TINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN TERHADAP KENAIKAN HARGA BERAS

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAMPAK PANEN RAYA KOMODITAS PADI TERHADAP NILAI TUKAR PETANI (Kasus : Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PETANI DALAM PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG ABSTRAK

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI PETERNAK SAPI DENGAN KINERJA PENYULUHAN (KASUS: DESA ARA CONDONG, KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT)

KETAHANAN PANGAN PADA KELUARGA MISKIN DI DESA BANDAR KLIPPA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

PENDAHULUAN Pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional telah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL

Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara HP ,

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN BAKSO BAKAR (Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan) SKRIPSI

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

Kata kunci: Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ABSTRACT

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN POLA KONSUMSI MASYARAKAT DESA PESISIR DI KABUPATEN DELI SERDANG DAN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

EFFECT OF PUAP (RURAL AGRIBUSINESS DEVELOPMENT) PROGRAM ON THE PERFORMANCE AND THE AGRIBUSINESS INCOME OF THE MEMBERS OF FARMERS CLUSTERS (A

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh:

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI

ANALISIS KONSUMSI PANGAN BERAS DAN PANGAN NON BERAS

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PALA DI KECAMATAN TAPAK TUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TESIS. Oleh

Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat

ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan adalah segala yang kita makan atau masukkan kedalam tubuh yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi


BAB III METODE PENELITIAN

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Analisis Peran Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Diversifikasi Pangan Pada Tingkat Rumah Tangga di Desa Kotabaru Kecamatan Martapura OKU Timur

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

ANALISIS TIME SERIES PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN UBI KAYU DAN UBI JALAR DI SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

Transkripsi:

TINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN Nora Elfrida Silalahi *), Dr.Ir.Salmiah,M.S **), Ir.M.Jufri,M.Si **) Alumni Program Studi Agribisnis *), dan Staf Pengajar **) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jln. Prof A.Sofyan No. 3 Medan 082168062364 / noe_rha120490@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi dan pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan. Dimana penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Metode pengambilan sampel ditentukan dengan metode Sampling Kuota yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki. Caranya menetapkan besar jumlahsampel yang diperlukan. Dimana peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 45 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah. Sistem pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling (secara acak). Hasil penelitian diperoleh bahwa Kebutuhan beras di masyarakat berpendapatan rendah lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat berpendapatan sedang dan tinggi; pola konsumsi beras responden pada masyarakat pendapatan tinggi lebih kecil baik itu pada waktu sarapan, makan siang maupun makan malam jika dibandingkan dengan pola makanan pada masyarakat pendapatan sedang dan rendah; dan faktor sosial ekonomi yang berhubungan pada masyarakat yang berpendapatan tinggi adalah tingkat pendidikan; pada masyarakat yang berpendapatan sedang adalah harga beras; dan pada masyarakat yang berpendapatan rendah adalah harga beras. Kata Kunci : Kebutuhan Beras, Tingkat dan Pola Konsumsi, Faktor Sosial Ekonomi ABSTRACT The objective of the study was to find out rice consumption level and rice consumption pattern. The research area was determined purposively. The samples were taken by using quota sampling technique by obtaining from the population which had certain characteristics until the number of certain quota had been achieved by specifying the needed samples. The samples consisted of 45 household wives without working outside their homes, taken by using simple random sampling technique. The result of the research showed that the need for rice of the people who had low income was more than that of the people who had moderate and high income. The rice consumption pattern of the people who had high income was less, either in breakfast, in lunch, or in dinner, than that of those who had moderate and low income. The factor of social economy which was related to the people who had high income was the level of education, to the 1

