memberikan perhatian yang istimewa terhap penduduk lanjut usia. Menciptakan kondisi seperti ini memerlukan langkahlangakah sistematik dan terencana dalam kurun waktu tertentu. Peningkatan jumlah lanjut usia tersebut menimbulkan konsekuensi-konsekuensi, antara lain : 2003 Digitized by USU digital library 1

a. Bertambah besarnya sumber-sumber pemerintah dan masyarakat yang harus dikeluarkan untuk mengakomodasikan permasalahan yang diakibatkannya (untuk perawatan, penanggulangan permasalahan, penyediaan fasilitas, perluasan lapangan kerja dan pelatihan). b. Perlu lebih ditingkatkan penyuluhan sosial kepada masyarakat tentang karakteristik kehidupan lanjut usia. c. Penyediaan dan perluasan lapangan kerja serta kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang layak bagi lanjut usia. d. Penyediaan dan perluasan pelayanan sosial dan pelayanan lainnya yang secara kuantitatif dan kualitatif memadai. BATASAN-BATASAN LANJUT USIA Defenisi penduduk lanjut usia berbeda dari satu negara dengan negara lain. Dan defenisi ini juga masih bisa berubah dan dipengaruhi oleh bentuk kegiatan ekonomi dan perbedaan jenis kelamin disuatu masyarakat tertentu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), usia lanjut meliputi : a. Usia Pertengahan (Middle Age) = antara 45 59 tahun. b. Usia lanjut (Elderly) = antara 60 70 tahun. c. Usia lanjut tua (Old) = antara 75 90 tahun. d. Usia sangat tua (Very Old) = di atas 90 tahun. Sumiati Ahmad Mohamad, membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut : 0-1 tahun = masa bayi 1-6 tahun = masa pra sekolah 6-10 tahun = masa sekolah 10-20 tahun = masa pubertas 20-40 tahun = masa dewasa 40-65 tahun = masa setengah umur (Prasenium) 60 tahun ke atas = masa lanjut usia (Senium) Jos Masdani mengatakan usia lanjut merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian : 1. Fase iuventus = 25 40 tahun. 2. Fase verilitas = 40 50 tahun. 3. Fase prasenium = 55 65 tahun. 4. Fase senium = 65 tahun hingga tutup usia. Koesoemato Setyonegoro mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut : - Usia dewasa muda (Elderly Adulhood) = 18/20 25 tahun. - Usia dewasa penuh (Middle Years) = 25 60/65 tahun. - Usia lanjut (Geriatric Age) = > 65/70 tahun ; terbagi : - untuk umur 70 75 tahun (Young Old) - untuk umur 75 80 tahun (Old) - untuk umur > 80 tahun (Very Old) Kalau dilihat pembagian umur dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang disebut usia lanjut adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Departemen Kesehatan RI membuat pengelompokan usia lanjut sebagai berikut : 2003 Digitized by USU digital library 2

Kelompok Pertengahan Umur, ialah kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45 54 tahun). Kelompok Usia Lanjut Dini, ialah kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki Usia Lanjut (55 64 tahun). Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi, ialah kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun, atau kelompok Usia Lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Dalam tulisan ini diganakan batasan umur 55 tahun ke atas sesuai dengan batasan umur pensiun bagi pegawai negeri dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1965 yang menyatakan : Seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI SUMATERA UTARA Sejalan dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah, jumlah lanjut usia juga bertambah. Menurut hasil Sensus Penduduk 1990, di Sumatera Utara dari jumlah 10,2 juta sebanyak 759.824 atau 7,41 % diantaranya adalah penduduk lanjut usia. Karakteristik penduduk lanjut usia dalam tulisan ini hanya dibatasi pada karakteristik yang meliputi jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak yang dimiliki dan pendidikan. JENIS KELAMIN PENDUDUK LANJUT USIA Proporsi penduduk lanjut usia perempuan lebih besar dari laki-laki pada golongan umur 55 59 tahun (30,42 % dan 29,14 %). Tapi proporsal penduduk lanjut usia baik laki-laki maupun perempuan per golongan umur tidak menunjukkan perbedaan yang menyolok antara kota dan desa. Pada golongan umur 65 tahun ke atas, proporsi penduduk lanjut usia lebih besar dijumpai di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan penduduk lanjut usia pada golongan umur 65 tahun ke atas lebih suka untuk menghabiskan masa tuanya didaerah pedesaan. Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1 berikut : 2003 Digitized by USU digital library 3