people who had moderate income was rice, and to the people who had low income was also rice. Keywords: Need for Rice, Level and Pattern of Consumption, Social Economic Factor PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan pokok penduduk di Provinsi Sumatera Utara adalah nasi. Nasi berasal dari beras. Konsumen beras di Sumatera Utara dapat dibedakan sebagai konsumen yang tinggal di perdesaan dan di perkotaan. Adapun penduduk Sumatera Utara lebih banyak yang tinggal di perdesaan. Kebutuhan akan beras oleh penduduk desa juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat pendapatan juga tidak terlalu banyak atau kurang beragamnya makanan pengganti nasi yang dijual di daerah perdesaan dibandingkan dengan di daerah perkotaan yang sangat banyak jenis jenis dan macam makanan yang diperjualbelikan (Lastry, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (2007), pola konsumsi penduduk suatu negara dapat dijadikan cerminan kondisi sosial ekonomi negara tersebut. Data pola konsumsi dapat dijadikan acuan dalam memprediksi indikator-indikator kesejahteraan penduduk seperti status kesehatan penduduk, status gizi dan status kemiskinan penduduk. Disamping itu, tingkat konsumsi beras Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena Sumatera Utara telah melakukan diversifikasi pangan (penganekaragaman pangan) yaitu mengkonsumsi bahan pangan selain beras. Kota Medan merupakan kota terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 mencapai 2.949.830 jiwa yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sejalan dengan meningkatnya pertambahan penduduk Kota Medan maka terjadi pula peningkatan konsumsi beras penduduk. Sehingga peneliti ingin meneliti mengenai tingkat konsumsi dan pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan (Badan Pusat Statistik, 2012). 2

Identifikasi Masalah Setelah dilihat dari uraian pada latar belakang maka dapat ditarik beberapa masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana tingkat konsumsi beras masyarakat di daerah penelitian? 2. Bagaimana pola konsumsi beras masyarakat di daerah penelitian? 3. Apakah ada antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur dan harga beras) terhadap pola konsumsi beras yang di daerah penelitian? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi beras masyarakat di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui pola konsumsi beras masyarakat di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur dan harga beras) terhadap pola konsumsi beras di daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Menurut Amang dan Husein dalam Hutagalung (2007), beras bagi kehidupan bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi, beras memiliki urutan yang pertama. Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama. Beras merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 mencatat konsumsi beras orang Indonesia mencapai 113,48 kg per kapita per tahun. Walaupun turun dari tahun sebelumnya, yakni 139,15 kg per kapita, konsumsi beras orang Indonesia masih yang tertinggi di dunia. Rata-rata orang Asia mengonsumsi beras 65-70 kg per kapita dan konsumsi beras global tahun 2007 sebanyak 64 kg per kapita (Anonimous, 2012). 3

Landasan Teori James Dusenberry dalam Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya (Gilarso, 2011). Studi Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai perilaku konsumsi beras oleh Slamet (2003) menunjukkan bahwa kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan sikap serta tindakan yang diambil oleh konsumen yang dibagi atas kelas bawah dan kelas atas. Perbedaan kelas pada konsumen menimbulkan perbedaan dalam perilaku konsumsi beras yang dapat dilihat dari pola konsumsi termasuk pola pembelian. Pada penelitian ini dikaji pola konsums beras yang terbentuk pada rumah tangga dengan mengelompokkan responden / konsumen menurut status dan kelas sosial yang ada di masyarakat (Lastry, 2006). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Sampel Jumlah penduduk Kota Medan sangat banyak hingga populasinya mencapai 2.949.830 jiwa dan heterogen. Karena itu terpilihlah sampel sebanyak 45 orang, dimana dalam satu kawasan terdapat 15 sampel. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Sampling Kuota. Metode Sampling Kuota adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak 4

melakukan pekerjaan di luar rumah. Sistem pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling (secara acak) (Riduwan, 2010). Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Metode Analisis Data Untuk identifikasi masalah 1 dan 2, dianalisis dengan metode deskriptif dengan mengajukan pertanyaan kepada ibu rumah tangga di daerah penelitian. Untuk identifikasi masalah 3, dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Menurut Supriana (2009), pengambilan keputusannya sebagai berikut: - thitung < - ttabel dan thitung > ttabel : maka tolak H0, terima H1 artinya signifikan atau ada antara variabel X dengan variabel Y. - t hitung - ttabel dan t hitung ttabel : maka terima H0, tolak H1 artinya tidak signifikan atau tidak ada antara variabel X dengan variabel Y. Defenisi Operasional 1. Beras adalah salah satu kelompok padi-padian yang mengandung kalori sebesar 60-80 % dan protein 45-55 %. 2. Tingkat konsumsi beras adalah jumlah kebutuhan beras rumah tangga yang dihitung dengan satuan kg dalam satu hari. 3. Pola konsumsi beras adalah susunan makan beras atau nasi yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari. 4. Faktor sosial ekonomi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi dan tingkat konsumsi beras masyarakat. 5. Tingkat pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dihitung dalam jumlah rupiah. 5

Tingkat Konsumsi Beras Responden HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat konsumsi beras responden dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Kriteria untuk Menjelaskan Tingkat Konsumsi Beras Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Pendapatan Kriteria Tinggi Sedang Rendah Tingkat Pendapatan Keluarga (Rp) 5.933.333,3 3.246.666,7 1.406.666,7 Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) 4,1 3,5 4,1 Tingkat Pendidikan (Tahun) 14,2 11,9 9,2 Umur (Tahun) 42,5 43,2 43,3 Harga Beras (Rp/Kg) 15.183,3 10.645,3 8.833,3 Jumlah Konsumsi Beras Perbulan (Kg) 40,2 50,4 60,2 Jumlah Sediaan Beras Minimun (Kg) 5,7 4,13 0,3 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi beras rumah tangga pada pendapatan tinggi paling sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras rumah tangga pada pendapatan sedang dan pendapatan rendah. Masyarakat yang berpendapatan tinggi rata-rata mengkonsumsi beras 40,2 Kg perbulannya. Hal ini disebabkan karena mereka lebih senang mengkonsumsi bahan makanan lain selain beras lainnya selain itu anggota keluarga lainnya pun jarang mengkonsumsi beras setiap harinya dirumah. Sedangkan masyarakat berpendapatan sedang rata-rata mengkonsumsi beras 50,4 Kg perbulannya. Mereka lebih sering makan dirumah karena selain menghemat biaya juga karena alasan makanan di rumah lebih terjamin keamanannya. Untuk masyarakat berpendapatan rendah rata-rata mengkonsumsi beras 60,2 Kg perbulannya. Untuk masyarakat berpendapatan tinggi dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga Rp 5.933.333,3/bulan, mereka mengkonsumsi 40,2 Kg beras perbulannya dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4,1 jiwa. Berarti 1 orang anggota keluarga mengkonsumsi 9,9 kg beras /bulannya. Untuk masyarakat berpendapatan sedang dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga Rp 6

3.246.666,7/bulan, mereka mengkonsumsi 50,4 Kg beras perbulannya dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 3,5 jiwa. Berarti 1 orang anggota keluarga mengkonsumsi 14,5 kg beras /bulannya. Untuk masyarakat berpendapatan rendah dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga Rp 1.406.666,7/bulan, mereka mengkonsumsi 60,2 Kg beras perbulannya dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4,1 jiwa. Berarti 1 orang anggota keluarga mengkonsumsi 14,6 kg beras /bulannya. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan beras di masyarakat dengan pendapatan rendah lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat dengan pendapatan sedang dan rendah. Pola Konsumsi Beras Responden Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi beras (nasi) sebanyak satu (1) sampai tiga (3) kali dalam sehari. Gambaran pola konsumsi beras responden dapat dilihat pada Tabel-Tabel berikut ini. Tabel 2. Pola Konsumsi Responden Waktu Sarapan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Tinggi Sedang Rendah No Pola Konsumsi Jlh Jlh Jlh % % % (org) (org) (org) 1 Nasi + Telur + Teh Manis - - 3 20 4 26,7 2 Nasi + Mie Instan - - 2 13,3 2 13,3 3 Nasi + Ikan + Mie 1 6,7 - - - - 4 Nasi + Ikan + Sayur 1 6,7 2 13,3 1 6,7 5 Nasi + Ikan + Sayur + Susu 1 6,7 - - - - 6 Nasi + Ikan + Sayur + Teh Manis - - 1 6,7 1 6,7 7 Nasi + Ayam + Sayur 1 6,7 - - - - 8 Mie Instant - - 1 6,7 1 6,7 9 Lontong Sayur - - 1 6,7 2 13,3 10 Jarang Sarapan 2 13,3 - - 1 6,7 11 Hanya Minum Susu / Teh Manis - - - - 1 6,7 12 Roti + Susu/ Teh Manis 5 33,3 2 13,3 - - 13 Nasi Goreng + Teh Manis / Susu 3 20 1 6,7 1 6,7 14 Nasi Goreng - - 2 13,3 1 6,7 15 Nasi Goreng + Susu + Buah 1 6,7 - - - - Total 15 100 15 100 15 100 7