Status Perkawinan Laki-laki 55 59 60 64 65 69 70 74 75+ Perempuan 55 59 60 64 65 69 70 74 75+ Sumber : BPS, 1992 Tabel 1 Penduduk Lanjut Usia di Sumatera Utara Menurut Jenis Kelamin Kota Desa Total 31,31 28,78 16,56 11,73 11,62 N = 128.558 31,45 26,42 16,55 12,07 13,50 N = 128.558 28,14 28,42 17,06 13,38 13,00 N = 264.381 29,92 26,74 16,94 12,31 14,09 N = 264.381 29,14 28,53 16,91 12,86 12,56 N = 366.885 30,42 26,63 16,82 12,24 13,90 N = 392.939 STATUS PERKAWINAN PENDUDUK LANJUT USIA Seperti di banyak negara maju, status cerai mati biasanya lebih banyak dialami penduduk lanjut usia perempuan daripada laki-laki. Tabel 2 menunjukkan presentase laki-laki lanjut usia yang berstatus kawin (83,44 %) lebih besar dari perempuan lanjut usia (48,37 %). Presentase perempuan lanjut usia yang berstatus cerai mati lebih besar 4 kali daripada laki-laki lanjut usia yang berstatus sama (47 62 % dibandingkan dengan 11,36 %). Hal ini disebabkan karena laki-laki cenderung untuk mengharapkan bantuan dari istri sementara perempuan biasanya lebih bisa mengabaikan kerjasama dengan suaminya. Beberapa penjelasan dapat dapat dikemukakan sebagai berikut : pertama, perempuan hidup lebih lama daripada lakilaki; kedua, laki-laki biasanya menikahi perempuan yang lebih muda dari umurnya yang lebih tua umurnya. Dari sudut pandang sosio-biologi, dapat dijelaskan bahwa laki-laki mencapai kematangan seksual lebih lambat daripada perempuan. Lagipula, laki-laki lebih menyukai istri yang lebih muda. Pernikahan juga ditentukan oleh usia reproduksi perempuan. Sehingga, laki-laki tidak mau menikahi wanita pasca usia reproduksi. Alasan utama mengapa proposi perempuan berstatus cerai mati lebih besar adalah bahwa laki-laki cenderung untuk menikah kembali setelah bercerai atau istrinya meninggal. Hal ini disebabkan karena baynak laki-laki tidak dapat mengurus rumah tangga yang biasanya ditangani oleh istri mereka. Kematian dari pasangannya membuktikan kesulitan bagi seorang suami, karena mereka kurang berpengalaman dalam urusan rumah tangga. Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara menurut status perkawinan dapat dilihat pada tabel 2 berikut : 2003 Digitized by USU digital library 4