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa perbandingan konsumsi nasi responden pada waktu sarapan baik dalam bentuk nasi putih maupun nasi yang sudah di olah dari 15 responden untuk tiap tingkat pendapatan adalah Pendapatan Tinggi : terdapat 8 orang (53,3 %) Pendapatan Sedang: terdapat 11 orang (73,3%) Pendapatan Rendah : terdapat 10 orang (66,7%) Tabel 3 Pola Konsumsi Responden Waktu Makan Siang Pendapatan Pendapatan Pendapatan Tinggi Sedang Rendah No Pola Konsumsi Jlh Jlh Jlh % % % (org) (org) (org) 1 Nasi + Ikan - - - - 1 6,7 2 Nasi + Ikan + Sayur 5 33,3 8 53,3 10 66,7 3 Nasi + Ikan + Sayur + Buah 1 6,7 1 6,7 - - 4 Nasi + Ikan + Buah 1 6,7 - - - 5 Nasi + Ayam + Sayur 2 13,3 4 26,7 2 13,3 6 Nasi + Ayam + Sayur + Buah 3 20 - - - - 7 Beli Makanan di luar 3 20 - - 1 6,7 8 Jarang Makan Siang - - 2 13,3 1 6,7 Total 15 100 15 100 15 100 Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa perbandingan konsumsi nasi responden pada waktu sarapan baik dalam bentuk nasi putih maupun nasi yang sudah di olah dari 15 responden untuk tiap tingkat pendapatan adalah Pendapatan Tinggi : terdapat 12 orang (80 %) Pendapatan Sedang: terdapat 13 orang (86,7%) Pendapatan Rendah : terdapat 13 orang (86,7%) 8

Tabel 4 Pola Konsumsi Responden Waktu Makan Malam Pendapatan Pendapatan Pendapatan No Tinggi Sedang Rendah Pola Konsumsi Jlh Jlh Jlh % % % (org) (org) (org) 1 Nasi + Telur - - - - 2 13,3 2 Nasi + Mie Instan - - - - 2 13,3 4 Nasi + Ikan + Sayur 2 13,3 5 33,3 7 46,7 5 Nasi + Ikan + Sayur + Susu 6 40 1 6, 7 - - 11 Nasi + Ayam + Sayur - - 2 13,3 - - 12 Nasi + Ayam + Sayur + Susu - - 2 13,3 - - 14 Beli Makanan di luar 1 6, 7 1 6, 7 1 6,7 15 Jarang Makan Malam 4 26, 7 2 13,3 3 20 16 Hanya Minum Susu - - 1 6, 7 - - 18 Nasi Goreng + Telur + Susu 1 6, 7 - - - - 19 Tidak Makan Malam 1 6,7 1 6, 7 - - Total 15 100 15 100 15 100 Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa perbandingan konsumsi nasi responden pada waktu sarapan baik dalam bentuk nasi putih maupun nasi yang sudah di olah dari 15 responden untuk tiap tingkat pendapatan adalah Pendapatan Tinggi : terdapat 9 orang (60 %) Pendapatan Sedang: terdapat 10 orang (66,7%) Pendapatan Rendah : terdapat 11 orang (73,3%) Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dengan Pola Konsumsi Beras Responden yang Dilihat dari Frekuensi Konsumsi Nasi Faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan frekuensi konsumsi nasi adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur dan harga beras. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi dengan frekuensi konsumsi nasi, maka di analisis dengan Korelasi Rank Spearman. Pada Masyarakat dengan Pendapatan Tinggi Dari Tabel 5 dapat diketahui hubungan faktor sosial ekonomi dengan frekuensi konsumsi beras pada masyarakat dengan pendapatan tinggi. 9

Tabel 5. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Frekuensi Konsumsi Beras Masyarakat Pendapatan Tinggi Faktor Sosial Ekonomi rs thitung ttabel Keputusan Tingkat Pendapatan 0,30 1,15 2,16 thitung ttabel artinya tidak ada Jumlah Tanggungan 0,38 0,35 2,16 thitung ttabel artinya tidak ada Keluarga Tingkat Pendidikan -0,02-3,61-2,16 -thitung < -ttabel artinya ada Umur 0,12 0,44 2,16. thitung ttabel artinya tidak ada Harga Beras -0,02-0,51-2,16 -thitung -ttabel artinya tidak ada hubungan yang signifikan Pada Masyarakat dengan Pendapatan Sedang Pada Tabel 6 dapat diketahui hubungan faktor sosial ekonomi dengan frekuensi konsumsi nasi pada masyarakat dengan pendapatan sedang. Tabel 6. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Frekuensi Konsumsi Beras Masyarakat Pendapatan Sedang Faktor Sosial Ekonomi rs thitung ttabel Keputusan Tingkat Pendapatan 0,36 1,40 2,16 thitung ttabel artinya tidak ada Jumlah Tanggungan 0,45 1,79 2,16 thitung ttabel artinya tidak ada Keluarga Tingkat Pendidikan 0,07 0,25 2,16 thitung ttabel artinya tidak ada Umur 0,22 0,80 2,16. thitung ttabel artinya tidak ada Harga Beras 0,08 2,91 2,16 thitung > ttabel artinya ada Pada Masyarakat dengan Pendapatan Rendah Pada Tabel 7 dapat diketahui hubungan faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan, jumlah tangggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur dan harga beras) dengan frekuensi konsumsi nasi pada masyarakat dengan pendapatan rendah. 10

Tabel 7. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Frekuensi Konsumsi Beras Masyarakat Pendapatan Rendah Faktor Sosial Ekonomi rs thitung ttabel Keputusan Tingkat Pendapatan -0,08-0,30-2,16 -thitung -ttabel artinya tidak ada hubungan yang signifikan Jumlah Keluarga Tanggungan -0,01-0,02-2,16 -thitung -ttabel artinya tidak ada hubungan yang signifikan Tingkat Pendidikan 0,22 0,82 2,16 thitung ttabel artinya tidak ada hubungan yang signifikan Umur 0,08 0,30 2,16. thitung ttabel artinya tidak ada hubungan yang signifikan Harga Beras 0,37 4,26 2,16 thitung > ttabel artinya ada KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kebutuhan beras masyarakat berpendapatan rendah lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat berpendapatan tinggi dan sedang. 2. a. Perbandingan pola konsumsi beras responden pada waktu sarapan pada masyarakat pendapatan tinggi: pendapatan sedang : pendapatan rendah adalah 8 : 11 : 10. b. Perbandingan pola konsumsi beras responden pada waktu makan siang pada masyarakat pendapatan tinggi : pendapatan sedang : pendapatan rendah adalah 12 : 13 : 13. c. Perbandingan pola konsumsi beras responden pada waktu makan malam pada masyarakat pendapatan tinggi : pendapatan sedang : pendapatan rendah adalah 9 : 10 : 11. 3. Faktor-faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur dan harga beras) yang berhubungan terhadap frekuensi konsumsi nasi pada masyarakat yang berpendapatan tinggi adalah tingkat pendidikan; pada masyarakat yang berpendapatan sedang 11

adalah harga beras; dan pada masyarakat yang berpendapatan rendah adalah harga beras. Saran Kepada Masyarakat Peranan dari masyarakat juga dibutuhkan agar program diversifikasi konsumsi pangan dapat berjalan dengan lancar. Maka dari itu, masyarakat diharapkan agar bisa membantu pemerintah dalam mengurangi konsumsi terhadap beras dan gandum dan mencoba untuk mengkonsumsi bahan baku nonberas seperti sagu, jagung, ubikayu, ubi jalar dan lain sebagainya. Kepada Pemerintah Agar mengawasi peredaran dan kualitas raskin (beras miskin) yang diberikan kepada masyarakat. Karena raskin sangat membantu sekali bagi masyarakat kelas bawah. Agar mengawasi harga beras yang berada di pasaran. Masyarakat yang tidak memiliki tingkat pendapatan tinggi cenderung akan mengkonsumsi beras dengan kualitas yang rendah. Kepada Peneliti Selanjutnya Agar meneliti bagaimana mendiversifikasikan konsumsi pangan di daerah penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi http://www.e-dukasi.net/index diakses pada tanggal 23 Juni 2012. Badan Pusat Statistik. 2007. Pola Konsumsi Penduduk Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2012. Medan dalam Angka. Sumatera Utara. Gilarso, T. 2011. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Jakarta : Kanisius. Hutagalung, M. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Pada Beberapa Strata Luas Lahan (Studi Kasus : Desa Kota Rantang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang) [Skripsi]. Medan : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 12

Lastry, Yenny. 2006. Analisis Pola Konsumsi Beras Rumah Tangga di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Supriana, Tavi. 2009. Pengantar Ekonometrika. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. 13