Status Perkawinan Laki-laki Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati Perempuan Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati Sumber : BPS, 1992 Tabel 2 Penduduk Lanjut Usia di Sumatera Utara Menurut Status Perkawinan Kota Desa Total 4,33 83,20 1,46 11,02 N = 115.467 2,19 45,28 2,91 49,63 N = 128.558 3,42 83,55 1,51 11,52 N = 251.418 1,41 49,87 2,07 46,65 N = 264.381 3,71 83,44 1,50 11,36 N = 366.885 1,67 48,37 2,35 27,62 N = 392.939 Yang menarik untuk dilihat adalah bahwa presentase perempuan lanjut usia yang berstatus cerai mati lebih banyak dijumpai di daerah kota daripada di daerah pedesaan (49,63 % dibandingkan dengan 46,65 %). Ini menunjukkan bahwa perempuan lanjut usia yang berstatus cerai mati pindah ke daerah kota untuk lebih dekat dengan sanak famili setelah kematian suami. Pada saat kematian sang suami banyak perempuan lanjut usia menghadapi perubahan besar dalam kehidupannya. Mereka hidup dalam kemiskinan karena tidak ada lagi dana pensiun khusus bagi mereka. Perempuan yang berstatus cerai mati biasanya lebih pada kondisi yang tidak menyenangkan. Hal ini disebabkan karena laki-laki mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk melanjutkan studi, sehingga lebih memungkinkan untuk mempunyai satus pekerjaan yang tinggi yang menyediakan pensiun. Alasan lain adalah kemungkinan perempuan lanjut usia untuk menikah lagi biasanya kecil. Sebaliknya, laki-laki usia lebih mungkin untuk menikah lagi, dan hidup dengan pasangannya. Menarik juga untuk dikaji presentase perempuan lanjut usia yang berstatus cerai hidup (2,35 %) lebih tinggi dari laki-laki lanjut usia yang berstatus sama (1,50 %). Perempuan lanjut usia ini mungkin tidak mempunyai anak, dan mereka bisa saja dicerai oleh suaminya. Memang status perempuan yang tidak subur sangat menyedihkan. Nilai anak masih dianggap sangat penting. Kadang-kadang perempuan lanjut usia mendapat kecaman yang sangat buruk jika mereka tidak memiliki anak. Hal ini sering menyebabkan perceraian. Karena alasan ini pula, tidak mengherankan bila perempuan lanjut usia lebih suka untuk bergantung kepada anak-anak mereka untuk keamanan di masa tua dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia. JUMLAH ANAK YANG DIMILIKI PENDUDUK LANJUT USIA Dengan menegetahui jumalah anak yang dimiliki penduduk lanjut usia diharapkan dapat diketahui peran anak sebagai pengayom bagi orang tua mereka. Orang tua yang memiliki anak baik yang tinggal di rumah maupun di temapt lain mungkin saja membantu orang tua mereka. Bentuk bantuan bisa berupa membantu mengurus 2003 Digitized by USU digital library 5

rumah tangga sehari-hari bagi anak yang tinggal bersama orang tua. Sementara bagi anak yang tinggal di tempat lain mungkin membantu orang tuanya dalambentuk uang yang dikirim secara teratur. Anak bungsu biasanya tetap tinggal bersama orang tua dan keluarganya, karena ia punya kewajiban untuk mengurus orang tuanya. Di Indonesia struktur keluarga dengan lebih dari dua generasi tinggal satu atap lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan negara-negara barat. Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara menurut jumlah anak masih hidup yang dimiliki dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3 Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara Menururt jumalah Anak Masih Hidup Yang Dimiliki Jumlah Anak Masih Kota Hidup Yang Dimiliki 0 1 2 3+ Sumber : BPS, 1992 5,62 17,34 77,04 N = 125.742 PENDIDIKAN PENDUDUK LANJUT USIA Desa 5,62 15,76 78,63 N = 260.649 Banyak penduduk lanjut usia memiliki tingkat pendidikan yang rendah (tidak sekolah dan SD). Rendahnya tingkat pendidikan ini menyebabkan kesulitan-kesulitan dan sikap konservatif yang dapat menyebabkan kesulitan lebih lanjut dalam memahami untuk merawat mereka dan bagi perencana pelayanan sosial. Tabel 4 menunjukkan presentase penduduk lanjut usia di daerah kota/ belum pernah sekolah lebih rendah dari yang tinggal di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena lebih banyak fasilitas pendidikan di daerah kota dibandingkan dengan daerah pedesaan. Disamping itu, menyekolahkan anak-anak di tahun 1920 an merupakan suatu hal yang mewah. Hanya para orang kaya, priyayi, bangsawan, yang memiliki posisi yang tinggi di pemerintahan, yang dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas pendidikan tersebut. Begitupun, penduduk lanjut usia di daerah pedesaan dapat juga melanjutkan pendidikan sampai tingkat SD. Kemungkinan hambatan yang lain untuk sekolah lebih tinggi adalah berkaitan dengan kemampuan untuk mahir berbahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah hingga tahun 1945. Perempuan lanjut usia lebih mengalami diskriminasi untuk sekolah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini tercermin dari tingginya presentase perempuan usia lanjut usia yang tidak/ belum pernah sekolah (49,38 %) dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia (19,47 %). Pola ini dapat juga dilihat pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dimana presentase laki-laki lanjut usia yang berpendidikan SD ke atas lebih tinggi dibandingkan perempuan lanjut usia. Ada perbedaan yang besar antara laki-laki lanjut usia dan perempuan lanjut usia yang berpendidikan SD (66,86 % dibandingkan dengan 46,60 %). Ini menunjukkan banyaknya perempuan lanjut usia yang drop out dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia. Hal ini disebabkan karena selama tahun 1920 an, anak perempuan diharapkan untuk membantu orang tua mereka di bidang produksi hasil pertanian, 2003 Digitized by USU digital library 6

peternakan dan tugas-tugas rumah tangga sehari-hari. Juga banyak dari mereka yang keluar dari dari sekolah bahkan sebelum mereka menyelesaikan pendidikan dasar tiga tahun, untuk dinikahkan. Oleh sebab itu, pernikahan dini lebih merupakan penghambat mereka untuk mencapai pendidikan tertinggi. Tabel 4 Penduduk Lanjut Usia di Sumatera Utara Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Kota Desa Total Laki-laki - Tidak/ Belum Pernah Sekolah - SD - SMTP - SMTA - Diploma+Akad+Univ 10,55 63,10 12,98 10,90 2,46 N = 115.467 23,56 68,58 4,39 3,10 0,37 N = 251.418 19,47 66,86 7,10 5,56 1,02 N = 366.885 Perempuan - Tidak/ Belum Pernah Sekolah - SD - SMTP - SMTA - Diploma+Akad+Univ 35,96 54,69 5,84 3,13 0,38 N = 128.558 55,91 42,67 0,95 0,46 0,02 N = 264.381 Catatan : SD = Tida/ Belum Tamat SD SMTP = SMTP Umum dan SMTP Kejuruan SMTA = SMTA Umum dan SMTA Kejuruan DIPLOMA = Diploma I/ II AKADEMI = Akademi/ Diploma III Sumber : BPS, 1992 49,38 46,60 2,55 1,33 0,14 N = 392.939 PENUTUP Ada beberapa sumber penting yang dimiliki penduduk lanjut usia untuk mengurus hidup mereka antara lain keluarga dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Sumber keluarga meliputi status perkawinan mereka dan jumlah anak yang dimiliki. Dengan dicapainya pendidikan tertinggi, mereka mempunyai posisi yang baik dalam pekerjaanya, sehingga dapat diharapkan dana pensiun untuk menunjang kehidupan di hari tuanya. Laki-laki lanjut usia lebih cenderung untuk memiliki beberapa keuntungan, seperti lebih cepat untuk memperoleh pasangan, atau cenderung untuk menjadi kepala rumah tangga. Sebaliknya perempuan usia lanjut, cenderung untuk berada pada kondisi yang tidak menyenangkan, seperti mereka bergantung kepada anak atau sanak famili mereka, dan mereka kebanyakan berstatus cerai mati. 2003 Digitized by USU digital library 7

DAFTAR PUSTAKA Astawan Made and Mita Wahyuni, Gizi dan Kesehatan Manula, Medyatama Sarana Prakasa, Jakarta 1988 Biro Pusat Statistik, Sensus Penduduk Sumatera Utara 1990, BPS, Jakarta 1992 Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Pedoman Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut Di Puskesmas, Jakarta 1992 Nugroho Wahyudi, Perawatan Lanjut Usia, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1992 Shinta Arundati, Population Ageing in Yogyakarta 1980, School of Social Sciences, The Flinders University of South Australia, 1990 Universitas Sumatera Utara, Keadaan Sosial Ekonomi Dan Demografi Manusia Usia Lanjut, Studi Kasus : Beberapa Suku Bangsa di daerah Perkotaan dan Pedesaan Propinsi Sumatera Utara, Lembaga Penelitian USU, Medan 1993 2003 Digitized by USU digital library 8